Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Pelayanan.
Kesehatan ibu dan anak menjadi perhatian serius dari pemerintah, karena hingga
saat ini angka kematian ibu dan anak masih tinggi, sehingga menuntut perkembangan
pelayanan kebidanan berkembang pesat sedemikian rupa sehingga dalam konferensi
kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 diputuskan adanya penekanan pada
reproductive health (kesehatan reproduksi) untuk memperluas area garapan pelayanan
bidan.
Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia
tertinggi diantara negara - negara ASEAN dengan penurunan sangat lambat. Seperti kita
ketahui angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup (hasil survey 2002 – 2003). Hal tersebut
berarti setiap jam ada 2 (dua) ibu yang meninggal dan setiap jam ada 10 (sepuluh)
kematian neonatal. Kematian bayi 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI Th. 2002 – 2003) yang
artinya setiap jam ada 18 (delapan belas) kematian bayi.
Tingginya komplikasi obstetri terutama seperti pada kasus-kasus perdarahan
(perdarahan masa kehamilan dan perdarahan pasca persalinan), hipertensi dalam
kehamilan (preeklampsia dan eklampsia), infeksi dalam kehamilan (sepsis) serta
komplikasi keguguran menyebabkan menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian
ibu terutama di indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Sedangkan angka
kesakitan dan kematian neonatus bisa disebabkan karena infeksi, imaturitas, dan asfiksia.
Pada hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga 1986, dari angka kematian neonatus 71/1.000
lahir hidup, lebih dari sebagian (42/1.000) pada masa perinatal.
Program menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi (maternal neonatal)
dan meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi yang mempunyai masalah kesehatan
menjadi program yang harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit.
Rumah Sakit PMI Bogor, sebagai salah satu Intitusi Kesehatan dalam melaksanakan
salah satu tugas dan fungsinya adalah memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
yang bermutu dan berorientasi kepada keselamatan pasien dengan cara pembentukan tim
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) yang merupakan
kelanjutan dari Tim Perinatal Resiko Tinggi (PERISTI), sebagai upaya meningkatkan Mutu
Pelayanan demi tercapainya visi “Rumah Sakit yang memberikan pelayanan yang
berkualitas”.
Keberadaan Tim PONEK di Rumah Sakit PMI Bogor diharapkan merupakan syarat
utama. Kualitas pelayanan kamar bersalin yang baik ikut mencerminkan mutu pelayanan
di RS tersebut, bahkan Kementerian Kesehatan dan didukung oleh Komite Akreditasi
Rumah Sakit telah menetapkan penurunan angka kematian bayi dan peningkatan
kesehatan ibu merupakan salah satu standar dari program Millennium Development Goals
(MDGs) akreditasi rumah sakit. Untuk itu pengelolaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) memerlukan pedoman pelayanan yang dapat
mengoptimalkan peran dan fungsi Tim PONEK.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum.
Memberikan pelayanan berkualitas sesuai dengan visi dan misi rumah sakit
2. Tujuan khusus.
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
c. Menyelenggarakan pelayanan terintegrasi Pelayanan Obstetrik Dan Neonatal
Komprehensif (PONEK) di RS PMI Bogor.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pelayanan Obstetrik
a. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologis
Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan operatif
b. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi
1) Masa antenatal
a) Perdarahan pada kehamilan muda / abortus.
b) Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik.
c) Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
d) Hipertensi, Preeklampsi / Eklampsi.
e) Perdarahan pada masa Kehamilan
f) Kehamilan dengan gangguan metabolik berat.
g) Kelainan dengan gangguan Vaskular / Jantung
2) Masa intranatal
a) Persalinan dengan parut uterus
b) Persalinan dengan distensi uterus
c) Gawat janin dalam persalinan
d) Pelayanan terhadap syok
e) Ketuban pecah dini
f) Persalinan macet
g) Induksi dan akselerasi persalinan
h) Aspirasi vakum manual
c. Masa Post Natal
a) Demam pasca persalinan
b) Perdarahan pasca persalinan
c) Nyeri perut pasca persalinan
2. Pelayanan Neonatal
a. Pelayanan neonatus tingkat 1.
1) Pelayanan neonatus tingkat I
Merupakan pelayanan dasar pada neonatus normal, meliputi:
a) Neonatus normal, stabil, cukup bulan, berat badan >2,5 kg bayi bugar
b) Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 minggu)/ Pelayanan
neonatus pada tingkat I, difokuskan pada:
(1) Resusitasi neonatus.
(2) Asuhan dan perawatan neonatus
(3) Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat
(4) Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang batu lahir pada usia
35 s.d 37 minggu yang tetap dalam keadaan stabil secara fisilogis.
(5) Perawatan neonatus dengan usia kehamilan <35 minggu atau sakit
sampai neonatus dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan
neonatal spesialistik
(6) Stabilisasi neonatus sakit sampai dipindahkan ke fasilitas yang
menyediakan asuhan neonatus spesialistik.
(7) Perawatan neonatus pada ibu yang mengalami gangguan.
c) Asuhan neonatus pada tingkat I, minimal dilakukan oleh ibu.
b. Pelayanan neonatus pada tingkat II
1) Bayi premature dan atau sakit yang merupakan resusitasi dan stabilisasi
sebelum dipindahkan ke fasilitas asuhan keperawatan intensif neonatus.
2) Bayi yang lahir dengan usia kehamilan >32 minggu dan memiliki berat lahir
>1500 gr yang memiliki ketidakmatangan fisiologis seperti apneu, prematuritas,
ketidak mampuan menerima asupan oral atau menderita sakit yang tidak
diantisipasi sebelumnya.
3) Bayi yang memerlukan oksigen nasal dengan pemantauan saturasi oksigen.
4) Bayi yang memerlukan infus intravena parifer dan mungkin nutrisi parenteral
untuk jangka waktu terbatas.
5) Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan intensif.
c. Pelayanan Neonatus pada tingkat III
Merupakan Pelayanan Intensif Sub Spesialis yang memerlukan pengawasaan yang
terus menerus dari perawat dan dokter serta dukungan fasilitas berteknologi
tinggi. Pelayanan neonatus pada tingkat III
1) Difokuskan pada asuhan keperawatan menyeluruh untuk bayi yang lahir dengan
gestasi >28 minggu dengan berat lahir >1000 gr
2) Memberikan dukungan ventilasi
3) Melakukan prosedur Bedah Minor : pemasangan kateter vena sentral, dan
perbaikan hernia inguinalis
4) Akses segera untuk berbagai konsultasi sub spesialis.
D. Batasan Operasional
1. PONEK adalah pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu.
2. Progam pelayanan PONEK adalah salah satu program rumah sakit yang memberikan
pelayanan maternal dan perinatal secara komprehensif dan terintegrasi selama 24 jam
dalam sehari.
3. Pelayanan PONEK dalam panduan ini adalah Pelayanan yang di berikan di Rumah Sakit
PMI bogor.
4. Pelayanan persalinan meliputi : pemeriksaan pasien baru, asuhan persalinan kala I,
asuhan persalinan kala II (pertolongan persalinan), asuhan persalinan kala III, asuhan
persalinan kala IV dan asuhan bayi baru lahir.
5. Pelayanan nifas meliputi : pelayanan nifas normal dan pelayanan nifas bermasalah
(infeksi, pre eklampsi/eklampsi).
6. Pelayanan Perinatalogi adalah Pelayanan tumbuh kembang bayi dalam kehamilan
sampai 1 bulan setelah lahir.
7. Pelayanan Neonatalogi adalah Pelayanan terhadap kondisi fisiologi dan patologi pada
bayi baru lahir (0-28) hari.
8. Kematian perinatalogi adalah kematian yang terjadi pada janin dalam kandungan
mulai usia kehamilan 28 hingga bayi usia 7 hari pasca persalinan
9. Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi baru lahir hingga (0-28)
hari setelah lahir.
10. BBLR adalah berat badan bayi yang lahir <2500gr. Yang di timbang pada saat lahir
sampai 24 jam pertama lahir
11. BBLSR berat badan bayi yang lahir1000 – 1499gr . Yang di timbang pada saat lahir
sampai 24 jam pertama lahir
12. BBLASR berat badan bayi yang lahir < 1000gr. Yang di timbang pada saat lahir sampai
24 jam pertama lahir
13. NICU adalah ruang perawatan terpisah yang berada di dalam rumah sakit dikelola
khusus untuk merawat bayi yang beresiko tinggi.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009, tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran.
4. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan.
5. Undang-undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014, tentang Keperawatan
6. Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
7. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 512 tahun 2007 tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
9. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 149 tahun 2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan
Praktik bidan
10. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien
Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2018 tentang Rekam Medis.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 450 tahun 2002 tentang Pemberian Asi Ekslusif.
14. Keputusan Menteri Kesehatan no. 1087 tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan kerja.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia


Perencanaan SDM di dalam PONEK pada setiap tingkat pelayanan mengacu pada fungsi
unit pelayanan, tingkat ketergantungan pasien, beban kerja, metode penugasan serta
kebutuhan kompetensi yang dipersyaratkan.
Ketenagaan yang diperlukan dalam PONEK adalah meliputi:
1. Ketua PONEK dengan kualifikasi seorang dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi atau
spesialis Anak, berjumlah 1 orang.
2. Wakil Ketua dengan kualifikasi seorang dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi atau
spesialis Anak, berjumlah 1 orang.
3. Sekertaris dengan kualifikasi minimal seorang perawat/Bidan diploma III diutamakan
seorang dokter umum yang berjaga di unit gawat darurat berjumlah 2 orang.
4. Koordinator Pelayanan kebidanan dengan kualifikasi seorang dokter spesialis Obstetri
dan Ginekologi dibantu oleh anggota yang merupakan penanggung jawab pelayanan di
unit kerja klinik kebidanan Afiat dan reguler, Kamar Bersalin, Kamar operasi, dan Unit
perawat Nifas (Seruni) dengan kualifikasi pendidikan minimal Bidan/Perawat diploma
III.
5. Koordinator Pelayanan neonatal dengan kualifikasi seorang dokter spesialis anak
dibantu oleh anggota yang merupakan penanggung jawab pelayanan di unit kerja klinik
anak Afiat dan reguler, NICU, Unit perawatan Nifas untuk rawat gabung.
6. Tim Penunjang adalah unit kerja dan tenaga yang terlibat dalam PONEK, yaitu
Kelompok Staf Medik (KSM) Kebidanan, KSM Anak, KSM, Anestesi, Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi bedah sentral, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Intensif (ICU/ICCU dan NICU) dan Instalasi Laboratorium, dengan kualifikasi
sesuai dengan standar unit kerjanya.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter
a) Jadwal dokter dibuat setiap bulan oleh KSM obstetri dan Gynekologi untuk dokter
spesialis obstetri dan Gynekologi, KSM Anak untuk dokter spesialis anak, dan KSM
Anestesi untuk dokter spesialis anestesi, serta Koordinator dokter jaga IGD untuk
dokter umum.
b) Dokter yang terlibat dalam PONEK adalah 5 orang dokter spesialis Obstetri dan
Gynekologi, 1 dokter spesialis anak Fellowsip perinatologi dan 4 dokter spesialis
anak, 1 dokter spesialis Anestesi Konsultan Intensif Care, 2 dokter spesialis
anestesi, dan 9 dokter umum.
2. Perawat
a) Perawat/bidan dibagi dalam 3 shif
b) Pembuatan jadwal dinas dibuat oleh penanggung jawab atau Katim Ruangan.

C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jaga dokter Spesialis/Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
a) Pengaturan jadwal dokter spesialis Kebidanan dibuat oleh KSM dokter kebidanan
sedangkanjadwal dokter spesialis anak dibuat oleh KSM dokter anak setiap bulan.
b) Dokter bertugas sesuai dengan jadwal yang dibuat.
2. Pengaturan jaga perawat/bidan.
a) Pengaturan jaga perawat/bidan dibuat setiap bulan oleh penanggung jawab
ruangan/ Ka Tim Ruangan.
b) Pengaturan libur dan cuti perawat diatur oleh penanggung jawab ruangan sehingga
kebutuhan tenaga tetap terpenuhi.
c) Pengaturan jaga diatur oleh 3 shif yaitu
1) Dinas pagi mulai dari jam 07.30 – 14.30
2) Dinas Sore mulai dari jam 14.30 -21.30
3) Dinas malam mulai dari jam 21.30 -07.30
d) Pembagian tugas harian diatur oleh ketua Tim
e) Daftar dinas harus memenuhi jam kerja efektif sesuai dengan ketentuan yng
berlaku.
f) Setiap shif dinas harus ada penanggung jawab jaga.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Area PONEK

Dalam rangka menjaga Mutu dalam penyelenggaranaan PONEK memenuhi hal-hal sebagai
berikut :
1. Tersedianya Ruang tindakan gawat darurat untuk PONEK dengan instrumen dan bahan
yang lengkap
2. Tersedianya Kamar Bersalin dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3. Tersedianya Kamar operasi dan Ruang pulih / observasi pasca tindakan yang
berdekatan dengan Kamar Bersalin dan IGD
4. Tersedianya Ruangan rawat inap yang leluasa dan nyaman
5. Tersedianya klinik kebidanan dan klinik anak di instalasi rawat jalan
6. Tersedianya Ruangan pelayanan penunjang (laboratorium dan Bank Darah) dekat
dengan IGD, Kamar Bersalin dan IBS.
B. Standar Fasilitas dan Peralatan
1. Standar Umum Fasilitas dan Peralatan PONEK
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara
umum maupun emergency obstetrik – neonatal.
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit
meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien
kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
d. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik dan
neonatal.
e. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
f. Mempunyai standar respon time di IGD selama 10 menit, di kamar bersalin kurang
dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam.
g. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada
kasus emergensi obstetrik atau umum.
h. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari
30 menit.
i. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas sewaktu-
waktu,meskipun on call.
j. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
k. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.

Dari ruangan-ruangan tersebut diatas memiliki Kriteria dibawah ini:


1. Kriteria Umum Ruangan
1) Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
2) Lantai dari porselen atau Keramik
3) Dinding dicat terang dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik.
4) Pencahayaan terang dan cahaya alami atau dari listrik
5) Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik dan kokoh
6) Tersedia peralatan gawat darurat
7) Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang.
8) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
9) Suhu ruangan harus dijaga 24-26⁰ C.
10) Pendingin ruangan harus dilengkapi filter.
11) Wastafel dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang dikendalikan
dengan siku atau kaki.
12) Terpasang/tersedia tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di sebelah
Westafel.
13) Saluran pembuangan air dibuat tertutup.

2. Kriteria Khusus Ruangan


1) Tersedianya Area Cuci Tangan di Ruangan Obstetri dan Neonatus, ruangan dengan
jumlah tempat tidur lebih dari satu maka jarak tempat tidur ke wastafel adalah 6
meter.
2) Tersedia Area resusitasi dan stabilisasi di setiap Ruangan Obstetri, Neonatus dan
IGD.
3) Tersedia Kamar PONEK di unit gawat darurat terpisah dari kamar gawat darurat
lain yang dilengkapi dengan:
a. Lemari dan troli darurat.
b. Tempat tidur bersalin serta tiang infus.
c. Inkubator transpor.
d. Pemancar panas.
e. Lampu sorot dan lampu darurat.
f. Mesin isap.
g. Defibrilator.
h. Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet).
i. Lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum, forsep, kuret, obat/infus.
j. Alat resusitasi dewasa dan bayi.
k. USG mobile.
4) Tersedia kamar bersalin dilengkapi dengan
a. Ruangan isolasi.
b. Penyekat di setiap tempat tidur.
c. 9 tempat tidur bersalin
d. Berlokasi dekat dengan Kamar Operasi, IGD, ICU dan NICU.
e. Lemari dan troli darurat.
f. Tempat tidur bersalin serta tiang infus.
g. Inkubator transpor.
h. Pemancar panas.
i. Lampu sorot dan lampu darurat.
j. Mesin isap.
k. Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet).
l. Lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum, forsep, kuret, obat/infus.
m. Alat resusitasi dewasa dan bayi.
n. USG mobile.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan

B. Prosedur Pelayanan
1. Cara masuk:
a. Ibu hamil resiko tinggi masuk melalui Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik Afiat dan
Reguler) atau IGD, setelah dilakukan pemeriksaan dan memerlukan
perawatan/tindakan, maka dokter memberikan pengantar Rawat Inap kepada
keluarga untuk kebagian pendaftaran rawat inap, bila tempat tersedia sesuai
indikasi (Kamar bersalin/ICU) dan setelah keluarga menyetujui, maka perawat
ruang IGD/Instalasi Rawat Jalan mengantarkan ke ruangan yang dituju, atau
langsung ke kamar operasi terlebih dahulu bila ada indikasi.
b. Neonatus resiko tinggi masuk melalui Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik Afiat dan
Reguler)/IGD/Kamar operasi/Kamar bersalin, setelah dilakukan pemeriksaan dan
mesuk kriteria pasien NICU, maka dokter memberikan pengantar Rawat Intensif
(NICU) kepada keluarga untuk kebagian pendaftaran rawat inap, bila tempat
tersedia dan setelah keluarga menyetujui, maka perawat/bidan ruangan
IGD/Instalasi Rawat Jalan/Kamar bersalin mengantarkan ke Ruangan NICU, dan
khusus untuk neonatus dari Kamar Operasi maka perawat NICU yang berjaga saat
Operasi SC membawa ke NICU.
2. Registrasi
a. Semua pasien masuk wajib dilakukan registrasi di Bagian Pendaftaran rawat jalan
dan bila masuk rawat inap ke pendaftaran Rawat Inap.
b. Registrasi pasien Kamar Bersalin/NICU dilakukan oleh petugas pendaftaran rawat
inap, baik pasien (ibu hamil resiko tinggi dan Neonatus) dari Instalasi Rawat
Jalan dan IGD atau neonatus yang berasal dari Kamar operasi/kamar bersalin.
c. Pemesanan tempat hanya dilakukan oleh petugas pendaftaran rawat inap.
d. Keluarga atau penanggung jawab pasien wajib mengisi surat pernyataan
persetujuan bahwa pasien harus dirawat.
3. Rekam Medik
a. Penomoran Rekam Medik wajib menggunakan system single number, satu nomor
Rekam Medik untuk satu pasien dan dipergunakan untuk semua jenis pelayanan
medis di RS PMI Bogor.
b. Penomoran Rekam Medik dilengkapi dengan data identitas pasien sesuai dengan
ketentuan dalam buku pedoman Rekam Medik RS PMI Bogor.
c. Semua pasien baru wajib mendapatkan nomor Rekam Medik.
d. Semua pasien lama wajib menggunakan nomor Rekam Medik yang sudah
terdaftar.
e. Petugas rekam medis wajib menelusuri berkas pasien yang sudah memiliki rekam
medik atau pasien lama.
f. Pasien yang sudah pulang atau meninggal dunia, dokumentasi file rekam medik
dilengkapi dan segera dikembalikan dalam waktu 2x24 jam untuk dilakukan
pengolahan rekam medik.
4. Pelayanan Asuhan
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
di Rumah Sakit PMI Bogor dilaksanakan selama 24 jam dan 7 hari seminggu. Ruang
lingkup pelayanan PONEK dimulai dari garis depan atau IGD dilanjutkan ke kamar
operasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara singkat dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Stabilisasi di IGD dan untuk persiapan pengobatan definitif
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio saesaria.
d. Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
e. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.
Sehubungan dengan RS PMI adalah rumah sakit type B, maka PONEK yang diberikan
adalah:
a. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis dan Risiko Tinggi pada masa antenatal,
intranatal dan post natal.
b. Pelayanan Neonatal Fisiologis dan Risiko Tinggi pada level II B (Asuhan Neonatal
dengan Ketergantungan Tinggi).
Secara umum pelayanan TIM PONEK adalah sebagai berikut :
a. Standar umum PONEK
1) Terdapat Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien
kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
2) Terdapat prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
3) Standar respon time di IGD selama 5 menit, di kamar bersalin kurang dari 30
menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam.
4) Tidak berlakunya uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik dan
neonatal.
5) Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi
untuk kasus emergensi obstetrik atau umum.
6) Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit.
7) Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu-waktu,meskipun on call.
8) Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
9) Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
b. Pelayanan PONEK
1) Ibu Hamil resiko tinggi mendapatkan pelayanan ANC di Klinik Kebidanan
Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik Reguler/Afiat) berdasarkan surat rujukan
atau hasil pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Tim PONEK.
2) Tim PONEK mengidentifiksi jenis kehamilan dan perkiraan jenis persalinan
dari ibu-ibu yang mendapatkan pelayanan ANC.
3) Tim PONEK mengelompokan jenis kehamilan dan jenis persalinan menjadi 2
kelompok.
- Kelompok A: merupakan ibu-ibu yang dideteksi mempunyai
permasalahan dalam kehamilan dan diprediksi akan mempunyai
permasalahan dalam persalinan;
- Kelompok B: merupakan ibu-ibu yang dalam ANC tidak ditemukan
permasalahan.
Tim PONEK memberikan perhatian khusus kepada kelompok A.
4) Pada saat persalinan Tim PONEK mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
penyulit pada persalinan.
5) Tim PONEK mengelompokkan jenis persalinan menjadi 3 kelompok:
- Kelompok A1: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam persalinan
dan bersifat emergensi
- Kelompok A2: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam persalinan
tapi tidak emergency;
- Kelompok A3: Ibu-ibu dengan persalinan normal.
6) Tim PONEK mengidentifikasi neonatus beresiko tinggi atau dengan komplikasi
yang dapat lahir dari ibu dengan komplikasi persalinan maupun dari ibu yang
melahirkan normal, baik di Rumah Sakit PONEK atau dari rujukan.
7) Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian kembali lagi
ke fasilitas kesehatan karena menderita sakit masih menjadi penanganan tim
PONEK.
8) Bayi baru lahir kontrol ke rumah sakit sesuai dengan surat kontrol yang
diberikan atau bila terdapat masalah kesehatan yang dapat mengancam
jiwanya.
9) Rawat gabung bagi ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
10) Membantu ibu menyusui yang benar
11) Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering semau bayi
(tidak dijadwal)
12) Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya dengan
mengajarkan ibu cara memerah ASI, menyimpan ASI perah dan memberikan
ASI perah tanpa menggunakan botol/dot. ASI perah dapat diberikan dengan
cara lain seperti dengan cangkir, pipet, sonde lambung.
13) Tidak memberikan minuman dan makanan kepada bayi baru lahir selain ASI
kecuali ada indikasi medis
14) Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dengan mengajarkan
posisi dan perlekatan yang baik.
15) Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya
16) Melaksanakan Perawatan Metode Kanguru untuk bayi kurang bulan/BBLR
(Kangaroo Mother Care)
17) Adanya tata tertib/jam kunjungan ibu dan bayi
18) Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
19) Melakukan Perawatan nifas
20) Melakukan Hygiene perineum
21) Pencegahan dan pemantauan infeksi nosocomial/ infeksi rumah sakit pada
ibu dan bayi yang dirawat.
c. Pelaksanaan PONEK
1) Pasien mendapatkan asuhan medis dari dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP), perawat (asuhan keperawatan) dan atau bidan (asuhan kebidanan)
2) Perawat/Bidan wajib melaksanakan serah terima pasien yang akan dirawat
dengan perawat/Bidan yang mengantar.
3) Perawat/Bidan bertanggung jawab untuk mempersiapkan ruangan dan
kelengkapan sesuai dengan kebutuhan.
4) Dokter/Perawat/Bidan wajib memberikan penjelasan tentang tindakan
Medik/Keperawatan/kebidanan yang akan dilakukan sesuai dengan
kewenangannya.
5) Dokter/Perawat/Bidan wajib melakukan asuhan melalui tahapan proses
asuhan, mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
6) Pelayanan asuhan medis/keperawatan/kebidanan diberikan kepada ibu hamil
resiko tinggi, neonatus resiko tinggi dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang mencakup kebutuhan fisik, psikososial dan spiritual, dalam
keadaan normal maupun sakit.
7) Pelaksanaan tindakan medis/keperawatan/kebidanan dilakukan sesuai
dengan standar asuhan Medis/keperawatan/Kebidanan, Standar prosedur
Operasional dan berpedoman kepada etik profesi.
8) Pelaksanaan Asuhan diberikan secara terintegrasi.
9) Setiap kegiatan Asuhan wajib ditulis dalam berkas Rekam Medik sesuai
ketentuan buku pedoman Rekam Medik RS PMI Bogor.
d. Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Medik
1) Setiap Pasien (Ibu hamil dan neonatus resiko tinggi) yang memerlukan
pemeriksaan penunjang diagnostik, dokter wajib membuat surat pengantar
permintaan pemeriksaan penunjang diagnostik yang ditandatangani oleh
dokter yang bersangkutan.
2) Perawat/Bidan dan petugas penunjang diagnostik wajib mengakomodir
terlaksananya pemeriksaan penunjang diagnostik.
e. Pelayanan Farmasi
1) Kebutuhan obat-obatan dan alkes untuk pasien berdasarkan intruksi dokter,
dan dokter wajib menuliskan peresepan sesuai standar formularium RS PMI
Bogor atau standar formularium untuk pasien tertentu.
2) Kebutuhan farmasi pasien wajib dilaksanakan Instalasi Farmasi RS PMI Bogor.
3) Kebutuhan farmasi pasien umum dan pasien yang dijamin oleh pihak ketiga
yang telah setuju melalui mekanisme unit dosis yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan unit dosis.
f. Pelayanan Darah
1) Setiap Pasien (Ibu hamil dan neonatus resiko tinggi) yang memerlukan
pemeriksaan darah, dokter wajib membuat surat pengantar permintaan
darah yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.
2) Perawat/Bidan dan petugas bank darah wajib mengakomodir penyediaan
darah tersebut kurang dari 30 menit.
5. Pemindahan Dan Pemulangan
a. Bila kondisi pasien (ibu hamil dan neonates resiko tinggi) sudah membaik ibu
sehat tidak ada masalah bayi dapat dipindahkan pada ibunya (Rawat Gabung)
b. Apabila pasien menginginkan penghentian rawat di kamar bersalin tanpa seijin
dokter dan menginginkan pulang atau alih rawat ke rumah sakit lain, maka
pasien atau keluarga pasien wajib untuk membuat surat pernyataan pulang atau
alih rawat ke rumah sakit lain atas permintaan sendiri(APS)
c. Pasien yang telah pulih dan belum mendapat tempat di ruangan rawat inap
namun mendapatkan ijin pulang oleh dokter, dapat pulang langsung dari Kamar
bersalin.
d. Pasien dapat dipulangkan setalah adanya pernyataan dari bagian keuangan yang
menyatakan administrasinya telah selesai.

6. Rekening Tagihan Pasien


a. Petugas wajib melakukan pengiputan pemakaian alat/obat dan jasa yang telah
diterima oleh pasien, Penata rekening akan memeriksa dan melakukan tagihan
kepada setiap pasien/keluarga/penanggung jawab administrasi pasien (Asuransi
Kesehatan).
b. Petugas penata rekening wajib memberikan informasi rekening tagihan kepada
Pasien/keluarga Pasien atau penanggung jawab pasien sesuai ketentuan yang
berlaku.
7. Ketertiban Dan Keamanan.
Pasien dan Keluarga wajib menaati tata tertib ruangan tempat mendapatkan
pelayanan dan tata tertib RS PMI Bogor.
BAB V
LOGISTIK

Kegiatan logistic PONEK merupakan pengelolaan barang yang meliputi proses Perencanaan,
permintaan/pengadaan, Penyimpanan, pencatatan dan pelaporan.
A. Perencanaan logistik pelayanan
1. Perencanaa logistic dibuat oleh penanggung jawab asuhan kebidanan, meliputi
perencanaan kebutuhan per hari, per minggu, per bulan dan dan per tahun.
2. Dasar penyusunan rencana kebutuhan alat dan obat adalah jumlah rata-rata pasien.
Untuk menjamin ketersediaan barang kebutuhan rutin maka dalam menyusun
perencanaa dapat ditambah 10% dari kebutuhan sebagai cadangan.
3. Perencanaa logistik mencakup Logistik barang medik, barang non medik dan barang
inventaris
4. Perencanaan pengembangan alat medis dikoordinasikan dengan KSM Kebidanan, KSM
Anak dan Bidang Pelayanan Medik dan penunjang medik.
B. Pengadaan obat, alat kesehatan dan barang umum
1. Alat dan obat-obatan distandarisasi dan pengadaanya melalui manajemen RS PMI Bogor
( Instalasi Farmasi).
2. Pengadaan barang Inventaris medik diajukan ke Bidang pelayanan medik dan
penunjang medik untuk diteruskan ke Bidang perlengkapan dan pemeliharaan SPP.
3. Pengadaan kebutuhan barang rutin non medic diajukan setiap minggu ke bagian
pengadaan umum.
C. Penyimpanan obat, alat kesehatan dan barang umum
1. Obat- obat disimpan sesuai dengan peruntukan seperti obat emergency disimpan
dalam troly emergency.
2. Alat-alat disimpan dan dikelompokan berdasarkan jenis alat dan Suhu ruangan,
mengacu pada rekomendasi dari produsen.
3. Alat/obat yang masa kadaluarsanya lebih pendek, disimpan lebih dekat dan digunakan
lebih awal.
D. Pemeliharaan fasilitas dan alat
Pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada perlu dilakukan secara berkala dan terus
menerus agar alat selalu siap bila diperlukan, dengan cara :
1. Gunakan fasilitas dan peralatan sesuai dengan fungsinya.
2. Lakukan kalibrasi secara periodic untuk alat alat elektromedik
3. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada sehingga dapat diketahui jumlah
dan fungsinya.
4. Jaga kebersihan dan pengendalian infeksi melalui alat.
5. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional.
E. Kalibrasi Alat
Kalibrasi alat adalah suatu screening alat secara berkala untuk mengetahui fungsi alat
yang ada di pelayanan neonates sehingga pelayanan dapat diberikan secara aman.
1. Proses inventaris alat medis dilakuakan diruang pelayanan.
2. Kalibrasi dilakukan oleh institusi penguji yang berwenang dilakukan sekurang-
kurangnya setahun sekali.
3. Defisi operasional mempunyai jadwal untuk kalibrasi alat dan diajukan kepada
direktur.
4. Penjadualan kalibrasi dijadwalkan oleh defisi operasioanal.
F. Perbaikan Alat
Suatu proses atau langkah-langkah perbaikan alat yang rusak agar berfungsi dengan baik.
Dengan prosedur sebagai berikut:
1. Untuk alat medis yang rusak dilaporkan kepada Bidang Pelayanan Medik dan Penunjang
medik untuk diteruskan kepada Bidang Perlengkapan dan Pemeliharaan Sarana,
Prasana dan Peralatan (PPSPP).
2. Seksi Inventaris dan pemeliharaan (Bidang PPSPP) mengecek kerusakan, bila kerusakan
yang sifatnya teknis dan dapat ditangani oleh Bidang PPSPP, maka perbaikan
dilanjutkan, bila kerusakan tidak dapat ditangani oleh Bidang PPSPP maka dilaporkan
kepada teknisi pemasok alat tersebut.
G. Pencatatan dan pelaporan logistik
1. Pemakaian alkes dan pemakaian alat medik dicatat dalam form billing pasien.
2. Pemakaian alkes dan sewa alat dimasukan (Input) dalam sytem billing pasien.
3. Alkes dan barang lainnya dilakukan penghitungan stok mingguan dan bulanan. Hasil
penghitungan stok digunakan sebagai control pengeluaran barang dan digunakan
sebagai dasar untuk pengadaan barang.
4. Alat/obat yang tidak layak atau sudah memasuki masa kadaluarasa dilaporkan dan
dikembalikan ke bagiannya.
5. Semua barang inventaris dicatat dalam buku inventaris alat dan dilaporkan secara
berkala ke bagian inventaris Rumah sakit PMI Bogor.
6. Barang Inventaris di control dan di serah terimakan setiap shif dinas.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Standar keselamatan pasien
Standar keselamatan pasien terdiri dari 7 standar, yaitu :
1. Hak Pasien
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, dimana dokter
penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana, hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Dalam pemberian pelayanan di ruangan Kamar Bersalin, pasien dan keluarga
mempunyai kewajiban, tanggung jawab, serta keterlibatan dalam proses asuhan
kebidanan.
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
Dalam menjamin kesinambungan pelayanan di ruang Kamar Bersalin, dilakukan
koordinasi secara menyeluruh antar tenaga dan antar unit pelayanan yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar ruangan Kamar Bersalin.
4. Penggunaan metoda-metoda Peningkatan Kinerja untuk Melakukan Evaluasi dan
Program Peningkatan Keselamatan Pasien.
Dalam melakukan perubahan untuk peningkatan kinerja serta keselamatan pasien
melalui monitor dan evaluasi kinerja dengan mengumpulkan data, menganalisis secara
intensif kejadian yang tidak diharapkan.
5. Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Pimpinan melakukan dorongan dan menjamin program keselamatan pasien secara
terintegrasi, proaktif, dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan. Adanya system pencatatan dan
pelaporan kejadian nyaris cedera, kejadian tidak diharapkan, dan kejadian sentinel.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Setiap staf diberikan pengertian dan penjelasan tentang keselamatan pasien dan
keselamatan kerja, serta memelihara kompetensi staf melalui pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan.
Adanya system komunikasi dan informasi keselamatan pasien yang tepat waktu dan
akurat guna memenuhi kebutuhan staf akan informasi tentang keselamatan pasien.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, serta
tercapainya keselamatan pasien.
B. Sasaran keselamatan pasien
1. Ketepatan identifikasi pasien
a) Setiap pasien baru wajib diberi gelang identitas yang resmi dari RS PMI Bogor,
yang berisi nama pasien, jenis kelamin dan nomor Rekam Medik
b) Ketepatan dalam pemberian obat, pemberian darah, pengambilan darah dan
specimen lain, pemberian pengobatan atau tindakan lain
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif
a) Setiap operan shift menginformasikan kondisi pasien dan tindakan yang sudah atau
yang belum dilaksanakan agar berkesinambungan dengan menggunakan metoda
SBAR.
b) Setiap intruksi dokter lisan atau via telpon dicatat di file pasien dan dilakukan
konfirmasi ulang.
c) Setiap tindakan medis harus dilakukan inform consent secara tertulis
d) Setiap ada perubahan kondisi pasien informasikan kepada keluarga
3. Peningkatan keamanan yang perlu diwaspadai
a) Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang beresiko tinggi terjadi efek samping
dalam penggunaannya
b) Jenis obat yang perlu diwaspadai mengacu pada daftar obat resiko tinggi yang
ditetapkan oleh RS PMI Bogor
c) Seminimal mungkin menyimpan obat beresiko tinggi di Ruangan.
d) Obat yang yang beresiko tinggi diberi label, disimpan dalam tempat khusus dan
terpisah dengan obat lain.
e) Obat yang dioplos diberi label isi obat tersebut
f) Pemberian obat menggunakan prinsip 7 BENAR pemberian obat
4. Pencegahan Dan Pengendalian Resiko Infeksi
a) Sediakan westafel yang sesuai dengan strandar.
b) Hand hygiene wajib dilakukan pada 5 momen, yaitu sebelum kontak dengan
pasien, sebelum tindakan invasif, sesudah kontak dengan pasien, sesudah kontak
dengan cairan tubuh dan sesudah kontak dengan lingkungnan pasien.
c) Hand hygiene diakukan sesuai SPO (enam langkah hand hygiene)
d) Alat steril untuk tindakan invasif digunakan hanya untuk satu kali
e) Petugas Kamar Bersalin atau setiap orang yang masuk ruangan Kamar Bersalin
wajib menggunakan uniform khusus.
f) Etika batuk/bersin wajib dilakukan dengan cara menutup mulut dengan
menggunakan tissue atau lengan atas. Cuci tangan dengan tehnik five moment.
g) Hindari terlalu banyak orang di ruangan dengan cara membatasi kunjungan
keluarga.
h) Meminimalkan kontak dengan pasien (minimal handling).
i) Lantai ruang minimal di sapu setiap 8 jam dan di pel sekali sehari untuk
menghilangkan debu.
5. Pencegahan resiko pasien jatuh.
a) Pastikan Bed Plank pengaman tempat tidur selalu terpasang setelah tindakan.
b) Minimalkan membuka tutup bed plank pengaman tempat tidur.
C. 7 langkah menuju keselamatan pasien.
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Memimpin dan mendukung staf.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko.
4. Mengembangkan system pelaporan.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah sebuah kondisi di mana para petugas terlindungi dari cedera
yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Kesehatan kerja adalah sebuah kondisi dimana para karyawan terbebas dari berbagai
penyakit fisik dan emosional yang disebabkan oleh pekerjaan.
Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pegawai, pengunjung atau orang lain di area kerja. Resiko
yang perlu diwaspadai dalam upaya kesehatan dan keselamatan kerja pada pelayanan
Kamar Bersalin meliputi :
1. Infeksi Rumah Sakit.
2. Tertusuk benda tajam.
3. Terpapar gas dan cairan berbahaya
4. Sengatan listrik
5. Kebakaran
6. Stress fisik dan psikologis
7. Cedera akibat mengangkat atau memindahkan pasien
Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi resiko kesehatan dan keselamatan kerja
meliputi :
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
APD yang harus digunakan saat melaksanakan perawatan bayi terutama betujuan untuk
mengurangi resiko infeksi, meliputi :
a. Sepatu atau sandal
b. Topi
c. Masker
d. Sarung tangan.
e. Kaca mata.
f. Apron plastic.
2. Pengelolaan benda tajam
Untuk mengurangi tertusuk benda tajam, maka upaya yang harus dilakukan adalah
a. Tersedia safety box
b. Membuang jarum suntik, atau benda tajam disposible lainnya langsung pada sefety
box.

3. Pengelolaan alat
Alat reusable dikelola sehingga tidak menimbulkan kontaminasi dan alat selalu siap
pakai. Proses pengelolaan alat sebagai berikut :
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi bertujuan untuk meminimalkan kontaminasi darah atau cairan
tubuh dari instrument kepada petugas. Dekontaminasi dilakukan dengan cara alat
bekas pakai direndam dalam cairan desinfektan selama 15 menit.
b. Pencucian
Pencucian alat dilakukan setelah dekontaminasi. Pencucian alat dengan cara
disikat menggunakan detergen dalam air mengalir. Petugas yang mencuci harus
memakai APD lengkap yaitu : sarung tangan, topi, masker, sepatu/sandal, apron
dan gogle.
c. Pengepakan/packing
Packing bertujuan untuk mengemas alat sebelum disterilisasi.
d. Sterilisasi
Sterilisasi menggunakan uap panas bertekanan (autoclave) atau metode lain.
4. Pengelolaan limbah/sampah
Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a. Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label yang jelas
b. Tempat sampah diberi alas kantong plastik dengan warna :
- Kuning untuk limbah infeksius
- Merah untuk limbah radioaktif
- Ungu untuk limbah sitotoksis
- Hitam untuk limbah non medis
c. Limbah tidak boleh dibiarkan > 24 jam
d. Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh (cukup 2/3).
e. Tempat sampah harus bertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah dikosongkan
atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang aman dari jangkauan
binatang atau serangga.
f. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah
g. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kembali.
h. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan tahan
tusukan.
i. Jangan membuang langsung limbah medis padat ke tempat pembungan sebelum
aman bagi kesehatan.
j. Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alt pelindung diri (APD) seperti
sarunga tangan khusus, sepatu boot, apron, pelindung mata dan bila perlu topi.
k. Saluran pembungan limbah cair harus menggunakan system saluran tertutup, kedap
air, mengalir lancar dan terpisah dari saluran air hujan.
5. Persyaratan SDM
a. SDM yang terlibat dalam PONEK harus sehat fisik dan mental, dibuktikan dengan
medical cek up sebelum bekerja di Kamar Bersalin
b. Medical chek up bagi Tim PONEK setiap tahun atau sesuai ketentuan yang berlaku di
RS PMI Bogor
c. Pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ke panitia K3 RS
d. Semua SDM mampu menggunakan alat sesuai SPO
6. Pemeliharaan Peralatan
a. Peralatan incubator dan alat kesehatan lainnya dilakukan pemeliharaan berkala
b. Tersedia SPO penggunaan alat.
c. Peralatan medis dilakukan kalibrasi minimal 1 tahun sekali
7. Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk alat-alat listrik harus memakai arde dan stabilisator.
b. Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi.
c. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada keselamatan pasien.
8. Pelaporan Insiden keselamatan pasien dan keselamata kerja
a. Setiap insiden keselamatan pasien harus dilaporkan secara internal kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) dalam waktu paling lambat 2x24 jam
menggunakan formulir laporan insiden keselamatan pasien.
b. Setiap insiden kecelakaan kerja dilaporkan secara internal kepada Tim K3 Rumah
sakit dalam waktu paling lambat 2x24 jam menggunakan formulir laporan insiden
keselamatan kerja.
c. Pembuatan laporan insiden oleh petugas yang menemukan insiden dan diketahui
oleh atasan langsung
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dalam mewujudkan pelayanan yang aman, peningkatan mutu pelayanan,


pengutamaan keselamatan pasien, dan pengendalian infeksi di ruang pelayanan Kamar
Bersalin, diperlukan adanya monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan secara
berkesinambungan guna menindaklanjuti untuk penentuan faktor-faktor yang potensial
berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Pengendalian mutu pelayanan yang dilakukan diruang pelayanan Kamar Bersalin
adalah kejadian infeksi luka infus, reaksi tranfusi, infeksi post partum, jatuh dari
tempat tidur, salah prosedur obat, salah prosedur alat, tertusuk jarum. Monitoring,
evaluasi dan pelaporannya dilakukan setiap hari.
Penanganan Perdarahan dan trauma dari luka jalan lahir harus selalu
memperhatikan tindakan aseptik dan antiseptik untuk mencegah infeksi. Pemberian
obat dengan memperhatikan tujuh benar untuk mencegah kesalahan dalam pemberian
obat. Sebelum tranfusi darah dilakukan pengecekan minimal oleh dua orang : nama
pasien, tanggal lahir / umur, nomor yang tertera dislang kantong darah yang akan
diberikan untuk menghindari kesalahan atau reaksi transfusi yang tidak diharapkan.
Alat-alat harus sudah siap pakai dan berfungsi dengan baik umtuk mencegah salah
prosedur alat.
Hal-hal yang dilakukan dalam pengendalian infeksi rumah sakit adalah sebagai
berikut :
A. Pemasangan kateter infuse (IV)
1. Mulai dari kateter intra vena (IV), slang infusnya, cairannya, jenis kateternya,
harus diperhatikan.
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan pemasangan kateter
infuse
3. Pemasangan selalu dengan teknik aseptik (steril) dan harus terfiksasi dengan
baik.
4. Konektor usahakan sekecil mungkin
5. Pilihan utama area tusukan sebaiknya mengutamakan area tangan dahulu di
vena yang besar, bila terpaksa di kaki.
6. Harus selalu dimonitor adanya tanda-tanda infeksi, dan bila dicurigai atau
ada tanda-tanda infeksi, iv kateter sebaiknya segera dicabut dan dilakukan
penggantian semua dan diarea yg terpisah.
7. Infus set (IV Plug, Extenstion Tube) diganti setiap 5 hari sekali.
B. Pemberian transfusi darah
1. Prosedur pemberian tranfusi darah mulai dari pengambilan sampel darah,
sampai dengan dilakukan cross test darah.
2. Pengambilan darah dilakukan bila ibu/ bayi sudah siap dilakukan tranfusi.
3. Sebelum diberikan tranfusi darah dicocokan nama dikantung darah dengan
nama yang di pasien.
4. Proses pegecekan darah dilakukan oleh dua orang perawat untuk memastikan
terjadinya kesalah pemberian darah.
5. Darah diberikan melalui infuse pump.
6. Monitor pasien selama pemberian transfusi.
C. Pengelolan Ruang Isolasi
1. Pasien dengan penyakit penular yang perlu tindakan dikamar bersalin
ditempatkan di ruang isolasi.
2. Pemberian antibiotic yang selektif didukung oleh hasil test sensitivetas dan
klinis pasien.
3. Pengelolaan alat medis dan non medis dipisahkan dengan pasien yang lain.
4. Penggunaan APD lengkap setiap melakukan perawatan/tindakan pasien yang
dirawat di ruang isolasi.
5. Bila selesai perawatan, ruang harus segera dilakukan steril dan kebersihan.
D. Ketentuan Untuk Petugas
1. Petugas harus selalu dalam keadaan sehat.
2. Petugas harus cuci tangan dengan Five Moment:
a) Sebelum kontak dengan pasien.
b) Sebelum tindakan aseptik
c) Sesudah terkena cairan tubuh pasien
d) Sesudah kontak dengan pasien.
e) Setelah kontak dengan lingkungan pasien.
3. Membuang sampah medis dan nonmedis sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4. Petugas wajib memahami dan melaksanakan prinsip Aseptik dan Antiseptik.
5. Petugas wajib berpegang teguh pada prnsip kewaspadaan universal (Universal
Precaution)

BAB VIII
PENUTUP

Pedoman standar PONEK ini berlaku khusus untuk Rumah Sakit PMI Bogor, sebagai
panduan dalam penyelengaraan pelayanan pada pasien dengan gangguan Obstetri Neonatal
Emergensi yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi rumah sakit dari segi sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, serta peralatan yang tersedia.
Standar PONEK ini menjadi acuan untuk kelancaran penyelengaraan pelayanan
obstetrik neonatal emergensi komprehensif di Rumah Sakit PMI Bogor, dan selanjutnya
berlakunya buku ini terhitung mulai dari tanggal ditetapkan.
Tinjauan ulang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan pengembangan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang kondusif bagi rumah sakit PMI Bogor.

Anda mungkin juga menyukai