Anda di halaman 1dari 16

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/ jenis kelamin/ umur : An. R/ Laki-laki/ 13 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/ SMP
c. Alamat : RT 02 Tanjung Johor

1.2 Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak kedua dari 3 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Mampu
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal dirumah panggung, lantai
kayu, dinding kayu, atap genteng. Rumah
pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 3 ruang tidur. Dapur dan kamar
mandi di bagian belakang. Sumber air
bersih berasal dari PDAM dan sumber
penerangan berasal dari PLN.

e. Kondisi Lingkungan di sekitar rumah:


Rumah pasien berjarak cukup jauh dengan rumah lainnya.

1.3 Aspek Psikologis di Keluarga


 Tidak ada masalah dalam keluarga
 Keharmonisan dalam keluarga baik
 Kebiasaan mengorek telinga (+)

1.4 Keluhan Utama: Telinga kanan dan kiri terasa penuh sejak 3 hari yang lalu.

1
1.5 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan keluhan telinga kanan dan kiri terasa penuh sejak 3 hari sebelum datang ke
puskesmas. Awalnya pasien memang sering mengorek telinganya hampir setiap hari,
kemudian lama kelamaan pasien merasa telinganya penuh hingga terasa tidak dapat
mendengar dengan jelas. Keluhan lain seperti demam, kepala terasa berputar, telinga
terasa berdenging, terasa nyeri, terasa gatal, atau keluar cairan dari telinga disangkal,
keluhan pada tenggorokan seperti nyeri tenggorok, nyeri menelan, sulit menelan, terasa
banyak dahak atau terasa ada yang mengganjal di tenggorok, suara serak, atau sering
batuk disangkal. Riwayat masuk air ke dalam telinga (-), riwayat mengorek telinga
dengan cotton buds (+). Mual(-), muntah(-), keluhan BAK(-), keluhan BAB(-).

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat memiliki penyakit pada telinga sebelumnya (-)
 Riwayat trauma kepala (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (+), yaitu ayah pasien.
 Riwayat keluarga memiliki penyakit pada telinga (-)

1.8 Riwayat Alergi


Riwayat alergi disangkal.

1.9 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Nadi : 80 x/i, isi dan tegangan cukup
4. Pernafasan : 20 x/menit
5. Suhu : 37°C
6. Berat Badan : 52 kg
7. Tinggi Badan : 160 cm
8. Status Gizi : Normal

2
Pemeriksaan Generalisata
 Kepala : Normochepal
 Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+, eksoftalmus (-/-)
 Telinga :

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen + +
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Retraksi tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Bulging tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Atropi tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Perforasi tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Bula tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Sekret tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai

3
Refleks Cahaya tidak dapat dinilai tidak dapat dinilai
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
 Hidung : perdarahan (-), deviasi septum (-)
 Mulut : Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
 Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)

 Thoraks :
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: ICS IV line parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Gerakan dinding dada Gerakan dinding dada
simetris, retraksi (-) simetris, retraksi (-)
Palpasi Masa (-), krepitasi (-) Masa (-), krepitasi (-)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler(+), Wheezing (-), Vesikuler(+), Wheezing (-),
ronkhi (-) rhonki (-)

4
 Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-)
Palpasi Soepel, nyeri tekan(-), hepar, lien dan ginjal tidak
teraba, massa (-), turgor cepat kembali
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

 Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik


Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik

1.9 Pemeriksaan Penunjang


Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

1.10 Pemeriksaan Penunjang Anjuran


 Darah Rutin
 Tes Penala

1.11 Diagnosis Kerja


Serumen prop auricula dextra et sinistra

1.12 Diagnosis Banding


 Otitis Eksterna (H60)
 Otomikosis (B36.9)

1.13 Manajemen
1. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yang derita mulai dari penyebab,
faktor risiko, perjalanan penyakit, pengobatan, pencegahan, serta komplikasi
dari penyakit ini.
 Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari pengobatan yang diberikan
kepada pasien.
 Menjelaskan kepada pasien mengenai bahaya mengorek telinga.
 Menjelaskan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan telinga.

5
2. Preventif :
 Hindari mengorek telinga
 Hindari masuknya air ke dalam telinga

3. Kuratif :
Non Farmakologi
 Menghentikan kebiasaan mengorek telinga
 Mencegah air masuk ke dalam telinga (menutup telinga dengan kapas atau
kasa pada saat mandi)
 Diet makanan yang bergizi

Farmakologi
Karbolgliserin 10% tetes telinga selama 3 hari

4. Rehabilitatif:

 Memantau penyembuhan penyakit pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang
secara berkala untuk pengobatan secara tuntas
 Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan medis terdekat

6
RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota
Jambi 36265 Jambi, Jambi 36265
dr. Karina Rija Sriayu dr. Karina Rija Sriayu
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Dinas Kesehatan Kota Jambi
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Puskesmas Tahtul Yaman
Jambi 36265 Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi,
dr. Karina Rija Sriayu Jambi 36265
SIP. 1234567 dr. Karina Rija Sriayu
STR. 987654 SIP. 1234567
STR. 987654
Tanggal:
Tanggal:

Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe
dasar, basah dan kering.1,2,3,4

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu bagian luar, tengah dan dalam. Telinga luar
berfungsi untuk mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur
telinga tengah. Bentuk dari liang telinga seperti spiral sehingga mampu melindungi membran
timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.1

Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari pinggir konka hingga
membran timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan duapertiga
bagian dalam adalah bagian tulang. Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat
perbatasan tulang dan tulang rawan.1

Kulit yang melapisi kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu
juga mengandung folikel rambut yang bervariasi antarindividu. Kulit bagian telinga luar
membentuk serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan
apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel
stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu
lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini.1.3,5

Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana pengangkut debris epitel
dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani. Serumen juga berfungsi sebagai
pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis. Efek
bakterisidal serumen berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin.
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi
menjadi tipe lunak dan tipe keras. Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan serumen

8
secara alami, dengan adanya migrasi epitel dari membran timpani menuju ke meatus
akustikus eksterna dan dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.1,3,4

Fungsi serumen:2

 Membersihkan

Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang disebut
conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan rahang seperti
mengunyah (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran timpani yang bermigrasi
kearah luar dari umbo kedinding kanalis akustikus eksternus dan bergerak keluar. Serumen
pada kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang
dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan memampatkan kotoran yang
menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan pengeluaran kotoran.

 Lubrikasi

Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis akustikus
eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari kandungan lipid yang tinggi
dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada serumen tipe basah, lipid ini juga
mengandung kolesterol, skualan, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak,
dan alkohol.

 Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal

Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri. Serumen
ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain haemophilus influenzae,
staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan
otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan anti
mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang
relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal). Dikatakan pula bahwa
serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan fungi. Beberapa penulis
mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi barier untuk membantu pertahanan
tubuh melawan infeksi telinga namun secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup
lemah.

9
Serumen dapat dibagia menjadi 2 tipe yaitu menjadi tipe basah dan tipe kering.
Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.2

Serumen tipe basah dan tipe kering

Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan orang ras
non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras Oriental, memilki karakteristik
kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas dan berkeratin skuamosa yang disebut rice-
brawn wax. Serumen pada ras non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat
menjadi lunak ataupun keras. Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme herediter,
alel serumen kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah. Yang cukup menjadi
perhatian adalah bahwa rice-bran wax berhubungan dengan rendahnya insidensi kanker
payudara. Namun, ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena kelenjar seruminosa dan
kelenjar pada payudara sama-sama merupakan kelenjar eksokrin.2

Serumen tipe lunak dan tipe keras

Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan serumen
tipe kering:2

 Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada orang
dewasa

 Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.

 Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe keras.

 Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita temukan
di tempat praktek.

Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan konsistensinya
dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang berwarna hitam biasanya
tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai maka dapat menjadi tanda awal
terjadinya aklaptonuria.2

2.3 Patofisiologi

Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen terbentuk


oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau produksi serumen yang
berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi dari kelenjar serumen yang
10
bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan kontaminan. Pembersihan liang telinga yang
tidak tepat (khususnya dengan kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan
serumen normal dan mendorong serumen ke arah membran timpani.2,3

Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau pembengkakan
sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen kontak dengan air. Dengan
bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering dan perubahan dari sekret dapat
menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit dikeluarkan.3,4

2.4 Gejala

Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga menyebabkan rasa


penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif). Terutama bila telinga masuk air
(sewaktu mandi atau berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan
dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien
mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus.3,4

2.5 Diagnosis

Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh
material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat
bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani dan riwayat fraktur tulang temporal
atau pembedahan telinga.3

2.6 Tatalaksana

Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen dapat
dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas
yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengair atau kuret.
Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan
lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh
terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran
timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh. 2,4

11
Indikasi untuk mengeluarkan selumen adalah sulit untuk melakukan evaluasi
membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli konduktif.
Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani. Bila terdapat
keluhan tinitus, cerumen yang sangat keras dan pasien yang tidak kooperatif merupakan
kontraindikasi dari microsuction.6
Mengeluakan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi hanya
boleh dilakukan bila membran timpani intak. Perforasi membran timpani memungkinkan
masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah sehingga menyebabkan otitis media.
Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air yang terlalu keras kearah membran timpani.
Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang dengan
pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus
eksternus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar
ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan asisten.2
Tatalaksana pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat serumenolisis
terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat serumenolisis yang
digunakan antara lain minyakmineral, hydrogen peroksida, debrox dan cerumenex. Tidak
boleh menggunakan zat ini untuk jangka waktu lama karena dapat menyebabkan iritasi
kulit bahkan dermatitis kontak.2

12
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Pasien tinggal dirumah panggung, lantai kayu, dinding kayu, atap genteng. Rumah
pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 ruang tidur. Dapur dan kamar mandi di
bagian belakang. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sumber penerangan berasal dari
PLN. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien
dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga:


Di dalam keluarga, tidak ada masalah dalam keluarga dan keharmonisan dalam
keluarga baik namun ayah pasien juga memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
Konsistensi serumen salah satunya dipengaruhi oleh faktor keturunan sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan
keluarga.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar:
Terdapat kebiasaan mengorek telinga dalam keluarga. Kebiasaan mengorek telinga
dalam keluarga ini membuat pasien mengira bahwa mengorek telinga adalah suatu yang biasa
dan tidak menimbulkan bahaya. Kebiasaan mengorek telinga salah satunya dapat membuat
serumen terdorong ke dalam. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan diagnosis dengan
perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

3.4 Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini:
Ayah pasien juga memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Konsistensi serumen
salah satunya dipengaruhi oleh faktor keturunan sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan faktor risiko penyakit pada pasien ini adalah faktor keturunan.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan:


 Menghentikan kebiasaan mengorek telinga
 Hindari masuknya air ke dalam telinga

13
3.6 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :
- Serumen prop adalah penyakit akibat gumpalan serumen (kotoran telinga) yang
menumpuk di liang teling sehingga dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jika
serumen ini dikeluarkan/dibersihkan makan keluhan gangguan penderangan tersebut
juga akan hilang.
- Menghentikan kebiasaan mengorek telinga, karena selain dapat menyebabkan
serumen terdorong ke dalam, dapat juga menyebabkan luka pada liang telinga hingga
menyebabkan perforasi/robeknya membran timpani/gendang telinga.
- Serumen/ kotoran telinga dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel
kulit serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah, namun jika serumen
tersebut keras sebaiknya dibawa ke pelayanan kesehatan untuk dibersihkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams et al. Serumen dalam BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of
Otolaryngology) Edisi 6. Jakarta; EGC. 1997: 76-7

2. Anonim. Makalah Serumen. Cimahi. 2008

3. Probst R. Grevers G. Iro H. Cerumen and Cerumen Impaction in Basic


Otorhinolaryngology. German; Thieme. 2006: 210-1

4. Soepardi E. Iskandar N. Bashiruddin J. Restuti R. Serumen dalam Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
2010: 59-60

5. Lalwani A. Diseases of the External Ear in Current Diagnosis & Treatment


Otolaryngology Head and Neck Surgery 2nd Ed. New York; McGraw-Hill’s. 2007

6. Wyk C. Cerumen Impaction Removal. Medscape. 2012. http://emedicine.medscape.com


/article/1413546-overview#showall

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai