Anda di halaman 1dari 31

SINDROM

NEFROTIK
Ici commence votre présentation
SN PADA DEWASA SN PADA ANAK

o Proteinuria masif >40mgmg/m2LPT/jam ATAU


SN  ditandai dengan 50mg/kg/hari atau atau rasio kreatinin pada urin
o albuminuria (>3,5g/hari) melebihi 2,5
o Hipoalbuminemia (<30g/L) o Hipoalbuminemia : albumin plasma <2,5 g/dl
o Serta ditandai dengan edema , hiperlipidemia dan o Edema
lipiduria o Hiperlipidemia peningkatan kolestrol total, LDL, VLDL
o Eksresi protein dapat diukur dengan pengukuran sementara kadar HDL normal
rasio protein : kreatinin urin atau rasio albumin o Edema anasarka . Edem mulai muncul dari daerah
o Pengukuran ekskresi kreatinin membantu periorbita yang terlihat terutama pada pagi hari dan
menentukan kevukupan koleksi urin 24 jam . menghilang sore hari
o Eksresi kreatini harian harus 20-25mg/kg berat o Bila berat disertai asites , efusi pleura dan edema
badan tanpa lemak pada pria dan pada wanita 15- genitalia
20mg/kgBB
o proteinuria masif lebih dari 3,5 g/hari,
hipoalbuminemia kurang dari 3,5 g/hari,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria.
1.
PERTANYAAN
1. Bagaimana cara membedakan antara sindrom nefrotik dan sindrom neftritik akut
2. Apa pemeriksaan gold standar pada sindrom nefrotik? Untuk menegakkan diagnosis
definitif
3. SN lebih sering mengenai anak2, apakah ada perbedaan terapi antara pasien dewasa dan
anak2?
4. Apakah semua pasien SN harus dilakukan biopsi ginjal?
5. apa penyebab sklerosis glomerulus dan fibrosis interstisial pada pasien ini?
6. Mengapa pada pasien diberikan antikoagulan?
7. Tadi pada slide dijelaskan dikatakan bahwa pasien mengalami kekambuhan . Bagaimana
Pengobatan pada pasien relaps

o SNA -> gangguan fungsi ginjal sehingga ureum dan kreatininnya meningkat, untuk
pemeriksaan gold standar pada gnaps yaitu titer ASTO

o Pemeriksaan serologis dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder
1. Bagaimana membedakan sindrom nefrotik dan sindrom nefritik?

GNAPS SN 1. Jawaban: secara garis besar sindrom


o RBC  Hematuria o Proteinuria meningkat nefrotik dan nefritik dibedakan dengan
o Proteinuria o Protein >3gr itumi
o Edem perifer/periorbita menyebabkan berbusa nefrotik: kerusakan pada glomerulus
o GFR MENURUN dapat o albumin  hipoalnuminemia (primer maupun sekunder)- proteinuria
menyebabkan HT dan  edem tubuh
OLIGOURI o IG  imun menurun masif >40mg/m2 LPB/jam- Edema -
o Urin seperti coco cola/ teh anasarka- Hiperlipidemia- Lipiduria- Urine
o Akibat hipoalbuminemia
Pemeriksaan penunjang kronik seringkali didapatkan keruh dan berbuih-
tampilan kuku terlihat pucat
o Gold standar  titer ASTO
dan membentuk pita Nefritik: (peradangan glomerulus
MENINGKAT berwarna putih,
o Kadar komplemen C3 o dan ditemukannya sehingga darah dan protein lolos ke dalam
menurun xantelasma dikaitkan dengan
hiperlipidemia. K urin)- oligouri- Hematuri- Gfr menurun-
o Urinalisis : hematuria,
proteinuria, slinder eritrosit Edema (periorbital)- Urine teh / merah-
o Kreatinin dan ureum darah
Uremia (mual muntah sakit kepala)
meningkat
Penyebab umum edema: SN
o Penurunan tekanan osmotik Sindrom nefrotik
o Retensi air dan natrium

Sindrom nefrotik
o ditandai dengan proteinuria >3,5 g/1.73 mVhari, edema anasarka, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia.
Pemeriksaan urin ditemukan lipiduria dan silinder eritrosit {red cell cast). Lipiduria ditandai dengan silinder
hialin berisi badan lemak oval berwarna kecoklatan. Fungsi ginjal pada sindrom nefrotik umumnya masih
normal.
o Edema periorbita sampai ke dinding perut dan genital disertai penump jkan cairan di rongga abdomen
(asites) atau pleura (e1usi pleura) biasanya ditemukan pada sindrom nefrotik.

Pada sindrom nefritik sebagai bukti inflamasi ditemukan hematuria dan silinder eritrosit, proteinuria,
edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
2. Bagaimana tatalaksana pengobatan pada pasien yang mengalami
resistensi steroid

o Pada sindrom nefrotik resisten steroid dianjurkan, (1) melakukan biopsi ginjal untuk mengevaluasi gambaran
patologi anatomi, pada umumnya FSGS atau yang lainnya, (2) melakukan evaluasi fungsi ginjal dengan mengukur
GFR atau e.GFR, dan (3) pemeriksaan protein kuantitatifCPA masih dipakai sebagai pengobatan lini pertama jika
terjadi resisten dengan kortikosteroid (Gambar 4).
o Pemberian CPA hanya dilakukan satu kali dalam setahun karena ditakutkan melampaui dosis kumulatif. Rangkaian
CPA berikutnya diberikan sesudah melewati satu tahun dari CPA sebelumnya
o Obat imunosupresan yang dianjuran oleh KDIGO 2013 pada sindrom nefrotik resisten steroid adalah kalsineurin
inhibitor (2C), MMF (2C), dan tambahanpemberian ACE-inhibitor dan/atau angiotensin II reseptor bloker (ARB)
o a. Kalsineurin inhibitor, diberikan selama 6 bulan bersama dosis rendah kortikosteroid. Apabila dalam 6 bulan terjadi
remisi partial (atau total) dapat dilanjutkan 6 bulan lagi (2C).29,30 b. Mikofenolat mofetil, diberikan apabila dengan CNI
tidak remisi (2D). Cara penggunaan MMF sama dengan kalsineurin inhibitor yaitu 6 bulan pertama bila terjadi remisi
partial atau total dilanjutkan 6 bulan lagi. Dilaporkan pada pemberian MMF selama minimal 6 bulan menghasilkan
remisi komplit 23%-62%, remisi partial 25%-37%, dan tanpa remisi 8%-40%.31

o Agen alkilasi seperti siklofosfamid atau klorambusil dapat digunakan pada anak-anak dengan beberapa kekambuhan.
Diberikan Mycophenolate mofetil karna pada beberapa penelitian tentang kemanjuran mycophenolate mofetil (MMF)
dalam pengobatan MCD dewasa. Bukti yang mendukung atau menolak penggunaan MMF tidak ada tetapi mengingat
hasil yang menggembirakan yang diperoleh pada MCD masa kanak-kanak, MMF dapat digunakan dalam pengobatan
MCD dewasa

Siklosporin A: Siklosporin A (CsA) telah digunakan pada orang dewasa dengan MCD karena merupakan penghambat
kalsineurin.
Pasien SNRS yang mengalami remisi dengan pemberian
siklofosfamid, apabila terjadi relaps maka dapat dicoba dengan
diberikan prednison karena pasien SNRS dapat menjadi sensitif
terhadap steroid kembali. Namun, apabila setelah pemberian
steroid tidak mengalami remisi, dapat diberikan siklosporin 4 – 5
mg/kgbb/hari setiap hari selama 12 – 24 bulan. Siklosporin
diberikan bersamaan dengan prednisolon 1,5 mg/kgbb/hari dosis
alternating selama 2 – 4 minggu, kemudian dosisnya secara
bertahap diturunkan 0,15 – 0,25 mg/kgbb setiap 4 minggu
menjadi dosis pemeliharaan 0,25 – 0,5 mg/kgbb yang dilanjutkan
selama 6 bulan atau lebih. Selain siklofosfamid dan siklosporin,
obat – obatan imunosupresif juga dilaporkan telah digunakan
sebagai agen terapi SNRS. Obat golongan imunosupresif yang
dapat digunakan ialah takrolimus dan mikofenolat mofetil (MMF).
Takrolimus adalah agen alternatif yang diberikan dengan dosis
0,1 – 0,2 mg/kg setiap hari selama 12 – 24 bulan. Selanjutnya,
MMF diberikan dengan dosis 800 – 1200 mg/m2 LPB atau 25 –
30 mg/kgbb bersamaan dengan dosis tapering prednisolon
selama 12 – 24 bulan
3. Pada pasien dengan MCD, sklerosis glomeruli tidak terlihat. Jadi, pertanyaannya adalah;
apa penyebab sklerosis glomerulus dan fibrosis interstisial pada pasien ini?

Seperti yang telah kami sebutkan, pasien ini memiliki riwayat diabetes dan hipertensi yang panjang; keduanya
dapat menyebabkan sklerosis glomerulus dan fibrosis interstisial

SN DENGAN DM
SN bentuk sekunder selanjutnya disebabkan oleh diabetes melitus yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
darah, yang mana gula darah tersebut akan berikatan dengan asam amino dan protein yang ada di sirkulasi darah
dan jaringan, sehingga membentuk advanced glycosylation end products (AGE), yang dapat menyebabkan
peningkatan viskositas darah. Darah yang kental dapat menyebabkan hiperfiltrasi di glomerulus. Selain itu,
apabila AGE berakumulasi di membran basal glomerulus maka dapat menyebabkan penipisan glikosaminoglikan
dan menghasilkan membran yang lebih permeabel dan lebih tebal. Apabila AGE berakumulasi dan berikatan
silang dengan kolagen di jaringan, maka dapat memicu pengeluaran sitokin. Sitokin tersebut akan memicu
peningkatan deposit matriks mesangial dan penebalan membran basal glomerulus serta dapat menginduksi
apoptosis dari podosit, sehingga dapat menyebabkan terjadinya glomerulosklerosis
4. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

INDIKASI
Sindrom Nefrotik . Walaupu n sindrom nefroti k (proteinuria >3,5 g/hari) merupakan indikasi, namun
ada pengecualian: 1
1. Anak usia 1 tahun-pubertas. Biasanya jenis perubahan minimal dan responsif terhadap steroid.
Dilakukan biopsi bila: tidak ada respons terapi, C 3 rendah, hematuria, gangguan fungsi.
Perubahan minimal sangat jarang pada usia kurang dari 1 tahun dan biopsi perlu dilakukan untuk
diagnosis sindrom nefrotik kongenital.
2. 2. Diabetes: Bila dianggap SN karena diabetes yaitu dengan riwayat lama mengidap diabetes,
retinopati dan sedimen urin inactive dengan USG yang masih normal.

Kontraindikasi biopsi
o Gangguan koagulasi dan trombositopenin
o Disfungsi trombosit (kontraindikasi rel.Jtif) dapat diatasi dengan dialisis atau desmopresin yang
akan merangsang koagulasi trombosis
o Hipertensi (kontraindikasi relatif)
o Pielonefritis, dapat mengakibatkan abses
o Kelainan anatomis: ginjal soliter
EFEK SAMPING STEROID
Pemberian steroid jangka lama akan menimbulkan efek samping yang signifikan, karenanya hal
tersebut harus dijelaskan kepada pasien dan orangtuanya. Efek samping tersebut meliputi
peningkatan napsu makan, gangguan pertumbuhan, perubahan perilaku, peningkatan risiko infeksi,
retensi air dan garam, hipertensi, dan demineralisasi tulang. Pada semua pasien SN harus dilakukan
pemantauan terhadap gejala-gejala cushingoid, pengukuran tekanan darah, pengukuran berat badan
dan tinggi badan setiap 6 bulan sekali, dan evaluasi timbulnya katarak setiap tahun sekali.
EFEK SAMPING OBAT

o Levamisol
Pemakaian levamisol pada SN masih terbatas karena efeknya masih diragukan. Efek samping levamisol antara
lain mual, muntah, dan neutropenia reversibel

o sitostatika
Efek samping sitostatika antara lain depresi sumsum tulang, alopesia, sistitis hemoragik, azospermia, dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan keganasan. Oleh karena itu perlu pemantauan pemeriksaan darah
tepi seperti kadar hemoglobin, leukosit, trombosit, 1-2 kali seminggu
EFEK SAMPING OBAT

o Siklofosfamid
Pemberian CPA oral pada SNRS dilaporkan dapat menimbulkan remisi pada 20% pasien.21 Bila terjadi
relaps kembali setelah pemberian CPA, meskipun sebelumnya merupakan SN resisten steroid, dapat
dicoba lagi pengobatan relaps dengan prednison, karena SN yang resisten steroid dapat menjadi sensitif
lagi
o Siklosporin
Pada SN resisten steroid, CyA dilaporkan dapat menimbulkan remisi total sebanyak 20% pada 60 pasien
dan remisi parsial pada 13%.23 Efek samping CyA antara lain hipertensi, hiperkalemia, hipertrikosis,
hipertrofi gingiva, dan juga bersifat nefrotoksik yaitu menimbulkan lesi tubulointerstisial. Oleh karena itu
pada pemakaian CyA perlu pemantauan terhadap: 1. Kadar CyA dalam serum (dipertahankan antara 100-
200 ug/mL) 2. Kadar kreatinin darah berkala 3. Biopsi ginjal berkala setiap 2 tahun
PATOFISIOLOGI
o Hipoalbuminemia disebabkan oleh Pada SN hipoalbuminemia disebabkan oleh proteinuria masif dengan akibat
penurunan tekanan onkotik plasma. Untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma maka hati berusaha
meningkatkan sintesis albumin. Peningkatan sintesis albumin hati tidak berhasil menghalangi timbulnya
hipoalbuminemia.

o EDEMA Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan karakteristik proteinuria (kehilangan protein
melalui urin >3,5g/hari), hipoproteinemia, edema dan hiperlipidemia. Pasien sindrom nefrotik juga mengalami
volume plasma yang meningkat sehubungan dengan defek intrinsik ekskresi natrium dan air Hipoalbuminemia
pada sindrom nefrotik berhubungan dengan kehilangan protein sehingga terjadi penurunan tekanan osmotik
menyebabkan perpindahan cairan intravaskular ke interstitium dan memperbera t pembentukan edema . Pada
kondis i tertentu, kehilangan protein dan hipoalbumin dapat sangat berat sehingga volume plasma menjadi
berkurang yang menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang juga merangsang retensi natrium dan air.
PATOFISIOLOGI
o Proteinuria Ada tiga jenis proteinuria yaitu glomerular, tubular dan overflow. Kehilangan protein pada
SN termasuk ke dalam proteinuria glomerular Proteinuria pada penyakit glomerular disebabkan oleh
meningkatnya filtrasi makromolekul melewati dinding kapiler glomerulus. Hal ini sering diakibatkan
oleh kelainan pada podosit gomerular, meliputi retraksi dari foot process dan/atau reorganisasi dari slit
diaphragm. Perbedaan potensial listrik yang dihasilkan oleh arus transglomerular akan memodulasi
flux makromolekul melewati dinding kapiler glomerulus.
PRIMER
o MCD o GSFS o ND o AMILOID
o berhubungan dengan o . GSFS dapat muncul sebagai o Nefropati membranosa dapat o amiloid dihubungkan
pemakaian obat sindrom idiopatik (GSFS juga terjadi akibat hepatitis B dengan penyakit
antigenemia, penyakit inflamasi kronik
antiinflamas i non- primer) atau berkaitan autoimun, tiroiditis, keganasan, seperti artritis
steroid (OAINS), dengan infeksi HIV, dan pemakaian beberapa obat- rheumatoid atau
atau efek nefropati refluks, bekas obatan seperti preparat emas, osteomielitis.
paraneoplastik dari injuri glomerulus sebelumnya, penisilamin, kaptopril, dan
OAINS.
suatu keganasan reaksi idiosinkrasi akibat
(paling sering Limfoma OAINS, atau obesitas berat.
Hodgkin)
o Pada SN yang o Patogenesis utama yang o nefropati membranosa
disebabkan oleh GN terjadi pada GSFS adalah kerusak^m struktur membran
lesi minimal ditemukan kerusakan dan kehilangan basal glomerulus terjadi akibat
proteinuria selektif podosit endap.in kompleks imun di sub-
o sedangkan SN pada epitel.
lesi minimal dan o da SN akibat nefropati
membranoproliferatif membranosa kecenderungan
frekuensinya kecil. terjadinya trombosis vena
renalis cukup tinggi terutama
pada pasien dengan ekskresi
protein dalam urin melebihi 10
gram per hari
Hipotiroid Diabetes

o Kelainan lab : hiperkolestrolemia, peningkatan kreatinin kinase, o DM tipe 1 , terkait destruksi autoimun dari
hiponatremia, hiperprolaktinemia,kelainan EKG, anemia sel beta sehingga terjadi defisiensi absolut
normokromik o DM tipe 2terkait penurunan progresif dari
o Patomekanisme nya limfosit T helper produksi insulin oleh sel beta
o Pada SN juga terjadi kehilangan hormon tiroid yang terikat protein
{thyroid-binding protein) melalui urin dan penurunan kadar tiroksin
plasma. Tiroksin yang bebas dan hormon yang menstimulasi
tiroksin {thyroxinestimulating hormone) tetap normal sehingga
secara klinis tidak menimbulkan gangguan. Namun pada pasien
dengan penurunan fungsi ginjal maka dapat ditemukan kelainan
fungsi tiroid yang lebih berat. Dan jika dicurigai adanya hipotiroid
secara klinis maka TSH serum sebaiknya diperiksa
o Terapi steroid pada pasien SN bisa menghambat sekresi TSH dan
konversi T4 menjadi T3 di perifer. Akibatnya serum T3 dan TSH
basal rendah dan kadar rT3 meningkat. Pada kondisi ini maka
kadar T4 bebas merupakan petanda fungsi tiroid yang paling
akurat. Apabila kadar fT4 menurun maka pengobatan untuk
hipotiroid sebaiknya dimulai.
Pemberian non imunosupresif untuk mengurangi proteinuria

Pemberian non imunosupresif untuk mengurangi proteinuria Pada pasien SN yang telah resisten
terhadap obat kortikosteroid, sitostatik, dan siklosporin (atau tidak mampu membeli obat ini), dapat
diberikan diuretik (bila ada edema) dikombinasikan dengan inhibitor ACE (angitensin converting
enzyme) untuk mengurangi proteinuria. Jenis obat ini yang bisa dipakai adalah kaptopril 0,3
mg/kgBB, 3 x sehari, atau enalapril 0,5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.29 Sebuah penelitian secara
random dengan pemberian enalapril 0,2 mg/kgBB/hari dan 0,6 mg/kgBB/hari selama 8 minggu dapat
menurunkan proteinuria 33% dan 52%.30 Tujuan pemberian inhibitor ACE juga untuk menghambat
terjadinya gagal ginjal terminal (renoprotektif).
 Diabetes menyebabkan proteinuria selektif sementara MCD menyebabkan proteinuria nonselektif. Nefropati diabetik
dikelola dengan mengontrol hiperglikemia dan hipertensi; sementara, MCD dikelola oleh steroid dan imunosupresan
 Proteinuria glomerular. Proteinuria yang disebabkan meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus, dibagi
menjadi 2 tipe, selektif dan non selektif.Proteinuria glomerular selektif: pada kerusakan glomerulus fase awal terjadi
peningkatan ekskresi protein dengan berat molekul kecil seperti albumin dan transferin.Proteinuria glomerular non
selektif: pada kerusakan glomerulus fase lanjut juga disertai peningkatan ekskresi protein dengan berat molekul besar
seperti gamma globulin.Membedakan proteinuria selektif dan non selektif dengan elektroforesis protein urin. Pada
proteinuria selektif didapatkan pita (band) albumin dan transferin, sedangkan pada non selektif polanya seperti
elektroferesis protein serum.Proteinuria glomerular yang berat dapat ditemukan pada sindroma nefrotik.

 Kontrol ketat gula selama terapi steroid juga penting untuk menghindari penyakit ginjal sekunder akibat hiperglikemia
akibat steroid yang berkepanjangan
Bagaimana cara membedakan antara sindrom nefrotik dan sindrom neftritik akut

GNAPS SN

o RBC  Hematuria o Proteinuria meningkat


o Proteinuria o Protein >3gr itumi menyebabkan berbusa
o Edem perifer/periorbita o albumin  hipoalnuminemia  edem tubuh
o GFR MENURUN dapat menyebabkan HT dan o IG  imun menurun
OLIGOURI o SN  Peningkatan tekanan ekstravaskular
o Urin seperti coco cola/ teh (Pelepasan aldosteron) dan penurunan tekanan
osmotik (Penurunan kadar albumin)
Pemeriksaan penunjang
o Gold standar  titer ASTO MENINGKAT
o Kadar komplemen C3 menurun o Akibat hipoalbuminemia kronik seringkali
o Urinalisis : hematuria, proteinuria, slinder didapatkan tampilan kuku terlihat pucat dan
membentuk pita berwarna putih,
eritrosit o dan ditemukannya xantelasma dikaitkan dengan
o Kreatinin dan ureum darah meningkat hiperlipidemia. K

o FUROSEMID  loop henle  efek primer


absorbsi NA+/K+/2CL- MENURUN  Efek
Tadi pada slide dijelaskan dikatakan bahwa pasien mengalami kekambuhan .
Bagaimana Pengobatan pada pasien relaps

1. Pada pasien yang mengalami relaps jika proteinuria >++ tetapi tanpa edema sebelum pemberian prednison , dicari lebih dahulu
pemicunya biasanya infeksi saluran pernapasan . Bila terdapat infeksi diberikan dulu antibiotik 5-7 hari dan bila proteinuria
menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps, TETAPI bila ditemukan proteinuria >++ dan disertai edema maka
diagnosis relaps dapat ditegakkan dan prednison mulai diberikan.

o Pemberian prednison dosis penuh (FD) 60mg/m2 LPB/hari, setiap hari sampai remisi (maksimal 4 minggu) kemudian
dilanjutkan dengan prednison intermitten atau alternating (AD) 40mg/m2 LPB/hari selama 4 minggu.

o Jika SN relaps sering atau dependen steroid ada 4 opsi pengobatan SN relaps atau dependen steroid : 1). Pemberian
sterois jangka panjang. 2). Pemberian levamisol, 3) pengobatan sitostatik, 4). Pengobatan dengan siklosporin atau
mikofenolat mofetil (opsi terakhir)

Pada jurnal diberika opsi ke 4 karna


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, antara lain:
1. Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang mengarah kepada
infeksi saluran kemih.
2. Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio Konsensus Tata Laksana
Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak – Edisi kedua 3 protein/kreatinin pada urin pertama pagi
hari
3. Pemeriksaan darah
o Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, hematokrit, LED) 1.2
o Albumin dan kolesterol serum
o Ureum, kreatinin serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus Schwartz 1.4
o Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik pemeriksaan ditambah dengan
komplemen C4, ANA (anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA
PEMERIKSAAN IMUNOGLOBULIN
Pada sindom nefrotik bentuk sekunder, lupus eritematosus sistemik menyebabkan deposisi komplek imun
di kapiler glomerulus, baik di sel mesangial, sel endotel, atau pun sel epitel. Komplek imun tersebut akan
mengaktifkan komplemen dan neutrofil yang dapat menyebabkan peradangan pada sel yang menjadi
lokasi endapan kompleks imun tersebut. Pengamatan dengan mikroskop imunofluoresen menunjukkan
adanya endapan dari komplek imun, seperti Ig G, Ig M, Ig A, C3 dan Cq1
TATA LAKSANA
KOMPLIKASI SINDROM
NEFROTIK
INFEKSI
o Pasien sindrom nefrotik sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat infeksi perlu segera diobati
dengan pemberian antibiotik. Infeksi yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer. Bila
terjadi peritonitis primer (biasanya disebabkan oleh kuman Gram negatif dan Streptococcus
pneumoniae) perlu diberikan pengobatan penisilin parenteral dikombinasi dengan sefalosporin
generasi ketiga yaitu sefotaksim atau seftriakson selama 10-14 hari.12 Infeksi lain yang sering
ditemukan pada anak dengan SN adalah pnemonia dan infeksi saluran napas atas karena virus
o Pada orangtua dipesankan untuk menghindari kontak dengan pasien varisela. Bila terjadi kontak
diberikan profilaksis dengan imunoglobulin varicella-zoster, dalam waktu kurang dari 96 jam. Bila
tidak memungkinkan dapat diberikan suntikan dosis tunggal imunoglobulin intravena
(400mg/kgbb).28 Bila sudah terjadi infeksi perlu diberi obat asiklovir intravena (1500 mg/m2 /hari
dibagi 3 dosis) atau asiklovir oral dengan dosis 80 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis selama 7 – 10 hari,9
dan pengobatan steroid sebaiknya dihentikan sementara
TROMBOSIS
Suatu studi prospektif mendapatkan 15% pasien SN relaps menunjukkan bukti defek ventilasi-
perfusi pada pemeriksaan skintigrafi yang berarti terdapat trombosis pembuluh vaskular paru yang
asimtomatik.29 Bila diagnosis trombosis telah ditegakkan dengan pemeriksaan fisis dan radiologis,
diberikan heparin secara subkutan, dilanjutkan dengan warfarin selama 6 bulan atau lebih.
Pencegahan tromboemboli dengan pemberian aspirin dosis rendah, saat ini tidak dianjurkan.
HIPERLIPIDEMIA
Pada SN relaps atau resisten steroid terjadi peningkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol,
trigliserida dan lipoprotein (a) (Lpa) sedangkan kolesterol HDL menurun atau normal. Zat-zat
tersebut bersifat aterogenik dan trombogenik, sehingga meningkatkan morbiditas kardiovaskular
dan progresivitas glomerulosklerosis. Pada SN sensitif steroid, karena peningkatan zat-zat
tersebut bersifat sementara dan tidak memberikan implikasi jangka panjang, maka cukup dengan
pengurangan diit lemak. Pada SN resisten steroid, dianjurkan untuk mempertahankan berat badan
normal untuk tinggi badannya, dan diit rendah lemak jenuh. Dapat dipertimbangan pemberian obat
penurun lipid seperti inhibitor HMgCoA reduktase (statin).3
HIPOKALSEMIA
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena: 1. Penggunaan steroid jangka panjang yang menimbulkan
osteoporosis dan osteopenia 2. Kebocoran metabolit vitamin D Oleh karena itu pada pasien SN yang
mendapat terapi steroid jangka lama (lebih dari 3 bulan) dianjurkan pemberian suplementasi kalsium
250-500 mg/hari dan vitamin D (125-250 IU).32 Bila telah terjadi tetani, diobati dengan kalsium
glukonas 10% sebanyak 0,5 mL/kgbb intravena.
HIPOVOLEMIA
Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia dengan
gejala hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin, dan sering disertai sakit perut. Pasien harus segera
diberi infus NaCl fisiologis dengan cepat sebanyak 15-20 mL/kgbb dalam 20-30 menit, dan disusul
dengan albumin 1 g/kgbb atau plasma 20 mL/kgbb (tetesan lambat 10 tetes per menit). Bila
hipovolemia telah teratasi dan pasien tetap oliguria, diberikan furosemid 1-2 mg/kgbb intravena
HIPERTENSI
Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau dalam perjalanan penyakit SN akibat
toksisitas steroid. Pengobatan hipertensi diawali dengan inhibitor ACE (angiotensin converting
enzyme), ARB (angiotensin receptor blocker) calcium channel blockers, atau antagonis β adrenergik,
sampai tekanan darah di bawah persentil 90.

Anda mungkin juga menyukai