1
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh:
Preseptor,
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Asma Eksaserbasi Akut” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Azwar Djauhari yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. W/Perempuan/38 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SD
c. Alamat : RT.04, Jelmu
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah anak :-
c. Status ekonomi keluarga : Keadaan sosial ekonomi cukup
d. Kondisi rumah : Pasien tinggal bersama suami, kakak ipar,
2 keponakannya di sebuah rumah panggung, dengan atap seng, dinding
dan lantai papan. Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1
kamar mandi. Pencahayaan dan ventilasi dirumah pasien sangat kurang,
pada ruang tamu hanya terdapat 1 jendela, pada kamar tidur terdapat satu
jendela sehingga terkesan lembab dan berdebu. Pasien mengaku jarang
membuka jendela kamar. Pasien juga menggunakan kasur berbahan
kapuk yang telah digunakan ± 2 tahun. Ruang dapur dan kamar mandi
pasien tidak terdapat jendela. Ruang dapur yang tertata kurang rapi dan
tidak begitu bersih Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Sumber air
bersih berasal dari PDAM dan pencahayaan dari PLN.
e. Kondisi lingkungan sekitar rumah : Pasien tinggal di daerah
permukiman yang lumayan padat. Pasien tidak memiliki pekarangan
rumah. Samping dan belakang rumah pasien terdapat rumah tetangga.
5
V. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan sesak nafas sejak 1
hari yang lalu. Pasien mengeluh sesak nafas setelah mengalami batuk. Pasien
mengaku sesak selalu datang apabila pasien mengalami batuk, terpapar oleh asap
rokok, debu, dan cuaca yang dingin. Sesak nafas karena beraktifitas disangkal.
Sesak nafas disertai dengan bunyi “ngik-ngik”.
Pasien juga mengaku mengalami batuk sejak ± 3 hari yang lalu, batuk
berdahak, warna dahak putih kekuningan, dahak tidak berlapis, darah (-). Pasien
juga mengaku tenggorokan terasa gatal. Keringat pada malam hari (-), penurunan
berat badan (-), demam (-), sakit kepala (-), mual dan muntah (-), nafsu makan
biasa. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pasien sudah mengalami keluhan sesak nafas sejak usia 10 tahun. Pasien
mengaku dalam 1 bulan kadang tidak pernah timbul sesak, sehingga pasien tidak
rutin berobat dan tidak mempunyai persediaan obat asma di rumah.
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang
relevan
Pasien memiliki alergi terhadap makanan seperti olahan udang
6
Pasien jarang membuka jendela kamar untuk pencahayaan ataupun
pertukaran udara
Pasien tidak pernah menjemur kasur kapuk yang digunakan pada saat
tidur.
7
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Ekspirasi memanjang (+/+), wheezing (+/+),
ronkhi basah kasar (+/+)
6. Abdomen :
Inspeksi : Datar, sikatriks (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), hepar, lien dan ginjal tidak
teraba
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
X. Pemeriksaan Laboratorium:
-
8
XIV. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang cara
menghindari faktor pencetus
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan
penyakit apabila dalam serangan.
b. Preventif :
Hindari faktor pencetus, seperti cuaca dingin (pakai jaket), makanan,
asap rokok, dll.
Menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Tingkatkan daya tahan tubuh, dengan makan makanan bergizi
Jika batuk segera berobat sehingga tidak menyebabkan asma
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Posisikan badan setengah duduk atau posisi nyaman untuk mengurangi
sesak.
Bernafas di uap panas, atur pola nafas dengan tenang
Minum air hangat
Farmakologi
Salbutamol 3x2 mg
GG 3x100 mg
Tradisional
Timi: Anak lebih besar atau sama dengan 1 tahun dan dewasa: 2 x 1
sendok makan (250 mg ekstrak cair).
d. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah sakit bila
serangan asma semakin memberat.
9
RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
Puskesmas Tahtul Yaman
Pelayangan Seberang
Sebrang Pelayangan
dr. Ririn Octarina
dr. Ririn Octarina
SIP: 216104
SIP: 216104
Tanggal:
Tanggal:
R/
R/
Pro:....................... Umur:............................
Pro:....................... Umur:............................
Alamat:........................................................
Alamat:........................................................
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Tanggal:
Tanggal:
R/
R/
Pro:....................... Umur:............................
Pro:....................... Umur:............................
Alamat:........................................................
Alamat:........................................................
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang termasuk dalam
kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan suatu penyakit
yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus
terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat berubah, baik
secara spontan maupun karena pemberian obat.2
2.2 Epidemiologi
Asma dapat ditemukan pada laki – laki dan perempuan di segala usia,
terutama pada usia dini. Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini
adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada
wanita usia dewasa. Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan gejala
di akhir usia remaja dibandingkan dengan perempuan.
11
2.3 Faktor Resiko
a. Atopi
b. Hipereaktivitas bronkus
Saluran pernapasan sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
c. Jenis Kelamin
Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan
pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia
dewasa.
d. Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI) merupakan faktor
resiko asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran
pernapasan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. Meskipun
mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan penderita obesitas dengan
asma, dapat mempengaruhi gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
12
2.4 Faktor Pencetus4
Asma Allergen
Bagan 2.1. Skema interaksi faktor genetik dan lingkungan pada kejadian asma
13
2.5 Klasifikasi
14
2. Asma saat serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang
digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya
serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan
diterapkan..
Tabel 2.2 Klasifikasi berat serangan asma akut
15
2.6.Patogenesis
16
Asma : Inflamasi kronis Saluran Napas
pemicu
Hiperreaktivitas
2.7 Diagnosis
17
cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya
riwayat alergi.6
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi
saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan
denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.6
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman,
kristal Charcot Leyden).6
Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi
paru. Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma
dapat dinilai dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian
bronkodilator.
b. Uji Provokasi Bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada
penderita dengan gejala sma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji
provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk
membuktikan secara objektif hiperreaktivitas saluran napas pada orang yang
diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi
dengan beban kerja (exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik
seperti metakolin dan histamin.
c. Foto Thoraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain
yang memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas,
pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran
radiologik paru biasanya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
18
2.8 Diagnosis Banding
Bronkitis kronik
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan
sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk yang
disertai sputum dan perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama
kelamaan disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.
Emfisema paru
Sesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan
mengi jarang menyertainya.
Gagal jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada
malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea. Penderita tiba-tiba terbangun
pada malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila
duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.
2.8 Penatalaksanaan
19
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam
waktu satu bulan.5 Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan non-
medikamentosa dan pengobatan medikamentosa :
Penyuluhan
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
1. Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
20
a) Glukokortikosteroid inhalasi
b) Glukokortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks
terapi (efek/efek samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada
steroid oral jangka panjang.
21
Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada asma
persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan
apakah obat ini bermanfaat atau tidak.
d) Metilsantin
Tabel 2.5. Onset dan durasi (lama kerja) inhalasi agonis beta-2
f) Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui
oral. Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal dan menurunkan
bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat
bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi. Kelebihan obat ini adalah
22
preparatnya dalam bentuk tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang
beredar di Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil).
2. Pelega (Reliever)
Aminofillin
Adrenalin
b) Metilsantin
23
c) Antikolinergik
d) Adrenalin
24
Tabel 2.6 Pengobatan sesuai berat asma
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan,
tidak melebihi 3-4 kali sehari.
25
Asma Kombinasi Prednisolon/ metilprednisolon oral selang
Persisten inhalasi sehari 10 mg
Berat glukokortikosteroi
d (> 800 ug BD ditambah agonis beta-2 kerja lama oral,
teofilin lepas
lambat
leukotriene
modifiers
glukokortikoster
oid oral
2.9. Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
2.10 Prognosis
26
berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka
kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga kenyataan
bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih banyak, kalau
serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak – kanak dan mendapat
pengawasan yang cukup kira-kira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh
dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common cold
29% akan mengalami serangan ulang.6
27
BAB III
ANALISA KASUS SECARA HOLISTIK
pertukaran udara
28
- Ruang dapur yang tidak memiliki jendela ataupun ventilasi sehingga asap
- Pasien tidak pernah menjemur kasur kapuk yang digunakan pada saat
tidur.
Serangan asma timbul akibat adanya faktor pencetus. Pada pasien ini
yang dapat disimpulkan sebagai faktor pencetus asmanya adalah kurangnya
pencahayaan serta ventilasi di dalam rumah sehingga keadaan rumah menjadi
lembab dan sirkulasi di dalam rumah tidak baik, serta banyaknya debu di dalam
rumah.
29
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Pasien harus menyadari apa faktor pencetus yang dapat menyebabkan
timbulnya serangan asma pada pasien sehingga pasien dapat menghindari
faktor pencetus, seperti debu, cuaca dingin (dengan menggunakan jaket),
makanan, dll
Membersihkan rumah rutin dan menggunakan alat pelindung diri berupa
masker untuk mencegah debu masuk ke hidung atau mulut, rutin
menjemur kasur tidur
Makan-makanan yang bergizi untuk meningkatkan imunitas tubuh
30
LAMPIRAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32