Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FARMAKOLOGI

Blok 5.2

Oleh:
Wenny Oktaviani
G1A113052 [B]

Dosen pembimbing:
dr. Anggelia Puspasari

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERITAS JAMBI
2015

TUGAS
1. Profil farmakologi obat antiplatelet.
2. Penggunaan klinis fraksi plasma
a. Cryoprecipitate
b. FFP
c. Prothrombin complex concentrates (intermediate purity factor IX concentrates)
d. Recombinant factor VIII products
e. Recombinant factor IX products.
3. Penggunaan klinis
a. Desmopresin asetat
b. Synthetic vasopressin
c. Increased Fc VIII and vWf.
4. Perbedaan PRC dan whole blood.

PROFIL FARMAKOLOGI OBAT ANTIPLATELET


Peristiwa yang menjadi kunci pada aktivasi dan agregasi platelet adalah peningkatan kalsium
sitoplasma. Hal ini menyebabkan perubahan konformasi reseptor GPIIb/IIIa inaktif pada
membran plasma menjadi reseptor yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap fibrinogen,
yang membentuk ikatan silang di antara platelet, dan menyebabkan agregasi. TXA2, trombin,
dan 5HT mengaktivasi fosfolipase C, dan inositol-1,4,5-trifosfat (InsP3) yang dihasilkan
menstimulasi pelepasan kalsium dari retikulum endoplasma. ADP menghambat adenilat
siklase dan penurunan adenosin monofosfat siklik (cAMP) meningkatkan kalsium sitoplasma
kembali. Semua obat antiplatelet bekerja satu arah untuk menghambat jalur aktivasi platelet
yang tergantung kalsium.

Mekanisme kerja obat antiplatelet

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antiplatelet dapat dibagi dalam beberapa kelompok,
di antaranya penghambat PGI2, penghambat ADP, blokade reseptor glikoprotein trombosit
IIb/IIIa, dan platelet tambahan.
A. Penghambat PGI2
Aspirin
-

Mekanisme kerja
Menghambat agregasi platelet dengan cara menonaktifkan siklooksigenase
melalui proses asetilasi.

Farmakokinetik
Absorpsi dipengaruhi makanan dengan waktu puncak 1-2 jam. Didistribusikan
melalui protein binding plasma. Metabolisme di hati. Ekskresi melalui ginjal.
Indikasi
Demam, nyeri, sakit kepala, infark miokard, osteoatritis, reumathoid arthritis,
SLE. Aspirin menurunkan risiko infark miokard pada pasien dengan angina
tidak stabil dan meningkatkan ketahanan hidup pada pasien yang pernah
mengalami infark miokard akut. Aspirin juga mengurangi risiko stroke pada
pasien dengan serangan iskemik sementara (transient ischemic attack). Efek
menguntungkan dari aspirin pada penyakit tromboemboli diperoleh dari
inhibisi sintesis TXA2 platelet. TXA2 merupakan penginduksi kuat agregasi
platelet.

Aspirin

mencegah

pembentukan

TXA2

melalui

inhibisi

siklooksigenase secara ireversibel.


Kontraindikasi
Hipersensitifitas, anak dengan Reyes syndrome, asma, rinitis, polip nasal.
Efek samping
Ulkus gastrointestinal, perdarahan, tinitus, bronkospasme, angioedema.
Sediaan
Tablet salut selaput 80 mg, 100 mg
Dosis
80-100 mg 2x/hari, diberikan sekurang-kurangnya jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan.
Indeks keamanan kehamilan dan menyusui
C, D (jika digunakan dosis penuh pada trimester 3)

B.

Penghambat ADP
Clopidogrel
-

Mekanisme kerja
Menghambat agregasi platelet dengan cara berikatan dengan reseptor adp
secara selektif.

Farmakokinetik
Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan dengan waktu paruh 30-60 menit.
dimetabolisme di hepar. Ekskresi melalui renal dan fecal.
Indikasi
Trombosis. Clopidrogel juga digunakan pada pasien yang kontraindikasi
terhadap aspirin.
Kontraindikasi
Perdarahan dan hipersensitifitas.
Efek samping
Perdarahan, Steven Johnsons Syndrome, kolitis, agranulositosis, pansitopenia,
Thrombotic Thrombocytogenic Purpura (TTP), hepatitis.
Sediaan
Tablet salut selaput 75 mg
Dosis
Dewasa 75 mg 1x/hari, dengan atau tanpa makanan. Angina tak stabil atau
infark miokard non gelombang Q 300 mg, lalu dilanjutkan dengan dosis 75

C.

mg 1x/hari.
Indeks keamanan dan kehamilan
B

Blokade Reseptor Glikoprotein Trombosit IIb/IIIa

Tirofiban
-

Mekanisme kerja
Menghambat agregasi platelet dengan berikatan dengan reseptor GPIIb/IIIa.
Farmakokinetik
Didistribusikan melalui binding protein. Sebagian besar eksresi melalui ginjal
dan sisanya fecal.
Indikasi
Sindrom koroner akut, kecelakaan serebrovaskular. Diberikan melalui
suntikan intravena bersama dengan aspirin dan heparin untuk mencegah infark
miokard pada pasien berisiko tinggi dengan angina tidak stabil yang sedang

menunggu dilakukannya PTCA.


Kontraindikasi
Diseksi aorta, perdarahan, stroke hemoragik, hipersensitifitas, perikarditis,
trombositopenia.
Efek samping
Bradiaritmia, perdarahan, nyeri panggul, anafilaksis, perdarahan.
Sediaan
Premixed infusion solution

5mg/100mL (50mcg/mL)

12.5mg/250mL (50mcg/mL)

Dosis
Diindikasikan untuk mengurangi tingkat peristiwa trombotik kardiovaskuler
(gabungan

titik

akhir

kematian,

infark

miokard,

atau

iskemia

refrakter/prosedur jantung berulang) pada pasien dengan non ST-elevasi


sindrom koroner akut (NSTE-ACS). Loading dose: 25 mcg/kg IV infus dalam
-

5 menit, lalu post-loading infusion dose: 0.15 mcg/kg/menit IV hingga 18 jam.


Indeks keamanan dan kehamilan
B
Eptifibatide

Mekanisme kerja
Menghambat agregasi platelet dengan berikatan dengan reseptor GPIIb/IIIa.
Farmakokinetik
Distribusi melalui protein binding, ekskresi melalui ginjal dengan waktu paruh
1 2,5 jam.
Indikasi
Sindrom koroner akut dan intervensi koroner perkutan. Diberikan melalui
suntikan intravena bersama dengan aspirin dan heparin untuk mencegah infark
miokard pada pasien berisiko tinggi dengan angina tidak stabil yang sedang

menunggu dilakukannya PTCA.


Kontraindikasi
Perdarahan, hipersensitifitas, dialisis renal, stroke, pembedahan mayor belum

6 minggu.
Efek samping
Hipotensi, perdarahan, anafilaksis, ITP, trombositopenia, perdarahan paru dan

serebral.
Sediaan
Vial (utk inj bolus) 2 mg/ml, vial (utk infus IV) 0,75 mg/ml.
Dosis
Sindrom koroner akut dewasa dengan kreatinin serum <2 mg/dl 180
mcg/kgBB secara bolus IV, diikuti dengan infus 2,0 mcg/kgBB/menit s.d 72
jam. Sindrom koroner akut dewasa dengan kreatinin serum 2-4 mg/dl 180
mcg/kgBB secara bolus IV, segera diikuti dengan infus 1 mcg/kgBB/menit.
Intervensi koroner perkutan dewasa dengan kreatinin serum <2 dan 2-4 mg/dl
awal 180 mcg/kgBB/ secara bolus IV segera sebelum dilakukan intervensi
koroner perkutan, diikuti dengan infus 2 mcg/kgBB/menit dan bolus IV kedua
sebesar 180 mcg/kgBB 10 menit sesudah pemberian bolus pertama. Lama

pemberian infus min 12 jam.


Indeks keamanan dan kehamilan
B

Abciximab
-

Mekanisme kerja
Menghambat agregasi platelet dengan berikatan dengan reseptor GPIIb/IIIa.
Farmakokinetik
Kemungkinan besar dibuang oleh opsonisasi melalui sistem retikuloendotelial
ketika terikat trombosit, atau dengan produksi antibodi antimurine manusia.
Diekskresikan melalui ginjal. Setelah pemberian bolus intravena, konsentrasi
plasma bebas dari Abciximab menurun cepat dengan paruh awal kurang dari
10 menit dan paruh tahap kedua sekitar 30 menit, mungkin terkait dengan

cepat mengikat ke reseptor platelet GPIIb/IIIa.


Indikasi
Abciximab diindikasikan sebagai tambahan untuk intervensi koroner perkutan
untuk pencegahan komplikasi iskemik jantung pada pasien yang menjalani
intervensi koroner perkutan dan pada pasien dengan angina tidak stabil tidak
merespon terapi medis konvensional ketika intervensi koroner perkutan

direncanakan dalam waktu 24 jam.


Kontraindikasi
Hipersensitivitas, pendarahan besar aktif, trombositopenia, riwayat CVA
(dalam waktu 2 tahun), ulkus peptikum, baru menjalani operasi trauma,
neoplasma intrakranial, HTN tidak terkendali, vaskulitis. Penggunaan

antikoagulan oral dalam waktu 7 hari meningkatkan risiko perdarahan.


Efek samping
Hipotensi, perdarahan, nyeri punggung, mual, nyeri dada, muntah.
Sediaan
Vial (utk inj bolus) 2 mg/ml.
Dosis
Pencegahan komplikasi iskemik jantung pada pasien yang menjalani PCI
dewasa 0,25 mg/kg IV bolus selama setidaknya 1 menit, 10-60 menit sebelum
dimulainya PCI, lalu 0,125 mcg/kg/menit IV infus kontinyu selama 12 jam;

D.

tidak melebihi kecepatan infus 10 mcg/min.


Indeks keamanan dan kehamilan
C

Platelet Tambahan
Dipyridamol
-

Mekanisme kerja
Secara sistemik

menurunkan

konsentrasi adenosin.
Farmakokinetik

aktivasi

platelet dengan

meningkatkan

Diabsorbsi lambat secara sistemik, dimetabolisme di hepar, dan diekresikan


-

melalui biliaris.
Indikasi
Profilaksis untuk kelainan tromboemboli, ulkus dekubitus, MI, proteinuria,
kardiomiopati hipertropi. Digunakan bersama warfarin untuk mencegah
pembentukan trombosis pada katup jantung buatan meskipun terdapat

keraguan pada efikasinya.


Kontraindikasi
Hipersensitifitas.
Efek samping
Nyeri dada, flushing, pusing, sakit kepala, gangguan abdomen, dispnea, gagal
hati, bronkospasme, hipersensitifitas.
Sediaan
Tablet 25 mg, 75 mg.
Dosis
300-450 mg/hari dalam dosis terbagi. Maks 600 mg.
Indeks keamanan dan kehamilan
B
Cilostazol
Mekanisme kerja
Menghambat agregasi

platelet

dengan

cara

menghambat

aktivitas

fosfodiesterase dan menekan degradasi cAMP sehingga cAMP akan


-

meningkat di platelet dan pembuluh darah.


Farmakokinetik
Absorpsi akan meningkat oleh makanan yang tinggi lemak. Metabolisme oleh

hepar. Eksresi sebagian besar oleh renal dan sisanya fecal.


Indikasi
Klaudikasio intermitten, profilaksis pada kecelakaan serebrovaskular/PCI-

Trombosis.
Kontraindikasi
CHF, gangguan hemostatik, hipersensitifitas.
Efek samping
Palpitasi, takiaritmia, myalgia, pusing, sakit kepala, atrial fibrilasi, ulkus GIT,
hematemesis, anemia aplastik, Sindroma Steven Johnson.
Sediaan
Tablet 50 mg
Dosis
Dewasa 100 mg 2x/hari, berikan sekurang-kurangnya jam sebelum atau 2
jam sesudah makan.
Indeks keamanan dan kehamilan
C

PENGGUNAAN KLINIS FRAKSI PLASMA


Cryoprecipitate
Plasma yang dipisahkan dari darah segar cepat dibekukan pada -90C dan kemudian
perlahan-lahan dibiarkan menghangat pada 4C. Begitu dihangatkan kembali sebagian besar
plasma hilang. Suatu agar-agar presipitat tetap tersuspensi dalam beberapa mililiter plasma,
dan unit ini disimpan pada -20C atau kurang. Presipitat ini mengandung sebagian besar
Faktor VIII dan fibrinogen dari unit plasma asalnya. Faktor XIII dan fibronektin juga ada.
Tiap unit cryoprecipitate mengandung 200mg fibrinogen ; 150 unit faktor VII-WF dan 100
unit faktor VII koagulan.
TABEL KOMPOSISI KRIOPRESIPITAT
Komponen
Jumlah
Faktor VIII
50-100 unit aktivitas faktor VIII konsentrat
Faktor Von Wilfebrand
40-70 % FFP semula
Fibronektin
150-250 g/konsentrat
Fibrinogen
20-30% FFP semula (min.150 mg)
FFP = Fresh Frozen Plasma (Plasma Beku Segar)
Indikasi pemberian cryoprecipitate yang tepat adalah:
1.
2.
3.
4.

Pengobatan hemofilia A (Defisiensi Faktor VIII)


Pengobatan penyakit von Willebrand
Pengobatan hipofibrinogenemia atau disfibrinogenemia
Pengobatan defisiensi Faktor XIII

Fresh Frozen Plasma (FFP)


Plasma dipisahkan dari darah segar dan disimpan pada temperatur -20C atau kurang. Produk
ini mempertahankan aktivitas Faktor koagulasi V dan VIII yang labil. Plasma donor-tunggal
rutin mengandung faktor-faktor koagulasi lainnya (termasuk kompleks protrombin Faktorfaktor II, VII, IX, dan X). Disimpan pada suhu 4C dan stabil untuk waktu yang lama.
Namun bank darah biasanya hanya menyimpan plasma donor-tunggal sebagai FFP. Ada
beberapa indikasi FFP:
1. Pengobatan koagulopati dilusi pada pasien yang mendapat transfusi masif, tetapi
hanya jika terjadi koagulopati. Penggunaan FFP profilaksis pada keadaan ini tidak
dianjurkan.
2. Perbaikan cepat abnormalitas koagulasi pada pasien yang mendapat warfarin. Plasma
donor tunggal, bila tersedia, sama efektif.
3. Pengobatan berbagai defisiensi faktor pembekuan bawaan (misalnya defisiensi Faktor
IX, XI, VII, X, V). Plasma donor tunggal, bila tersedia, sama efektif.
TABEL INDIKASI KLINIS UNTUK PLASMA BEKU SEGAR

Defisensi faktor pembekuan dan konsentrat faktor spesifik tidak tersedia


Perdarahan pada pasien dengan defisiensi faktor pembekuan multipel
Pemulihan efek koumadin atau kelebihan dosis koumadin
Transfusi darah dalam jumlah besar (>1 volume darah dalam beberapa jam)
Defisiensi antitrombin III
Pengobatan purpura trombositopenik trombotik

Prothrombin complex concentrates (intermediate purity factor IX concentrates)


PCC diproduksi oleh pertukaran ion kromatografi dari supernatan kriopresipitat plasma besar
setelah penghapusan antithrombin dan faktor XI. Teknik pengolahan yang berbeda yang
melibatkan penukar ion memungkinkan produksi baik tiga faktor (yaitu, faktor II, IX dan X)
atau empat faktor (yaitu, faktor II, VII, IX dan X) konsentrat dengan konsentrasi faktor
pembekuan akhir keseluruhan sekitar 25 lebih tinggi daripada di plasma normal kali.
Prothrombin Complex Concentrate awalnya dikembangkan untuk pengobatan pasien dengan
hemofilia B, PCC juga diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan perdarahan
defisiensi bawaan. Namun, indikasi utama untuk PCC sebenarnya adalah pembalikan
kelebihan antikoagulasi dari warfarin. PCC awalnya dikembangkan untuk pengobatan pasien
dengan hemofilia B, namun karena ketersediaan di tahun-tahun terakhir plasma berasal faktor
IX dengan konsentrat tinggi dan, baru-baru ini, suatu produk faktor IX rekombinan, dengan
indikasi telah semakin bergeser dari gangguan perdarahan terhadap terapi penggantian
kekurangan bawaan atau diperoleh faktor pembekuan vitamin K-dependent. Memang, PCC
diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan perdarahan defisiensi bawaan dari salah
satu K-tergantung faktor koagulasi vitamin saat dimurnikan pada produk faktor koagulasi
tertentu yang tidak tersedia (di Italia faktor II dan/atau defisiensi faktor X). Namun, indikasi
utama untuk PCC sebenarnya mendesak over-antikoagulasi dengan warfarin. Vitamin K
antagonis bertindak melalui penghambatan vitamin K-dependent carboxylation gamma-faktor
koagulasi II, VII, IX dan X dan juga dari antikoagulan faktor endogen protein C dan S, dan
disintesis di hati.
Recombinant factor VIII products
Digunakan untuk perdarahan akut, pencegahan perdarahan perioperatif pada operasi, dan
profilaksis perdarahan berulang.
Recombinant factor IX products
Sedian ini mengandung faktor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil protein plasma lain dan
digunakan untuk pengobatan hemofillia B, atau bila diperluka faktor-faktor yang terdapat
dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan
timbulnya hepatitis, preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien hemofillia. Efek

samping lain adalah trombosis, demam, mengigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensitivitas berat (syok anafilaksis).

PENGGUNAAN KLINIS
Desmopresin Asetat
Desmopressin asetat merupakan analog vasopressin sintetik yang memiliki kerja panjang.
Desmopressin asetat meningkatkan aktivitas faktor VIII pasien hemofilia A ringan dan pasien
penyakit von Willebrand. Obat ini dapat digunakan untuk persiapan bedah minor, ekstraksi
gigi tanpa kebutuhan infus atau faktor pembekuan jika pasien memberikan respon yang
adekuat. Pemberiannya secara intranasal, bisa juga melalui intravena, subnasal, ataupun oral.
Desmopressin juga merupakan obat pilihan pada penderita diabetes insipidus.
Synthetic Vasopressin
Vasopressin sintetik merupakan pengganti hormon vasopressin. Vasopressin memainkan
peran penting pada regulasi jangka pendek tekanan arteri dengan cara mengkonstriksikannya.
Penggunaan klinisnya untuk obat pilihan diabetes insipidus dan sebagai antidiuretik. Infus
vasopressin efektif pada beberapa kasus perdarahan varises esofagus dan perdarahan
divertikular kolon.
Increased Fc VIII and vWf
Digunakan untuk perdarahan pada penderita hemofilia A dan penderita penyakit von
willebrand.

PERBEDAAN PRC DAN WHOLE BLOOD


PACKED RED BLOOD CELLS
Dibuat dari darah segar yang baru saja diambil sehingga memungkinkan pembuatan
komponen-komponen plasma (misalnya: kriopresipitat) dan unit trombosit. Hematokrit dari
produk

ini (tergantung metode pembuatan) biasanya sekitar 70%. Biasanya ada cukup

banyak plasma (albumin) yang tertinggal dalam komponen ini. Packed cells yang diberikan
secara cepat pada penderita anemia kronis dapat mencetuskan edema paru.
WHOLE BLOOD
Darah Lengkap (Whole Blood) mengandung semua komponen darah secara utuh, baik
plasma maupun sel darahnya. Terbagi dua, yakni (1) darah segar (fresh blood) yang disimpan
kurang dari 6 jam, masih lengkap dengan trombosit dan faktor pembekuannya, dan (2) darah
yang disimpan (stored blood) yang disimpan lebih dari 6 jam (darah hanya bisa disimpan
sampai 35 hari, jumlah trombosit dan faktor pembekuan sudah menurun). Diberikan pada
indikasi dimana tubuh kekurangan semua komponen darah, baik eritrosit, leukosit, trombosit
dan plasma. Biasanya keadaan semacam ini terjadi setelah adanya kehilangan darah yang
banyak dalam waktu singkat, misalnya pasca perdarahan akut > 20 % volume darah. Atau
pada neonatus yang menderita eritroblastosis fetalis, dimana semua darahnya harus diganti
dengan jalan tranfusi.

DAFTAR PUSTAKA
Finkel R, Clark MA, Cubeddu LX. 2009. Williams & Wilkins Lippincotts Illustrated
Reviews: Pharmacology, 4th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Katzung, Bertram G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinis. Jakarta: EGC.
Lullman H, Mohr K, Hein L, Beiger D. 2005. Color Atlas of Pharmacology 3rd Ed. Stuttgart:
Thieme
Neal, MJ. 2006. At A Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rosmiati, Hedi, HS Vincent. 1999. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru
Sabiston, C. David. 2010. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Sacher, A. Ronald, MC Phreso, A Richard. 2010. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: EGC
Waterbury, L. 2006. Buku Saku Hematologi Edisi 3. Jakarta: EGC
www.emedicine.medscape.com

Anda mungkin juga menyukai