Anda di halaman 1dari 67

SISTEM INDERA KHUSUS

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL


MODUL 2 TULI

KELOMPOK 5
Disusun oleh :
Ketua

: Muhammad Uraida

(2012730141)

Sekertaris : Rini Astin Triana

(2012730150)

Anggota: Lia Dafia

(2011730148)

Bhismo Prasetyo

(2012730119)

Anjar Puspitaningrum

(2012730118)

Mustika Aprianti

(2012730142)

Rani Meiliana S

(2012730148)

Rivaldi Puala Y

(2012730151)

Trias Murni N

(2012730158)

Tutor: dr. Busjra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2014

Kata pengantar
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas PBL ini dengan baik. Shalawat dan salam marilah senantiasa penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam tugas PBL kali ini penulis membahas modul tentang Tuli. Tugas ini merupakan salah satu
laporan PBL Sistem Indera Khusus program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
pada Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tugas laporan ini dibuat bukan hanya untuk memenuhi syarat
tugas saja melainkan untuk tambahan bacaan teman-teman semuanya.
Pembahasan di dalamnya penulisdapatkan dari, buku-buku text book, jurnal, internet, diskusi, dan
lainnya.Penulissadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.Kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.Demikian yang dapat penulis sampaikan, In
Syaa Allah laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi teman-teman semua.
Waalaikumsalam Wr. Wb.
Jakarta, November 2014

Tim Penulis

Daftar isi
Kata pengantar---------------------------------------------------------------------------------------------i
Daftar isi-------------------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I

Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------------3

I.A

Latar belakang----------------------------------------------------------------------------------3

I.B

Tujuan-------------------------------------------------------------------------------------------3

BAB II Pembahasan-------------------------------------------------------------------------------------5
II.A

Skenario-----------------------------------------------------------------------------------------5

II.B

Kata sulit----------------------------------------------------------------------------------------5

II.C

Kata/ kalimat kunci----------------------------------------------------------------------------5

II.D

Pertanyaan--------------------------------------------------------------------------------------5

II.E

Jawaban-----------------------------------------------------------------------------------------6

BAB III Penutup----------------------------------------------------------------------------------------64


III.A Simpulan---------------------------------------------------------------------------------------64
BAB IV Daftar pustaka---------------------------------------------------------------------------------65

BAB I
PENDAHULUAN
I.A Latar belakang
Tuli, tunarungu, atau gangguan dengar dalam kedokteran adalah kondisi fisik yang ditandai
dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara.
Tuli dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
1.
Tuli/Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar yang disebabkan
kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf
pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah,
infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
2.
Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat
kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau
tengah.
3.
Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran
kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar
dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.
Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa dengan audiometri
Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap bunyi dapat juga
dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry, dapat dilakukan
pada pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau anak kecil.
I.B Tujuan
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu diharapkan dapat menjelaskan tentang
penyebab, patomekanisme, tanda-tanda/ gejala, cara diagnosis, penatalaksanaan/ terapi,
komplikasi serta epidemiologi dan cara pencegahan penyakit-penyakit yang menyebabkan
ketulian.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat :

1.

Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala ketulian.

2.

Menjelaskan penyebab dari penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala ketulian.

3.

Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala


ketulian.

4.

Menjelaskan fisiologi pendengaran dan keseimbangan.

5.

Menjelaskan struktur telinga yang terganggu pada penyakit-penyakit yang


menyebabkan ketulian.

6.

Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis


ketulian.

7.

Menjelaskan penatalaksanaan penyakit dengan gejala ketulian.

8.

Menjelaskan konplikasi lain penyakit-penyakit yang menjelaskan ketulian.

9.

Menjabarkan masalah ketulian pada masyarakat.

10.

Memformulasikan

upaya-upaya

pencegahan

penyakit-penyakit

yang

menimbulkan ketulian pada masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
I.C Skenario
Seorang anak laki-laki, 12 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pendengaran
berkurang sejak 2 tahun lalu disertai dengan perasaan pusing bila kepala dipalingkan
dengan tiba-tiba. Nilai rapor menurun seiring dengan bertambah beratnya penurunan
pendengaran. Si A juga akhir-akhir ini sering menarik diri dari pergaulan. Riwayat keluar
cairan dari dalam telinbga sejak usia 7 tahun.
I.D Kata sulit
I.E Kata/ kalimat kunci
1. Anak laki-laki 12 tahun
2. Keluhan pendengaran berkurrang 2 tahun lalu
3. Disertai perasaan pusing bila kepala dipalingkan dengan tiba-tiba
4. Nilai rapot menurun dan menarik diri dari pergaulan.
5. Riwayat keluar cairan dari dalam telinga ejak usia 7 tahun.
I.F Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.

Jelaskan anatomi dan histologi dari indera pendengaran!


Jelaskan fisiologi, definisi beserta klasifikasi dari tuli!
Jelaskan macam-macam penyakit yang menyebabkan gejala penurunan pendengaran!
Jelaskan patomekanisme gejala pada skenario!
Jelaskan apakah ada hubungan riwayat keluarnya cairan pada telinga dengan keluhan

6.
7.
8.
9.

sekarang!
Jelaskan alur diagnostik pada skenario!
Jelaskan DD 1!
Jelaskan DD2!
Jelaskan DD3!
5

I.GJawaban
(Lia Dafia -2011730148)
1. Jelaskan anatomi dan histologi dari indera pendengaran!
Anatomi Indra Pendengaran
Secara anatomis, telinga dibagi menjadi tiga bagian: luar, tengah dan dalam.

Gambar 1 Potongan Melintang Telinga Kanan.


Tampak pada gambar 1,: telinga luar terdiri dari aurikula dan meatus akustikus eksternus. Telinga
tengah terdiri dari tulang-tulang pendengaran (ossicle) dan cavum timpani. Telinga dalam terdiri
dari

organ

Telinga

vestibulokoklear.

Luar

dan

Tengah

Telinga luar dan tengah utamanya berperan mentransmisikan suara ke telinga dalam. Telinga luar
terdiri

dari

aurikula

(pinna)

dan

meatus

akustikus

eksternus.

Aurikula tersusun dari tulang rawan elastik yang irreguler dan dilapisi oleh lapisan kulit tipis
yang berfungsi mengumpulkan suara. Meatus akustikus eksternus adalah kanal yang terdapat

pada bagian timpani dari tulang temporal. Panjangnya 2-3 cm pada orang dewasa dan berfungsi
menghantarkan suara dari aurikula ke membran timpani.

Telinga tengah adalah rongga berisi udara yang didalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran

.
Gambar2 Potongan Melintang Telinga Tengah.
Tampak pada gambar 2 tulang-tulang pendegaran yaitu maleus, inkus dan stapes
menghubungkan membran timpani dengan membran lain yang menutupi foramen ovale, bukaan
menuju telinga dalam. Bukaan lain di antara telinga tengah dan dalam yang juga ditutupi
membran adalah foramen rotundum. Terdapat dua otot di telinga tengah yaitu tensor timpani
yang berfungsi mengurangi getaran berlebihan dari membran timpani dan tulang pendengaran
untuk mencegah kerusakan pada telinga tengah. Otot kedua adalah stapedius yang juga berfungsi
mengurangi getaran berlebihan pada tulang pendengaran terutama stapes.

Telinga

Dalam

Pada telinga dalam terdapat organ verstibulokoklear yang memiliki fungsi penting dalam
penerimaan suara dan pengaturan keseimbangan.

Gambar 3 Gambar Permukaan Dalam Basis Cranii


Tampak pada gambar 3 organ vestibulokoklear yang disebut juga labirin karena bentuknya yang
kompleks
Telinga
1.
2.

Labirin
Labirin

di
dalam
tulang
membranosa

dalam

os

terdiri
(bony

pertrosus
dari

labyrinth)

(membranous

temporal.

bagian

berisi

cairan

perilimfatik.

cairan

endolimfatik.

yang

labyrinth)

tulang

yang

berisi

yaitu:

Gambar 4 Potongan Oblik Tulang Petrous Temporal.

Tampak pada gambar 4 struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang merupakan salah satu
tulang terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis semirkularis dan koklea.
Labirin

Tulang

Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi periosteum. Rongga ini terbagi menjadi tiga
bagian yaitu vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. Vestibulum adalah ruangan kecil
berbentuk oval berukuran sekitar 3 x 5 mm berisikan utrikulus dan sakulus. Di tengah labirin
tulang, vestibulum memisahkan koklea dan kanalis semisirkularis. Terdapat 10 lubang pada
dinding tulang vestibulum, yaitu 5 untuk kanalis semisirkularis dan masing-masing satu untuk
vestibular

aqueduct,

cochlear

aqueduct,

foramen

oval

dan

rotundum

dan

saraf.

Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 bagian; posterior, anterior dan lateral yang membentuk sudut
90 satu sama lain dan terletak di belakang vestibulum. Masing-masing berdiameter 0,8-1,0 mm
dengan ujung yang berdilatasi membentuk bony ampulla. Vestibulum dan kanalis semisirkularis
berperan dalam pengaturan keseimbangan. Koklea adalah struktur berbentuk spiral yang berputar
sebanyak 2,5 sampai 2 2/3 putaran seperti rumah siput. Axis dari koklea adalah modiulus berupa
saluran untuk pembuluh darah arteri vertebralis dan serabut-serabut saraf. Pada proksimal dari
koklea terdapat cochlear aqueduct yang menghubungkan labirin tulang dengan ruang
subarachnoid yang terletak superior terhadap jugular foramen dan round windows yang ditutupi
oleh

membran

timpani

Labirin

sekunder.
Membranosa

Labirin membranosa adalah rongga yang dilapisi epitel berisi cairan endolimfatik yang
dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam labirin tulang. Labirin membranosa dibagi menjadi
dua bagian yaitu cochlear labyrinth dan vestibular labyrinth.

Gambar 5 Membranous Labyrinth Kiri.


Tampak pada gambar 5, pada vestibular labyrinth terdapat kantung oval yang disebut utrikulus
dan kantung yang lebih kecil disebut sakulus yang berisikan cairan endolimfatik
(utriculosaccular duct). Pada dinding sakulus dan utricle terdapat daerah-daerah kecil terbatas,
disebut macula, terdiri dari epitel sensoris khusus yang disarafi oleh cabang-cabang vestibular
nerve. Cochlear labyrinth dinamakan juga duktus koklearis dikelilingi oleh cairan perilimfatik di
dalam koklea. Duktus koklearis ditopang oleh ligamentum spiralis ke dinding lateral dari koklea
dan oleh oseus lamina spiralis ke modiolus.

Gambar 6 Struktur Dalam Koklea.


Tampak pada gambar 6 struktur dalam koklea. Di bagian dalam duktus koklearis membentuk
saluran longitudinal yaitu skala media yang membagi kanalis koklearis menjadi dua saluran,
skala vestibuli dan skala timpani. Skala media dipisahkan dari skala vestibuli oleh membrana
vestibular (Reissners). Sedangkan skala timpani dipisahkan dari skala media oleh membran
basilaris. Di atas membran basilaris terdapat spiral organ atau organ Corti yang merupakan organ
ujung dari saraf pendengaran. Pada spiral organ terdapat sebarisan sel rambut dalam (inner hair
cells) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cells). Kedua jenis sel rambut adalah silindris
dengan inti di basal dan banyak mitokondria, serta terdapat stereosilia pada permukaannya.
Stereosilia dilapisi oleh membran tektorial dan berfungsi penting dalam transduksi sensoris.
Persarafan

Telinga

Dalam

Nervus koklearis tersusun oleh sekitar 30.000 sel-sel saraf eferen yang mempersarafi 15.000 sel
10

rambut pada spiral organ di setiap cochlea. Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang
meatus akustikus internus bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus
vestibulokoklearis (CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII
menembus lempengan tulang tipis bersama CN V (nervus fasialis) dan pembuluh darah menuju
dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei
naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral.
Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate
body dan

akhirnya

menuju

korteks

Vaskularisasi

auditorius

di

lobus

Telinga

temporalis.
Dalam

Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris anterior
inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu arteri
vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian
superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori interna adalah
arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis.
Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali sepertiga bagian basal yang
diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri
vestibulokoklearis adalah arteri vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan
sakulus

bagian

inferior,

serta

kanalis

semisirkularis

bagian

posterior.

Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus petrosus
inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus petrosus inferior
dan superior.
Histologi dari Indra Pendengaran
Terdiri dari 3 bagian :
1

Telinga Luar tdd:


Auricula
Meatus Akustikus Eksterna

11

Membrana tympani
2

Telinga Tengah
Cavum tympani
Tuba Eustachius
Tulang2 pendengaran : Malleus, Incus, Stapes

3.

Telinga Dalam, disebut Labirin :


Labirin tulang (Osseus)

Telinga Luar
Aurikula
Tulang rawan elastis
Diliputi kulit tipis berambut
Mempunyai kelenjar lemak dan keringat
Bagian lobulus tidak ada tulang rawan, hanya jaringan ikat dan lemak

12

Meatus akustikus eksternus


Panjang 2,5 3,5 cm
1/3 luar adalah tulang rawan
2/3 dalam adalah tulang
Liang tidak lurus, arahnya keatas, kebelakang, lalu kebawah
Bagian luar ditumbuhi rambut, jika infeksi tjd selulitis
Mempunyai kelenjar seruminosa, sifat apokrin, sekret menghasilkan serumen

13

Membrana Tympani
Menutupi ujung bagian dalam liang telinga
Menjadi dinding lateral telinga tengah
Tdd 3 lapisan :
Kulit, lanjutan epidermis liang telinga (epitel berlapis gepeng)
Serat kolagen dan elastis berjalan radier dan sirkuler
Lanjutan mukosa dan kavum tympani (epitel berlapis kubus)

Telinga tengah
Kavum tympani tdp 3 tulang : malleus, incus, stapes
Dua lobang :
Oval window (fenestra vestibuli)
Round window (fenestra koklea)

14

membrana mukosa, epitel selapis gepeng


Terdapat otot : M. tensor tympani dan M.stapedius
Serabut saraf korda tympani
Tuba eustachius= tuba auditiva=tuba faringotympanika

Tuba Eustachius :
Menghubungkan telinga tengah dgn nasofaring
Panjang 37 mm
1/3 bagian ke telinga tengah tdd tulang
2/3 bagian ke faring tdd tulang rawan
Arah saluran ke bawah, kedalam, kedepan
Bag. tulang selalu tbuka
Bag. tulang rawan selalu ttutup, tbuka bila menelan, mengunyah, dan
menguap
Tunika mukosa dgn kelenjar tubariae
Epitel dari TT berubah menjadi epitel bertingkat bersilia
Fungsi mengatur tekanan udara dalam telinga tengah sesuai dgn tek.
atmosfir

15

Telinga Dalam
Tdd atas :
1

Lab
irin

tulang
2 Labirin membranaseus
Labirin Tulang :
Dinding tulang
Isi perilimph
Didalamnya mengapung labirin membranaseus
Dilapisi epitel selapis gepeng
Tdd : koklea, Vestibulum, Kanalis semisirkularis

16

Labirin
Membranaseus :
Terletak dalam labirin tulang
Dinding membran
Bentuk identik dgn labirin tulang, tapi lebih kecil dan terpisah oleh cairan
perilimph
Isinya endolimph
Tdd : duktus koklearis, utrikulus dan sakulus, dan duktus semisirkularis

17

KOKLEA
Mengandung alat pendengaran
Bentuk seperti siput dgn 2,5 lingkaran
Sumbu tengah disebut modiolus
Pada apek tdp lobang kecil disebut Helikotrema
Tdd 2 ruangan :

Skala Vestibuli (bagian atas)

Skala Tympani (bagian bawah)

Didalam skala vestibuli akan mengapung ruangan Skala Media (labirin membranaseus) yang
berisi cairan endolimph.

18

ORGAN CORTI
Suatu struktur epitel mengisi duktus koklearis
Terletak diatas membran basilaris
Dibentuk oleh sel pilar (tongkat)
Fungsi : reseptor getaran yg diinduksi oleh gelombang suara
Bagian luar dan dalam ada sel rambut yaitu : sel rambut luar tdd 1 baris, sel rambut dalam
tdd 3-4 baris
Serabut saraf (n.auditorius) berhubungan dgn sel rambut ini
Ada struktur terapung pada endolimph disebut membrana tektoria, yaitu mulai dari
lamina spiralis dekat membrana Reissner

19

Sel2 tiang = sel penopang


Sel tiang dalam
Sel tiang luar membatasi terowongan dari corti
Sel2 rambut = sel reseptor (sel2 sensori)
Sel rambut dalam (1 baris)
Sel rambut luar ( 3 baris)
Sel rambut
Tidak bertumpu pada membrana basalis
Dikelilingi anyaman ujung saraf N.cochlearis
N. Cochlearis membawa impuls ke otak

20

(Rani Meiliana S - 2012730148)

2. Jelaskan fisiologi, definisi beserta klasifikasi dari tuli!

FISIOLOGI PENDENGARAN

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi
(pemadatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah akibat penjarangan (peregangan) molekul tersebut.
Gelombang suara juga dapat merambat melalui media selain udara, misalnya air. Namun,
perambatan ini kurang efesien, diperlukan tekanan lebih besar untuk menimbulkan pergerakan
cairan dibandingkan dengan pergerakan udara karena inersia cairan yang lebih besar.
Suara ditandai oleh nada, intensitas dan timbre

Nada
:Bergantung pada frekuensi. Semakin besar frekuensi semakin tinggi nada.
Intensitas :Bergantng pada amplitudo suara. Semakin besar amplitudo, semakin keras
suara
Timbre
:Bergantung pada overtones. Warna suara dapat membedakan karakteristik
suara seseorang.
Bagian luar dan tengah telinga berfungsi untuk menyalurkan gelombang suara dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan. Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius
ekternus (saluran telinga) dan membran timpani (gendang telinga)

PINNA : Berfungsi untuk menggumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke


telinga luar. Dapat membedakan apakah suara datang dari depan atau belakang. Selain
itu, lokalisasi suara untuk yang datang dari kanan atau kiri ditentukan berdasarkan
21

gelombang suara mencapai telingga yang lebih dekat dengan sumber suara sesaat
sebelum gelombang tersebyt tiba di telinga satunya dan suara menjadi kurang intens
ketika mencapai telinga yang jauh, karena kepala berfungsi sebagai penghalang suara
secara parsial menghambat perambatan gelombang suara.
Meatus auditorius eksternus (saluran telinga) : dijaga oleh rambut-rambut halus. Kulit
yang melapisi saluran telingga mengandung kelenjar keringat yang dapat menghasilkan
serumen (tahi kuping), suatu sekresi lengket yang menjebak partikel-partikel asing.
Rambut halus dan serumen membantu mencegah partikel diudara mencapai bagian dalam
saluran telinga.
Membran timpani ( gendang telinga) : bergetar ketika terkena gelombang suara. Tekanan
udara di kedua sisi membran timpani harus sama.

Tulang-tulang telinga tengah mengubah getaran membran timpani menjadi gerakan


cairan di telinga dalam. Tulang-tulang telinga tengah terdiri dari maleus, incus dan stapes.
Tulang-tulang ini memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang suara di udara
melalui 2 mekanisme agar cairan di koklea bergetar. Pertama, karena luar permukaan
membran timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan jendela oval maka terjadi
peningkatan tekanan ketika gaya yg bekerha pada membran timpani disalurkan oleh
osikulus ke jendela oval. Kedua, efek tuas osikulus juga menimbulkan penguatan.

22

Kokhlea berbentuk mirip seperti siput merupakan bagian telinga dalam yang berfungsi
untuk mendengar. Dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal berisi cairan. Duktus
kokhlearis yang buntu dikenal sebagai sekala media, membentuk kompartemen tengah.
Kompartemen atas, skala vestibuli, mengikutu kontur spiral dan skala timpani,
kompartemen bawah mengikuti kontur luar. Cairan di duktus koklearis disebut endolimfe.
Skala vestibuli dan skala timpani mengadung cairan perilimfe. Daerah luar ujung duktus
koklearis tempat cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut
helikoterma. Membran basilaris mengandung organ corti, organ indera untuk pendengara.

Organ corti yang terletak diatas membran basilaris, mengandung sel rambut yang
merupakan reseptor suara. Sel rambut di organ cortu mengubah gerakan cairan menjadi
sinyal listrik. Sel rambut di dalam koklea tersusun menjadi empat barus sejajar di seluruh
membran basilaris, satu baris sel rabut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Dari
permukaan setiap sel rambut terdapat sekitar 100 rambut yang disebut sternosilia. Sel
rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut permukaannya mengalami perubahan
bentuk secara mekanis akibat getaran cairan di telinga dalam. Sternosilis ini berkontak
dengan membran tektorium.

23

Sel rambut dalam berfungsi untuk mengubah daya mekanis suara (getaran cairan koklea)
menjadi implus listrik pendengaran. Sel rambut luar dalam mengirim sinyal auditorik ke
otak melalui serat aferen, sel rambut tidak memberi sinyal ke otak tentang suara yang
datang. Sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai respons terhadap
perubahan ptensial membran (elektromotilitas).

24

Gel. suara
getaran membran
timpani
getaran tulang
telinga tengah
getaran jendela
oval
gerakan cairan di
dalam kokhlea
getaran membran
basilaris
menekuknya rambut di reseptor
sel rambut dlm organ corti
sewaktu getaran membran
basilaris mrnggeser rambutrambut ini secara relatif trhdp
membran tektorium di atasnya
yg berkontak dgn rambut tsb
Perubahan potensial
berjenjang di sel
reseptor
perubahan frekuensi
potensial aksi yg
dihasilkan di saraf
auditorius
perambatan potensial aksi ke
korteks auditorius di lobus
temporalis otak untuk persepsi
suara

25

Aparatus vestibularis penting bagi keseimbangan dengan mendeteksi posisi dan gerakan
kepala. Aparatus vestibularis terdiri dari dua stuktur yaitu kanalis semisirkularis dan
organ otolit yaitu utrikulus dan sakulus.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau
angular, misalnya ketika kita mulai atau berhenti berputar, jungkir balik atau menengok.
Masing-masing telinga mengandung tiga semisirkularis. Sel- sel rambut reseptif masungmasing kanalis semisirkularis terletak di ampula. Sedangkan rambut-rambut terbenam di
lapisan gelatinosa di atsanya yaitu kupula. Kupula bergoyang searah gerakan cairan.
Akselerasi atau deselerasi sewaktu kepala dalam arah apapun menyebabkan gerakan
endolimfe. Sewaktu menggerakkan kepala sel-sel rambut yg terbenam di kupula ikut
bergerak. Gerakan di dalam kanalis pada awalnya bergerak berlawanan dengan gerakan
kepala kita, namun apabila gerakan kepala bergerak dengan kecepatan yang sama maka
gerakan cairan di kanalis akan bergerak searah dengan arah kepala.
Rambut-rambut dui sel rambut vestubularis terdiri dari satu silium, kinosilium dan
sternosilia dengan susunan yang semakin tinggi. Sternosilia berhubungan di ujungujungnya oleh tautan ujung. Ketika sternosilia terdefleksi oleh gerakan endolimfe,
tegangan yang terjadi di tautan ujung menarik saluran ion berpintu mekananis di sel
rambut. Sel- sel rambut membentuk sinaps dengan ujung terminal neuron aferen yang
aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk nervus
vestibularis. Saraf ini menyati dengan nervus auditorius dari koklea untuk membentuk
nervus vestibulokokhlearis.
PERAN ORGAN OTOLIT
Memberi informasi tentang posisi kepala relatif terhadap gravitasi (yaitu kepala miring
statik) dan juga mendeteksi perubahan kecepatan gerakan lurus ( bergerak dalam garis
lurus ke manapun arahnya). Organ otolit, utrikulus dan sakulus adalag struktur berbentuk
kantung yang berada di dalam ruang bertulang di antara kanalis semisirkularis dan
koklea. Rambut (kinosilium dan sterosilia) sel-sel rambut reseptif di organ indera ini juga
menonjol ke dalam suatu lembaran gelatinosa di atasnya, yang gerakkannya menggeser
rambut dan menyebabkan perubahan potensial sel rambut. Di dalam lapisan gelatinosa
terbenam banyak kristal kalsium karbonat, otolit (batu telinga.)

26

DEFINISI TULI
Tuli
adalah
pendengaran

penurunan

fungsi

KLASIFIKASI TULI

Tuli hantaran / tuli konduktif :


terjadi jika gelombang suara
tidak secara adekuat dihantarkan
melalui bagian luar dan tengah
telinga untuk menggetarkan
cairan
ditelinga
dalam.
Kemungkinan penyebab adalah
penyumbatan
fisik
saluran
telinga oleh serumen, pecahnya
gendang telinga, infeksi telinga tengah disertai penimbunan cairan, atau retriksi
gerakan osikulus akibat perlekatan tulang antara stapes dan jendela oval.
Tuli sensorineural : gelombang suara di transmisikan ke telinga dalam, tetapi tidak
diterjemahkan menjadi sinyal syaraf yang dapat diinterpretasikan oleh otak sebagai
sensasi suara. Defeknya dapat terletak di organ corti atau nervus auditorius atau, yang
lebih jarang, dijalur auditorius asendens atau korteks auditorius.
Tuli campuran : disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural.
Tuli campur dapat merupakan satu penyakit,misalnya radang teling tengah dengan
komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan,misalnya
tumor nervus VII(tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).

Sistem Indera Khusus

Page 27

(Bhismo Prasetyo - 2012730119)

3. Jelaskan macam-macam penyakit yang menyebabkan gejala


penurunan pendengaran!
Penyakit pada Telinga Luar
A.

Atresia liang telinga dan Mikrotia

Pada mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tidak sempurna. Kelainan ini sering
disertai dengan tidak terbentuknya liang telinga dan kelainan tulang pendengaran. Namun
keadaan ini jarang disertai dengan kelainan telinga dalam, karena proses embriologinya
berbeda.
Bila ditemukan mikrotia bilateral maka pikirkan kemungkinan adanya sindroma kraniofasial
(sindroma treacher collins, sindrom nager).
Penyebab kelaianan ini masih belum jelas diduga adalah faktor genetik, infeksi virus,
intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda.
Diagnosis mikrotia ini dapat ditegakkan dengan cara melihat bentuk daun telinga yang tidak
sempurna dan tidak terbentuknya liang telinga.
Pemeriksaan fungsi pendengaran dan CT-Scan temporal dengan resolusi tinggi diperlukan
untuk menilai keadaan telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini digunakan untuk
memprediksi tingkat keberhasilan bila dilakukan rekonstruksi.
Tatalaksana yaitu dengan operasi yang bertujuan untuk memperbaiki pendengaran dan
kosmetik.
Pada atresia liang telinga yang bilateral, untuk menghindari terjadinya keterlambatan
berbahasa maka dilatih dengan menggunakan alat bantu dengar hantaran tulang sejak dini.
Jika dari hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan telinga dalam yang bagus maka
direncanakan operasi pada usia 5-7 tahun. Operasi ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
diawali dengan pemebentukan daun telinga kemudian dilanjutkan pembentukan liang telinga
dan penataan telinga tengah.
Sedangkan pada atresia unilateral, maka operasi dilakukan setelah anak dewasa.

Sistem Indera Khusus

Page 28

Komplikasi dari operasi ini adalah paresis nervus VII, hilangnya pendengaran, dan yang
paling sering adalah terjadinya restenosis.

B.

Otitis eksterna

Definisi
Radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan alergi.
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat dari factor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:
1.

Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa menjadikan proteksi

terhadap infeksi menurun.


2.

Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban

3.

Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan telinga secara

berlebihan.
Klasifikasi
Otitis eksterna dibagi menjadi:
1.

Otitis eksterna difus

2.

Otitis eksterna sirkumskripta

3.

Otitis eksterna maligna

1.

Otitis eksterna difus

Merupakan radang pada 2/3 liang telinga dan tidak terdapat furunkel hanya tampak kulit
liang telinga yang hiperemi dan edema, disebut juga dengan swimmers ear
Sering terjadi pada cuaca panas dan lembab, disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
albus, e.coli dsb.Dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis

Sistem Indera Khusus

Page 29

Gejala: nyeri hebat, nyeri tekan tragus, kulit liang telinga tampak hiperemis, edem dengan
tidak jelas batasnya, tidak terdapat furunkel, terdapat sekret yang berbau dan tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media
Terapi: memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
antibiotik sistemik.

2.

Otitis eksterna sirkumskripta

Merupakan radang pada 1/3 liang telinga yang terinfeksi pada polisebaseus sehingga
membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus
albus
Gejala: rasa nyeri yang hebat, nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar
bisul/furunkel karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Terjadi penurunan pendengaran
karena furunkel yang besar menyumbat telinga
Terapi: bila sudah abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan pus (nanah). Lokal
diberikan antibiotik, dalam bentuk salep seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik
(asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal, diinsisi kemudian
dipasang drain untuk mengalirkan nanah. Diberikan obat simtomatik, analgesik dan
penenang.

3.

Otitis eksterna maligna

Suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar. Sering terjadi pada lansia
dan penderita DM.
Peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitarnya, dapat
menimbulkan kelainan berupa khondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan
kehancuran temporal

Sistem Indera Khusus

Page 30

Gejala: gatal kemudian disertai dengan cepat oleh nyeri hebat dengan sekret yang banyak dan
pembengkakan liang telinga.
Saraf fasial dapat terkena, parese atau paralisis fasial. Kelainan patologik terpenting adalah
adanya osteomelitis yang disebabkan akibat pseudomonas aeroginosa.
Pengobatan: dosis tinggi antibiotik terhadap pseudomonas aeroginosa yang dikombinasikan
dengan aminoglikosida melalui parenteral selama 4-6 minggu. Kombinasi tersering adalah
karbecilin, ticarcilin atau pipercilin dengan gentamicin, tobramicin, cholismethate atau
amikacin dan dilakukan debridement yang steril.
C.

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga yang disebabkan oleh yang tersering adalah jamur aspergilus,
dan sangat dipengaruhi oleh kelembaban.
Gejala: rasa gatal dan rasa penuh di telinga tengah tetapi sering pula tanpa keluhan.
Terapi: membersihkan telinga dengan larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol diteteskan ke
liang telinga.

D.

Serumen

Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga
karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi
kadang kering.
Dipengaruhi usia, suhu, iklim, dan keadaan lingkungan. Serumen dapat keluar sendiri dari
liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju
keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. meski tidak memilki efek anti
bakteri ataupun anti jamur, serumen mempunyai efek proteksi. Serumen mengikat kotoran,
menyebarkan aroma yang tidak disenangi serangga, sehingga serangga enggan masuk liang
telinga. Serumen harus dibedakan dengan pelepasan kulit yang biasanya terdapat pada orang
tua, maupun dengan kolesteatosis atau keratosis obturans.

Sistem Indera Khusus

Page 31

Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen
di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul, mengeras dan menyumbat di liang telinga
adalah:
1.

Dermatitis kronik liang telinga luar.

2.

Liang telinga yang sempit.

3.

Produksi serumen yang banyak dan kental.

4.

Adanya eksostosis liang telinga.

5.

Serumen terdorong ke dalam karena kebiasaan mengorek telinga.

Gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga akan menimbulkan gangguan


pendengaran berupa tuli konduktif. Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi,
berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa tekan dan gangguan
pendengaran semakin dirasakan sangat menganggu.

Diagnosis
A.

Telinga tersumbat sehinga pendengaran berkurang.

B.

Timbul rasa nyeri bila serumen keras menekan dinding liang telinga.

C.

Telinga berdengung (tinitus) dan pusing (vertigo), bila serumen menekan membran

timpani.
D.

Batuk bila n.vagus terangsang melalui cabang aurikular.

Terapi
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen
harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetesan karbol gliserin 10% selama 3 hari.
Sistem Indera Khusus

Page 32

Serumen yang sudah terlalu terdorong ke dalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan
mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Sebelum melakukan
irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada (riwayat) perforasi pada membran timpani.

E.

Benda asing

Benda asing (corpus alienum) yang berada dalam telinga bisa berupa benda mati, benda
hidup, binatang, komponen tumbuhan dan mineral. Kacang hijau dan karet penghapus banyak
ditemukan pada pasien anak-anak. Pasien dewasa seringkali berupa potongan korek api dan
binatang seperti kecoa, semut dan nyamuk.

Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu : faktor
kesengajaan (biasa terjadi pada anak-anak balita), faktor kecerobohan sering terjadi pada
orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan
terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga,
kecoa, lalat dan nyamuk.

Diagnosis
Pada anamnesis pasien mengeluh rasa tidak enak di telinga, sumbatan liang telinga dan
gangguan pendengaran, rasa nyeri di liang telinga akan timbul bila benda asing berupa
binatang yang masuk tersebut bergerak dan melukai dinding liang telinga. Pemeriksaan fisik
dengan atau tanpa corong telinga atau menggunakan otoskop akan tampak benda asing.

Terapi
Usaha dalam mengeluarkan benda asing sering kali malah lebih ke dalam telinga.
Mengeluarkan benda asing harus hati-hati. Bila kurang hati-hati atau bila pasien tidak
Sistem Indera Khusus

Page 33

kooperatif, berisiko trauma yang merusak membran timpani atau struktur telinga tengah.
Anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak beregerak bebas.

Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu dengan memasukkan
tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (misalnya larutan rivanol atau obat
anastesi lokal) lebih kurang 10 menit. Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau
diirigasi dengan air bersih yang hangat. Atau bila darurat binatang juga bisa dimatikan
dengan menggunakan minyak kelapa.
Benda asing berupa baterai, sebaiknya jangan dibasahi mengingat efek korosif yang
ditimbulkan. Benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen, sedangkan yang
kecil bisa diambil dengan cunam atau pengait.

Penyakit Telinga Bagian Tengah


a)

BAROTRAUMA (AEROTITIS)

Barotrauma asalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar
telinga tengah sewaktu dipesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal
membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal
aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga
teling tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadangkadang disertai dengan rptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga
mastoid bercampur darah.
Gejala:
-

Kurang dengar

Rasa nyeri dalam telinga

Autofoni

Perasaan ada air dalam telinga

Kadang-kadang tinitus dan vertigo

Sistem Indera Khusus

Page 34

Pengobatan:
Biasanya dengan konservatif saja, yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan
melakukan perasat valsava selama tidak terdapat infeksi jalan nafas atas. Apabila cairan atau
atau cairan yang bercampur darah menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka
dianjurkan untuk tidakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi.
Preventif:
Dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava,
terutama waktu pesawat terbang mulai turun atau mendarat.

b)

OTITIS MEDIA

Merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid.
Banyak ahli membuat pembagian tau klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media
terbagi atas otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria,otitis media
musinosa, otitis media efusi)
Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratifa
akut (OMA) dan otitis media supuratifa kronis (OMSK/OMP). Begitu pula dengan otitis
media serosa akut (barotrauma) dan otitis media serosa kronis. Selain itu terdapat pula otitis
media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa/ otitis media sifilitik. Otitis media yang lain
ialah otitis media adhesiva.
1.

OTITIS MEDIA SUPURATIFA

OMA

Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan pada tuba
eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius
terganganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga treganganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengan dan terjadi peradangan
Dikatan juga pencetus terjadi OMA ialah infeksi saluran nafas atas.

Sistem Indera Khusus

Page 35

Patologi:
Kuman penyebab utama OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,
Staphylococcus aureus dan pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga
hemofilus influenza, Escherchia coli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan
Pseudomonas aruginosa.
Gejala Klinik:
Tergantung stadium dan usia pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama
ada rasa nyeri pada telinga dalam, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Dan ada
riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran berupa telinga terasa penuhdan rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil,
gejala khas OMA ialah suhu tubuh sampai 39,5 0C (pada stadium supurasi), anak gelisa,
sukar tidur, diare, kejang, dan memegang telinga yang sakit. Bila alah terjadi ruptur
membrana tympani, maka sekret mengalir ke liang telinga. Suhu tubuh turun dan anak
tertidur tenang.
Terapi:
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakit.
Komplikasi:
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-periosteal
sampai komplikasi yang berat (menigitis dan abses yang berat).
Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai
komplikasi dari OMSK.
-

OMSK

Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut media perforate (OMP) atau dalam
sebutan sehari-hari congek. OMSK adalah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga yang terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Sistem Indera Khusus

Page 36

Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi Otitis media supuratif kronis
apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan dan bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut
otitis media supuratif subakut. Beberapa factor yang menyebabkan Otitis media akut menjadi
OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, daya tubuh pasien rendah (kurang gizi) atau hygiene buruk.
Letak Perforasi
Letak perforasi dimembran timpani pentuk untuk menentukan tipe / jenis OMSK. Perforasi
membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh Karen aitu
disebut perforasi sentral, marginal atau atik.
Perforasi sentral yaitu perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi
masih ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan annulus atau sulcus timpanikus. Perforasi atik yaitu perforasi yang
terletak di pars flaksida.
Jenis OMSK
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe banigna)
dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Proses peradangan pada OMSK tipe
aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak
disentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai kolesteatoma. Omsk in dikenal juga
dengan OMSK tipe bahaya atau tipe tulang.perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya
marginal atau atik. Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSk dengan perforasi
subtotal. Sebagian besar komplikasi berbahaya atau fatal timbul di OMSK tipe bahaya.
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang.
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.
Sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah / kering.

Sistem Indera Khusus

Page 37

Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.
Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johanes Muller pada tahun 1838 karena
disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang ternyata bukan. Beberapa istilah lain
yang diperkenalkan oleh para ahli antara lain adalah keratoma (Schucknecht), squamous
epiteliosis (Birrel, 1958), kolesteatosis (Birrel, 1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman,
1959), kista epidermoid (Ferlito, 1970), epidermosis (Sumarkin, 1988).
Patogenesis
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang pathogenesis kolesteatoma antara
lain adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasia, dan teori implantasi.
Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma
menurut Gray (1964) yang mengatakan kolesteatomi adalah epitel kulit yang berada pada
tempat yang salah, atau menurut pemahaman penulis, kolesteatoma dapat terjadi oleh karna
adanya epitel kulit yang terperangkap.
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit pada tubuh kita berada pada
lokasi yang terbuka atau terpapar ke dunia luar. Epitel kulit diliang telinga merupakan suatu
daerah Cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang
lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap
sehingga membentuk kolesteatoma.
Klasifikasi
Kolesteaotoma dapat dibagi atas dua jenis:
1.

Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada

telinga dengan membrane timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokalisasi kolesteatoma
biasanya dikavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle.
Kolesteatoma cerebellopontin angle sering di temukan secara tidak sengaja oleh ahli bedah
saraf.
2.

Kolesteatoma akuisital yang terbentuk anak lahir, jenis ini terbagi atas dua :

Sistem Indera Khusus

Page 38

a.

Kolesteatoma akuisital Primer

Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.


Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane timpani pars flaksida
karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba (Teori Invaginasi)
b.

Kolesteatoma akuisital Sekunder

Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani. Kolesteatoma terbantuk


sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga / dari pinggir perforasi membrane
timpani ke telinga tengah (Teori Migrasi). Atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum
timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasia).
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi epitel kulit
secara iatrogenic didalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blus injury, pemasangan
pipa ventilasi atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman (infeksi), yang
palinng sering adalah proteus dan pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu
respon imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai
sitokin. Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin-1,
interleukin-6, Tumor Necrosis Factior- , Transforming Growth Factor (TGF). Zat-zat ini
dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif,
destruktif, dan mampu berangiogenesis.
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya serta menimbulkan
nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh karena
pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis, dan abses otak.
Tanda Klinik OMSK tipe bahaya
Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali meinmbilkan komplikasi yang berbahaya maka
perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar
operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe
bahaya yaitu perforasi pada marginal atau atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari
OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel
retroaurikular (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi diliang telinga luar yang
Sistem Indera Khusus

Page 39

berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, sekret berbentuk
nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto
rontgen mastoid.
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan Otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya ganguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat pendengaran
dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur(speech audiometry)
dan pemeriksaan BERA (Brainstem Evocad Response Audiometry) bagi pasien atau anak
yang tidak kooporatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman
dari sekret telinga.
Terapi OMSK
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berup larutan H2O2 3%
selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan denganmemberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin. Bila sekret telah kering tetapi perforasi
masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
timpanioplasti. Operasi ini bertujuan untuk mencegah komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi
yang menyebabkan sekter tetap ada atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu
harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan misalnya
adenoidektomi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat
OMSK tipe bahaya maka terapi ynag tepat adalah mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler,
maka insiis abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

Sistem Indera Khusus

Page 40

Jenis pembedahan pada OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau tekhnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya antara lain :
1.

Mastoidektomi Sederhana

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe amanyang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi
ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2.

Mastoidektomi Radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah
meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebu menjadi satu ruang. Tujuan operasi ini
adalah untuk membunag semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial.
Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
3.

Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh anggota mastoid dibersihkan dan dinding posteriorliang
telingadirendahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari
rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4.

Miringoplasti

Operasi ini adalah jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenali juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane timpani. Tujuan operasi
ini adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan
perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.
5.

Timpanoplasti

Sistem Indera Khusus

Page 41

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK
tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ini
adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selalu rekontruksi membrane timpani sering kali harus dilakukan juga
rekontriksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekontruksi tulang pendengaran yang
dilakukan makan dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V. Sebelum rekonstruksi
dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini
terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.
6.

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda

Operasi ini merupakan tehnik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe
bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan tekhnik
mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani dikerjakan melalui dua
jalan yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan tipanotomi posterior.
Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena
sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

2.

OTITIS MEDIA NON SUPURATIF

Nama lain adalah otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media
sekretoria, otitis media mocoid.
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah,
sedangkan membrana tympani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membrana
tympain utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi
tersebut encer disebut otitis media serosa dan apila efusi tersebut kental disebut otitis media
mukoid. Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh arah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada pada
telinga tengah timbul akibat sekresi yang aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat dalam
Sistem Indera Khusus

Page 42

mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama
dalam keadaan ini adalah terganganggunya fungsi tuba eustachia.
Faktor penyebab:

Adenoid hipertrofi

Adenotis

Sumbing palatum (cleft-palate)

Tumor di nasofaring

Barotrauma

Sinusitis

Rinitis

Defisiensi imunologik/metabolik

Alergik

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis otitis media serosa akut dan otitis
media serosa kronik;
-

Otitis Media Serosa Akut

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
gangguan fungsi tuba.
Etiologi:

Sumbatan tuba

Virus

Alergi

Idiopatik

Gejala klinis:

Pendengaran berkurang

Sistem Indera Khusus

Page 43

Rasa tersumbat di telinga/ sura sendiri terdengan nyaring

Rasa sakit

Rasa cairan bergerak dalam telinga

Vertigo/pusing dalam bentuk ringan

Pengobatan:
Dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan medika diberikan
obat
-

Otitis Media Serosa Kronik (glue ear)

Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan kronik hanya pada cara terbentuknya
sekret. Pada otitis media serosa nyeri akut, sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terentuk secara
betahap tanpa rasa nyeri dengan gejla-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Penyakit ini lebih sering pada anak-anak, akut lebih sering pada orang dewasa. Otitis media
serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofiaring.
Sekretnya dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.
Etiologi:

Penyakit ini dapat terjadi juga sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang

tidak sembuh sempurna. Penyebab lain yaitu infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan
mekanis pada tuba.
Gejala Klinis:
Pada anak 5-8 tahun keadaan ini sering diketahui secara kebetulan. Pada ostoskopi terlihat
membran tympani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan tau keabu-abuan.
Pengobatan:
Mengeluarkan sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (Grommet). Pada
kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamin
Sistem Indera Khusus

Page 44

dekongestan per oral kaang-kadang bisa berhasil. Dan pengobatan faktor penyabab seperti
alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.

c)

OTOSKLEROSIS

Merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah stapes,
sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan
baik.
Manifestasi klinik baru timbul bila penyakit sudah cukup luas mengenai ligamen anulus kaki
stapes. Pada awal penyakit akan timbul tuli konduktif dan dapat menjadi tuli campur atau tuli
saraf bila penyakiit telah menyebar ke koklea.
Etiologi:
Belum dapat dipastikan. Diperkirakan beberapa faktor ikut sebagai penyebab seperti, faktor
keturunan dan gangguan perdarahan pada stapes.
Gejala dan Tanda Klinik:

Pendegaran terasa berkurang progresif

Tinitus

Kadang vertigo

Membrana tympani utuh, normal/ dalam batas normal

Pengobatan:

Stapedektomi/stapedotomi, yaitu stapes diganti dengan bahas protesis.

Sistem Indera Khusus

Page 45

Penyakit Telinga Bagian Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vetibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, memnghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule.
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran
yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala
timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan
skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai membran vestibule (Reissners
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak
organ Corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan
pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar
dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.
Tuli Sensorineura Defenisi
Merupakan menifestasi dari lesi organik pada telinga dalam, nervus auditorius dan koneksi
pada otak.
Etiopatogenesis
Penyebab tuli sensorineural dibagi menjadi:
A.

Koklea

Penyebab tuli sensorineural yang berasal dari koklea terdiri dari:


1. Labirinitis (oleh bakteri/ virus)
Merupakan suatu proses radang yang melibatkan telinga dalam, paling sering disebabkan
oleh otitis media kronik dan berat. Penyebab lainnya bisa disebabkan oleh meningitis dan
infeksi virus. Pada otitis, kolesteatom paling sering menyebabkan labirinitis, yang
mengakibatkan kehilangan pendengaran mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Pada labirintitis virus, terjadi kerusakan pada organ Corti, membrana tektoria dan selubung
myelin saraf akustik. Labirinitis serosa terjadi ketika toksin bakteri dan mediator inflamasi
Sistem Indera Khusus

Page 46

host misalnya sitokin, enzim dan komplemen melewati membran tingkap bundar dan
menyebabkan inflamasi labirin. Kondisi ini dihubungkan dengan penyakit telinga tengah akut
atau kronis. Toksin, enzim dan produk inflamasi lainnya menginfiltrasi skala timpani dan
membentuk suatu presipitat halus di bagian medial dari membran tingkap bundar. Penetrasi
agen inflamasi ke endolimfe pada membran basilaris koklea mengakibatkan tuli sensorineural
frekuensi sedang-tinggi.

2. Obat ototoksik
Obat ototoksik merupakan obat yang dapat menimbulkan gangguan fungsi dan degenerasi
seluler telinga dalam dan saraf vestibuler. Gejala utama yang dapat timbul akibat ototoksisitas
ini adalah tinnitus, vertigo, dan gangguan pendengaran yang bersifat sensorineural.
Ada beberapa obat yang tergolong ototoksik, diantaranya:

Antibiotik

- Aminogliksida : streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, Tobramisin, Amikasin dan


yang baru adalah Netilmisin dan Sisomisin.
- Golongan macrolide: Eritromisin
- Antibiotic lain: kloramfenikol

Loop diuretic : Furosemid, Ethyrynic acid, dan Bumetanides

Obat anti inflamasi: salisilat seperti aspirin

Obat anti malaria: kina dan klorokuin

Obat anti tumor : bleomisin, cisplatin

Kerusakan yang ditimbulkan oleh preparat ototoksik tersebut antara lain:


1. Degenerasi stria vaskularis. Kelainan patologi ini terjadi pada penggunaan semua jenis
obat ototoksik
2. Degenerasi sel epitel sensori. Kelainan patologi ini terjadi pada organ korti dan labirin
vestibular, akibat penggunaan antibiotika aminoglikosida sel rambut luar lebih terpengaruh
Sistem Indera Khusus

Page 47

daripada sel rambut dalam, dan perubahan degeneratif ini terjadi dimulai dari basal koklea
dan berlanjut terus hingga akhirnya sampai ke bagian apeks
3. Degenerasi sel ganglion. Kelainan ini terjadi sekunder akibat adanya degenerasi dari sel
epitel sensori Umumnya efek yang ditimbulkan bersifat irreversible, kendatipun bila
dideteksi cukup dini dan pemberian obat dihentikan, sebagian ketulian dapat dipulihkan.

3. Presbikusis
Merupakan tuli sensorineural frekuensi tinggi yang terjadi pada orang tua, akibat mekanisme
penuaan pada telinga dalam. Umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada kedua
telinga, dan bersifat progresif.
Pada presbikusis terjadi beberapa keadaan patologik yaitu hilangnya sel-sel rambut dan
gangguan pada neuron-neuron koklea. Secara kilnis ditandai dengan terjadinya kesulitan
untuk memahami pembicaraan terutama pada tempat yang ribut/ bising.
Presbikusis ini terjadi akibat dari proses degenerasi yang terjadi secara bertahap oleh karena
efek kumulatif terhadap pajanan yang berulang. Presbikusis dipengaruhi oleh banyak faktor,
terutama faktor lingkungan, dan diperburuk oleh penyakit yang menyertainya. Adapun faktorfaktor tersebut diantaranya adalah adanya suara bising yang berasal dari lingkungan kerja,
lalu lintas, alat-alat yang menghasilkan bunyi, termasuk musik yang keras. Selain itu,
presbikusis juga bisa dipengaruhi oleh faktor herediter, dan penyakit-penyakit seperti
aterosklerosis, diabetes, hipertensi, obat ototoksik, dan kebiasaan makan yang tinggi lemak.
Proses degenerasi yang terjadi secara bertahap ini akan menyebabkan perubahan struktur
koklea dan n.VIII. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel
rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vascular juga
terjadi pada stria vaskularis, pada dinding lateral koklea. Selain itu terdapat pula perubahan,
berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi
juga pada myelin akson saraf.
Ada 4 tipe presbikusis berdasarkan patologi tempat terjadinya perubahan/ degenerasi di
koklea, yaitu:
3.1 Presbikusis sensorik
Sistem Indera Khusus

Page 48

Pada tipe ini terjadi atrofi epitel yang disertai dengan hilangnya sel rambut sensoris pada
organ korti. Proses ini dimulai dari basal koklea dan secara perlahan berlanjut sampai ke
bagian apeks lapisan epitel koklea. Perubahan pada epitel ini menyababkan ketulian pada
nada tinggi.
3.2 Presbikusis neural
Terjadi atrofi pada sel-sel saraf di koklea dan pada jalur hantaran suara ke saraf pusat. Jadi
gangguan primer terdapat pada sel-sel saraf, sementara sel-sel rambut di koklea masih
dipertahankan. Pada tipe ini, diskriminasi kata-kata relatif lebih terganggu dengan hanya
sedikit gangguan sel rambut.
3.3 Presbikusis metabolik (strial presbikusis)
Terjadinya atrofi pada stria vaskularis, dimana stria vaskularis tampak menciut akan tetapi
masih memberi skor diskriminasi yang bagus terhadap suara walaupun proses degenerasi
menyebabkan ketulian sedang hingga berat.
3.4 Presbikusis mekanik (presbikusis konduktif koklear)
Terjadi oleh karena penebalan dan pengerasan membran basalis koklea.

4. Tuli mendadak
Tuli mendadak merupakan tuli sensorineural berat yang terjadi tiba-tiba tanpa diketahui pasti
penyebabnya.Tuli mendadak didefinisikan sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30
dB atau lebih paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan
berlangsung dalam waktu kurang dari tiga hari. Iskemia koklea merupakan penyebab utama
tuli mendadak, keadaan ini dapt disebabkan oleh karena spasme, trombosis atau perdarahan
arteri auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan suatu end artery sehingga bila terjadi
gangguan pada pembuluh darah ini koklea sangat mudah mengalami kerusakan. Iskemia
mengakibatkan degenerasi luas pada
sel-sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis, kemudian diikuti dengan pembentukan
jaringan ikat dan penulangan. Kerusakan sel-sel rambut tidak luas dan membrana basilaris
jarang terkena.

Sistem Indera Khusus

Page 49

5. Kongenital
Tuli kongenital merupakan gangguan pendegaran yang timbul pada saat lahir. Untuk
mengukur ada tidaknya tuli kita menggunakan satuan decibel hearing loss (dB HL). Tuli
kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada seorang bayi yang disebabkan oleh factorfactor yang mempengaruhi kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat berupa tuli
sebagian (hearing impaired) atau tuli total (deaf). Tuli kongenital merupakan salah satu
masalah pada anak yang akan berdampak pada perkembangan bicara, social, kognitif, dan
akademik.
Factor resiko yang dapat meningkatkan kecurigaan tuli kongenital diantaranya :

Riwayat keluarga dengan tuli kongenital

Adanya infeksi prenatal : infeksi TORCH

Lahir premature dan beart lahir rendah

Persalinan yang sulit dan fetal distress pada saat kelahiran

Kelahiran :

Icterus (menyebabkan tuli retrokoklear)

Mengkonsumsi obat-obatan ototoksik

Adanya infeksi lain, seperti meningitis bakterialis

Menurut Konigsmark, pada tuli kongenital atau onset-awal yang disebabkan oleh faktor
keturunan, ditemukan bahwa 60-70 % bersifat otosom resesif, 20-30% bersifat otosom
dominan sedangkan 2% bersifat X-linked. Tuli sensorineural kongenital dapat berdiri sendiri
atau sebagai salah satu gejala dari suatu sindrom, antara lain Sindrom Usher (retinitis
pigmentosa dan tuli sensorineural kongenital) , Sindrom Waardenburg (tuli sensorineural
kongenital dan canthus medial yang bergeser ke lateral, pangkal hidung yang melebar, rambut
putih bagian depan kepala dan heterokromia iridis) dan Sindrom Alport (tuli sensorineural
kongenital dan nefritis).
6. Trauma
Sistem Indera Khusus

Page 50

Trauma pada telinga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu trauma akustik dan trauma
mekanis. Trauma tertutup ataupun langsung pada tulang temporal bisa mengakibatkan
terjadinya tuli sensorineural. Diantara semua trauma, trauma akustik merupakan trauma
paling umum penyabab tuli sensorineural.
Fraktur tulang temporal dapat menyebabkan tuli sensorineural unilateral dan tuli konduksi.
Tuli sensorineural terjadi jika fraktur tersebut melibatkan labirin. Trauma dapat menimbulkan
perpecahan pada foramen ovale sehingga perilymph bocor ke telinga. Pasien tiba-tiba
mengalami kehilangan pendengaran, bersama dengan tinnitus dan vertigo.
7. Tuli akibat bising
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu dan tidak dikehendaki. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing
individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah
campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi.1
Bising dengan intensitas 80 dB atau lebih dapat mengakibatkan kerusakan reseptor
pendengaran corti pada telinga dalam. Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan
bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 2 jam ).
Retrokoklea
1.Penyakit Meniere
Penyakit Meniere merupakan penyakit yang terdiri dari trias atau sindrom Meniere yaitu
vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural.
Penyebab pasti dari penyakit meniere belum diketahui, tapi dipercaya penyebab dari penyakit
ini berhubungan dengan hidrops endolimfe atau kelebihan cairan di telinga dalam.Ini
disebabkan cairan endolimfe keluar dari saluran yang normal mengalir ke area lain yang
menyebabkan terjadinya gangguan.Ini mungkin dihubungkan dengan pembengkakan sakus
endolimfatik atau jaringan di system vestibuler dari telinga dalam yang merangsang organ
keseimbangan
Gejala klinis penyakit ini disebabkan adanya hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum.
Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh:
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
Sistem Indera Khusus

Page 51

2. Meningkatnya tekanan osmotik ruang kapiler


3. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
4. Tersumbatnya jalan keluar sakus endolimfatikus sehingga terjadi penimbunan cairan
endolimfe
Hal-hal di atas pada awalnya menyebabkan pelebaran skala media dimulai dari daerah apeks
koklea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal inilah yang
menjelaskan terjadinya tuli sensorineural nada rendah penyakit Meniere.
2. Neuroma Akustik
Acousting neuroma adalah tumor bersifat kanker jinak dan biasanya lambat tumbuh yang
berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons, sepanjang
perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau didalam liang telinga dalam menuju dari
telinga batin ke otak. Karena cabang cabang saraf ini langsung mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran, dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan
kegoyangan. Penyakit ini juga dikenal sebagai schwannoma vestibular, Neuroma akustik
adalah penyebab umum gangguan pendengaran
Neuroma akustik adalah tumor intrakrania yang berasal dari selubung sel Schwann nervus
vestibuler atau nervus koklearis. Lokasi tersering berada di cerebellopontin angel.
Neuroma akustik berasal dari saraf vestibularis dengan gambaran makroskopis berkapsul,
konsistensi keras, bewarna kuning kadang putih atau translusen dan bisa disertai komponen
kistik maupun perdarahan. Neuroma akustik ini diduga berasal dari titik dimana glia (central)
nerve sheats bertransisi menjadi sel Schwann dan fibroblast. Lokasi transisi ini biasanya
terletak di dalam kanalis auditoris internus. Tumor akan tumbuh dalam kanalis auditoris
internus dan menyebabkan pelebaran diameter dan kerusakan dari bibir bawah porus.
Selanjutnya akan tumbuh dan masuk ke cerebellopontin angel mendorong batang otak dan
cerebellum.

Etiologi

Idiopatik

Sistem Indera Khusus

Page 52

neuroma akustik dapat terjadi secara idiopatik atau belum diketahui secara pasti
penyebabnya.

Neurofibromatosis (NF2)

Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua gen supresor
tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di setiap sel tubuh mereka
termasuk sel saraf. NF2 gen bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan
tumor pada sel saraf khususnya mencegah neuroma akustik.
Tuli akibat neuroma akustik ini terjadi akibat:

a. trauma langsung terhadap nervus koklearis


b. gangguan suplai darah ke koklea
Trauma langsung yang progresif menyebabkan tuli sensorineural yang berjalan progresif
lambat sedangkan pada gangguan suplai darah koklea ditemukan tuli sensorineural mendadak
dan berfluktuasi.
Tatalaksana
Tuli sensorineural tidak dapat diperbaiki dengan terapi medis atau bedah tetapi dapat
distabilkan. Tuli sensorineural umumnya diperlakukan dengan menyediakan alat bantu
dengar (amplifikasi) khusus. Volume suara akan ditingkatkan melalui amplifikasi, tetapi suara
akan tetap teredam. Saat ini, alat bantu digital yang di program sudah tersedia, dimana dapat
diatur untuk menghadapi keadaan yang sulit untuk mendengarkan.
Tuli

sensorineural

yang

disebabkan

oleh

penyakit

metabolik

tertentu

(diabetes,

hipotiroidisme, hiperlipidemia, dan gagal ginjal) atau gangguan autoimun (poliartritis dan
lupus eritematosus) dapat diberikan pengobatan medis sesuai penyakit yang mendasarinya.
Beberapa individu dengan tuli sensorineural yang berat, dapat dipertimbangkan untuk
melakukan implantasi bedah perangkat elektronik di belakang telinga yang disebut implan
koklea yang secara langsung merangsang saraf pendengaran.

2.4.6. Prognosis
Sistem Indera Khusus

Page 53

Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural yang berat mungkin dapat mendengar
suara setelah melakukan implantasi koklea. Jika tinitus disebabkan oleh tumor akustik,
otosklerosis, atau kondisi tekanan telinga meningkat dalam hidrolik (sindrom Meniere),
operasi untuk mengangkat lesi atau menyamakan tekanan dapat dilakukan. Tinitus berkurang
atau sembuh sekitar 50% dari kasus yang berat setelah menjalani operasi.

(Trias Murni N - 2012730158)

4. Jelaskan patomekanisme gejala pada skenario!


Mekanisme Gangguan Pendengaran
Gangguan Pendengaran :
1. Tuli Konduktif
Disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksterna, membran timpani,
atau telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60dB. Penyebab
tersering gangguan pendengaran jenis ini pada anak otitis media dan disfungsi tuba
eustachius yang disebabkan oleh otitis media sekretori.
2. Tuli sensorineural
Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran, dan batang
otak sehingga bunyi tidak dapat di proses sebagaimana mestinya.
Mekanisme
Terjadi infeksi di telinga tengah, mukosa telinga tengah berhiperplasia berubah dari epitel
sederhana menjadi berlapis-lapis, dan apabila berlanjut/tidak sembuh akan terjadi yang
disebut Otitis Media Supuratif Kronik lalu terjadi perforasi di membran timpani (marginal)
merusak jaringan lunak pada telinga tengah selain itu dapat juga merusak tulang dikarenakan
terbentuknya jaringan patologik dan menyebabkan hantaran gelombang suara terganggu
sehingga pendegaran berkurang

Sistem Indera Khusus

Page 54

(Anjar Puspitaningrum - 2012730118)

5. Jelaskan apakah ada hubungan riwayat keluarnya cairan pada


telinga dengan keluhan sekarang!

Beberapa penyebabnya diantara lain trauma seperti mengorek telinga terlalu dalam dan
infeksi dari mikroorganisme seperti bakteri yang akan menyebabkan peradangan dan pada
akhirnya akan menyebabkan perforasi pada membrane timpani. Kemudian, akan terjadi
pelebaran pembuluh darah di membran timpani dan membran terlihat hiperemis dengan
adanya edema. Kemudian akan terbentuk eksudat di cavum timpani yang disebabkan adanya
peradangan dan membran timpani nantinya akan menonjol ke arah liang telinga luar. Lamakelamaan, membrane timpani akan terlihat lembek dan berwarna kuning dan nantinya akan
terjadi rupture membrane timpani. Karena adanya rupture membrane timpani, cairan dari
telinga bagian tengah akan keluar dari telinga luar atau yang disebut juga otore

(Rini Astin Triana - 2012730150)

6. Jelaskan alur diagnostik pada skenario!


Anamnesis

Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama
pasien.
Keluhan utama telinga dapat berupa 1) gangguan pendengaran/pekak (tuli), 2) suara
berdenging/berdengung (tinitus), 3) rasa pusing yang berputar (vertigo), 4) rasa nyeri di
dalam telinga (otalgia), dan 5) keluar cairan dari telinga (otore).
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu
atau dua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah lama
diderita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising,
pemakaian obat ototoksik, sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti rotitis,
influensa berat dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi hingga
terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi. Pada orang dewasa tua perlu ditanyakan
apakah gangguan ini lebih terasa di tempat bising atau ditempat yang lebih tenang.
Sistem Indera Khusus

Page 55

Keluhan telinga berbunyi (tinitus) dapat berupa suara berdengung atau berdenging, yang
dirasakan di kepala atau di telinga. Apakah tinitus ini disertai gangguan pendengaran dan
keluhan pusing berputar.
Keluhan rasa pusing berputar (vertigo) merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin
jatuh yang disertai rasa mual, muntah, dan rasa penuh di telinga, telinga berdenging yang
mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila vertigo disertai keluhan neurologis seperti,
gangguan pengelihatan kemungkinan terletak kelainannya di sentral. Apakah keluhan ini
timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan akan timbul lagi
bila bangun dengan gerakan yang cepat. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada
kekakuan otot-otot di leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung,
anemia, kanker, sifilis dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.
Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri
dan kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (referred pain) dapat berasal dari rasa
nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena telinga
dipersarafi oleh sarah sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
Sekret yang keluar dari liang telinga disebut otore. Apakah sekret ini keluar dari satu atau
kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit
biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid
umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom.
Bila bercampur dengan darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila
cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal.

Pemeriksaan Telinga
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga,
otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga, dan garputala.
Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit
dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani.

Sistem Indera Khusus

Page 56

Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retroaurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik
daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan
mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membran timpani. Pakailah otoskop
untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran timpani. Otoskop dipegang dengan tangan
kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga
kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop
ditekankan pada pipi pasien. Akhir-akhir ini banyak spesialis THT yang menggunakan
endoskop atau mikroskop untuk memeriksa telinga lebih jelas dan pasien juga dapat melihat
kelainan/penyakit di telinganya melalui TV monitor.
Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus
dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya
lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan
menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakkan dulu dengan minyak atau
karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang
telinga bersih.
Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat
diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli sensorineural.
Uji penala yang dilakukan sehari-hari adalah uji pendengaran Rinne dan Weber.
Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari atau mengetukkan
pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garputala tersebut diletakkan pada tulang mastoid
telinga yang diperiksa selama 2-3 detik. Kemudian dipindahkan ke depan liang telinga 2 cm
jaraknya selama 2-3 detik. Pasien menentukan di tempat mana yang terdengar lebih keras.
Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga yang
diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan ini disebut Rinne positif. Bila
bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksaa menderita
tuli konduktif dan biasanya lebih dari 20 dB. Hal ini disebut Rinne negatif.
Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis tengah
wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan
normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang
mendengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat
Sistem Indera Khusus

Page 57

(lateralisasi ke telinga sehat) berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural. Bila
pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit)
berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif.

(Mustika Apriyanti 2012730142)

7. Jelaskan DD 1!

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari disebut dengan congek. Yang disebut otitis media
supuratif kronis ialah infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membrane timpani
dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
disebut dengan otitis media supuratif subakut. Perubahan dari akut menjadi kronis ini bisa
dikarenakan terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.

Letak Perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK.
Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh
karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik.
Pada perforasis sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi
perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi
perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik
adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.
Sistem Indera Khusus

Page 58

Jenis OMSK
Dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (1) OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe banigna) dan (2)
OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang.
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpaninya terlihat
basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma.
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolestetoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat
juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi
yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.

Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometric tutur (speech audimetry) dan
pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak
kooperatif dengan pemeriksaan audiiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi
kuman dari sekret telinga.

Tanda Klinik OMSK tipe bahaya


Sistem Indera Khusus

Page 59

Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya,


maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di
kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK
tipe bahaya, yaitu perforasu pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan
tanda dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat
terlihat; abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi di
liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatoma pada
telinga tengah, (sering terlihat di epitimpanium), sekret berbentuk nanah dan berbau khas
(aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen mastoid.

Terapi
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi membrane
timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2)
terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) sudah
terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, dan (4) gizi dan
higiena yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah terapi konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan
H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Banyak
ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung
antibiotik yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu sebaiknya agar obat tetes telinga jangan
diberikan terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.
Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien
alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang
dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin
asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah di observasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
Sistem Indera Khusus

Page 60

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,


mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi
berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
melakukan pembedahan misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukannya pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

(Rivaldi Puala Y 201273151)

8. Jelaskan DD2!

Otitis Media Serosa Kronis


Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronis hanya pada
cara terbentuknya secret. Pada otitis media serosa akut terjadinya secara tiba-tiba ditelinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis secret
terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang
berlangsung lama.
Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut
lebih sering pada orang dewasa.
Sekret pada otitis media serosa kronis kental seperti lem ,maka disebut otitis media mukoid
(glue ear). Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari OMA yang
tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diduga adanya hubungan dengan infeksi virus,
keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.
Gejala klinik dan pengobatan

Sistem Indera Khusus

Page 61

Perasaan tuli pada titis media seriosa kronis lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena adanya
sekret kental atau gua Dar. Pada otoskop terlihat membran timpani utuh,atraksi,suram,kuning
kemerahan atau kelabu-abuan.
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringitomi dan
memasang pipa ventilasi (grommet). Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan
tetes hidung serta kombinasi anti histamin dekongestan per oral kadang-kadang bisa
berhasil.sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selasa 3, apabila tidak
berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula dinilai serta diobati
faktor-faktor penyebab seperti alergi,pembesaran adenoid atau tonil,infeksi hidung atau sinus.

(Muhammad Uraida 2012730141)

9. Jelaskan DD3!
LABIRINITIS
DEFINISI
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam ( labirin). Keadaan ini dapat ditemukan sebagai
bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja.
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang
telinga tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo, muntah dan
hilangnya pendengaran harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif.
Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu :
1.

Labirinitis lokalisata ( serosa ) merupakan komplikasi otitis media dan muncul ketika

mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian membrane tanpa adanya bakteri
pada telinga dalam.
2.

Labirinitis difusa ( supuratif ) merupakan suatu keadaan infeksi pada labirin yang

lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke labirin tulang dan membrane.
PATOFISIOLOGI
Sistem Indera Khusus

Page 62

Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri mungkin
terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh
kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga timbul
sebagai perluasan infeksi dari meningitis bakteri melalui cairan yang menghubungkan ruang
subaraknoid dengan ruang perlimf di koklea, melalui akuaduktus koklearis atau melalui
daerah kribosa pada dasar modiolus koklea.
GEJALA DAN TANDA
Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi
vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat
ringan hingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejala ini dapat
membaik sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible.
Pada labirinitis difusa, gejala yang timbul sama seperti gejala pada labirinitis
lokalisata tetapi perjalanan penyakit pada labirinitis difusa berlangsung lebih cepat dan hebat,
didapati gangguan vestibular, vertigo yang hebat, mual dan muntah dengan disertai
nistagmus. Gangguan pendengaran menetap, tipe sensorineural pada penderita ini tidak
dijumpai demam dan tidak ada rasa sakit di telinga.
Pada labirinitis viral, penderita didahului oleh infeksi virus seperti virus influenza,
virus mumps, timbul vertigo, nistagmus kemudian setelah 3-5 hari keluhan ini berkurang dan
penderita normal kembali. Pada labirinitis viral biasanya telinga yang dikenai unilateral.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

Tes Laboratorium

2.

Tes radiologi

3.

Tes Keseimbangan

TERAPI
Prinsip terapi pada labirinitis adalah :

Sistem Indera Khusus

Page 63

1.

Mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan vestibulokoklea yang lebih

lanjut.
2.

Penyembuhan penyakit telinga yang mendasari.

Sistem Indera Khusus

Page 64

BAB III
PENUTUP
I.HSimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami dari gejala atau keluhan yang dirasakan
oleh pasien di dalam skenario yaitu keluhan pendengaran berkurang sejak 2 tahun lalu
disertai dengan perasaan pusing bila kepala dipalingkan dengan tiba-tiba, nilai rapor
menurun seiring dengan bertambah beratnya penurunan pendengaran, menarik diri
dari pergaulan dan riwayat keluar cairan dari dalam telinbga sejak usia 7 tahun, kami
membuat diagnosis semetara pada pasien yaitu Otitis Media Supuratif Kronis
(OMSK) tetapi masih harus dilakukannya pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang lain nya untuk membantu diagnosis pasti pada pasien di skenario.

Sistem Indera Khusus

Page 65

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
Adam, boies higler. 1994. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorkan Kepala dan Leher FKUI.
FISIOLOGI SHERWOOD
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar JUNQUEIRA Teks & Atlas Edisi 12. Terj. Frans
Dany. Jakarta : EGC.
Slide kuliah Histologi Sistem Indra Khusus oleh dr. Nizamuddin, M.Sc.

Sistem Indera Khusus

Page 66

Anda mungkin juga menyukai