NEFROTIK
Ici commence votre présentation
SN PADA DEWASA SN PADA ANAK
o SNA -> gangguan fungsi ginjal sehingga ureum dan kreatininnya meningkat, untuk
pemeriksaan gold standar pada gnaps yaitu titer ASTO
o Pemeriksaan serologis dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder
1. Bagaimana membedakan sindrom nefrotik dan sindrom nefritik?
Sindrom nefrotik
o ditandai dengan proteinuria >3,5 g/1.73 mVhari, edema anasarka, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia.
Pemeriksaan urin ditemukan lipiduria dan silinder eritrosit {red cell cast). Lipiduria ditandai dengan silinder
hialin berisi badan lemak oval berwarna kecoklatan. Fungsi ginjal pada sindrom nefrotik umumnya masih
normal.
o Edema periorbita sampai ke dinding perut dan genital disertai penump jkan cairan di rongga abdomen
(asites) atau pleura (e1usi pleura) biasanya ditemukan pada sindrom nefrotik.
Pada sindrom nefritik sebagai bukti inflamasi ditemukan hematuria dan silinder eritrosit, proteinuria,
edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
2. Bagaimana tatalaksana pengobatan pada pasien yang mengalami
resistensi steroid
o Pada sindrom nefrotik resisten steroid dianjurkan, (1) melakukan biopsi ginjal untuk mengevaluasi gambaran
patologi anatomi, pada umumnya FSGS atau yang lainnya, (2) melakukan evaluasi fungsi ginjal dengan mengukur
GFR atau e.GFR, dan (3) pemeriksaan protein kuantitatifCPA masih dipakai sebagai pengobatan lini pertama jika
terjadi resisten dengan kortikosteroid (Gambar 4).
o Pemberian CPA hanya dilakukan satu kali dalam setahun karena ditakutkan melampaui dosis kumulatif. Rangkaian
CPA berikutnya diberikan sesudah melewati satu tahun dari CPA sebelumnya
o Obat imunosupresan yang dianjuran oleh KDIGO 2013 pada sindrom nefrotik resisten steroid adalah kalsineurin
inhibitor (2C), MMF (2C), dan tambahanpemberian ACE-inhibitor dan/atau angiotensin II reseptor bloker (ARB)
o a. Kalsineurin inhibitor, diberikan selama 6 bulan bersama dosis rendah kortikosteroid. Apabila dalam 6 bulan terjadi
remisi partial (atau total) dapat dilanjutkan 6 bulan lagi (2C).29,30 b. Mikofenolat mofetil, diberikan apabila dengan CNI
tidak remisi (2D). Cara penggunaan MMF sama dengan kalsineurin inhibitor yaitu 6 bulan pertama bila terjadi remisi
partial atau total dilanjutkan 6 bulan lagi. Dilaporkan pada pemberian MMF selama minimal 6 bulan menghasilkan
remisi komplit 23%-62%, remisi partial 25%-37%, dan tanpa remisi 8%-40%.31
o Agen alkilasi seperti siklofosfamid atau klorambusil dapat digunakan pada anak-anak dengan beberapa kekambuhan.
Diberikan Mycophenolate mofetil karna pada beberapa penelitian tentang kemanjuran mycophenolate mofetil (MMF)
dalam pengobatan MCD dewasa. Bukti yang mendukung atau menolak penggunaan MMF tidak ada tetapi mengingat
hasil yang menggembirakan yang diperoleh pada MCD masa kanak-kanak, MMF dapat digunakan dalam pengobatan
MCD dewasa
Siklosporin A: Siklosporin A (CsA) telah digunakan pada orang dewasa dengan MCD karena merupakan penghambat
kalsineurin.
Pasien SNRS yang mengalami remisi dengan pemberian
siklofosfamid, apabila terjadi relaps maka dapat dicoba dengan
diberikan prednison karena pasien SNRS dapat menjadi sensitif
terhadap steroid kembali. Namun, apabila setelah pemberian
steroid tidak mengalami remisi, dapat diberikan siklosporin 4 – 5
mg/kgbb/hari setiap hari selama 12 – 24 bulan. Siklosporin
diberikan bersamaan dengan prednisolon 1,5 mg/kgbb/hari dosis
alternating selama 2 – 4 minggu, kemudian dosisnya secara
bertahap diturunkan 0,15 – 0,25 mg/kgbb setiap 4 minggu
menjadi dosis pemeliharaan 0,25 – 0,5 mg/kgbb yang dilanjutkan
selama 6 bulan atau lebih. Selain siklofosfamid dan siklosporin,
obat – obatan imunosupresif juga dilaporkan telah digunakan
sebagai agen terapi SNRS. Obat golongan imunosupresif yang
dapat digunakan ialah takrolimus dan mikofenolat mofetil (MMF).
Takrolimus adalah agen alternatif yang diberikan dengan dosis
0,1 – 0,2 mg/kg setiap hari selama 12 – 24 bulan. Selanjutnya,
MMF diberikan dengan dosis 800 – 1200 mg/m2 LPB atau 25 –
30 mg/kgbb bersamaan dengan dosis tapering prednisolon
selama 12 – 24 bulan
3. Pada pasien dengan MCD, sklerosis glomeruli tidak terlihat. Jadi, pertanyaannya adalah;
apa penyebab sklerosis glomerulus dan fibrosis interstisial pada pasien ini?
Seperti yang telah kami sebutkan, pasien ini memiliki riwayat diabetes dan hipertensi yang panjang; keduanya
dapat menyebabkan sklerosis glomerulus dan fibrosis interstisial
SN DENGAN DM
SN bentuk sekunder selanjutnya disebabkan oleh diabetes melitus yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
darah, yang mana gula darah tersebut akan berikatan dengan asam amino dan protein yang ada di sirkulasi darah
dan jaringan, sehingga membentuk advanced glycosylation end products (AGE), yang dapat menyebabkan
peningkatan viskositas darah. Darah yang kental dapat menyebabkan hiperfiltrasi di glomerulus. Selain itu,
apabila AGE berakumulasi di membran basal glomerulus maka dapat menyebabkan penipisan glikosaminoglikan
dan menghasilkan membran yang lebih permeabel dan lebih tebal. Apabila AGE berakumulasi dan berikatan
silang dengan kolagen di jaringan, maka dapat memicu pengeluaran sitokin. Sitokin tersebut akan memicu
peningkatan deposit matriks mesangial dan penebalan membran basal glomerulus serta dapat menginduksi
apoptosis dari podosit, sehingga dapat menyebabkan terjadinya glomerulosklerosis
4. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
INDIKASI
Sindrom Nefrotik . Walaupu n sindrom nefroti k (proteinuria >3,5 g/hari) merupakan indikasi, namun
ada pengecualian: 1
1. Anak usia 1 tahun-pubertas. Biasanya jenis perubahan minimal dan responsif terhadap steroid.
Dilakukan biopsi bila: tidak ada respons terapi, C 3 rendah, hematuria, gangguan fungsi.
Perubahan minimal sangat jarang pada usia kurang dari 1 tahun dan biopsi perlu dilakukan untuk
diagnosis sindrom nefrotik kongenital.
2. 2. Diabetes: Bila dianggap SN karena diabetes yaitu dengan riwayat lama mengidap diabetes,
retinopati dan sedimen urin inactive dengan USG yang masih normal.
Kontraindikasi biopsi
o Gangguan koagulasi dan trombositopenin
o Disfungsi trombosit (kontraindikasi rel.Jtif) dapat diatasi dengan dialisis atau desmopresin yang
akan merangsang koagulasi trombosis
o Hipertensi (kontraindikasi relatif)
o Pielonefritis, dapat mengakibatkan abses
o Kelainan anatomis: ginjal soliter
EFEK SAMPING STEROID
Pemberian steroid jangka lama akan menimbulkan efek samping yang signifikan, karenanya hal
tersebut harus dijelaskan kepada pasien dan orangtuanya. Efek samping tersebut meliputi
peningkatan napsu makan, gangguan pertumbuhan, perubahan perilaku, peningkatan risiko infeksi,
retensi air dan garam, hipertensi, dan demineralisasi tulang. Pada semua pasien SN harus dilakukan
pemantauan terhadap gejala-gejala cushingoid, pengukuran tekanan darah, pengukuran berat badan
dan tinggi badan setiap 6 bulan sekali, dan evaluasi timbulnya katarak setiap tahun sekali.
EFEK SAMPING OBAT
o Levamisol
Pemakaian levamisol pada SN masih terbatas karena efeknya masih diragukan. Efek samping levamisol antara
lain mual, muntah, dan neutropenia reversibel
o sitostatika
Efek samping sitostatika antara lain depresi sumsum tulang, alopesia, sistitis hemoragik, azospermia, dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan keganasan. Oleh karena itu perlu pemantauan pemeriksaan darah
tepi seperti kadar hemoglobin, leukosit, trombosit, 1-2 kali seminggu
EFEK SAMPING OBAT
o Siklofosfamid
Pemberian CPA oral pada SNRS dilaporkan dapat menimbulkan remisi pada 20% pasien.21 Bila terjadi
relaps kembali setelah pemberian CPA, meskipun sebelumnya merupakan SN resisten steroid, dapat
dicoba lagi pengobatan relaps dengan prednison, karena SN yang resisten steroid dapat menjadi sensitif
lagi
o Siklosporin
Pada SN resisten steroid, CyA dilaporkan dapat menimbulkan remisi total sebanyak 20% pada 60 pasien
dan remisi parsial pada 13%.23 Efek samping CyA antara lain hipertensi, hiperkalemia, hipertrikosis,
hipertrofi gingiva, dan juga bersifat nefrotoksik yaitu menimbulkan lesi tubulointerstisial. Oleh karena itu
pada pemakaian CyA perlu pemantauan terhadap: 1. Kadar CyA dalam serum (dipertahankan antara 100-
200 ug/mL) 2. Kadar kreatinin darah berkala 3. Biopsi ginjal berkala setiap 2 tahun
PATOFISIOLOGI
o Hipoalbuminemia disebabkan oleh Pada SN hipoalbuminemia disebabkan oleh proteinuria masif dengan akibat
penurunan tekanan onkotik plasma. Untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma maka hati berusaha
meningkatkan sintesis albumin. Peningkatan sintesis albumin hati tidak berhasil menghalangi timbulnya
hipoalbuminemia.
o EDEMA Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan karakteristik proteinuria (kehilangan protein
melalui urin >3,5g/hari), hipoproteinemia, edema dan hiperlipidemia. Pasien sindrom nefrotik juga mengalami
volume plasma yang meningkat sehubungan dengan defek intrinsik ekskresi natrium dan air Hipoalbuminemia
pada sindrom nefrotik berhubungan dengan kehilangan protein sehingga terjadi penurunan tekanan osmotik
menyebabkan perpindahan cairan intravaskular ke interstitium dan memperbera t pembentukan edema . Pada
kondis i tertentu, kehilangan protein dan hipoalbumin dapat sangat berat sehingga volume plasma menjadi
berkurang yang menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang juga merangsang retensi natrium dan air.
PATOFISIOLOGI
o Proteinuria Ada tiga jenis proteinuria yaitu glomerular, tubular dan overflow. Kehilangan protein pada
SN termasuk ke dalam proteinuria glomerular Proteinuria pada penyakit glomerular disebabkan oleh
meningkatnya filtrasi makromolekul melewati dinding kapiler glomerulus. Hal ini sering diakibatkan
oleh kelainan pada podosit gomerular, meliputi retraksi dari foot process dan/atau reorganisasi dari slit
diaphragm. Perbedaan potensial listrik yang dihasilkan oleh arus transglomerular akan memodulasi
flux makromolekul melewati dinding kapiler glomerulus.
PRIMER
o MCD o GSFS o ND o AMILOID
o berhubungan dengan o . GSFS dapat muncul sebagai o Nefropati membranosa dapat o amiloid dihubungkan
pemakaian obat sindrom idiopatik (GSFS juga terjadi akibat hepatitis B dengan penyakit
antigenemia, penyakit inflamasi kronik
antiinflamas i non- primer) atau berkaitan autoimun, tiroiditis, keganasan, seperti artritis
steroid (OAINS), dengan infeksi HIV, dan pemakaian beberapa obat- rheumatoid atau
atau efek nefropati refluks, bekas obatan seperti preparat emas, osteomielitis.
paraneoplastik dari injuri glomerulus sebelumnya, penisilamin, kaptopril, dan
OAINS.
suatu keganasan reaksi idiosinkrasi akibat
(paling sering Limfoma OAINS, atau obesitas berat.
Hodgkin)
o Pada SN yang o Patogenesis utama yang o nefropati membranosa
disebabkan oleh GN terjadi pada GSFS adalah kerusak^m struktur membran
lesi minimal ditemukan kerusakan dan kehilangan basal glomerulus terjadi akibat
proteinuria selektif podosit endap.in kompleks imun di sub-
o sedangkan SN pada epitel.
lesi minimal dan o da SN akibat nefropati
membranoproliferatif membranosa kecenderungan
frekuensinya kecil. terjadinya trombosis vena
renalis cukup tinggi terutama
pada pasien dengan ekskresi
protein dalam urin melebihi 10
gram per hari
Hipotiroid Diabetes
o Kelainan lab : hiperkolestrolemia, peningkatan kreatinin kinase, o DM tipe 1 , terkait destruksi autoimun dari
hiponatremia, hiperprolaktinemia,kelainan EKG, anemia sel beta sehingga terjadi defisiensi absolut
normokromik o DM tipe 2terkait penurunan progresif dari
o Patomekanisme nya limfosit T helper produksi insulin oleh sel beta
o Pada SN juga terjadi kehilangan hormon tiroid yang terikat protein
{thyroid-binding protein) melalui urin dan penurunan kadar tiroksin
plasma. Tiroksin yang bebas dan hormon yang menstimulasi
tiroksin {thyroxinestimulating hormone) tetap normal sehingga
secara klinis tidak menimbulkan gangguan. Namun pada pasien
dengan penurunan fungsi ginjal maka dapat ditemukan kelainan
fungsi tiroid yang lebih berat. Dan jika dicurigai adanya hipotiroid
secara klinis maka TSH serum sebaiknya diperiksa
o Terapi steroid pada pasien SN bisa menghambat sekresi TSH dan
konversi T4 menjadi T3 di perifer. Akibatnya serum T3 dan TSH
basal rendah dan kadar rT3 meningkat. Pada kondisi ini maka
kadar T4 bebas merupakan petanda fungsi tiroid yang paling
akurat. Apabila kadar fT4 menurun maka pengobatan untuk
hipotiroid sebaiknya dimulai.
Pemberian non imunosupresif untuk mengurangi proteinuria
Pemberian non imunosupresif untuk mengurangi proteinuria Pada pasien SN yang telah resisten
terhadap obat kortikosteroid, sitostatik, dan siklosporin (atau tidak mampu membeli obat ini), dapat
diberikan diuretik (bila ada edema) dikombinasikan dengan inhibitor ACE (angitensin converting
enzyme) untuk mengurangi proteinuria. Jenis obat ini yang bisa dipakai adalah kaptopril 0,3
mg/kgBB, 3 x sehari, atau enalapril 0,5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.29 Sebuah penelitian secara
random dengan pemberian enalapril 0,2 mg/kgBB/hari dan 0,6 mg/kgBB/hari selama 8 minggu dapat
menurunkan proteinuria 33% dan 52%.30 Tujuan pemberian inhibitor ACE juga untuk menghambat
terjadinya gagal ginjal terminal (renoprotektif).
Diabetes menyebabkan proteinuria selektif sementara MCD menyebabkan proteinuria nonselektif. Nefropati diabetik
dikelola dengan mengontrol hiperglikemia dan hipertensi; sementara, MCD dikelola oleh steroid dan imunosupresan
Proteinuria glomerular. Proteinuria yang disebabkan meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus, dibagi
menjadi 2 tipe, selektif dan non selektif.Proteinuria glomerular selektif: pada kerusakan glomerulus fase awal terjadi
peningkatan ekskresi protein dengan berat molekul kecil seperti albumin dan transferin.Proteinuria glomerular non
selektif: pada kerusakan glomerulus fase lanjut juga disertai peningkatan ekskresi protein dengan berat molekul besar
seperti gamma globulin.Membedakan proteinuria selektif dan non selektif dengan elektroforesis protein urin. Pada
proteinuria selektif didapatkan pita (band) albumin dan transferin, sedangkan pada non selektif polanya seperti
elektroferesis protein serum.Proteinuria glomerular yang berat dapat ditemukan pada sindroma nefrotik.
Kontrol ketat gula selama terapi steroid juga penting untuk menghindari penyakit ginjal sekunder akibat hiperglikemia
akibat steroid yang berkepanjangan
Bagaimana cara membedakan antara sindrom nefrotik dan sindrom neftritik akut
GNAPS SN
1. Pada pasien yang mengalami relaps jika proteinuria >++ tetapi tanpa edema sebelum pemberian prednison , dicari lebih dahulu
pemicunya biasanya infeksi saluran pernapasan . Bila terdapat infeksi diberikan dulu antibiotik 5-7 hari dan bila proteinuria
menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps, TETAPI bila ditemukan proteinuria >++ dan disertai edema maka
diagnosis relaps dapat ditegakkan dan prednison mulai diberikan.
o Pemberian prednison dosis penuh (FD) 60mg/m2 LPB/hari, setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu) kemudian
dilanjutkan dengan prednison intermitten atau alternating (AD) 40mg/m2 LPB/hari selama 4 minggu.
o Jika SN relaps sering atau dependen steroid ada 4 opsi pengobatan SN relaps atau dependen steroid : 1). Pemberian
sterois jangka panjang. 2). Pemberian levamisol, 3) pengobatan sitostatik, 4). Pengobatan dengan siklosporin atau
mikofenolat mofetil (opsi terakhir)