PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
1. Nama : An. R
2. Umur : 4 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Nama Ayah : Tn. A
5. Nama Ibu : Ny. N
6. Bangsa : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Alamat : batang hari
9. Dikirim oleh : Rujukan dari Rumah Sakit Mitra Medika Batang
Hari
10. MRS : 2 April 2017
II. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Ibu (alloanamnesis)
Tanggal : 6 April 2017
2
demam ketika kejang, setelah kejang anak sadar dan tampak
gelisah. Ketika sadar an.R merasa haus tetapi sulit untuk
membuka mulut, kemudian diberikan minum tetapi minuman
yang diberikan tidak dapat ditelan.
± 2 minggu SMRS an R terserempet motor dan mengalami
luka pada daerah kepala, kulit kepala bagian occipitotemporal
mengalami pengelupasan kira sepanjang 10 cm, setelah
kejadian tersebut an R dibawa ke puskesmas sekitar
rumahnya dan dilakukan pembersihan dan penjahitan luka,
menurut kesaksian ibu anak tidak mendapat suntikan
antitetanus pada saat itu. ± 1 minggu setelah kejadian tersebut
anak R mengalami kejang, dan keluhan lain seperti yang
dijelaskan diatas.
demam (-), nyeri kepala hebat (-) mual (-), muntah (-)
Keluhan tidak disertai gangguan BAK dan BAB.
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat kejang demam sebelumnya disangkal
Riwayat epilepsi disangkal
Riwayat sakit telinga/infeksi telinga/infeksi gigi disangkal
Riwayat tergigit binatang disangkal
Sakit kepala berat disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga mengalami epilepsi disangkal
Riwayat keluarga mengalami kejang demam disangkal
3
BBL : 2800 gram
PB : 50 cm
2. Riwayat Makanan
ASI Eksklusif : tidak
Susu botol/kaleng : + sejak usia ± 2 bulan
Bubur :+
Nasi TIM/lembek : +
Nasi biasa : + sejak usia ±18 bulan
Daging :+
Ikan :+
Telur :+
Tempe :+
Tahu :+
Sayuran :+
Buah :+
3. Riwayat Imunisasi
BCG :-
Polio :-
DPT :-
Campak :-
Hepatitis :-
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
4. Riwayat Keluarga
Perkawinan : Nikah
Umur : 13 tahun
Pendidikan : SMP
Penyakit yang pernah diderita :-
Saudara :2
4
Gigi Pertama :-
Berbalik :-
Tengkurap : 4 bulan
Merangkak : 6 bulan
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 9 bulan
Berbicara :-
Kesan : Perkembangan anak baik
6. Status Gizi
Usia 4 tahun bulan dengan berat badan 17,5 kg dan panjang
badan 112 cm
BB/TB : -1 SD - 0 SD normal
BB/U : 0 SD – 2 SD normal weight
PB/U : 0 SD – 2 SD normal height
5
Batuk pilek :+
KULIT
Warna : Sawo matang Vesikula :-
Hipopigmentasi :- Pustula :-
6
Hiperpigmentasi :- Sikatriks :-
Ikterus :- Edema :-
Bersisik :- Eritema :-
Makula :- Haemangioma : -
Papula :- Ptechiae :-
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA ALIS
Bentuk : Normocephali Kerapatan : Dbn
Rambut : Lurus Mudah rontok : -
Warna : Hitam Alopesia :-
Mudah rontok :-
Kehalusan : Halus MATA
Lingkar kepala :- Sorot mata : Biasa
Sutura : Dbn Hipertelorisme: -
Fontanella mayor : Sudah menutup Sekret :-
Fontanella minor : - Pernanahan :-
Cracked pot sign : - Endophtalmus : -
Cranio tabes :- Exophthalmus : -
Nistagmus :-
MUKA Strabismus :-
Roman muka : Dbn
Bentuk muka : Bulat KELOPAK MATA
Sembab :- Cekung :-
Simetris : Simetris Edema :-
Ptosis :-
Lagoftalmus : -
KONJUNGTIVA Kalazion :-
Pelebaran vena :- Ektropion :-
Perdarahan Subkonjungtiva : - Enteropion :-
Infeksi :- Haemangioma : -
Bitot spot :- Hordeolum :-
7
Xerosis :-
Ulkus :- TELINGA
Refleks :+ Bentuk : Simetris
Kebersihan : Cukup
SKLERA Sekret :-
Ikterus :- Tophi :-
Membran timpani : dbn
IRIS N. Tekan mastoid : -
Bentuk : Bulat N. Tarik daun telinga : -
Warna : Coklat
HIDUNG
PUPIL Bentuk : Dbn
Bentuk : Bulat Napas cuping hidung : -
Ukuran : 3 mm Saddle nose :-
Isokor : isokor Gangren :-
Refleks cahaya langsung :+ Coryza :-
Refleks cahaya tidak langsung :+ Mukosa edema :-
Epistaksis :-
Deviasi septum :-
3. ANAMNESA ORGAN
KEPALA MATA
Sakit kepala :- Rabun senja :-
Rambut rontok :- Mata merah :-
Lain-lain :- Bengkak :-
TELINGA HIDUNG
Nyeri :- Epistaksis :-
Sekret :- Kebiruan :-
Gangguan pendengaran : - Penciuman :-
Tinitus :-
TENGGOROKAN
8
GIGI MULUT sulit menelan : +
Sakit gigi :- Suara serak :-
Sariawan :-
Gangguan mengecap :- LEHER
Gusi berdarah :- Kaku kuduk :+
Sakit membuka mulut :+ Tortikolis :-
Rhagaden :- Parotitis :-
Lidah kotor :-
ABDOMEN
JANTUNG DAN PARU HEPAR
Nyeri dada :- Tinja seperti dempul : -
Sifat :- Sakit kuning :-
Penjalaran :- Kencing warna tua :-
Sesak napas :- Kuning di sklera dan kulit : -
Batuk pilek :- Perut kembung :-
Sputum :- Mual/muntah :-
Batuk darah :-
Sembab :- LAMBUNG DAN USUS
Kebiruan :- Menyusu :-
Keringat malam hari :- Perut kembung :-
Sesak waktu malam :- Mual/muntah :-
Berdebar :- Muntah darah :-
Sakit saat bernapas :- Mencret :-
Nafas bunyi/mengi :- Konsistensi : -
Sakit kepala sebelah :- Frekuensi :-
Dingin ujung jari :- Jumlah :-
Penglihatan berkurang : - Tinja berlendir :-
Bengkak sendi :- Tinja berdarah :-
Dubur berdarah :-
GINJAL DAN UROGENITAL Sukar BAB :-
Sakit kuning :- Sakit perut :-
Warna keruh :- Lokasi :-
9
Frekuensi miksi : normal Sifat :-
Jumlah : sulit dinilai
Sembab kelopak mata :- ENDOKRIN
Edema tungkai :- Sering minum : -
Sering kencing: -
MULUT Sering makan : -
BIBIR Keringat dingin: -
Bentuk : Dbn Tanda pubertas prekoks : -
Warna : Merah muda
Ukuran : Dbn GIGI
Ulkus :- Kebersihan : Cukup
Rhagaden :- Karies :-
Sikatriks :- Hutchinson :-
Cheitosis :-
Sianosis :- LIDAH
Labioschiziz :- Bentuk : Dbn
Bengkak :- Gerakan : Dbn
Vesikel :- Tremor :-
Oral thrush :- Warna : Merah muda
Trismus :- Selaput :-
Bercak koplik :- Hiperemis :-
Palatoschiziz :- Atrofi papil :-
Makroglosia : -
Mikroglosia :-
LEHER FARING-TONSIL
INSPEKSI Warna : merah muda
Struma :- Edema :-
Bendungan vena : - Selaput :-
Pulsasi :- Pembesaran tonsil : -
Limphadenopati : - Ukuran :-
Tortikolis :- Simetris : Simetris
10
Bull neck :-
Parotitis :-
PALPASI
Kaku kuduk :+
Pergerakan :-
Struma :-
JANTUNG
INSPEKSI AUSKULTASI
Vousure cardiac : - Bunyi jantung I : Reguler
Ictus cordis :- Bunyi jantung II : Reguler
Pulsasi jantung :-
11
BISING JANTUNG
PALPASI Fase bising :-
Ictus cordis : Dbn Bentuk bising :-
Thrill :- Derajat bising :-
Defek pulmonal : Dbn Lokasi/punctum max : -
Aktivitas jantung ka : Dbn Penjalaran bising :-
Aktivitas jantung ki : Dbn Kualitas bising :-
Pericardial fristion rub: -
PERKUSI
Batas kiri : ICS IV linea midclavicula sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
THORAX BELAKANG
INSPEKSI STATIS PERKUSI
Bentuk : Statis Bunyi ketuk : Sonor
Processus spinosus : Dbn Nyeri ketuk :-
Scapula : Dbn Batas paru-hati :-
Kifosis :- Peranjakan :-
Lordosis :-
Gibus :- AUSKULTASI
B. nafas pokok : Vesikuler
PALPASI B. nafas tambahan : Rh -/-
Nyeri tekan :-
Fraktur iga :-
Tumor :-
Stem fremitus : Normal
ABDOMEN
INSPEKSI LIEN
Bentuk : Datar, supel Pembesaran :-
12
Umbilikus : Dbn Permukaan : Dbn
Ptechie :- Nyeri tekan :-
Spider nevi :-
Bendungan vena : - GINJAL
Gambaran peristaltik usus : - Pembesaran :-
Permukaan :-
PALPASI Nyeri tekan :-
Nyeri tekan :-
Nyeri lepas :- LIPAT PAHA & GENITAL
Defens muskular : - Kulit : Dbn
Nyeri ketuk :- Kel. getah bening : -
Edema :-
AUSKULTASI Sikatriks :-
Bising usus : + normal Desensus testikulorum : -
Ascites :- Genitalia : Dbn
Anus : Dbn
HEPAR
Pembesaran :-
Konsistensi : Tidak teraba
Permukaan : Tidak teraba
Tepi : Tidak teraba
Nyeri tekan :-
13
Trismus : + (3 cm) Chorea :-
Kejang :+ Lain-lain :-
Lama : 15 menit
Interval : 15 menit EKSTREMITAS SUPERIOR
Frekuensi : 3x INSPEKSI
Jenis kejang : umum Bentuk : Normal
Post iktal : Os sadar Deformitas :-
Panas :- Edema :-
Riwayat kejang keluarga : - Trofi :-
Pergerakan :-
ALAT KELAMIN Tremor :-
Hernia :- Chorea :-
Bengkak : - Lain-lain :-
Tonus : Normotonus
Kekuatan : Sulit dinilai
Refleks fisiologis :
Tendon Bisep : +/+
Tendon Trisep : +/+
Tendon Patella : +/+
Tendon Achilles : +/+
Refleks patologis :
Refleks Babinski : -/-
Refleks Chaddock : -/-
Refleks Oppenheim : -/-
Refleks Gordon : -/-
Pemeriksaan Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk :+
Brudzinski I :-
Brudzinski II : -
Lasegue sign : -
14
Kernig sign :-
15
V. DIAGNOSIS KERJA
Tetanus cephalik derajat III
VI. TERAPI
Terapi oksigenasi
O2 Nasal kanul 1-2 L/menit
Terapi cairan
Menurut aturan holiday segar anak dengan BB 17,5 membutuhkan
cairan sebanyak 1000 + 50 ml/kgBB/hari. Jadi pada nak ini
dibutuhkan cairan 1000 + 50 x 7,5 = 1375 ml/ 24 jam. Apabila
dilakukan penghitungan sekitar 14 tetes makro /menit. Cairan yang
dipilih adalah D5 ¼ NS
Terapi etiologi
Antibioti penisilin prokain dengan dosis 50.000 u/kgBB/hari im
selama 10 hari.
Jadi untuk anak ini diberikan dosis = 17,5 x 50.000 = 875.000 u
tiap kali pemberian
ATS 10.000 IV dalam NaCl 100 cc
VII. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
16
FOLLOW UP
Kesadaran : CM
D5 ¼ NS 14 tetes makro/menit
Kesadaran : CM
17
P : O2 Nasal kanul 1-2 L/menit
D5 ¼ NS 14 tetes makro/menit
Kesadaran : CM
D5 ¼ NS 14 tetes makro/menit
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
Clostridium tetani, yang ditandai oleh kejang otot secara paroksismal dan diikuti
kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot maseter
dan otot rangka. Clostridium tetani adalah kuman yang berbentuk, berspora,
golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
bersifat neurotik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang
otot dan saraf tepi lokal. Toksin ini dapat menghancurkan eritrosit, merusak
leukosit, dan merupakan tetanospasmin yang menyebabkan ketegangan dan
spasme otot.2
2.2 Epidemiologi
Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat, tetanus sudah sangat
jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan dengan baik di
samping sanitasi lingkungan yang bersih, akan tetapi di negara sedang
berkembang termasuk Indonesia penyakit ini masih banyak dijumpai, hal ini
disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi
kontaminasi, perawatan luka kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di Amerika Serikat pada tahun
1915 dilaporkan bahwa kasus tetanus yang terbanyak pada umur 1:5 tahun, sesuai
dengan yang dilaporkan di Manado (1987) dan surabaya (1987) ternyata insiden
tertinggi pada anak di atas umur 5 tahun. 3
19
tahun dan umur lebih 60 tahun. Beberapa peneliti melaporkan bahwa angka
kejadian lebih banyak dijumpa pada anak laki–laki; dengan perbandingan 3:1. 3
2.3 Etiologi
20
2.4 Patofisiologi3
21
2.5 Manifestasi Klinis3
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat
hanya 1–2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa
inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi
Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan
permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin
panjang.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
Tetanus umum:
22
opisthotonus.
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik
secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar dan
bunyi). Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal
kuat dan kaki dalam posisi ekstensi.
Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan
yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah terangsang.
Spasme otot–otot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan
menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering terjadi karena spasme
sphincter kandung kemih.
Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi,
hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan ariunia
jantung.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
1) Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum
walaupun dirangsang.
2) Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila
dirangsang.
3) Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang
spontan.
Terdapat beberapa sistem yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan dari
penyakit ini. Sistem yang paling sering digunakan adalah yang dilaporkan oleh
Ablett seperti berikut ini:
Tingkat Gejala
I Ringan : trismus* ringan – sedang ; gangguan pernapasan (-) ;
23
kejang (-) ; sulit menelan yang ringan atau tidak ada.
Sedang : trismus sedang ; kekakuan yang cukup bermakna ;
kejang ringan – sedang namun pendek ; gangguan pernapasan
II
sedang dengan peningkatan laju napas lebih dari 30 kali per
menit ; sulit menelan ringan.
Berat : trismus berat ; kejang seluruh tubuh ; peningkatan laju
napas lebih dari 40 kali per menit ; terdapat kejadian henti
III
napas ; sulit menelan yang berat ; denyut nadi lebih dari 120
kali per menit.
Sangat Berat : tingkat III dan adanya gangguan sistem otonom
yang berat yang mempengaruhi sistem kardiovaskuler (jantung
IV dan pembuluh darah). Hipertensi berat dan denyut nadi yang
cepat bergantian dengan tekanan darah rendah dan denyut nadi
lambat yang menetap.
Tetanus lokal
Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka
mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan
jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III,
IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri–sendiri maupun kombinasi dan
menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan–bulan.
2.6 Diagnosis3
24
- Gejala klinis; dan
1) Meningitis bakterial
Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran penderita biasanya menurun.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi, di mana adanya kelainan
cairan serebrospinalis yaitu jumlah sel meningkat, kadar protein meningkat dan
glukosa menurun.
2) Poliomielitis
Sebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain. Trismus jarang
ditemukan, kejang bersifat klonik.
4) Keracunan strichnine
25
Pada keadaan ini trismus jarang, gejala berupa kejang tonik umum.
5) Tetani
Trismus selalu ada pada penyakit ini, tetapi kejang umum tidak ada.
7) Tonsilitis berat
Penderita disertai panas tinggi, kejang tidak ada tetapi trismus ada.
2.8 Penatalaksanaan3
1) Pengobatan Umum:
- Jika banyak sekresi pada mulut akibat kejang atau penumpukan saliva
maka dibersihkan dengan pengisap lendir.
26
- Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf.
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas dalam
darah. Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf tidak dapat
dinetralisir oleh antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin harus dilakukan:
- Anamnesa apakah ada riwayat alergi;
Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat
heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaksis.
Tes mata
Tes kulit
Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam larutan faali secara
intrakutan. Reaksi positif bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi
kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm.
Bila tes mata dan kulit keduanya positif, maka antitoksin diberikan secara
bertahap (Besredka).
Dosis
Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987) dan
Grossman (1987) menganjurkan dosis 50.000–100.000 u yang diberikan setengah
lewat intravena dan setengahnya intramuskuler. Pemberian lewat intravena
diberikan dengan cara melarutkannya dalam 100–200 cc glukosa 5% dan
diberikan selama 1–2 jam. Di FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama
27
2 hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis 10.000 i.m, sekali pemberian.
b) Antikonvulsan dan sedatif
- Diazepam
Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5
mg/kg.bb/kali i.v. perlahan–lahan dengan dosis optimum 10 mg/kali diulangi
setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral–(sonde
lambung) dengan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali sehari diberikan 6 kali.
- Fenobarbital
c) Antibiotik.
- Penisilin Prokain
28
d) Oksigen: Bila terjadi asfiksia dan sianosis.
e) Trakeostomi
- Koma.
f) Hiperbarik
2.9 Komplikasi
Oleh karena spasme otot–otot pernapasan dan spasme otot laring dan
seringnya kejang menyebabkan terjadi asfiksia. Karena akumulasi sekresi
saliva serta sukarnya menelan air liur dan makanan atau minuman
sehingga sering terjadi aspirasi pneumoni, atelektasis akibat obstruksi oleh
sekret. Pneumotoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat
dilakukannya trakeostomi.
2) Pada kardiovaskuler
29
4) Komplikasi yang lain:
- Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas
dan mengganggu pusat pengatur suhu.
2.10 Pencegahan4
1) Perawatan luka
Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora tetanus.
2) hnunisasi pasif
- 1500–3000 u i.m
- 3000–5000 u i.m.
3) Imunisasi aktif
30
Di Indonesia dengan adanya program Pengembangan Imunisasi (PPI)
selain menurunkan angka kesakitan juga mengurangi angka kematian tetanus.
Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT; DT dan TT.
- DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
- DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun; diberikan pada anak dengan
riwayat demam dan kejang
2.11 Prognosis
1) Masa inkubasi
2) Umur
3) Period of onset
31
Pada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka prognosanya
jelek.
5) Pengobatan
7) Frekuensi kejang
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dilaporkan anak lali-laki berusia 4 tahun, dengan berat badan
17,5 kg dan tinggi badan 112 cm, datang ke UGD RSUD Raden Mattaher rujukan
dari rumah sakit Mitra Medika Batang Hari. Dari anamnesis didapatkan keluhan
utama kejang pada seluruh badan SMRS, dengan keluhan tambahan mulut sulit
dibuka dan sulit menelan , pada waktu kejang mata mendelik,mulut sulit dibuka,
dan tampak kaku pada leher, kejang berlangsung sekitar 15 menit dan ibu
mengatakan bahwa anak tidak sedang mengalami demam ketika kejang, setelah
kejang anak sadar dan tampak gelisah, selain itu anak juga sulit menelan.
Dari pemeriksaan fisik terhadap an.R ditemukan kaku kuduk (+), trismus
(+) dan sulit menelan.
Dari gejala dan tanda klinis yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik pada anak R dapat disimpulkan bahwa an. R menderita Infeksi Closteridium
Tetani yang menyebabkan penyakit tetanus, untuk derajatnya nya dapat
dikateogikan kedalam derajat III karena telah gejala awal yang terjadi pada an. R
diperoleh sebagai berikut : trismus berat ; kejang seluruh tubuh ; peningkatan laju
napas lebih dari 40 kali per menit ; sulit menelan yang berat .
33
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
Clostridium tetani, yang ditandai oleh kejang otot secara paroksismal dan diikuti
kekakuan seluruh badan
Dari manifestasi klinis yang ditimbulkan tetanus dapat dibagi dalam tiga
bentuk diantaranya : Tetanus umum, Tetanus lokal, Tetanus cephalic.
1) Pengobatan Umum
34
DAFTAR PUSTAKA
35