Oleh:
Kelompok II
Dionisius Christian Bria Seran
Mada Maulana Aulia Urrahman
Yuliana Agustina
Wira Nirwana
Pembimbing:
dr. Tasmonoheni ,Sp.F
tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahanatau sepsis. Hal
itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat.
Berdasarkan data WHO 2008 , diperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh
aborsi yang besarnya tidak dapat secara pasti di tentukan karena tergantung kondisi
masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi
tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara,WHO memperkirakan 4,2 juta
aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia.
Risiko kematian akibat aborsi tidak aman diwilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250,
negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah
aborsi di Indonesia masih cukup besar.
Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat perbuatan manusia (aborsi provokatus)
maupun karena sebab-sebab alamiah yaitu terjadi dengan sendirinya bukan karena
perbuatan manusia (aborsi spontaneus). Aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia
dapat terjadi baik karena didorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil
menderita suatu penyakit dan untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut maka
kandungannya harus digugurkan (aborsi provokatus therapeutics atau bisa disebut aborsi
terapeutik). Di samping itu karena alasan-alasan lain yang tidak dibenarkan oleh hukum
yang merupakan suatu abortus provokatus criminalis (Hoediyanto dan Hariadi, 2012).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pengertian pengguguran kandungan (aborsi) menurut kedokteran forensik
adalah pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangnya sebelum
masa kehamilan lengkap tercapai atau sebelum kandungan berusia 38 - 40 minggu
(Hoediyanto dan Hariadi, 2012).
klinis ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
sendiri diluar kandungan. Batasan umur kandungan 20 minggu dan berat badan
fetus yang keluar kurang dari 500 gram (Saifuddin dkk, 2009).
B. Klasifikasi
Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi kedalam:
1. Abortus spontanea (penyebab wajar)
Abortus yag terjadi secara spontan atau natural. Penyebab abortus spontan
dapat terjadi akibat adanya kelainan uterus, kelainan ovarium, penyakit
sistemik ibu, kelainan hormonal, kelainan pada rhesus factor atau adanya
psychogenic instability. Seorang wanita hamil yang mengalami keguguran
patut diduga mengalami abortus spontanea apabila merupakan pasangan
suami istri yang belum memiliki keturunan atau sudah memiliki anak namun
masih mendambakan seorang anak ((Hoediyanto dan Hariadi, 2012).
2. Abortus provokatus (sengaja dibuat) yang terbagi lagi menjadi :
Abortus provokatus terapeutikus
Merupakan abortus atas indikasi medik. Abortus atas indikasi medik
merupakan abortus yang diperbolehkan di Indonesia dengan alasan
untuk menyelamatkan nyawa ibu. Syarat dari abortus provokatus
teraputikus adalah harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukanya dan sesuai
dengan tanggung jawab profesi, harus meminta pertimbangan tim
ahli, harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat, harus dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki
tenaga atau peralatan yang ditunjuk oleh pemerintah, prosedur tidak
boleh dirahasaikan dan dokumen medik harus lengkap (Hoediyanto
C. Metode Aborsi
Terdapat berbagai metode yang sering digunakan dalam aborsi provokatus
yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan
bermanfaat didalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antara tindakan aborsi itu sendiri dengan
kematian yang terjadi pada si ibu. Metode yang digunakan biasanya disesuaikan
dengan umur kehamilan, semakin tua umur kehamilan, semakin tinggi resikonya
( Walsh, 2008).
a. Trimester Pertama
Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi
dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling
banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot
bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat
mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan
tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding
rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian
plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan
dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani
metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim
akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan pendarahan hebat yang
terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan
dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau
bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling
sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi. (Pradono,
2001).
Gambar 2. Metode
aborsi dilatasi dan
PIL RU 486
Masyarakat
menamakannya
kerokan
"Pil
Aborsi
Perancis".
Teknik
ini
folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan
pertumbuhan pesat trophoblastoid - selaput yang menyelubungi
embrio
yang
juga
merupakan
cikal
bakal
plasenta.
MTX
wanita
hamil
itu
akan
mendapatkan
pendarahan
selama
janin
sudah
mengeras,
maka
tengkorak
ini
perlu
Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang
biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang
efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin
atau prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi
atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode
ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik
suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah
pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada
trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan
kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna
metode ini terkena endometriosis/peradangan dinding rahim (Pradono,
2001).
Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara
alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi
buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran
berlangsung, mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak
mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam
atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak
jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan
keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin
tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh
dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi,
pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim
(Pradono, 2001).
c. Obat obatan
Biasanya obat-obatan yang diberikan per-oral tidak menyebabkan
aborsi kecuali diberikan dalam jumlah besar sehingga bersifat toksik kepada
wanita hamil tersebut.Patut diingat tidak ada satupun obat/kombinasi obat
Klasifikasi obat-obat
Foetus dikeluarkan
Bleeding
d. Kekerasan Mekanik
Tindakan kekerasan yang bersifat umum :
1
Latihan
olahraga
yang
keras
misalnya
bersepeda,
meloncat,
Stik aborsi, yaitu berupa potongan kayu yang dibungkus dengan kain,
kemudian dicelupkan kedalam madar juice, arsen atau phelavai juice dan
dimasukkan kedalam ostium uteri. Hal ini akan menyebabkan kontraksi
uterus dan aborsi.
D. Komplikasi
1
Vagal refleks
Tanda utama sesak nafas, vagal refleks terjadi oleh karena karbon, serta
intervensi instrument atau penyuntikan cairan secara tiba-tiba yang mana
cairan tersebut dapat terlalu panas atau terlalu dingin (Hoediyanto dan
Hariadi, 2012).
Emboli udara/lemak
Emboli udara yang terjadi beberapa jam setelah tindakan, dimungkinkan
udara yang masuk dalam uterus tertahan di dalam sampai terjadi separasi
plasenta yang membuka pembuluh darah sehingga memungkinkan
masuknya udara ke dalam sirkulasi. Adanya muleus plug dapat
menjelaskan mengapa udara dalam uterus tidak dapat keluar melalui
mulut rahim. Dosis dari udara yang dapat mematikan dipengaruhi oleh
berbagai factor, diantaranya keadaan umum korban dan kecepatan masuk
udara ke dalam tubuh. Pada umumnya jumlah udara yang dapat
menyebabkan kematian minimal 100 ml, walaupun secara eksperimental
udara yang dapat menyebabkan kematian berkisar antara 10 ml sampai
480 ml (Hoediyanto dan Hariadi, 2012).
c
Emboli cairan
Perdarahan
Septikemia
Peritonitis generalisata
f
3
Endocarditis bacterial
E.
1.
g.
Janin
Umur Janin
Golongan Darah
2.
Korban mati
Pemeriksaan ibu
a.
Ambil sampel pada isi vagina, isi uterus, darah dari vena
cava inferior dan kedua ventrikel, urin, isi lambng dan
rambut pubis untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi.
Pemeriksaan Janin
-
Umur Janin
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a
janin,
dini
kehamilan,
yang
menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;
atau:
b
(3)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a
sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan aborsi provokatus kriminalis
yaitu pasal 299, 346,347,348, 349 KUHP (Hoediyanto dan Hariadi, 2012).
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3)
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
d. Pasal 348 KUHP
(1)
dipertanggungjwabkan
secara
medis
(aborsi
medicinalis
atau
aborsi
KESIMPULAN
Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat perbuatan manusia atau (aborsi
provokatus) maupun karena sebab-sebab alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya, dalam
arti bukan karena perbuatan manusia (aborsi spontaneus). Aborsi yang terjadi karena
perbuatan manusia dapat terjadi baik karena didorong oleh alasan medis, misalnya karena
wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan untuk menyelamatkan nyawa wanita
tersebut maka kandungannya harus digugurkan (aborsi provokatus therapeutics atau bisa
disebut aborsi terapeutik). Di samping itu terdapat juga karena alasan-alasan lain yang tidak
dibenarkan oleh hukum (aborsi provokatus criminalis atau disebut aborsi kriminalis). Definisi
aborsi sendiri dapat dibedakan berdasarkan secara umum, hukum, medis, kedokteran
forensik dan medikolegal). Insidens aborsi sukar ditentukan karena aborsi buatan banyak
tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Metode aborsi terdiri dari banyak cara,
antara lain: dengan obat-obatan, kekerasan mekanik, dan operasi medis. Metode aborsi
tersebut dilakukan berdasarkan usia janin yang akan diaborsi. Aborsi dapat menimbulkan
berbagai komplikasi terhadap pelakunya. Berbagai komplikasi tersebut antara lain :
perdarahan, infeksi, emboli, sepsis, bahkan dapat berujung kematian. Pemeriksaan pada
kasus abortus provokatus kriminalis dapat dilakukan pada korban hidup ataupun korban
meninggal. Pemeriksaan tersebut dapat berupa: pemeriksaan tanda-tanda kehamilan,
pemeriksaan alat genitalia interna, pemeriksaan mikroskopis/PA, pemeriksaan dalam, tes
emboli udara, dan lain sebagainya. Peraturan yang berkaitan dengan aborsi provokatus
kriminalis diatur dalam KUHP, yaitu pasal 299, 346,347,348, 349 KUHP. Sedangkan untuk
aborsi provokatus terapeutik atas indikasi medis diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15 ayat (1), (2), dan (3).
DAFTAR PUSTAKA
Hoediyanto dan Hariadi. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Edisi
Kedelapan. Surabaya: Departeman Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Pradono, Julianty et al. 2001. Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia, SDKI 1997.
Jurnal Epidemiologi Indonesia. Volume 5 Edisi I-2001. hal. 14-19Adami Chazawi.
Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta. Raja Grafindo Persada
Saifuddin dkk. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC, 447-449.
Waluyadi. Aborsi Menurut Hukum Dan Ilmu Kedokteran dalam IlmuKedokteran Kehakiman
Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek HukumPraktik Kedokteran edisi revisi cetakan
kedua. 2005. Jakarta. Djambatan
World Health Organization. 2008. Unsafe abortion: global and regional estimates of the
incidence of unsafe abortion and associated mortality in 2008 Sixth edition. (Online).
http://www.who.int/reproductivehealth/publications/unsafe_abortion/9789241501118/en
diakses pada tanggal 18 Juni 2016.