Anda di halaman 1dari 20

HIPERSENSITIVITAS

Jasmine Aulia Rahman 15330124


Satrio ari hutomo 15330140
I. Definisi

Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana


tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi
terhadap bahan-bahan yang umumnya non imunogenik. Dengan kata lain,
tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
II. Faktor alergi
A. Internal
• Imaturitas usus secara fungsional maupun fungsi-fungsi imunologis
memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
• Genetik. Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan
sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
• Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan
penyerapan allergen bertambah.
II. Faktor alergi
A. eksternal
• Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih,
stress) atau beban latihan (lari, olah raga).
• Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut
prevalensinya: ikan 15,4%; telur 12,7%; susu 12,2%; kacang 5,3% dll.
• Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat
menimbulkan reaksi alergi.
III. patofisiologi
• Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek
terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya
netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang
menyebabkan panas.
• Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang
merangsang sel mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang
banyak, kemudian histamine tersebut beredar di dalam tubuh melalui
pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan
terjadinya gatal, prutitus, angioderma, urtikaria, kemerahan pada kulit dan
dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat
mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal
dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah
yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat
menyebabkan kematian
IV. klasifikasi
A. Tipe 1
Hipersensitif immediate/anaphylactic hypersensitivity
Gejala:
Kulit urtikaria, eksem
Matakonjungtivitis
nasofaring rinitis, rinorea
bronko pulmonariasma
saluran cernagastro-enteritis
IV. klasifikasi
A. Tipe 1
Mekanisme:
 Dilakukan oleh IgE yang melekat pada sel mast dan berakibat
dilepaskannya beberapa mediator yang menyebabkan Rx anafilaksis
 Mediatornya histamin
 Proses aktivasi sel mast terjadi apabila IgE mengikat anafilatoksin
 Proses aktivasi ini melepaskan berbagai mediator
 Timbul gejala alergi
IV. klasifikasi
A. Tipe 1
IV. klasifikasi
B. Tipe 2
• Primer antibody mediated (IgM/IgG) Mekanisme:
• Hipersensitivitas sitotoksik  Adanya antibodi dalam keadaan
bebas dalam sirkulasi yang akan
• Dalam waktu bbrp menit-bbrp jam bereaksi dengan antigen
• Gejala:  Dilakukan oleh IgM atau IgG
• Hemolitik anemia yang melekat pada sel sendiri
• Granulositopenia dan mengaktifkan lajur
• trombositopenia homplemen.
 Akibatnya terjadi kerusal sel
target.
IV. klasifikasi
B. Tipe 2
IV. klasifikasi
C. Tipe 3
• Hipersensitivitas imun komplek Mekanisme:
• Reaksi 3-10 jam setelah pemaparan •Antigen mudah larut dan tidak melekat
antigen pd organ
•Antibodi: IgG, sdkt IgM
• Eksogenous (bakteri, virus, parasit)
•Antigen larut dan antibodinya berada
• Endogen (nonspesifik, autoimunitas) dalam keadaan bebas dalam sirkulasi
•Bila bereaksi membentuk komplek imun
•Komplek imun ini berpresipitasi pada sel
IV. klasifikasi
D. Tipe 4
• Delay hipersensitiviti Mekanisme:
•Antigen mudah larut dan tidak melekat
• Reaksi 48 jam setelah pemaparan
antigen pd organ
•Antibodi: IgG, sdkt IgM
• Sel limfosit yang telah tersensitisasi •Antigen larut dan antibodinya berada
bereaksi secara spesifik dengan dalam keadaan bebas dalam sirkulasi
suatu antigen tertentu
•Bila bereaksi membentuk komplek imun
•Komplek imun ini berpresipitasi pada sel
IV. klasifikasi
D. Tipe 4
Tipe Waktu reaksi Penampakan klinis Histologi Antigen dan situs

Kontak 48-72 jam Eksim (ekzema) Limfosit, diikuti Epidermal (senyawa


makrofag; edema organik, jelatang atau poison
epidermidis ivy, logam berat , dll.)

Tuberkulin 48-72 jam Pengerasan Limfosit, monosit, Intraderma (tuberkulin,


(indurasi) lokal Makrofag lepromin, dll.)

Granuloma 21-28 hari pengerasan Makrofag, epitheloid Antigen persisten atau


dan sel raksaksa, senyawa asing dalam tubuh
fibrosis (tuberkulosis, kusta, etc.)
V. Manifestasi klinis
A. Tipe 1
• pemberian antigen protein atau obat (misalnya, penisilin) secara sistemik
(parental) menimbulkan anafilaksis sistemik. Dalam beberapa menit setelah
pajanan, akan muncul rasa gatal, urtikaria (bintik merah dan bengkak), dan
eritems kulit,diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang disebabkan oleh
bronkokonstriksi paru dan diperkuat dengan hipersekresi mukus. Selain itu,
otot semua saluran pencernaan dapat terserang, dan mengakibatkan
vomitus, kaku perut, dan diare. Tanpa intervensi segera,dapat terjadi
vasodilatasi sistemik (syok anafilaktik ), dan penderita dapat mengalami
kegagalan sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit.
• Reaksi lokal biasanya terjadi bila antigen hanya terbatas pada tempat
tertentu sesuai jalur pemajanannya, seperti di kulit (kontak, menyebabkan
urtikaria), traktus gastrointestinal (ingesti,menyebabkan diare), atau paru
(inhalasi, menyebabkan bronkokonstriksi).
V. Manifestasi klinis
B. Tipe 2
• Anemia Hemolitik autoimun
• Reaksi Obat Obat dapat bertindak sebagai hapten dan diikat pada permukaan
eritrosit yang menimbulkan pembentukan Ig dan kerusakan sitotoksik. Sedormid
dapat mengikat trombosit dan Ig yang dibentuk terhadapnya akan menghancurkan
trombosit dan menimbulkan purpura. Chloramfenicol dapat mengikat sel darah
putih, phenacetin dan chloropromazin mengikat sel darah merah.
• Sindrom Goodpasture pada sindrom ini dalam serum ditemukan antibodi yang
bereaksi dengan membran basal glomerulus dan paru. Antibodi tersebut
mengendap di ginjal dan paru yang menunjukkan endapan linier yang terlihat pada
imunoflouresen.
V. Manifestasi klinis
C. Tipe 3
• Urtikaria, angioedema, eritema, makulopapula, eritema multiforme dan lain-lain.
gejala sering disertai pruritis
• Demam
• Kelainan sendi, artralgia dan efusi sendi
• Limfadenopati
• kejang perut, mual
• neuritis optic
• glomerulonefritis
• sindrom lupus eritematosus sistemik
• gejala vaskulitis lain
V. Manifestasi klinis
D. Tipe 4
• Pada saluran pernafasan : asma
• Pada saluran cerna: mual,muntah,diare,nyeri perut
• Pada kulit: urtikaria. angioderma,dermatitis,pruritus,gatal,demam,gatal
• Pada mulut: rasa gatal dan pembengkakan bibir
VI. Pemeriksaan fisik

• Inspeksi: apakah ada kemerahan, bentol-bentol dan terdapat gejala


adanya urtikaria,angioderma,pruritus dan pembengkakan pada bibir
• Palpasi: ada nyeri tekan pada kemerahan

• Perkusi: mengetahui apakah diperut terdapat udara atau cairan

• Auskultasi: mendengarkan suara napas, bunyi jantung, bunyi usus (karena


pada orang yang menderita alergi bunyi usunya cencerung lebih
meningkat).
VII. Terapi
Menghindari allergen
Terapi farmakologis:
• Adrenergik( epinefrin, isoetarin, isoproterenol, bitolterol ) dan nonkatelomin ( efedrin, albuterol,
metaproterenol, salmeterol, terbutalin, pributerol, prokaterol dan fenoterol ).
• Antihistamin. Obat dari berbagai struktur kimia yang bersaing dengan histamin pada reseptor di
berbagai jaringan.
• Kromolin Sodium. Zat ini merupakan analog kimia obat khellin yang mempunyai sifat merelaksasikan
otot polos. Obat ini tidak mempunyai sifat bronkodilator karenanya obat ini tidak efektif unutk
pengobatan asma akut.
• Kortikosteroid, adalah obat paling kuat yang tersedia untuk pengobatan alergi.
• Imunoterapi, diindikasikan pada penderita rhinitis alergika, asma yang diperantarai IgE atau alergi
terhadap serangga. Imunoterapi dapat menghambat pelepasan histamin dari basofil pada tantangan
dengan antigen E ragweed in vitro.
• Profilaksis, dengan steroid anabolik atau plasmin inhibitor seperti traneksamat, sering kali sangat efektif
untuk urtikaria atau angioedema.

Anda mungkin juga menyukai