Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA

HUKUMAN ABORSI

Kelompok 3:
Crani Surya Chandra
Gracella Angelina
Della Cristina
ⅠYudha Kurniawan
Chandra Wijaya
Jovanda Tri Wardana
BAB Ⅰ
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai saat setelah pembuahan terjadi. Jika dengan sadar dan dengan
segala cara kita mengakhiri hidup manusia tak berdosa, berarti kita melakukan suatu perbuatan
tak bermoral dan asosial. Tidak semestinya kita membiarkan penghentian nyawa hidup
siapapun atau hidup kita sebagai manusia menjadi tidak berharga lagi.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi
yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per
tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan
di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang
atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan
dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan
adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam
bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan
komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai
perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di
masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di
masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun
pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO
memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-
masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman,
70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh
aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap
tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat
aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari
3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup
besar.
Kristen dan aborsi memiliki sejarah panjang dan rumit, meskipun aborsi tidak pernah
disebutkan dalam Alkitab Kristen . Sementara beberapa penulis mengatakan bahwa orang
Kristen awal memegang keyakinan yang berbeda pada waktu yang berbeda tentang aborsi, lain
mengatakan bahwa, meskipun keheningan Perjanjian Baru pada masalah ini, mereka mengutuk
aborsi pada setiap titik kehamilan sebagai dosa besar, kutukan bahwa mereka
mempertahankan bahkan ketika beberapa dari mereka tidak memenuhi syarat sebagai kasus
pembunuhan penghapusan janin belum "terbentuk" dan animasi oleh jiwa manusia.
Secara umum, beberapa denominasi Kristen dapat dianggap pro-kehidupan sementara yang
lain dapat dianggap pro-choice Selain itu, ada minoritas yang cukup besar dalam semua
denominasi yang tidak setuju dengan sikap denominasi mereka pada aborsi. Para denominasi
terbesar, gereja-gereja yang mewakili lebih dari setengah dunia kekristenan (termasuk Gereja
Katolik Roma , yang Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental ) menentang langsung aborsi
dalam segala situasi.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
· Memberi informasi pada pembaca mengenai hukuman aborsi

BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Aborsi
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and
Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian
kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum
usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan
bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun
tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa
kehamilan).
Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli tentang
aborsi, yaitu:
a) Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya
terletak antara 400 – 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
b) Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu, yaitu fetus
belum viable by law
c) Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasentasi
belum selesai
a) Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
a. Aborsi Spontan / Alamiah
b. Aborsi Buatan / Sengaja
c. Aborsi Terapeutik / Medis
Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena
kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak
tergesa-gesa.

2.2 Jenis–jenis aborsi


Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran spontan
(spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus), meskipun
secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa dijelaskan. Krismaryanto, menguraikan
berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/ Induced Abortion,
yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di luar kandungan
(viabilty).
3. Aborsi Therapeutuc/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk
menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar kandungan
dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari kelahiran bayi yang cacat
atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk
mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara
langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung
ialah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri
tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak
memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre
natal diagnosis” yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
8. Embryo reduction (pengurangan embryo), pengguguran janin dengan menyisahkan satu atau
dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak
sehat perkembanganya.
9. Partial Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah medis dikenal
dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama adalah dengan cara memberikan
obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan
selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang keluar
lebih dahulu adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar kepala bayi
tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di dalam itulah dokter menusuk kepala bayi
dengan alat yang tajam. Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru
disedot keluar.

2.3 Alasan Melakukan Aborsi


1. Alasan Medis
Adakalanya kelainan yang dapat membahayakan jiwa si ibu jika ia hamil, misalnya penyakit
jantung. Meskipun sudah diperingatkan oleh dokter, adakalanya kehamilan terjadi tanpa
direncanakan. Jika hal itu terjadi dokter dihadapkan kepada pilihan menolong jiwa si ibu dengan
menggugurkan kandungan ataukah membiarkan janin tumbuh menjadi bayi, ibu meninggal. Ny
Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut:
a. untuk menyelamatkan jiwa si ibu/wanita
b. untuk menjaga kesehatan ibu/wanita
c. untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan wanita
d. untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita atau salah satu anak
dalam keluarga
e. untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan wanita
f. untuk mencegah kelahiran dengan fisik atau mental yang berat
dari alasan-alasan tersebut di atas, alasan 1 dan 2 banyak Negara-negara yang
melegalisasinnya, antara lain Negara Prancis, Swiss, Kanada, Pakistan, dan Thailand, sebagai
alasan untuk memperbolehkan aborsi .
2. Hamil Karena Perkosaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi, modernisasi disertai sekularisme dan
globalisasi, telah menyebabkan dampak negatip dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan
dan teknologi itu sendiri sebenarnya bebas nilai (tidak bernilai buruk atau baik). Yang membuat
menjadi berakibat buruk adalah manusianya itu sendiri seperti media cetak dan elektronik.
Kedua media itu dapat bernilai baik bila digunakan untuk maksud-maksud yang baik pula.
Namun akan menjadi buruk jika digunakan untuk meyebarluaskan pornografi. Majunya
teknologi dan ilmu pengetahuan baik dibidang komunikasi,transformasi dan telematika ada
membawa dampak negatip bagi kehidupan masyarakat, seperti televisi, internet dan lain
sebagainya. Kemajuan di bidang komunikasi dan transformasi kadagkala banyak disalahgunakan
oleh masyarakat terutama dikalangan anak muda sehingga banyak memberikan dampak yang
sangat buruk di dalam kehidupan bermasyarakat.
Akibat dampak negatip dari semuanya itu adalah meningkatnya kejahatan dikalangan
masyarakat terutama para remaja, terutama kejahatan seks. Bila hal ini berlangsung terus
dikwatirkan rusaknya moral pemuda kita yang nantinya diharapakan sebagai generasi penerus
perjuangan bangsa. Kita tidak heran lagi mendengar berita-berita tentang perkosaan akhir-akhir
ini terhadap seorang wanita. Diantara kasus-kasus perkosaan yang sering terjadi seringkali yang
menjadi korban adalah gadis dibawah umur. Ada lagi juga dilakukan oleh ayah terhadap anak
kandungnya sendiri. Semua itu mengajak kita untuk senantiasa waspada dan mawas diri.
Apabila perbuatan-perbuatan tersebut diatas menyebabkan hamilnya wanita yang
bersangkutan bagaimana bayi dalam kandungan tersebut? Akankah diminta pertanggung
jawaban dari orang yang melakukan perbuatan itu? mungkin, maka jalan yang ditempuh adalah
melakukan aborsi. Yang menjadi pertanyaan lain adalah haruskah seorang yang menjadi korban
perkosaan yang hamil melakukan aborsi terhadap janin yang dikandungnya. Hal tersebut
kembali kepada korban tersebut, untuk itu sebelum mengambil sikap untuk menggugurkan
kandungan korban perlu mendapatkan perhatian yang lebih, terutama dari konsultan ataupun
dukungan moril dari keluarga. Karena aborsi diharapakan dapat menjadi jalan terakhir dari
permasalahan tersebut. Karena bagaimanapun bayi yang dikandung akibat perkosaan tidak
bersalah.
3. Bayi yang dikandung cacat
Kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan manusia mengetahui janin sejak masih
dalam kandungan. Bukan saja tentang jenis kelaminnya saja, tetapi juga tentang apakah janin
tersebut menderita cacat atau tidak. Salah satu cacat berat yang dapat dideteksi sejak dini
adalah kelainan fisik atau mental yang disebut sebagi sindroma down.
Pada kelainan ini, selain terdapat kelainan fisik yang berat, juga terdapat kelainan
perkembangan mental yang sangat terlambat (idiot). Dimana anak tersebut jika lahir kedunia
akan selalu tergantung pada orang lain. Selain sindroma Down, adanya kepala tidak
berkembang (anensefali ) atau cairan otak tersumbat (hidrosefalus) juga dapat dideteksi sejak
janin masih di dalam kandungan. Dalam keadaan seperti ini, dokter tidak dapat mengelakkan
diri dari keharusan memberitahukan hal itu kepada orangtuanya, agar mereka siap mental
menghadapi serta dapat menentukan rencana kedepan. Ada kemungkinan pasangan orangtua
itu lebih memilih untuk mengugurkan kandungannya
4. Sosial ekonomi
Tidak dapat kita pungkiri kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat. Sedangkan
untuk memuaskan kebutuhan tersebut kadangkala terdapat banyak keterbatasan. Berdasarkan
survey yang telah dilakukan maka salah satu penyebab aborsi adalah karena kemiskinan,
dimana seseorang melakukan aborsi karena tidak sanggup untuk membiayai kehidupan anak
tersebut kelak, sehingga jalan yang diambil adalah dengan melakukan aborsi
5. Hamil diluar nikah
Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan diantara
masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol. Perlakuan dan tingkah negatip yang
dilarang dalam norma-norma dalam masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak muda saat
ini. Salah satunya adalah seks bebas diantara anak muda yang nantinya akan menyebabkan
kehamilan diluar nikah. Salah satu jalan yang ditempuh ketika seseorang wanita hamil diluar
nikah adalah aborsi. Aborsi dilakukan karena tidak adanya kesiapan untuk mempunyai anak dan
rasa malu kepada masyarakat karena hamil diluar nikah.

2.4 Faktor Pendorong Aborsi


Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi adalah:
a. Faktor ekonomi
1) Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya
2) PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh.
3) Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)

b. Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:


1) Putus sekolah atau kuliah
2) Malu pada keluarga dan tetangga
3) Siapa yang akan mengasuh bayi
4) Terputus atau terganggu karir atau masa depan

2.5 Akibat Aborsi


Berikut ini resiko yang terjadi jika melakukan aborsi khususnya remaja:
1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Sobeknya rahim (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak
steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah.
15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan
neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau
keduanya.
16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding
rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko shock
sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya.
17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan
saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.

2.6 Pandangan Hukum Tentang Aborsi


Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi
Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri
untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan
Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai
kewajiban umum, pasal
7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan
implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing
RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik
ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif
tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan
atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: 1. Abortus buatan
legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus
therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis
yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau
suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan
medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena
bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah
suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa
tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga
kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki
keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang
dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan
persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak
dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d :
Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang
memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan
Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat
dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan
wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus
Criminalis ( Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk
menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta
tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan
ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung
unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk
mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika
yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika
perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk
sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan
pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja
melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang
yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil
tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3. Jika
dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil
tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu
melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman
hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam
KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus
atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang
melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan
tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur
dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

2.7 Pandangan Kristen Tentang Aborsi


Gereja Kristen protestan saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang masih
tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara tersebut masih
memperbolehkan diadakannya aborsi.
Dalam perintah Allah yang ke-6 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih bertanya-tanya,
dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih berlaku? Dan kalau kita melihat
konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah
utama adalah tentang status fetus/janin itu sendiri;
· Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?
· Syarat apakah yang harus dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap seorang manusia,
jelasnya supaya memiliki hak hidup?
· Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi hanya benda,
kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang manusia atau pribadi?
Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap
sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang
sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu
pembunuhan.
Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah secara khusus berbicara
mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa
pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita
sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran
aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25
memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi
yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas
mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama
seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan
untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam
rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi
adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara.
Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar
saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan
kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat
saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak
tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena
perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi
adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?” Secara jujur ini adalah pertanyaan paling
sulit untuk dijawab dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini
hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh
lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena merka tidak mau “merusak tubuh
mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka.
Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga
hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini
hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi
yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan
mau mereka buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan kelahiran
secara retroaktif.” Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak
menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari
bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam
kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia
dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding
dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni
(Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-laki
yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni
melalui iman di dalam Yesus Kristus.

2.8 Pandangan Orang Kristen Terhadap plaku aborsi


Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan kristiani,
bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati, kasih, bukan
hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh banyak label,
mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga tidak tahu apa
yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah menjadi
pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan liberalis. Substansi
permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-pemberitaan
di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh berdarah
dingin, atau membunuh secara sederhana.
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak pada
dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap perkecualian.
Memang ada perbedaan di antara dua kutub.

BAB Ⅲ
PENERAPAN
3.1 Penanggulangan Aborsi

Anda mungkin juga menyukai