Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KULIAH

AGAMA

Dosen Mata Kuliah :


Ali Asmul,M.Si

Disusun oleh:
Widia Lestari

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKes PERINTIS PADANG
TA: 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


     Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang
tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada
yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak
pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama
kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja
muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian
ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena
hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di
satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat
cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di
masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya
aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan
peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap
kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh
aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia
setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi

tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO
memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di
wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700.
Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih
cukup besar.

1.2              Rumusan Masalah :


1.      Apa yang dimaksud dengan aborsi?
2.      Mengapa banyak perempuan melakukan aborsi?
3.      Bagaimana pandangan agama terhadap tindak aborsi?

1.3               Tujuan Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini, saya akan menjelaskan masalah-masalah aborsi


dalam segi/aspek masyarakat dan dari segi Agama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Aborsi
   Aborsi dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”.  Menurut
Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan
sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah
dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Aborsi atau gugur kandungan dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak
sengaja.
Klasifikasi Abortus
1.      Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam
hal ini dibedakan sebagai berikut:
a.       Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks.
b.      Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus.
c.       Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d.      Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

2.       Abortus provokatus


Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu
dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia
kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000
gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram
dapat terus hidup.
 Pengelompokan abortus provokatus secara lebih spesifik:
a.       Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.
b.      Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.
Ø  Pil RU 486
Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan 2
hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi
menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini
dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan
kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita
hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi
(seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah
dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU
486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital
untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka
janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada
kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini
diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang
mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim.
Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di
klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di
kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu
hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah
pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika
belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada
beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi
hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa
sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan
beberapa lainnya mengalami serangan jantung.

Ø  Suntikan Methotrexate (MTX)


Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke
dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat
sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna
untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat
trophoblastoid – selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal
bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai ‘sistim penyanggah
hidup’ untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari
darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk buangan
lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin),
yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon
progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan
menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin
menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam
kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang,
hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga
terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi
dengan menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si
wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42
hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin
dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di
supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke
klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani operasi untuk
mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi
seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya
adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi.
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa sakit,
diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi
sumsum tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit paru-
paru. Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan keras bahwa
MTX memang berguna untuk pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan
psoriasis, “kematian pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX”,
dan pabrik itu menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan
memiliki pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan
MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-efek
samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk digunakan dalam
proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi
yang digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya racun walau MTX
digunakan dalam dosis rendah

2.4       Resiko Aborsi


            Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap
kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan
bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan
langsung boleh pulang “.
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan
keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan
keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi
dan setelah melakukan aborsi adalah ;
·         Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
·         Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
·         Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
·         Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
·         Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
·         Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
·         Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
·         Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
·         Kanker hati (Liver Cancer).
·         Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.
·         Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
·         Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
·         Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini
dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ” Psychological
Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya
perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan
pendidikan seks yang baik dan benar.
2.5  Pandangan Agama Terhadap Aborsi

1.      Islam
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan
bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh  sesama manusia
adalah sangat mengerikan.
a)      Pertama: Manusia  berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-
ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

b)      Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan
semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain,
memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah:  “Barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum
qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan
nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)

c)      Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya
masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan
untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-
Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki
kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (QS 17:31)

d)     Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan


terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan
dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis
dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan
kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun
hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati,
atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan
dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk
mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

e)      Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita.
Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS:
53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah
yang dibunuh dalam proses aborsi.

f)       Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau


kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan
menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman
Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi.” (QS 22:5)  Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan
untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin
secara paksa.
g)      Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.
Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung
tinggi kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas
terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW –  seperti
dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang wanita yang
hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya
(Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku
telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya
dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau
menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.”
Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.”
Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk
dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.”   Jadi, hadis ini menceritakan bahwa
walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.
BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa memang ada
perbedaan di antara dua kubu, antara yang pro life dan pro choice terhadap aborsi.
Jika seseorang melihat dari sudut pandang agama maka orang tersebut tergolong
pada paham pro life (tidak setuju dengan tindak aborsi), sedangkan ketika
seseorang lebih cenderung dari sudut pandang selain agama, misalnya kesehatan
maka orang tersebut dapat dikategorikan menganut paham pro choice (setuju pada
aborsi dengan alasan tertentu). Jadi sampai saat ini, antara dua kubu tersebut
belum ada titik temu.
3.2       Saran
Memang kasus aborsi tidak dapat kita hentikan. Tetapi kita dapat mencegah
meningkatnya kasus aborsi dengan cara kita sadar akan tindakan aborsi tersebut
tidaklah baik. Solusi saya agar kita sadar bahwa aborsi itu dosa ialah beriman
yang diwujudkan dengan:
·         Sikap hormat terhadap kehidupan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang ”serupa
dengan citra Allah” (Berdasarkan Kej 1:26)
·         Taat kepada perintah Allah khususnya perintah cinta / esam cinta yaitu Cinta
Kepada Tuhan dan esame.
·         Taati perintah ke -5 : ”Jangan Membunuh”
·         Setia kepada ajaran Gereja yang melarang keras Aborsi (humanae Ultae).
·         Pembinaan kaum muda: Memberi Katekese (pelajaran) mengenai seks dan
seksualitas.Saya berharap, dengan solusi yang telah saya berikan berguna bagi
kita semua. Saya berharap agar kita semua menjadi sadar dan tidak melakukan
tindakan aborsi.
Daftar pustaka
Harfanto, hanafi. 2004.  Keluarga Beralih kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.
Ikatan Bidan Indonesia. 1992. Pedoman KB IBI. Jakarta : Pustaka Nasional

Yanti, S.S.T  M. Keb, Nurul Eko W, S.SiT. 2010. Etika Profesi dan Hukum
Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai