Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI ASETILASI PEMBUATAN ASPIRIN


OLEH KELOMPOK 7 KELAS A

ANNUR FAUZI SYAPUTRA

(1207113567)

MOCHAMAD REIZAL ATH THARIQ (1207112185) SINTIA OKTAVIANI (1207136369)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013

ABSTRAK Aspirin (asam asetil salisilat) adalah sebuah senyawa yang dapat digunakan sebagai pereda rada sakit, sebagai penurun demam dan sebagai obat anti peradangan. Karena itu, aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Aspirin dapat dibuat dengan menggunakan reaksi asetilasi, yaitu suatu reaksi memasukkan gugus asetil kedalam substrat yang sesuai. Sesuai dengan tujuan percobaan yaitu membuat aspirin dalam skala labor, mengamati dan mempelajari reaksi yang terjadi, dan menghitung persentase aspirin yang dihasilkan. Senyawa asam salisilat (2,5 gr) di asetilasi menggunakan asam asetat anhidrat sebanyak 7 ml dengan bantuan 4 tetes katalis asam sulfat pekat. Asam salisilat pada reaksi ini berfungsi sebagai penerima gugus asetil, asam asetat anhidrat sebagai pendonor gugus asetil, sedangkan asam sulfat berfungsi sebagai katalis dan zat penghidrasi. Setelah ketiga bahan tercampur panaskan diatas penangas air pada suhu 50-60 C karena pada suhu itulah reaksi berjalan baik. jadi dapat dibentuk kristal. Kristal yang dihasilkan di saring menggunakan pompa vakum. Untuk mendapatkan kristal aspirin lebih murni maka dilakukan proses rekristalisasi dengan penambahan etanol dan air panas. Hasil percobaan ini diperoleh aspirin sebanyak 2,74 gr. Dengan rendemen 84,1%. Untuk pengujian kemurnian aspirin digunakan larutan FeCl3.6H2O. Larutan berwarna kuning bening menandakan aspirin sudah murni. Kata kunci: aspirin, asetilasi, anhidrat, substrat, salisilat ABSTRACK Aspirin (acetyl salicylic acid) is a compound that can be used as a pain killer , as fever and as an anti-inflammatory. Therefore, aspirin is widely used in medicine. Aspirin can be made using acetylation reaction, which is a reaction of an acetyl group to enter into a suitable substrate. In accordance with the purpose of the experiment is to make aspirin in laboratory scale, observing and studying the reaction, and calculate the percentage of aspirin produced. Two and half grams Salicylic acid compounds gets acetylation using 7 ml acetic acid anhydride with the help of 4 drop concentrated sulfuric acid catalyst. Salicylic acid in this reaction serves as a recipient of an acetyl group, acetic acid anhydride as an acetyl group donor, while the sulfuric acid serves as a catalyst and Hydrating agents. After these three materials mixed, heat them on a water bath at a temperature of 50-60 C because at that temperature the reaction went well. so it can be shaped crystals. The resulting crystals filtered using a vacuum pump. To get a more pure aspirin crystals recrystallization process is carried out by the addition of ethanol and hot water. The experimental results were obtained as 2.74 gr aspirin. With a yield of 84.1%. To test the purity of aspirin use FeCl 3.6H2O solution. Clear yellow solution indicates aspirin is pure. Key word: aspirin, acetylation, anhydride, substrate, salicylic

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Reaksi acytilasi merupakan suatu rekasi memasukkan gugus acetyl ke dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-C-OO (dimana R= alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylid acid, dapat dibuat dengan cara acetylasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan acetate anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat. Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (0-hydroxy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin digunakan sebagai obat penurun demam, antibiotika, dan penawar nyeri (analgetika). Biasanya aspirin dijual sebagai garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat. Untuk menguji kemurnian Aspirin dapat menggunakan larutan Ferri klorida (FeCl3). Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan menghasilkan metil salisilat. Aspirin memiliki sifat sifat sebagai berikut : Mr = 180, titik leleh = 133,4C, dan titik didih =140C. Aspirin digunakan sebagai obat penurun demam,antibiotika,dan penawar nyeri

(analgetika). Biasanya aspirin dijual sebagai garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat. Salah satu perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin (asam asetil salisilat) adalah Bayer. Ide untuk memodifikasi senyawa asam salisilat dilatarbelakangi oleh banyaknya efek negatif dari senyawa ini. Pada tahun 1845, Arthur Eichengrun dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek

negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897, Felix Hoffman berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin. Pada saat ini penggunaan obat semakin lama semakin berkembang. Banyak obat yang telah dikembangkan untuk menjadi suatu obat yang lebih baik untuk dikonsumsi. Salah satunya penggunaan asam salisilat. Dahulu asam salisilat ini digunakan oleh banyak orang sebagai antipiretik, tetapi obat ini memiliki sifat yang keras pada tubuh (efek negatif) saat dikonsumsi sehingga dikembangkannya asam salisilat ini menjadi asam asetil salisilat (aspirin) yang lebih aman untuk dikonsumsi. Didalam pratikum ini dilakukan sintesa aspirin untuk meminimalisir dampak keras (efek samping) terhadap tubuh pada saat aspirin itu dikonsumsi. Sehingga aspirin yang dibentuk menjadi lebih aman terhadap tubuh, karena tidak mengandung asam salisilat lagi,

1.2 Tujuan Pratikum 1.Membuat aspirin dalam skala labor. 2.Mengamati dan mempelajari proses reaksi yang terjadi. 3.Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Aspirin Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi yang memasukkan gugus asetil ke

dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit asam sulfat pekat sebagai katalisator. Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi.Aspirin (asam asetilsalisilat) bersifat analgesik yang efektif sebagai penawar nyeri. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflamasi untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipretik yang berfungsi sebagai obat penurun demam. Biasanya aspirin dijual dalam bentuk garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat (Irdoni H.S dan Nirwana H.Z, 2013).

Gambar 2.2 Struktur kimia aspirin

Rumus Molekul Berat molekul

: C9H8O4 : 180,16

Nama kimia Pemerian

: Asam asetil salisilat : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.

Kelarutan

: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter, agak larut dalam eter mutlak. (Baysinger,2004)

2.2

Sejarah Perkembangan Aspirin Sejarah penemuan aspirin sudah diawali sejak ribuan tahun lalu sejak zaman

Yunani kuno di mana pada saat itu orang Yunani kuno dan Hippocrates menggunakan kulit pohon Willow sebagai obat penghilang rasa sakit, demam, dan peradangan kemudian khasiat obat ini tersebar luas. Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin. Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fentana melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa dari daun willow sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki aktivitas antipretik yang mampu menyembuhkan demam.Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck pada 1833.Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal senyawa salisin dalam kondisi yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3. Bayer adalah perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin.Pada tahun 1845, Arthur Eichengrum dari perusahaan Bayer

mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam

salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya.Pada tahun 1897, Felix Hoffman berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin. 2.3 Sintesa Aspirin Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH.Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda.Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh : 1. Sintesa Aspirin menurut Kolbe Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe.Pada sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat.Asam salisilat yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.

Gambar 2.3.1 sintesis Kolbe (Baysinger,2004) 2. Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki tekanan vakum dan panas (130oC).Sodium phenoxide berubah menjadi

serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif.Kemudian ditambahkan asam sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.

Gambar 2.3.1 sintesis aspirin dari sintesis Kolbe Untuk membentuk aspirin, asam salisilat di reflux bersama asetat anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetilsalisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. (Baysinger,2004). 2.4 Rekristalisasi Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang

bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Endapan adalah yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan(S) suatu endapan adlah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada nerbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dlam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya. Umumnya dapat dilatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar nengan kenaikan suhu, meskipun dalam nenerapa hal yang istimewa terjadi yang sebaliknya. Pada beberapa hal perubahan kelarutan dengan nerubahnya suhu dapat menjadi dasar untuk pemisahan. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain terutama ion-ion dalam larutan itu. Ion sekutu adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan endapan. Kelarutan suatu endapan banyak sekali berkurang jika sakah satu ion sekutu terdapat dengan berlebihan, meskipun efek ini mungkin diimbangi nengan pembentukan suatu kompleks yang dapat larut dengan ion-sekutu yang berlebihan itu. Dengan adanya ion asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi penambahan ini umumnya sedikit, kecuali bila terjadi reaksi kimia ( seperti pembentukan kompleks atau reaksi asam-basa ) antara endapan dengan ion asing, pada mana pertambahan kelarutan kebih mencolok. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya .Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. 2.5 Manfaat aspirin Adapun manfaat aspirin adalah :

a) Aspirin digunakan sebagai analgesic, yaitu pereda rasa sakit b) Digunakan sebagai zat anti-inflamasi, atau untuk pengurang rasa sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. c) Sebagai pengurang jerawat. d) Sebagai terapi jantung e) Sebagai obat penurun demam. f) Sebagai masker wajah g) Penguarang resiko kanker 2.6 Reaksi pembuatan aspirin

(Gambar 2.6 mekanisme reaksi pembuatan aspirin)

a) Asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrat b) Sehingga gugus alkanol pada asam salisilat akan bereaksi dengan gugus asetil pada asam asetat anhidrat dibantu dengan katalis H2SO4 sebagai penghidrasi (bertugas memutuskan ikatan gugus hidroksi dan ikatan asetat anhidrat).

c) Gugus asetil mensubtitusi gugus alkanol d) Gugus alkanol masuk kedalam gugus asil e) Struktur dari asam salisilat berubah (-OH menjadi CH3COO-) yang disebut sebagai Asam Asetil Salisilat dengan nama dagang Aspirin dengan reaksi samping asam asetat. 2.7 2.7.1 Esterifikasi Pengertian Reaksi Esterifikasi

Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).

Gambar 2.7. mekanisme reaksi esterifikasi Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam pembentukan ester. Untuk alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk reaksi esterifikasi adalah metanol > alkohol 1 > alkohol 2 > alkohol 3. Jenis-jenis esterifikasi: 1. Reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol Contoh reaksinya adalah reaksi antara asam asetat dan etanol membentuk etil asetat. Reaksinya adalah:

Gambar 2.7.1 mekanisme reaksi esterifikasi Mekanisme Reaksi Esterifikasi Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi:

Gambar 2.7.1 mekanisme reaksi esterifikasi

Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan CO asam karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alcohol. Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapainya adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain yaitu membuang salah satu produk dalam campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotropik).

Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan menurun. Rendemen esternya pun berkurang. Alasannya ialah karena esterifikasi itu merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai. Jika suatu ester yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik. Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan asam karboksilat karena kesetimbangan cenderung bergeser ke sisi pereaksi daripada produk. Ester fenil dapat diperoleh dengan menggunakan derivate asam yang lebih reaktif.

2. Reaksi dengan asil klorida Kita akan mengambil contoh etanol klorida sebagai asil klorida sederhana. Reaksi umum antara klorida etanol dengan sebuah senyawa X-O-H (dimana X adalah hidrogen, atau sebuah gugus alkil, atau sebuah cincin benzen) adalah:

Gambar 2.7.2 mekanisme reaksi esterifikasi Sehingga setiap reaksi akan menghasilkan gas hidrogen klorida hidrogen berasal dari gugus -OH, dan klorin berasal dari etanoil klorida . Komponen lain yang tersisa semuanya bergabung menjadi satu struktur.

3.

Reaksi alkohol anhidrida asam

Kita mengambil contoh anhidrida etanoat sebagai anhidrida asam yang paling umum ditemui dalam pembahasan tingkat dasar.

Gambar 2.7.3 mekanisme reaksi esterifikasi Jika anda membandingkan persamaan reaksi di atas dengan persamaan reaksi untuk asil klorida, anda bisa melihat bahwa satu-satunya perbedaan adalah bahwa yang dihasilkan sebagai produk kedua adalah asam etanoat, bukan hidrogen klorida seperti pada reaksi asil klorida. Reaksi-reaksi anhidrida asam persis sama seperti reaksi-reaksi asil klorida yang sebanding kecuali: a) Asam etanoat terbentuk sebagai produk kedua bukan gas hidrogen klorida. b) Reaksi berlangsung lebih lambat. Anhidrida asam tidak terlalu reaktif seperti asil klorida. c) Reaksi masing-masing dengan air, alkohol, dan fenol 2.8 Reaksi Pengujian Aspirin Aspirin ditambahkan FeCl3.6H2O bertujuan untuk menguji kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum. Jika dari pengujian tersebut warna kmlarutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenol(asam salisilat).

Cl Fe Cl Besi (III) Klorida Asam Salisilat Cl.6 H2O +

OH

O-FeCl2.6H2O + HCl

COOH

COOH Menghasilkan warna ungu

COOH

Gambar 2.8.1 Reaksi Asam Salisilat dengan FeCl3.6H2O (Anonim,2011)

Reaksi pengujian aspirin termasuk kompleksometri, yaitu reaksi antara ion logam dan anion atau molekul netral, sehingga menghasilkan senyawa kompleks. Jadi, ion FeCl3.6H2O akan bereaksi dengan OH dan akan menghasilkan warna, jadi disini FeCl3.6H2O bertindak sebagai ion logam, sedangkan OH sebagai anion. Pada saat terbentuk senyawa komlpleks, maka warna larutan berubah jadi ungu. Beberapa jenis senyawa kompleks, yaitu: 1. Senyawa kompleks netral. Misalnya [Ni(CO)4]yt Senyawa kompleks netral tidak mempunyai muatan karena jumlah total muatan ion pusat dan ligannya sama besar. Misalnya ion pusat Cr3+ mengikat tiga ligan asetat (CH3COO-) maka akan terbentuk senyawa kompleks netral [Cr(CH3COO)3]. Struktur senyawa ini dapat digambarkan seperti gambar 1.

Gambar 2.8.2 Kompleks [Cr(CH3COO)3] Contoh lain dari kompleks netral seperti kompleks [Co(NH3)3(NO3)3] dan[Cu(NH3)4Cl2]. Pada senyawa ini NO3- dan Cl- berfungsi sebagai ligan karena kedua anion tersebut mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat didonorkan. Ion NO3- dapat mendonorkan pasangan electron dari atom oksigen sedangkan ion Cl- mendonorkan satu pasangan elektron dari empat pasang yang dimilikinya.

Salah satu kekhasan senyawa kompleks netral adalah sifatnya yang tetap berada dalam bentuk molekul bila dilarutkan. Bila senyawa kompleks [Cr(CH3COO)3] dilarutkan maka senyawa tersebut tidak akan mengion, walau mengalami sedikit penguraian. Berbeda halnya dengan kompleks[Ag(NH3)2]Cl, bila dalam larutan kompleks ini akan terurai menjadi

kation [Ag(NH3)2]+ dan anion Cl-. Hal ini menunjukan bahwa ion Cl- pada senyawa ini bukan merupakan ligan

2. Senyawa kompleks ionik. Senyawa kompleks ionik terdiri atas ion positif (kation) dan ion negatif (anion) misalnya [Ag(NH3)2]. Dalam senyawa kompleks ionik salah satu dari ion tersebut atau keduanya dapat merupakan ion kompleks. 3 jenis senyawa kompleks ionik yaitu: a. Senyawa kompleks ionik dengan kation sebagai ion kompleks. b. Senyawa kompleks ionik dengan anion sebagai ion kompleks. c. Senyawa kompleks ionik dengan kation dan anion sebagai ion kompleks. Berikut adalah beberapa senyawa kompleks ionik s.k.i kation sebagai ion kompleks [Ag(NH3)2]Cl [Co(NH3)6](NO3)3 s.k.i anion sebagai ion kompleks K3[Fe(CN)6] K2[PtCl4] s.k.i kation dan anion sebagai ion kompleks [Co(NH3)6] [Cr(Cn)] [Pt(NH3)4] [PtCl4]

Keterangan s.k.i : senyawa kompleks ionik Jadi, reaksi pengujian aspirin adalah senyawa kompleks dengan kation karena terbentuk muatan positif (Fe(H2O)63+) Mekanisme reaksi antara asam salisilat dengan FeCl3.6H2O adalah : a) Pertama, FeCl3.6H2O dengan struktur Fe ditengah dan dikelilingi oleh 6H2O direaksikan dengan Asam Salisilat yang mengandung 2 buah gugus fungsi yaitu OH dan COOH. b) Kemudian atom oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salisilat akan berikatan dengan ion kompleks Fe(H2O)63+ tersebut yang menyebabkan warna ungu pada larutan, dan

atom H pada gugus hidroksi dan gugus karboksilat akan bereaksi dengan Cl3 pada FeCl3.6H2O membentuk HCl sebagai reaksi samping. c) Kemudian untuk pengujian aspirin dengan ferri klorida, larutan tidak berwarna ungu, hal ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat yang berikatan dengan ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan. Jika warna larutan berwarna ungu berarti pada aspirin yang dihasilkan masih mengandung asam salisilat.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Alat a) Labu didih dasar bulat b) Batang pengaduk c) Penangas air d) Kertas saring e) Timbangan analitik f) Corong Buchner g) Pompa vakum h) Pipet tetes i) Kaca arloji j) Termometer k) Statif dan klem l) Gelas piala m) Tabung reaksi

3.2 Bahan-bahan a) Asam salisilat b) Asetat anhidrat c) Asam sulfat pekat d) Alkohol e) Ferri clorida f) Aquades

3.3 Prosedur Percobaan A. Pembuatan Aspirin a) Masukkan asam salisilat sebanyak 2,5 gram kedalam labuh didih dasar bulat (reactor) dan tambahkan 7 ml asam asetat anhidrat sedikit demi sedikit serta 3-4 tetes asam sulfat pekat. b) Goyang-goyangkan labu agar zat tercampur baik (lakukan didalam lemari asam). c) Panaskan diatas penangas air pada suhu 50oC-60oC sambil diaduk selama 15 menit. d) Biarkan campuran dingin pada suhu kamar, aduk sekali- sekali. e) Tambahkan 40 ml aquadest, aduk dengan sempurna. f) Didinginkan selama 1 jam dengan menggunakan batu es. g) Selanjutnya saring endapan dengan menggunakan pompa pengisap/vakum. B. Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin) a) Larutkan aspirin dalam 7 ml alcohol hangat b) Tuangkan kedalam larutan aspirin-alkohol 40 ml air hangat. c) Panaskan sampai larut ( dalam penangas air ) bila terjadi endapan ,saring larutan dalam keadaan panas dengan cepat. d) Dinginkan larutan jernih pada temperatur kamar selama 1,5 jam. e) Amati larutan tersebut sampai kristal yang terbentuk cukup banyak. f) Saring larutan dan endapan menggunakan kertas saring dan corong Buchner , sebelumnya timbang dulu kertas saring yang akan digunakan (penyaring vakum). g) Keringkan pada suhu kamar. h) Timbang berat aspirin yang terbentuk bila telah kering. i) Hitung rendemennya.

C. Uji Kemurnian Aspirin

a) Ambil sedikit kristal aspirin hasil rekristalisasi, masukkan dalam tabung reaksi. b) Ambil sedikit asam salisilat, masukkan dalam tabung reaksi yang berbeda. c) Larutkan kristal aspirin dan asam salisilat menggunakan alcohol masing-masing 1 ml. d) Tambahkan 3 tetes larutan ferri klorida pada setiap tabung reaksi dan amati, bila larutan aspirin berubah menjadi ungu berarti aspirin yang dibuat belum murni (lihat warna ungu yang dihasilkan dari tabung reaksi yang berisi asam salisilat). Jika larutan aspirin tetap bening berarti aspirin yang terbentuk telah murni. e) Jika belum murni, ulangi rekristalisasi terhadap asipirin beberapa kali dengan cara diatas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan dan Perhitungan 4.1.1 Data yang diperoleh : 1) Asam Salisilat a) Berat Asam Salisilat : 2,5 gram 2) Asam Asetat Anhidrat a) Volume b) Massa 3) Berat aspirin : 7 ml : 7,56 gram : 2,74 gram

Tabel 4.1 Pengamatan proses pembuatan aspirin

No

Perlakuan

Pengamatan Larutan yang dihasilkan

2,5 gram Asam salisilat (putih) + 7 ml asam asetat anhidrat (bening).

terdapat endapan (gumpalan) asam salisilat. Larutan berwarna

Larutan + 4 tetes H2SO4.

bening dan tidak terdapat lagi endapan.

Larutan lalu dipanaskan selama 20 menit dengan suhu 50-60oC Larutan didinginkan pada suhu kamar + 40 ml aquades Larutan didinginkan selama 1jam dengan batu es. Endapan putih dalam larutan bening disaring dengan pompa vakum.

Tidak terjadi perubahan (warna larutan tetap bening). Larutan menjadi putih keruh Terdapat endapan putih dalam larutan bening. Didapat endapan putih (aspirin).

Tabel 4.2 Pengamatan proses rekristalisasi aspirin No Perlakuan Aspirin + 7 ml alkohol hangat + 40 ml aquades 1 hangat.Endapan yang terbentuk tersebut disaring dan yang diambil adalah larutan beningnya. 2 Setelah itu didinginkan selama 1.5 jam Kristal disaring dari larutannya dengan 3 menggunakan kertas saring dengan corong Buchner 4 Dikeringkan pada suhu kamar, lalu ditimbang berat aspirin. Diperoleh 2,74 gram aspirin. Didapat kristalnya. Terbentuk kristal yang cukup banyak. Terbentuk endapan. Pengamatan

Tabel 4.3 Pengamatan uji kemurnian aspirin No 1 2 Perlakuan Sedikit kristal aspirin + 1 ml etanol. Larutan bening + 3 tetes FeCl3 (kuning kecoklatan) Pengamatan Larutan bening. larutan kuning bening (aspirin murni).

Table 4.4 Perbandingan data dengan kelompok 8 kelas A No 1 2 3 4 5 Variasi Berat Asam Salisilat Volume Asam Asetat Anhidrat Berat Aspirin hasil percobaan Berat Aspirin stoikiometri Rendemen Kelompok 7 2,5 gram 7 ml 2,74 gram 3,258 gram 84,1 % Kelompok 8 3 gram 9 ml 2,02 gram 3,95 gram 51,01 %

4.2 Pembahasan Pada percobaan ini, kita akan mencoba membuat aspirin dengan mereaksikan asam salisilat dan asam asetat anhidrat. Hasil samping dari reaksi ini adalah asam asetat. Selain kedua zat tersebut, asam sulfat pekat juga ditambahkan dan berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi oleh asam asetat membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat atau asam asetat habis. Semua penambahan dan pencampuran zat diatas harus dilakukan didalam lemari asam karena zat yang digunakan mudah menguap (asam asetat anhidrat), sehingga akan terhirup jika tidak dilakukan di dalam lemari asam. Setelah itu, larutan diaduk sempurna, agar tercampur rata, lalu dilakukan pemanasan pada suhu 50-60oC, karena semua campuran yang kita masukkan akan bereaksi sempurna pada selang suhu tersebut. Penggunaan suhu ini karena asam asetat anhidrat akan terpecah menjadi gugus asetil dan gugus asil, lalu gugus asetil akan mensubtitusi gugus OH pada asam salisilat (Pratama, 2010), jika suhunya kurang dari 50oC maka aspirin tidak akan terbentuk dan aspirin akan meleleh pada suhu 70oC (Fessenden, 1987),

selain itu dapat merusak molekul-molekul pada larutan tersebut selain itu apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 60oC maka asam salisilat akan terbakar karena asam salisilat memiliki titik nyala pada suhu 76oC (Dirjen POM, 1979) Larutan lalu didinginkan dengan suhu kamar, dan setelah dingin, ditambahkan 40 ml aquadest, larutan menjadi putih keruh. Larutan didinginkan dengan es batu selama 1 jam, hasilnya endapan bertambah banyak dan mengkristal. Rekristalisasi dilakukan untuk mendapatkan Kristal aspirin yang lebih murni. Pada rekristalisasi digunakan etanol hangat sebagai pelarut sebanyak 7 ml karena asam salisilat mengandung senyawa polar (benzen), dan 40 ml aquadest hangat sebagai pengkristal. Kemudian larutan dipanaskan di dalam penangas air, dan larutan jernih yang didinginkan pada temperatur kamar membentuk kristal. Kristal disaring dengan corong Buchner yang kertas saringnya ditimbang terlebih dahulu, sehingga didapatkan pisahan antara kristal asam asetil salisilat dengan filtratnya. Endapan tersebut disaring dalam keadaan panas, ini bertujuan untuk memisahkan zatzat pengotor yang tidak larut dalam larutan. Jika tidak disaring dengan cepat maka akan semakin banyak lagi asam salisilat yang mengendap sehingga aspirin akan semakin terkotori oleh asam salisilat. Setelah kering ditimbang berat aspirin yang terbentuk, dan berat aspirin yang terbentuk adalah 2,74 gram. Rendemen yang diperoleh adalah 84,1%, hasil ini berbeda dengan kelompok 2 yang kami jadikan sebagai pebanding, karena pada kelompok mereka kesetimbangan berada hampir di tengah, ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pada saat penyaringan pertama, beberapa kelompok tidak melakukan penyaringan ulang, karena masih banyak Kristal aspirin yang terikut masuk ke dalam Erlenmeyer. Dan mungkin pada saat pengadukan, tidak dilakukan dengan sempurna, jadi pereaksi tidak bereaksi sempurna. Sedangkan pada kelompok kami kesetimbangan berada disebelah kanan (produk), disebabkan karena diberikan asam asetat anhidrat berlebih.

Rendemen yang diperoleh tidak mencapai 100%, hal ini dapat disebabkan oleh reaksi pembuatan aspirin yang tidak sempurna dan adanya aspirin yang masih belum terbentuk pada saat didinginkan. Juga, pada saat rekristalisasi mungkin ada kandungan aspirin yang tersaring pada saat penyaringan kotoran. Sehingga berat aspirin berkurang yang menyebabkan rendemen yang didapatkan tidak mencapai 100%. Lalu aspirin yang telah didapat tadi diambil sedikit untuk diuji dengan penambahan 1 ml etanol dan 3 tetes FeCl3.6H2O. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah larutan menjadi kuning bening, ini berarti aspirin yang didapat telah murni karena larutan tidak berubah menjadi warna ungu. Apabila larutan berubah menjadi ungu berarti aspirin yang diperoleh belum murni, karena warna ungu pada larutan disebabkan oleh FeCl3.6H2O yang bereaksi dengan asam salisilat. Asam salisilat memiliki 2 gugus fungsi, yaitu alhokol dan asam karboksilat. FeCl3.6H2O ini nantinya akan bereaksi dan berikatan dengan gugus fungsi alkohol pada asam salisilat, hal inilah yang menyebabkan warna ungu pada larutan aspirin FeCl3.6H2O berikatan dengan gugus fungsi alkohol pada asam salisilat. Jika aspirin yang didapat murni maka didalam produk tidak ada asam salisilatnya dan sebaliknya jika aspirin yang didapat tidak murni, diduga masih mengandung asam salisilat. Reaksi pembuatan aspirin termasuk salah satu reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol (asam salisilat) dengan anhidrida asam (asam asetat anhidrat) dengan bantuan katalis H2SO4. Berikut ini, penjelasannya.

BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan bantuan asam sulfat pekat sebagai katalis. Aspirin dapat dimurnikan dengan rekristalisasi menggunakan etanol dan air. Reaksi yang terjadi pada pengujian aspirin adalah reaksi pengkompleksan yaitu senyawa kompleks dengan kation karena terbentuk muatan positif (Fe(H2O)63+) antara aspirin dan ferri klorida. Persentase Aspirin yang dihasilkan dari 2.5 gr asam salisilat dan 7 ml asam asetat anhidrat adalah sebanyak 2,74 gr dengan rendemen 84,1%.

5.2. Saran Disarankan kepada praktikan agar teliti dalam mengukur bahan-bahan yang akan digunakan dan hati-hati dalam pencampuran zat dalam lemari asam. Untuk percobaan ini lakukan penyaringan zat pengotor dengan cepat agar aspirin yang didapat lebih murni serta lakukan pengadukan secara teratur agar zat yang dicampur sempurna. Pada saat pendinginan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar Kristal yang didapat lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Baysinger, Grace.Et all. 2004. Handbook Of Chemistry. 85thed:New York. Fessenden, J Ralp. Joan S. Fessenden. 1987. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga:Jakarta. Furniss,Brian S.,etal.,Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry 5thEdition-Revised. 1989. Longman Scientific & Technical, Essex, England. Fessenden.1987,Kimia Organik Jilid 2, Jakarta, Erlangga. Gerhardt CF. 1855, Lehrbuch der Organischen Chemie. Leipzig: Verlag Otto Wigand http://deeffchemistry.blogspot.com/2012/12/reaksi-asetilasi_5.html (diakses 31 Maret 2013). Muhammad. Syamsul. Rekristalisasi Aspirin diakses 31 Maret 2013 dari http://ilhammaulana24.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-kimiareaksi_9551.html. Nugroho, Iwan. Aspirin. diakses 31 Maret 2013 dari http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/reaksi-kimia-kimia-kesehatanmateri_kimia/reaksi-pengendapan.html. Irdoni,HS dan Nirwana,HZ. 2013.Modul Praktikum Kimia Organik. Fakultas Teknik Universitas Riau: Pekanbaru. Rapl J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit Erlangga : Jakarta.

Susanto, Iwan. Sintesa Aspirin. diakses pada tanggal 29 Maret 2013 dari http://www.scribd.com..

LAMPIRAN A DOKUMENTASI

Gambar A.1 asetat anhidrat

Gambar A.2 asam salisilat

Gambar A.3 campuran asam salisilat dan asetat ahidrat dengan 4 tetes asam sulfat.

Gambar A.4 Campuran dipanaskan pada suhu 50oC-60oC selama 15 menit.

Gambar A.5 Didinginkan pada suhu kamar

Gambar A.6 kemudian ditambahkan 40 ml aquadest

Gambar A.7 campuran didinginkan dengan batu es selama 1 jam

Gambar A.8 saring denga menggunakan pompa vakum

Gambar A.10 sediakan alcohol hangat sebanyak 7 ml

Gambar A.11 ditambahakan 40 ml air hangat.

Gambar A.12 dicampurkn didalam labu didih dasar lalu dipanaskan.

Gambar A.13 bila ada endapan saring dengan kertas saring dan corong Buchner dalam keadaaan panas.

Gambar A.14 terbentuk Kristal pada campuran.

LAMPIRAN B KARAKTERISTIK ZAT YANG DIGUNAKAN 1. Asam Salisilat (C7H6O3) NO. Karakteristik 1 Nama IUPAC 2 Sinonim 3 Rumus Molekul 4 5 6 7 8 9 10 11 % Unsur Penyusun Titik Lebur Berat Molekul Bobot Jenis Deskripsi Zat Penyimpanan Kegunaan dalam Praktek Kegunaan Umum Keterangan Asam 2 hidroksi benzoate Asam Salisilat C7H6O3 Tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0 % C7H6O3 dihitung terdiri zat yang telah dikeringkan Antara 158o dan 161o 138.12 1.44 Sukar larut dalam air dan benzene, mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform Dalam wadah tertutup rapat Sebagai bahan dasar pembuatan aspirin Keratolitikum dan antifungi (DITJEN POM edisi III, 1979)

A. Sifat Fisika 1) % Unsur penyusunnya adalah C = 7 (43,75 %), H= 6 (37,5 %), O= 3 (18,75%) 2) Mampu larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagianetanol (95 %), mudah larut dalam kloroform dan dalam eter 3) Biasanya digunakan sebagai bahan dasar sintesa aspirin 4) Memiliki tekanan uap1 mmHg pada 33 oC, daya ledak 1,146 g/cm3 dan titik nyala 76 oC. B. Sifat Kimia
1) Tidak cepat menguap, tidak mudah terbakar.

(Austin, 1984).

2. Asam Asetat Anhidrat NO. Karakteristik 1 Nama Resmi 2 Sinonim 3 Rumus Molekul 4 5 6 7 8 9 10 % Unsur Penyusun Kelarutan % Unsur Berat Molekul Deskripsi Zat Penyimpanan Kegunaan A. Sifat Fisika 1. %Unsur penyusunnya adalah C=1(16,67%), H=4(66,67%),O=1 (16,67%) 2. Memiliki rumus molekul (CH3CO)2O dan berat molekul102,09 gram/mol 3. Titik didih pada 760 mmHg adalah 139,06oC, sedangkan titik beku73oC 4. Memiliki tekanan kritis 46.81 atm dan suhu kritis 296oC 5. Densitasnya pada 20C 1.08 g/ml dan untuk viskositas pada 25C 0.843 mPa.s 6. Kegunaannya sebagai pelarut dan pemberi gugus asetil dalam sintesis aspirin B. Sifat Kimia 1. Mudah menguap, mudah terbakar, disimpan di lemari asam (Austin, 1984) Keterangan Acidum acetic anhidrate Asam Asetat Anhidrat (CH3CO)2O Mengandung tidak kurang dari 95,50% C4H6O3 Dapat bercampur baik dengan air, etanol 95 % (CH3CO) Mr = 99 102.09 Cairan jerih tidak berwarna, berbau tajam, mengandung kurang dari 95 % C4H6O3 Dalam wadah tertutup rapat Sebagai pelarut (DITJEN POM edisi III, 1979)

3. Asam Sulfat NO. Karakteristik 1 Nama Resmi 2 Sinonim 3 Rumus Molekul 4 5 6 7 8 9 % Unsur Penyusun Berat Jenis Berat Molekul Deskripsi Zat Penyimpanan Kegunaan A. Sifat Fisika 1. % Unsur penyusun adalah H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4 (57,14%) 2. Memilki titik didih 340 oC dan titik beku 10,49oC 3. specific gravity (60 oF) 1,824 4. Digunakan sebagai katalisator B. Sifat Kimia 1. Mudah menguap, terbakar, disimpan pada lemari asam (Austin, 1984) 4. Asam Asetat NO. Karakteristik 1 Nama Resmi 2 Sinonim 3 Kegunaan 4 BM/ RM 5 Penyimpanan Keterangan Acidum aceticum Asam Asetat Pereaksi 60/ CH3COOH Dalam wadah tertutup (DITJEN POM edisi III, 1979) Keterangan Acidum sulfaricum Asam Sulfat (H2SO4) Asam sulfat mengandung tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 98 % b/b H2SO4 1.84 gr/ml 98.07 Cairan jerih seperti minyak, tak berwarna, bau sangat tajam dan korosif, bercampur dengan air dan etanol dengan menimbulkan panas Dalam wadah tertutup baik Sebagai katalisator (DITJEN POM edisi III, 1979)

5. Besi (III) klorida NO. 1 2 3 4 5 6 Karakteristik Nama Resmi Sinonim Kegunaan BM/ RM Kelarutan Penyimpanan Keterangan Ferri Klorida Besi (III) Klorida Bahan Penguji aspirin 162.2/ FeCl3 Larut dalam air Dalam wadah tertutup baik (DITJEN POM edisi III, 1979)

A. Sifat Fisika 1. Nama lainnya adalah Besi (III) klorida 2. Dengan rumus molekul FeCl3 dan berat molekul 162,22 gr/mol 3. Densitasnya 2,898 g/cm3 4. Titik didih 315oC dan titik leburnya 282 oC 5. Larut dalam air, larutan bervalensi berwarna jingga 6. Kegunaannya sebagai indikator uji kemurniaan aspirin

B. Sifat Kimia 1. Mudah menguap jika dibuka lama-lama, asam Lewis yang relatif kuat, dan bereaksi membentuk adduct dengan basa-basa Lewis, bereaksi dengan cepat terhadap oksalat membentuk kompleks (Austin, 1984).

LAMPIRAN C Perhitungan Mr asam salisilat P asam asetat anhidrat : 138,12 gr/mol : 1,08 gr/ml

Mr asam asetat anhidrat : 102,2 gr/mol a. Asam salisilat Mol = Gram = Mol = 0.0181mol b. Asam asetat anhidridra p 1,08 Mol =
= = 0.0741 mol

= =

Massa = 7,56 gram

3. Berat Aspirin j

= (berat aspirin + kertas saring) kertas saring = 3,76 1,02 = 2,74 gram

Perhitungan Aspirin Secara Stoikiometri Asam Salisilat+As. Asetat Anhidridra M: 0,0181 mol 0,0741 mol B: 0,0181 mol 0,0181 mol S: 0,056 mol Aspirin 0,0181 mol 0,0181mol + As. Asetat 0,0181mol 0,0181 mol

a. Massa aspirin = Mr x Mol aspirin = 180 x 0,0181 = 3,258 gram b. Rendemen = = x 100%

x 100%

= 84,1 %

Anda mungkin juga menyukai