Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh:

1. Debby Aniestia M (P1337424415001)


2. Rizqi Amalia W (P1337424415005)
3. Amanda Via M (P1337424415008)
4. Lulu Hidayati (P1337424415033)
5. Risqi Yulianti (P1337424415036)
6. Yudiafina Hasna Z(P1337424415048)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatalmerupakan salah satu unsur
penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatalmerupakan periode yang
paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupan dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab
utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan
dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang
lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar
kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat.
(WHO,2003.)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), setiap tahunnya
kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir di dunia mengalami asfiksia,
hampir satu juta bayi ini meninggal. Survei WHO tahun 2002 dan 2004
menyebutkan bahwa sekitar 23%seluruh kematian neonataldisebabkan oleh
asfiksia dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. (Arixs, 2006).
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima
menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi
baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27%yang merupakan
penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).(Depkes. RI, 2008).
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap
mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi,
serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan
dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru
lahir oleh tenaga kesehatan?
2. Bagaimana peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita menjangkau seluruh sasaran?
3. Bagaimana peningkatan pelayanan KB?
4. Bagaimana peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya?
5. Bagaimana peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan
bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan
2. Untuk mengetahui peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi
dan anak balita menjangkau seluruh sasaran
3. Untuk mengetahui peningkatan pelayanan KB
4. Untuk mengetahui peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan
penanganannya
5. Untuk mengetahui peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan
komplikasi
D.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peningkatan Penanganan Komplikasi Kebidanan Dan Bayi Baru Lahir


Oleh Tenaga Kesehatan
1. Komplikasi Pada Ibu Hamil, Bersalin , dan Nifas
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

a) Ketuban pecah dini.


b) Perdarahan pervaginam :
 Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
 Intra Partum : robekan jalan lahir
 Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
c) Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >
140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
d) Ancaman persalinan prematur.
e) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
Sepsis.
f) Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
g) Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus
risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.

2. Komplikasi pada Neonatus

Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada
ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada
Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
a) Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
b) Riwayat Kejang
c) Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
d) Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
e) Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
f) Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
g) Merintih
h) Ada pustul Kulit
i) Nanah banyak di mata
j) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
k) Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
l) Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
m) Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
n) BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
o) Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain :


a) Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
b) Asfiksia
c) Infeksi Bakteri
d) Kejang
e) Ikterus
f) Diare
g) Hipotermia
h) Tetanus neonatorum
i) Masalah pemberian ASI
j) Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.

3. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami
komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera
dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan maka diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang
mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara
berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai rumah
sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu
PONED meliputi :
a) Pelayanan obstetri :
1) Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-
eklampsi dan eklampsi)
3) Pencegahan dan penanganan infeksi.
4) Penanganan partus lama/macet.
5) Penanganan abortus.
6) Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
b) Pelayanan neonatus :
1) Penanganan asfiksia bayi baru lahir.
2) Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
 Hipotermi
 Hipoglikemia
 Ikterus
 Masalah pemberian minum
3) Penanganan gangguan nafas.
4) Penanganan kejang.
5) Penanganan infeksi neonatus.
6) Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
7) Persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan neonatus

B. Peningkatan Pelayanan Ibu Nifas, Bayi Baru Lahir, Bayi Dan Anak
Balita Menjangkau Seluruh Sasaran
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas di perlukan
pementauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan
nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu:
a) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai
dengan 7 hari
b) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan
c) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan

Pelayanan yang diberikan adalah :


a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
c) Pemeriksaan lochea dan pengeluaran vaginam lainnya
d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI esklusin 6 bulan.
e) Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2X (2X24 jam).
f) Pelayanan KB paska persalinan

2. Pelayanan BBL
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonates
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat permainan pada bayi dan bayi mengalami masalah kesehatan.
Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan,minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan
komprehesif, menejemen terpadu bayi muda untuk bidan atau perawat yang
meliputi :
a) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeks ibakteri , ikterus,
diare berat dan beratbadan rendah
b) Perawatan tali pusat
c) Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada saat lahir
d) Imunisasihepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir
e) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku KIA
f) Penanganan dan rujukan kasus
Pelayanan kesehatan neonates (bayi berumur 0-28 hari )
dilaksanakan oleh dokter spesialisanak atau dokter atau bidan atau perawat
terlatih, di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap
neonates harus diberikan pelayanan kesehatan sedikitnya 2X pada minggu
pertama dan 1X pada minggu kedua setelah lahir.

3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatal


a) Kunjungan neonatal hari ke 1 (KN1) :
1) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat
dilakasanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (24
jam)
2) Untuk bayi yang lahir dirumah, bila bidan meninggalkan bayi
sebelum 24 jam maka pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam
setelah lahir.
b) Kunjungan neonatal hari ke tiga (KN 2) : Pada hari ke tiga.
c) Kunjungan neonatal minggu ke 2 (KN 3) : Pada minggu ke dua.

4. Pelayanan kesehatan bayi


Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan,
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
a) Pemberian imunisasi dasar
b) SDIDTK
c) Pemberian vit A 100.000 IU (6-11 bulan)
d) Konseling ASI esklusif dan pemberian MP-ASI
e) Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di
rumah
f) Penanganan dan rujukan khusus
Setiap bayi berhak mendapat pelayanan kesehatan sedikitnya 1X
pada triwulan pertama, 1X pada triwulan dua, 1X pada triwulan tiga, dan 1X
pada triwulan empat.

5. Pelayanan kesehatan anak balita


Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan
terhadap anak yang berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas
sector lainnya, yang meliputi :
a) Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam
buku KIA atau KMS, dan pelayanan SDIDTK serta mendapatkan vit A
2X dalam setahun
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita
setiap bulan yang tercatat pada buku KIA atau KMS. Bila BB tidak naik
dalam 2 bulan berturut-turut atau BB anak balita dibawah garis merah
harus dirujuk kesarana pelayanan kesehatan
b) Pelayanan SDIDTK minimal 2X/tahun (setiap 6 bulan)
c) Suplementasi vit A dosis tinggi (200.000 IU) minimal 2X per tahun
d) Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

C. Peningkatan Pelayanan KB
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 60,3% (SDKI 2002) dan angka ini merupakan
pencapaian tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode
yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan
suntik. Menurut data SDKI 2002 akseptor KB yang menggunakan suntik
sebesar 21,1%, pil 15,4 %, AKDR 8,1%, susuk 6%, tubektomi 3%, vasektomi
0,4% dan kondom 0,7%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakain
(DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus-
menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran
pada kategori PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard an variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai
dengan 7 hari.
2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.
3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah :


1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24
jam).
6. Pelayanan KB pasca persalinan

D. Peningkatan Deteksi Dini Tanda Bahaya Dan Penanganannya


Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap
mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan
komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Ibu hamil yang mempunyai faktor risiko perlu mendapat pengawasan
yang lebih intensif dan perlu di bawa ketempat pelayanan kesehatan sehingga
risikonya dapat di kendalikan (manuaba, 1998).
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung- ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
congenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.

E. Peningkatan Penanganan Bayi Baru Lahir Dengan Komplikasi


Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan,maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan neonatal secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas
maupun PONED sampai RS PONEK 24 jam.
Pelayanan neonates meliputi :
a. Pencegahan dan penanganan asfeksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia
c. Penanganan BBLR
d. Pencegahan dan penganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan-sedang
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas di perlukan pementauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonates terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat permainan pada bayi dan bayi mengalami masalah kesehatan. Resiko
terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,minggu pertama
dan bulan pertama kehidupannya. Kunjungan bayi bertujuan untuk
meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan,
pemeliharaan, kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan neonates meliputi :

a. Pencegahan dan penanganan asfeksia.


b. Pencegahan dan penanganan hipotermia
c. Penanganan BBLR
d. Pencegahan dan penganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan-
sedang
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah
penatalaksanaan yang sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada
akhirnya akan dapatmenurunkan angka kematian Bayi baru lahir.

 Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat
melakukan pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan mampu memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien.
Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya
selama proses pembelajaran di lapangan.
 Bagi Institusi
Pendidikan Diharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dalam
membimbingmahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan bagi pasien,
sehingga mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah
diperolehnya.
 Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah
diberikan baik berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya
DAFTAR PUSTAKA

Meilani Niken , dkk. 2009. Kebidanan Komunitas . Yogyakarta : Fitramaya

Retna, Eni, sriati rismintari. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Yulifah, Rita,Tri johan agus yuswanto. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas.


Jakarta: Salemba Medika.
RANGKUMAN

Peningkatan Penanganan Komplikasi Kebidanan Dan Bayi Baru Lahir Oleh


Tenaga Kesehatan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

1. Ketuban pecah dini.


2. Perdarahan pervaginam :
 Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
 Intra Partum : robekan jalan lahir
 Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan
pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.

Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu
hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat
tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain :


1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.

Penanganan komplikasi kebidanan


Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan
maka diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan,
puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi :
a. Pelayanan obstetri :
 Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
 Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsi)
 Pencegahan dan penanganan infeksi.
 Penanganan partus lama/macet.
 Penanganan abortus.
 Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
b. Pelayanan neonatus :
1. Penanganan asfiksia bayi baru lahir.
2. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
 Hipotermi
 Hipoglikemia
 Ikterus
 Masalah pemberian minum
3. Penanganan gangguan nafas.
4. Penanganan kejang.
5. Penanganan infeksi neonatus.
6. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
7. Persiapan umum sebelum tindakan kegawatdaruratan neonatus

Peningkatan Pelayanan Ibu Nifas, Bayi Baru Lahir, Bayi Dan Anak Balita
Menjangkau Seluruh Sasaran
Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan
7 hari
2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan
3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan

Pelayanan yang diberikan adalah :


1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
3. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran vaginam lainnya
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI esklusin 6 bulan.
5. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2X (2X24 jam).
6. Pelayanan KB paska persalinan

Pelayanan BBL
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehesif,
menejemen terpadu bayi muda untuk bidan atau perawat yang meliputi :
1. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeks ibakteri , ikterus, diare
berat dan beratbadan rendah
2. Perawatan tali pusat
3. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada saat lahir
4. Imunisasihepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir
5. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan buku KIA
6. Penanganan dan rujukan kasus

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatal


1. Kunjungan neonatal hari ke 1 (KN1) : 6-24 jam
2. Kunjungan neonatal hari ke tiga (KN 2) : Pada hari ke tiga.
3. Kunjungan neonatal minggu ke 2 (KN 3) : Pada minggu ke dua.

Pelayanan kesehatan bayi


1. Pemberian imunisasi dasar
2. SDIDTK
3. Pemberian vit A 100.000 IU (6-11 bulan)
4. Konseling ASI esklusif dan pemberian MP-ASI
5. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah
6. Penanganan dan rujukan khusus
Setiap bayi berhak mendapat pelayanan kesehatan sedikitnya 1X pada triwulan
pertama, 1X pada triwulan dua, 1X pada triwulan tiga, dan 1X pada triwulan
empat.
Pelayanan kesehatan anak balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak yang
berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sector lainnya, yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku
KIA atau KMS, dan pelayanan SDIDTK serta mendapatkan vit A 2X dalam
setahun
2. Pelayanan SDIDTK minimal 2X/tahun (setiap 6 bulan)
3. Suplementasi vit A dosis tinggi (200.000 IU) minimal 2X per tahun
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

Peningkatan Pelayanan KB
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan
pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas,
teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan
pelayanan yang sesuai standard an variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi
teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara berkesinambungan.
Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu melakukan revitalisasi
dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam).
6. Pelayanan KB pasca persalinan

Peningkatan Deteksi Dini Tanda Bahaya Dan Penanganannya


Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK
5. Anemia
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis
9. Riwayat kehamilan buruk
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi
11. Riwayat nifas dengan komplikasi
12. Riwayat keluarga menderita penyakit menurun dan menular
13. Kelainan jumlah janin
14. Kelainan besar janin
15. Kelainan letak dan posisi janin

Peningkatan Penanganan Bayi Baru Lahir Dengan Komplikasi


Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan,maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan neonatal secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas
maupun PONED sampai RS PONEK 24 jam.
Pelayanan neonates meliputi :
1. Pencegahan dan penanganan asfeksia.
2. Pencegahan dan penanganan hipotermia
3. Penanganan BBLR
4. Pencegahan dan penganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan-
sedang
5. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
SOAL LATIHAN

1. Salah satu komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas diantaranya adalah
perdarahan pervaginam. Perdarahan pervaginam yang dapat terjadi setelah
persalinan (Post Partim) adalah ...
a. Plasenta previa, solusio plasenta
b. robekan jalan lahir
c. Atonia uteri, retensio plasenta
d. Plansenta inkarserata, plasenta previa
e. Solusio plasenta, tetania uteri
2. Yang bukan merupakan komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
adalah ...
a. Distosia
b. Hipertensi
c. Perdarahan pervaginam
d. Ketuban pecah dini
e. Ikterik
3. Salah satu infeksi berat yang dapat terjadi dalam kehamilan diantaranya ...
a. Demam berdarah, muntah berlebihan
b. Malaria, Tifus abdominalis
c. Malaria, diare
d. Demam berdarah, tifus abdominalis
e. Diare, kejang
4. Dibawah ini yang bukan merupakan tanda-tanda gejala adanya komplikasi
pada neonatus adalah ...
a. Bernafas teratur
b. Tidak mau minum/menyusu
c. Riwayat kejang
d. Adanya tarikan dinding dada
e. Adanya pustul kulit
5. Program pembangunan berkelanjutan dimana di dalamnya terdapat 17 tujuan
dengan 169 target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan
disebut ...
a. Millenium Development Goals
b. Sustainable Development Goals
c. Maintance Development Goals
d. Suplementary Deveopment Goals
e. Moving Development Goals
6. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi.
Oleh karenanya salah satu upaya penting yang dapat dilakukan tenaga
kesehatan maupun masyarakat dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu
adalah...
a. Deteksi Aktivitas ibu hamil
b. Deteksi Gizi ibu hamil
c. Deteksi faktor risiko
d. Deteksi faktor pelengkap
e. Deteksi faktor pendukung

ESSAY
1. Sebutkan 5 komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil, bersalin dan nifas !

a. Ketuban pecah dini.


b. Perdarahan pervaginam
c. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK)
d. Ancaman persalinan prematur.
e. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
Sepsis.
f. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
g. Infeksi masa nifas.
2. Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan, kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi,
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Sebutkan
5 Pelayanan kesehatan yang dilakukan pada bayi !
a. Pemberian imunisasi dasar
b. SDIDTK
c. Pemberian vit A 100.000 IU (6-11 bulan)
d. Konseling ASI esklusif dan pemberian MP-ASI
e. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di
rumah
f. Penanganan dan rujukan khusus

Anda mungkin juga menyukai