Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ABORTUS (PENGGUGURAN KANDUNGAN)

Modul Ajar Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Masailul Fiqhiyah

Dosen Pengampu:
Vina Rohmatul Ummah, M. Pd

Disusun Kelompok 7 :
Alfin Nursahril (NIM: 2021390101433)
Jamillatul Rosita (NIM: 2021390101369)
Yolanda Ega F. (NIM: 2021390101418)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG– BANYUWANGI
2023
A. Pendahuluan
Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan, baik
hewan, tumbuhan maupun manusia yang menyandang gelar khalifah dimuka
bumi ini. Oleh karena itu ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan
terhadap lima hal, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Justru itu
agama Islam sangat tegas dalam memberi peringatan kepada pihak-pihak yang
tersangkut dalam hal pembunuhan termasuk penghilangan kandungan tanpa
sebab syar'i tidak diperkenankan. Memelihara jiwa dan melindunginya dari
berbagai ancaman berarti memelihara eksistensi kehidupan umat manusia.
Namun tidak semua orang merasa senang dan bahagia dengan setiap kelahiran
yang tidak di rencanakan, karena faktor kemiskinan, hubungan di luar nikah
dan alasan-alasan lainnya. Hal ini mengakibatkan, ada sebagian wanita yang
menggugurkan kandungannya setelah janin bersemi dalam rahimnya.
Kekhawatiran seperti inilah yang mendorong untuk menyeru kepada umat
Islam, agar alasan-alasan untuk adanya pembenaran dengan delik yang masuk
akal, dalam melakukan pengguguran kandungan perlu diwaspadai. Islam
menutup jalan ke arah yang haram. Justru itu tidaklah tepat untuk mencari kiat
dari usaha dalam rangka pembenarannya. (Jauhari, 2020)
Aborsi merupakan realitas sosial yang menggejala di kalangan masyarakat.
Maraknya praktek aborsi dalam masyarakat mengakibatkan kecendrungan
adanya pergeseran nilai dimana fenomena tersebut dianggap sebagai sesuatu
yang lumrah. Ironisnya, aborsi mendapatkan justifikasi oleh beberapa
kalangan, antara lain bahwa aborsi dianggap sebagai salah satu bentuk otonomi
perempuan atas tubuhnya. Aborsi merupakan bagian dari hak reproduksi. Hal
ini berarti bahwa perempuan memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
aborsi dari kasus tidak aman menjadi aman. Lebih dari itu, hak reproduksi yang
terkualifisir dalam insrumen Hak Asasi Manusia semakin memuluskan praktek
aborsi dan memperuncing kompleksitas dampak-dampaknya. Tindakan aborsi
bukanlah semata masalah medis atau kesehatan masyarakat, melainkan lebih
pada problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan
(freedom/liberalism) yang dianut suatu masyarakat. Paham asing ini tak

2
diragukan lagi telah menjadi pintu masuk bagi merajalelanya kasus-kasus
aborsi dalam masyarakat mana pun. Berbagai fakta yang terungkap
menunjukkan kondisi moral yang memprihatinkan tentang tindak aborsi.
(Yusra, n.d.)
Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat
Indonesia. Namun terlepas dari kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian
ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun
sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul
dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis . Akan tetapi, kematian ibu
yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai pendarahan atau sepsis. Hal itu terjadi
karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. (Listiyana, n.d.)
Sebab bagi seorang muslim, hukum-hukum Syariat Islam merupakan
standar bagi seluruh perbuatannya. Selain itu keterikatan dengan hukum-
hukum Syariat Islam adalah kewajiban seorang muslim sebagai konsekuensi
keimanannya terhadap Islam. Allah SWT berfirman : “Maka demi Tuhanmu,
mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
(Muhammad) sebagai pemutus perkara yang mereka perselisihkan di antara
mereka” (QS An Nisaa:` 65) “Dan tidak patut bagi seorang mu`min laki-laki
dan mu`min perempuan, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.”
(QS Al Ahzab: 36)

B. Pembahasan
Abortus (Pengguguran Kandungan) Agama Islam mengizinkan wanita
mencegah kehamilan karena sesuatu sebab, tetapi melarangnya mengakhiri
kehamilan, dengan cara abortus. Dari sisi pandang Islam, ketidaksahan abortus
(menggugurkan kandungan) tidak terkandung kepada masalah, apakah janin itu

3
berstatus manusia (sudah bernyawa) atau tidak. Kendatipun Islam tidak
mengakui janin sebagai manusia, namun Islam tetap memberinya hak untuk
kemungkinan hidup. Karena janin itulah sebagai cikal bakal kehidupan
manusia. Dibawah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan abortus.
(Jauhari, 2020)
1. Pengertian Abortus
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari
bahasa Latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin
Ginaputra dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memberi
pengertian abortus, sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kemudian menurut Marjono
Reksodipuro dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat
lahir secara alamiah). Dari pengertian diatas dapat dikatakan, bahwa
abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan
mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar
kandungan.
Dalam kamus bahasa Indonesia, aborsi adalah pengguguran
kandungan. Dalam bahasa Arab, aborsi disebut isqat al-haml atau ijhad,
yaitu pengguguran kandungan janin dan rahim. Dalam terminologi fiqih,
aborsi pun dipahami dalam berbagai pengertian. Ibrahim an-Nakhai
menjelaskan aborsi sebagai pengguguran janin dari rahim ibu hamil baik
sudah berbentuk sempurna atau belum. Dalam perspektif jinayah Abdul
Qadir Audah sebagaimana dikutip Maria Ulfa anshar menyatakan bahwa
aborsi adalah pengguguran kandungan dan perampasan hak hidup janin
atau perbuatan yang memisahkan janin dari rahim ibunya. Rahmi
yuningsih mendefinisikan aborsi sebagai tindakan terminasi kehamilan
yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa aborsi adalah upaya mengakhiri
kehamilan dengan mengeluarkan janin sebelum waktunya, baik secara

4
alamiah/spontan atau dengan menggunakan alat-alat sederhana maupun
teknologi (Wijayati, 2015:45-47).
Jika pengertian nyawa ditafsirkan sebagai tanda mulai berfungsi
kehidupan ini, maka kesimpulan tersebut menjadi amat beralasan,
sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya : "Dari Zaid bin Wahab dari
Abdillah meriwayatkan : Rasulullah SAW menjelaskan kepada kami
(Beliau adalah benar dan dapat dipercaya), bahwa sesungguhnya seseorang
diantara kalian dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40
hari sebagai nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqoh (segumpal darah)
dengan waktu yang sama, kemudian diutus seorang malaikat meniupkan
ruh kepadanya" (HR. Muslim). Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa janin yang dikeluarkan sebelum mencapai 16 minggu
dan sebelum mencapai berat 1.000 gram, dipandang sebagai abortus, baik
karena alasan medis maupun karena didorong oleh alasan-alasan lain yang
tidak sah menurut hukum. Adapun pengguguran janin yang sudah berusia
16 minggu ke atas, harus dimasukkan ke dalam pengertian pembunuhan,
karena sudah bernyawa.
2. Cara Pelaksanaan
Abortus Untuk melakukan abortus banyak cara yang ditempuh,
diantaranya dengan menggunakan jasa ahli medis di rumah sakit. Cara
seperti ini pada umumnya dilakukan oleh para dokter yang hidup di negara
yang mengizinkan pengguguran. Ada juga yang menggunakan jasa dukun
bayi, terutama di daerah perdesaan dan menggunakan obat-obatan
tradisional seperti jamu. Pengguguran yang dilakukan secara medis di
rumah sakit, biasanya menggunakan metode sebagai berikut :
a. Curattage & Dilatage (C & D);
b. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan, kemudian janin dikiret
dengan alat seperti sendok kecil;
c. Aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil yang disebut
canul3
d. Hysterotomi (melalui operasi).

5
Adapun cara yang ditempuh oleh para dukun-dukun, tidak
memperhitungkan keselamatan wanita itu, seperti memijat perut atau
pinggul dengan cara paksa untuk mengeluarkan janin, sehingga terjadilah
pendarahan yang bisa berakibat kepada kematian. Malahan ada wanita
karena merasa putus asa, menggugurkan sendiri kandungannya, tanpa
memikirkan resikonya.
3. Macam-Macam Abortus
Secara umum,pengguguran kandungan dapat dibagi kepada dua macam:
a. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), yaitu abortus yang tidak
disengaja. Abortus sepontan ini terjadi karena sebab-sebab alamiah,
bukan karena perbuatan manusia. Abortus spontan biasanya terjadi
pada tiga bulan pertama dari masa kehamilan dan tidak ada satu
pencegahanpun yang dapat menghindarkan penyebab umum keguguran
ini, bahkan dokter juga tidak dapat menentukan dengan tepat apa yang
menyebabkannya. Biasanya abortus seperti ini diawali dengan
pendarahan tanpa diketahui sebabnya. Tetapi ada pula yang terjadi,
karena terkejut atau karena jatuh. Abortus semacam ini, tidak
menimbulkan dampak hukum, karena hal itu terjadi, di luar kehendak
dan kuasa manusia.
b. Abortus Buatan (disengaja), yaitu abortus atas usaha manusia dan
menurut istilah kedokteran disebut abortus provokatus. Abortus bentuk
kedua ini, ada dua macam :
1. Abortus artificialis therapicus, yaitu abortus yang dilakukan oleh
dokter atas dasar indikasi medis. Hal ini dilakukan sebagai
penyelamatan terhadap jiwa ibu yang terancam, bila kelangsungan
kehamilan dipertahankan, karena pemeriksaan medis menunjukkan
gejala seperti itu, umpamanya wanita tersebut menderita penyakit
jantung, ginjal dan penyakit jiwa.
2. Abortus provokatus criminalis, yaitu abortus dilakukan bukan atas
dasar indikasi medis. Biasanya abortus semacam ini dilakukan
karena kehamilan yang tidak dikehendaki, baik karena alasan

6
ekonomi maupun kehamilan sebagai akibat dari pergaulan bebas,
terjadi hubungan seks di luar nikah. Alasan-alasan seperti ini tidak
dibenarkan oleh hukum dan dianggap sebagai tindakan kejahatan.
4. Faktor-faktor Pendorong Orang Melakukan Abortus
Kendatipun ada larangan abortus yang diancam dengan pidana, karena
merupakan kejahatan, tetapi hal itu tidak membuat para wanita, merasa
gentar untuk melakukan abortus, apakah yang melakukannya itu para ibu
ataupun para remaja putri. Faktor-faktor yang mendorong mereka
melakukan abortus ini ditulis dalam koran Sinar Harapan4 bahwa : "Aneka
ragam faktor yang mendorong dilakukan abortus, di antaranya banyak para
ibu yang memang tidak menginginkan lagi untuk melahirkan bagi kaum
remaja putri abortus dilakukan karena terlanjut hamil sedang perkawinan
belum dilaluinya, akibat pergaulan bebas tanpa kendali. Dan juga
sementara wanita yang hanya karena iseng gemar kenikmatan sekejap
kadang-kadang kibat tekanan ekonomi sehingga mengandung adalah di luar
kehendaknya". Dalam garis besarnya ada dua macam alasan orang
melakukan abortus :
a. Atas dasar indikasi medis, seperti :
1. Untuk menyelamatkan ibu, karena apabila kelanjutan kehamilan
dipertahankan, dapat mengancam dan membahayakan jiwa si ibu.
2. Untuk menghindarkan kemungkinan terjadi cacat jasmani atau
rohani, apabila janin dilahirkan.
b. Atas dasar indikasi sosial, seperti :
1. Karena kegagalan mereka dalam menggunakan alat kontrasepsi atau
dalam usaha mencegah terjadi kehamilan.
2. Karena mereka sudah menemukan dokter yang bersedia membantu
melakukan pengguguran, sebagaimana dikemukakan oleh Imam
Toto, bahwa : Klinik-klinik aborsi muncul secara diam-diam
walaupun tidak berarti praktek gelap. Tempat itu (di rumah bersalin,
medical centre, RSU atau tempat sendiri), biasanya diketahui secara
berantai dari pembicaraan antara pasien, antara wanita ataupun

7
antara para dokter (lihat Majalah Forum Keadilan No. 31 Tahun
2002).
3. Karena kehamilan yang terjadi akibat hubungan gelap dan ingin
menutup aib, seperti yang dilakukan oleh wanita yang belum
bersuami (gadis atau janda), atau dilakukan oleh wanita yang
bersuami, karena terdorong oleh godaan dan kenikmatan sesaat.
4. Karena kesulitan ekonomi yang membelit bagi sebagian orang,
sedangkan kehamilan itu tidak diinginkan, yang terjadi di luar
dugaan.
5. Karena kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. Kendatipun
kejadian itu di luar kehendaknya dan dia tidak dapat dipersalahkan,
tetapi rasa malu tetap ada apabila terjadi kehamilan.
5. Dampak Abortus
Sebenarnya abortus itu, tidak terlepas dari resiko atau bahaya besar atau
kecil diantaranya :
a. Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan
merusak organ-organ di dekatnya seperti kandungan kencing atau usus.
b. Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat
terjadi karena mulut rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa
sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh, maka is menguncup kuat-kuat.
Kalau dicoba untuk memasukinya dengan kekerasan, maka otot
tersebut akan menjadi robek.
c. Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam
rahim itu. Berkenaan dengan hal ini Nur Kusumo menulis pada harian
Berita Buana 1984, tentang Infeksi & PendarahanAkibatAbortus
Provocatus, adalah bahaya kemungkinan terjadinya infeksi besar sekali,
terutama jika abortus tersebut dibuat dengan cara yang tidak steril. Ini
biasa dilakukan oleh dukun dan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab, misalnya dengan memasukkan benda-benda asing kedalam
saluran leher rahim (canalis cervicalis) dan kadang-kadang masuk

8
sampai ke dalam rongga rahim, sehingga terjadi infeksi yang disebut
infectiosus.
d. Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi
beberapa hari kemudian atau beberapa minggu timbul kembali.
Menstruasi tidak normal lagi selama sisa produk kehamilan belum
dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.
6. Cara Pencegahan
Abortus Secara umum ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadi praktek abortus, yaitu :
a. Melalui upaya hukum Cara ini dapat dilaksanakan dengan
mengeluarkan undang-undang abortus, dengan memberikan bimbingan
dan penyuluhan hukum kepada masyarakat luas, yang dilakukan oleh
badan penegak hukum atau instansi terkait lainnya.
b. Melalui gerakan sosial keagamaan Dalam hal ini peran kaum ulama dan
para da'i sangat berpengaruh, terutama bagi umat Islam. Mereka dapat
menyadarkan umat untuk tidak melakukan perbuatan keji, karena
perbuatan itu tidak hanya mendapat sanksi hukum di dunia ini, tetapi di
akhirat kelak akan mendapat azab dari Allah SWT.
7. Hukum Abortus
Di beberapa negara yang telah membolehkan aborsi dinyatakan, bahwa
sebagian tindakan tersebut sebagai akibat dari kebebasan seksual, yang
meruntuhkan aturan-aturan dan perilaku yang telah ditetapkan dalam semua
agama Ilahi. Dengan beralasan bahwa itu adalah hak asasi manusia. Mereka
berhak mempunyai anak dan berhak pula tidak mempunyai anak. Aborsi
telah menjadi lumrah di dunia barat karena berbagai sebab, yaitu :
a. Karena pilihan anak atau karir.
b. Karena pilihan anak atau kehidupan.
c. Karena tidak sah kelahiran si anak.
d. Karena jenis kelamin si anak yang salah (tidak dikehendaki),
berdasarkan penelitiannya (tidak semuanya tepat).

9
e. Karena perkosaan. Semua alasan yang disebutkan diatas, tidak dapat
diterima dari sisi pandang Islam.
Dua alasan pertama, mencerminkan watak keakuan (egoisme) dari
masyarakat yang materialistis. Allah berfirman dalam Surat Al-Isra' ayat
31: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh (mereka) merupakan dosa besar."
Alasan ketiga adalah, dari hubungan seks gelap yang dikutuk Islam dengan
keras. Alasan keempat, tidak kurang buruk dan kejamnya dari adat
masyarakat Arab Jahiliyah yang menguburkan bayi wanita hidup-hidup.
Sedang alasan kelima, dalam kasus semacam itu (perkosaan), Islam
mengatakan mengapa menggugurkan anak karena kejahatan ayahnya (tidak
sah) ? Mengenai nama baik si wanita, Islam mengutuk orang yang
melecehkan korban perkosaan. Bagi si wanita tersebut, kejadian itu jangan
di pandang sebagai aib, karena ia sendiri tidak menghendakinya.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia,
negara melarang abortus dan sanksi hukumnya cukup berat. Bahkan
hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan,
tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan itu dapat dituntut, seperti
dokter, dukun bayi, tukang obat yang mengobati atau yang menyuruh atau
yang membantu atau yang melakukannya sendiri. Sebagaimana diatur dan
diancam dalam Pasal 346 KUHP dan dijatuhi pidana penjara paling lama
empat tahun. Bagi seorang (sebagai dader) yang sengaja
menyuruh/memaksa melakukan dan turut serta melakukan menggugurkan
kandungan orang lain dengan memberi imbalan, seseorang sebagai dader
sesuatu perbuatan pidana dapat dijerat Pasal 55 (1) ke-2 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana jo Pasal 349 dipidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan potong masa tahanan (widowati, 33-34).
Menurut (Listiyana, n.d.) untuk mempermudah pemahaman,
pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut :

10
a. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh Dalam hal ini, para ulama
berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat.
1. Pendapat Pertama: Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan
menggugurkan janin tersebut dengan obat. Pendapat ini dianut oleh
para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Tetapi
kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya.
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang
menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke
janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati,
sehingga boleh digugurkan.
2. Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu peniupan ruh,
maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan
ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan
janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-
hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi
dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab Syafi’i .
3. Pendapat ketiga : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam
rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap
menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan
kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali
dan Ibnu Jauzi (Maria Ulfa Anshor, 2006). Adapun status janin
yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan
dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya
dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu,
yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, abortus dilakukan karena

11
benar-benar terpaksa demi menyelamatkan si ibu, maka Islam
membolehkan, karena Islam mempunyai prinsip : menempuh salah satu
tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang berbahaya, itu wajib
(hukumnya). Ketegasan Mahmud Syaltut menghantarkan pengertian
bahwa Allah SWT mempunyai maksud tertentu penciptaan manusia,
melalui proses persempurnaan sari pati pihak laki-laki dengan
perempuan, dalam rahim perempuan. Sunnatullah seperti ini tentu saja
tidak berarti Allah tidak dapat menciptakan manusia melalui proses
dengan cara lain. Justru karena kebodohan manusialah, lalu mereka
mengatakan adanya kekhawatiran-kekhawatiran baik kemiskinan
maupun alasan-alasan lainnya. mengharamkan abortus pada tahap ini
(belum bernyawa).
b. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan
janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi
ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini
berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh
dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang
manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Namun
jika ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama
berbeda pendapat:
1. Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa
janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang
mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah Sw: “Dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar“. (Q.S. Al Israa’: 33) Kelompok ini juga
mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang

12
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka
sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak
boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak
boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan
sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya
yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. Selain itu, mereka
memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam,
sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika
sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak
dibolehkan.
2. Pendapat Kedua : Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah
ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan
untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan
ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena
kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan
kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir. Prediksi
tentang keselamatan ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun dalam hal ini tidak mutlak benarnya.
Penetapan hukum pelarangan aborsi, terdapat sedikit perbedaan dari
keempat mazhab besar fiqih Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan hanya bila
membahayakan dan mengancam keselamatan si ibu dan hanya dapat
dilakukan sebelum masa empat bulan kehamilan.
2. Mazhab Maliki melarang aborsi apabila telah terjadi pembuahan.
3. Mazhab Syafii berpaham apabila setelah terjadinya fertilisasi zygote,
tidak boleh diganggu. Jika diganggu, dianggap sebagai kejahatan.
4. Mazhab Hambali berpendapat karena adanya pendarahan yang
menimbulkan kematian, hal ini menunjukkan bahwa aborsi adalah
dosa.
Dari pandangan mazhab manapun, jelas menyatakan bahwa aborsi
dalam pandangan agama Islam tidak diperkenankan dan merupakan

13
dosa besar karena dianggap membunuh nyawa manusia yang tidak
bersalah. Pelakunya bisa diminta pertanggungjawaban atas tindakannya
itu.
Hukum Islam yang telah tercatat ini menandakan bahwa janin
dianggap sebagai manusia. Menyakiti atau membunuhnya termasuk
dosa besar dan haram. Aborsi hanya boleh dilakukan apabila kehamilan
tersebut dapat mengancam dan membahayakan jiwa si ibu, yang dianut
mazhab Hanafi, dengan syarat usia kandungan belum mencapai 4 bulan.
Meskipun demikian, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan
fatwa bahwa wanita korban pemerkosaan dibolehkan melakukan aborsi
(tindakan pengguguran janin), dengan syarat masa kehamilan belum
mencapai 40 hari. Hal tersebut diperbolehkan karena korban perkosaan
adalah orang yang teraniaya dan kehamilan bukan kehendaknya untuk
melakukan hubungan tersebut, melainkan tindakan paksaan orang lain.
Agama Islam memberi aturan bagi umat muslim dalam rangka
kehidupan dan peradaban yang lebih baik. Tak terkecuali dalam hal
pengguguran kandungan yang disengaja atau aborsi. Hukum aborsi
menurut Islam jelas keharamannya karena janin bayi yang berada dalam
rahim seorang ibu telah mempunyai nyawa. Penghilangan terhadap
nyawa seseorang adalah pembunuhan.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama
sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal
yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin
tanpa suatu alasan syar’i hukumnya adalah haram dan termasuk
katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt. Menurut Al
Maliki dalam kitab Adabul Islam Fi Nidzami Usrah (1401 H:169)
perdebatan mengenai boleh tidaknya menggugurkan kandungan
sebagaimana diuraikan di atas, khususnya dari madzhab empat
menyepakati bahwa aborsi yang dilakukan setelah bernyawa (ba’da
nafkhi al-ruh) merupakan tindakan yang diharamkan.

14
C. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa janin yang
dikeluarkan sebelum mencapai 16 minggu dan sebelum mencapai berat
1.000 gram, dipandang sebagai abortus, baik karena alasan medis maupun
karena didorong oleh alasan-alasan lain yang tidak sah menurut hukum.
Faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan abortus ini ditulis
dalam koran Sinar Harapan4 bahwa : "Aneka ragam faktor yang
mendorong dilakukan abortus, di antaranya banyak para ibu yang memang
tidak menginginkan lagi untuk melahirkan bagi kaum remaja putri abortus
dilakukan karena terlanjut hamil sedang perkawinan belum dilaluinya,
akibat pergaulan bebas tanpa kendali. Karena kehamilan yang terjadi
akibat hubungan gelap dan ingin menutup aib, seperti yang dilakukan oleh
wanita yang belum bersuami (gadis atau janda), atau dilakukan oleh
wanita yang bersuami, karena terdorong oleh godaan dan kenikmatan
sesaat. Cara Pencegahan Abortus Secara umum ada dua cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadi praktek abortus, yaitu : Melalui upaya
hukum Cara ini dapat dilaksanakan dengan mengeluarkan undang-undang
abortus, dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan hukum kepada
masyarakat luas, yang dilakukan oleh badan penegak hukum atau instansi
terkait lainnya. Bahkan hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita
yang bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat dalam kejahatan itu
dapat dituntut, seperti dokter, dukun bayi, tukang obat yang mengobati
atau yang menyuruh atau yang membantu atau yang melakukannya
sendiri. Al Israa’: 33) Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu
masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti
dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang
yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.”, yaitu
tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan
sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang
merupakan sesuatu yang masih diragukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jauhari, I. (2020). Aborsi Menurut Pandangan Hukum Islam. Citra Justicia :


Majalah Hukum Dan Dinamika Masyarakat, 21(1), 9–18.
https://doi.org/10.36294/cj.v21i1.1480

Listiyana, A. (n.d.). KESEHATAN , PERSPEKTIF ISLAM , DAN. 61–82.

Yusra, N. (n.d.). Aborsi dalam perspektif hukum islam.

Widowati. “ Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di


Indonesia”. Jurnal Fakultas Hukum Tulungagung. Diakses pada 24 mei
2023.
Wijayati, M. 2015.” Aborsi Akibat Kehamilan Yang Tak Diinginkan (Ktd):
Kontestasi Antara Pro-Live Dan Pro-Choice”. Jurnal Studi Keislaman.
Bandung 15(01).

16

Anda mungkin juga menyukai