Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal,
perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.Hasil riset Allan Guttmacher
Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa setiap tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka
ini memberikan bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105
nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan.
Janin : ( Manusia dalam Rahim ) Pengguguran kandungan alias aborsi ( abortus,
bahasa Latin ) secara umum dapat dipilah dalam dua kategori, yakni aborsi alami
( abortus natural ) dan aborsi buatan ( abortus provocatus ), yang termasuk didalamnya
abortus provocatus criminalis, yang merupakan tindak kejahatan dan dilarang di
Indonesia ( diatur dalam pasal 15 ayat 2 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 ).A.Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita berstatus istri yang
bermaksud menghentikan kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang
hamil pra-nikah melakukannya.
Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan terhadap hakikat
kapan kehidupan anak manusia dimulai.Aborsi merupakan masalah yang kompleks,
mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah serta secara spesifik sebagai
masalah biologi. Maraknya berita mengenai aborsi menggugah penulis untuk
mengerjakan tugas makalah Mata Kuliah Ilmu Keperawatan mengenai fenomena Aborsi
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep aborsi dan pandangan dalam islam?
b. Bagaimana konsep cloning dan pandangan dalam islam?
c. Bagaimana konsep bayi tabung dan pandangan dalam islam?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui konsep aborsi dan pandangan dalam islam?
b. Untuk mengetahui konsep cloning dan pandangan dalam islam?
c. Untuk mengetahui konsep bayi tabung dan pandangan dalam islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aborsi
A. Pengertian Aborsi
Secara sederhana kata aborsi adalah mati (gugurnya) hasil konsepsi. Pengertian
aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu
tidak menghendaki kehamilan itu.
Dalam dunia kedokteran disebut Abortus atau aborsi adalah pengakhiran
kehamilan atau konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
B. Jenis – Jenis Aborsi
Aborsi dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat kejadiannya, seperti berikut
ini
a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
anti pasmodica.
d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitualis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.
Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu
sampai dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam;
panas tinggi; ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi
spontan tidak jarang janin keluar dalam keadaan utuh.

2
g. Abortus provokatus (indoset abortion).
Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat,
ini terbagi menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan
membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis,
sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin
sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.
C. Penyebab Aborsi
Dilihat dari kata aborsi pasti beberapa orang berpendapat negatif dengan kata
tersebut, namun dilihat dari ilmu kedokteran tindakan-tindakan aborsi juga perlu
dilakukan apabila calon ibu atau calon anak memiliki memiliki riwayat kesehatan
yang kurang dan akan berakibat fatal bagi si Ibu ,berikut ini beberapa alasan
seseorang melakukan aborsi :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak
bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin
seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi
yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
5. Kehamilan diluar pernikahan yang disebabkan, korban perkosaan, dan sex bebas
yang memang calon si Ibu tidak menginginkan kehamilannya.

3
D. Resiko Kesehatan Terhadap Pelaku Aborsi
Pada umumnya dokter kandungan tidak bisa membantu siapapun menggugurkan
kandungan tanpa alasan yang jelas. Moralitas manusia yang normal tentu juga tidak
akan menghalalkan usaha menggugurkan kandungan ini. Menurut beberapa ahli
kesehatan, ada banyak sekali dampak buruk dari aborsi yang dilakukan dengan
proses yang tidak aman. Dampak tersebut sering sekali menyebabkan kematian pada
ibu hamil.
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi
ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah
terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko Kesehatan dan Keselamatan secara Fisik
ada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of
Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
a. Pendarahan hebat yang dapat menyebabkan kematian.
b. Kematian secara tiba-tiba yang disebabkan karena proses pembiusan yang
gagal
c. Infeksi serius di sekitar Rahim juga rentan sekali menyebabkan kematian.
d. Rahim menjadi sobek.
e. Kerusakan leher Rahim yang dapat menyebabkan cacat pada anak.
f. Kanker payudara.
g. Kanker leher Rahim
h. Kanker indung telur,
i. Kanker hati,
j. Kelainan pada placenta pada kehamilan,
k. Infeksi pada rongga panggul
l. Mandul, dan
m. Infeksi pada lapisan Rahim.

4
2. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.Gejala ini
dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
a. Pandangan Islam Tentang Aborsi
Praktek Aborsi dengan alasan apapun pada dasarnya berstatus haram.
Kendati demikian, praktik aborsi masih dimungkinkan sejauh kondisi darurat
mengancam nyawa ibu atau janin atau keduanya sekaligus.“Status ‘keadaan darurat
yang mengancam’’, ini berangkat dari pertimbangan medis dari tim dokter ahli.
 Aborsi Menurut Hukum Islam
Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi
Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat
dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah
setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka
semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama
fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh.
Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain
Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan

5
karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya
makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu
Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya
Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar
Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur)
maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang
sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru
yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi
eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan
setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru
lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993,
Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995,
Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai
Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah
Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya
melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada
kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan.
Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut
ibumu selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’
selama itu pula, kemudian dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian
ditiupkan ruh kepadanya.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan
Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah
haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini
termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain
didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan.
Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-An’aam
[6]: 151).

6
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
miskin. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (Qs. al-
Isra` [17]: 31).
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara’).” (Qs.
al-Isra` [17]: 33).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan
yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian
berarti aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan
Islam, kecuali dengan alasan yang benar misalkan : dengan kehamilan tersebut
akan membahayakan nyawa ibu yang mengandung.
2.2 Kloning
A. Pengertian Kloning
Antonius Suwanto memberikan pengertian secara ringkas tentang kloning
dengan mengatakan “kata kerja klon dinamakan sebagai upaya mengkopi atau
mengahasilkan klon, lalu ia memberikan pengetian terminologinya dengan
mengatakan “Kloning adalah produksi satu individu atau lebih pada makhluk hidup
yang menghasilkan suatu makhluk hidup yang identik secara genetik.
Dalam bahasa Inggris, kloning yang berasal dari kata cloning, diartikan
sebagai suatu usaha untuk menciptakan duplikat suatu organisme melalui
proses yang aseksual. Atau dengan kata lain kloning berarti penggandaan atau
membuat foto kopi dari suatu makhluk hidup dengan cara-cara aseksual. Istilah
tersebut pada awalnya dipakai dalam dunia tanaman, yang berarti sekumpulan
tanaman yang didapatkan dari pembiakan vegetatif atau pembiakan tanpa
perkawinan seperti pembiakan yang menggunakan stek atau cangkok.
B. Prosedur dan Mekanisme Kloning Manusia
Secara teoritis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk hidup
sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara sistematis. Keempat
tahap itu adalah :
a. Isolasi fragmen DNA
b. Penyisipan fragmen DNA ke dalam Vektor
c. Transformasi
d. Seleksi Hasil Kloning
Dalam tataran aplikasi, rentetan proses kloning dapat dilakukan dengan

7
mengikuti beberapa langkah kongkrit berikut :
1. Mempersiapkan sel sterm, yaitu satu yang akan tumbuh menjadi berbagai
sel tubuh. Diambil dari makhluk hidup yang hendak dikloning.
2. Sel sterm diambil inti selnya yang mengandung informasi genetik
kemudian dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur.
4. Inti sel dari sel sterm diimplementasikan ke sel telur.
5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan.
6. Sel embrio yang terus membelah mulai memisahkan diri dan siap
diimplementasikan ke dalam rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik persis
sama dengan sel sterm donor.
C. Manfaat Kloning Manusia
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia,
khususnya di bidang medis. Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari
teknologi kloning dapat diringkas sebagai berikut :
a. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk
mendapatkan anak.
b. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ
pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko
penolakan.
c. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan jaringan
tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan
bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit
dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya
yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan
ada kemungkinan tumbuh pasar jual -beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
d. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuwan medis untuk menghidupkan
dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk
mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.
e. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan
penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu
manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan

8
membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok
dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

D. Dampak Kloning Manusia dan pandangan dalam Islam


Adapun dampak dan bahaya dari kloning manusia itu ialah sebagaimana
berikut :
1. Masalah Hukum Syari‟ah, dalam hal ini terutama masalah nasab dan hubungan
keluarga Islam sangat memperhatikan hubungan nasab dan kelurga, karena
berkait dengan urusan status dan kewarisan. Dengan proses kelahiran dengan
cara kloning akan timbul kekacauan hukum yang serius. Misalnya seseorang
bisa memesan sel telur pada sebuah bank sel telur yang mungkin sudah
dilengkapi dengan penyedia jasa rahim sewaan. Atau seseorang bisa saja
mempunyai anak tanpa adanya istri maupun suami.
2. Masalah Hubungan Psikologis, Islam juga sangat memperhatikan hubungan
psikologis yang terjalin antara anak dan orangtua. Bila seorang anak lahir dari
hasil kloning, maka akan timbul kesulitan untuk memastikan siapakah sosok
ayah dan sosok ibu yang akan dijadikan tempat perlindungan psikologisnya.
3. Masalah Pertimbangan Moral, kloning pada manusia tidak pernah ditemukan
ayat dan haditsnya secara khusus, baik yang melarang maupun yang
membolehkannya. Jika kloning manusia terbukti akan melahirkan manusia yang
produktif, terutama dalam mengemban amanah beratnya sebagai khalifah di
Bumi, apalagi jika terbukti menurunkan martabat kemanusiaan, maka kloning
dapat ditolak dengan pertimbangan moral.
4. Masalah Keamanaa dan Keselamatan, mengkloning manusia bukan tanpa
resiko, bahkan sangat tinggi resikonya. Dengan tingginya mutasi pada gen
produk kloning, efeknya nanti akan terlihat pada beberapa waktu kemudian.
Resiko cacat dan tidak normal pasti akan terjadi pada anak hasil kloning.
5. Masalah Niat dan Motivasi, sementara kalangan yang mendukung kloning
manusia mengatakan bahwa teknologi ini demi kepentingan umat manusia.
6. Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut
masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil
kloning hanya mempunyai DNA dari donor nucleus saja, sehingga walaupun
nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh
anak tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada

9
hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram
menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning
juga).
Dilihat dari proses kloning manusia yang tak mengindahkan proses
penciptaan Allah atas manusia, maka hukumnya adalah haram. Berikut pendappara
ahli mengenai hal tersebut :
1. Pendapat Muhammad Thanthawi dan Muhammad Jamil al „Amily
menentang kloning manusia dengan alasan upaya mereproduksi manusia
tersebut merupakan pelecehan terhadap kehormatan manusia,dan ini bisa

membuat keguncangan sistem kekeluargaan serta penghinaan dan


pembatasan peran wanita.
2. Muhammad Al al-Juzu (Mufti Lebanon beraliran sunni), menyatakan bahwa
kloning manusia akan mengancam hilangnya sendi kehidupan keluarga,
karena manusia yang lahir bisa jadi tidak mengenal ayah dan ibu atau
silsilahnya. Hal ini karena bisa terjadi pencampuran gen beberapa wanita,
atau pria yang kemudian ditanamkan pada rahim ibu yang berbeda pula.
Pemutusan hubungan silahturahmi sangat bisa terjadi karena memang tidak
jelas hirarki silsilah keluarganya.
3. Farid Washil (mantan Mufti Mesir) sangat menolak kloning manusia karena
bertentangan dengan empat dari lima Maqashid asy-Syar’iyah, yaakni
pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, dan agama. Dalam hal ini kloning
menyalahi pemeliharaan keturunan.
Perlu diingat bahwa pengambilan keputusan hukum dalam Islam mengambil
kaidah “dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih”. Yang artiya menampik
keburukan lebih diutamakan dari pada mendatangkan manfaat. Diriwatkan oleh
Imam Ibn Abbas r.a, bahwasanya Rasulullah SAW, telah bersabda :
“Barang siapa menghubungkan nasab (keturunan) kepada orang yang bukan
ayahnya, atau (seorang budak) bertuan kepada selain tuannya, maka dia akan
mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia”.

Adapun kloning manusia dengan alasan untuk memperbaiki keturunan,


supaya lebih rupawan, lebih cerdas, lebih sehat, lebih kuat dan lain sebgaimananya.
Kloning manusia haram hukumnya. Dalil keharaman adalah sebagai berikut :
1. Hilangya sunnah tanawwu’. Hukum variasi dialam raya. Allah SWT menciptakan

10
alam ini berdasarkan kaidah variasi. Oleh karena itu kita menemui keterangan
tentang variasi tersebut banyak diualang dalam Al- Qur‟an, setelah alam raya dan
manusia diciptakan dengan warna kulit yang berbeda-beda. Praktek kloning pada
manusia bertentangan dengan kaidah sunnah tanawwu’ ini, karena praktek ini
dilakukan dengan cara menciptakan duplikat-duplikat yang baru yang berasal dari
satu orang. Hal ini akan berakibat munculnya banyak problem dalam kehidupan
manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Sebagian problem tersebt
dapat kita ketahui saat ini dan sebagian lagi mungkin akan kita ketahui setelah
beberapa waktu nanti.
2. Akan adanya kerancuan hubungan antara orang yang dikloning dengan hasil
kloningnya. Hasil kloning dari seseorang, walaupun membawa semua sifat tubuh,
otak dan psikologi yang sama, tapi ia hidup setelah terlahirnya orang yang
dikloning dengan jarak tertentu. Meskipun hasil kloning tersebut membawa
semua sifat karakteristik dasar yang sama, namun ia terpengaruh oleh
lingkungan, pendidikan, dan budaya sekitar, maka bisa saja tercipta dengan
praktek kloning orang lain yang ideologi, tindakan, dan wawasannya berbeda.
3. Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut
masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil
kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun
nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak
tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan
darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan
saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu,
menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal
seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan.
Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent,
barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari
suami dan yang mengandung bukan ibunya.
4. Kloning yang bertujuan memproduksi manusia-manusia yang unggul dalam hal
kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi
terhadap para laki-laki dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat unggul
tersebut, tanpa mempertimbangkan apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah
menikah atau belum. Dengan demikian sel-sel tubuh akan diambil dari laki-laki
dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, dan sel-sel telur
11
juga akan diambil dari perempuan-perempuan terpilih, serta diletakkan pada
rahim perempuan terpilih pula, yang mempunyai sifat-sifat keunggulan. Semua
ini akan mengakibatkan hilangnya nasab dan bercampur aduknya nasab.
Islam menolak pandangan yang merusak ilmu penegtahuan, ekonomi,
politik, dan seterusnya. Islam melihat bahwa segala sesuatu didalam hidup ini
harus tunduk dibawah petunjuk dan aturan agama. Karena aturan agama adalah
kalam Allah, dan kalam-Nyalah yang paling tinggi. Secara logis, tindak tanduk
manusia sebagai makhluk harus tunduk di bawah petunjuk dan agama, karena
kalam Allah selamanya adalah kebenaran, kebaikan, keadilan dan keindahan.

2.3 Bayi Tabung


A. Pengertian Bayi Tabung
Inseminasi buatan atau kerap kali disebut dengan bayi tabung merupakan
terjemahan dari Artificial Insemination. Dalam Bahasa Arab disebut dengan al-
talqihal-shina’iy, dalam bahasa Indonesia orang menyebutnya dengan pemanian
buatan, pembuahan buatan, atau penghamilan buatan.3 Saat ini bayi tabung bukanlah
kata yang asing ditelinga masyarakat Indonesia. Assisted Reproductive Technology
atau yang populer dengan teknologi bayi tabung merupakan aplikasi teknologi dalam
bidang reproduksi manusia. Bayi tabung dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF). In Vitro berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam
sedangkan Fertilization adalah bahasa Inggris yang memiliki arti pembuahan.
Jadi bayi tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan
jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam
suatu wadah atau cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus
yang hal ini dilakukan oleh petugas medis. Mungkin karena proses pembuahan
tersebut terjadi di cawan kaca (seolah seperti tabung), akhirnya masyarakat
mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung. Bayi tabung merupakan suatu
teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.
B. Jenis-jenis Proses Bayi Tabung
Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia
kedokteran, antara lain ialah:
a. Gammete Intra Fallopian Transfer (GIFT)
Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT) adalah sebuah teknik penciptaan
kehamilan di mana sel telur yang sudah dipindahkan dari ovarium si wanita akan

12
dikawinkan dengan sel sperma si pria yang sudah dicuci bersih lalu kemudian
sel telur dan sperma tersebut diletakkan dalam tuba fallopi melalui lubang kecil
dalam abdomen si wanita. Lebih ringkasnya Gammete Intra Fallopian Transfer
(GIFT) merupakan usaha mempertemukan sel benih (gamet) antara ovum dan
sperma dengan cara menggelontorkan atau menyemprotkan campuran sel benih
itu memakai kanul tuba ke dalam ampulla.
Sistem ini lebih alami karena pembuahannya terjadi di dalam tubuh, hal ini
dilakukan tepat pada saat wanita mengalami ovulasi (lebih kurang 10-16 hari)
sebelum menstruasi berikutnya. Karena belum ada metode yang tepat untuk
menentukan masa ovulasi, maka sistem ini dilakukan 2-3 kali antara 2 haid
dalam batas waktu di mana ovulasi diduga terjadi. Kemudian baru akan
dilakukan pengambilan dan penempatan semen (sperma) ke dalam
rahim.Tentang penempatan semen ada beberapa kemungkinan, yakni di bagian
atas liang kemaluan (intra vaginal), di sekitar mulut rahim (para cevical), di
saluran leher rahim (inter sevical) dan di dalam rongga rahim (intra uterin). Dua
cara terakhir dilakukan bilamana pada leher rahim ada kelainan yang
menghalangi masuknya sel sperma ke rongga rahim.
Metode Gammete Intra Fallopian Transfer (GIFT) ini sebenarnya bukan
bayi tabung dengan pengertian yang sesungguhnya, karena terjadinya pembuahan
ada di dalam saluran telur si calon ibu sendiri. Sehingga teknik GIFT ini lebih
alamiah karena pembuahan berada dalam saluran telur dalam tubuh si ibu, bukan
dalam tabung.
b. Fertilization in Vitro (FIV)
Fertilization In Vitro yaitu proses inseminasi dengan cara mengambil
sperma suami dan ovum isteri kemudian diproses di Vitro (tabung), dan setelah
terjadi pembuahan lalu ditransfer di rahim.7 Tekniknya adalah fertilisasi yang
dilakukan di luar tubuh di dalam cawan biakan (petri disk), dengan kondisi yang
mendekati alamiah (dalam rahim). Jika berhasil, pada saat mencapai stadium
morula, hasil fertilisasi ditanam ke endoetrium rongga uterus (rahim). Teknik
ini dikenal dengan sebutan bayi tabung yang sesungguhnya, karena terjadinya
pembuahan di luar tubuh.
Adapun prosedur dari teknik Fertilization In Vitro (FIV), terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap pertama: Pengobatan merangsang (stimulasi) indung telur.

13
2. Tahap kedua: Pengambilan sel telur.
3. Tahap ketiga: Pembuahan atau fertilisasi sel telur.
4. Tahap keempat: Pemindahan embrio.
5. Tahap kelima: Pengamatan terjadinya kehamilan.
FIV merupakan teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami
dan sel telur isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar
kandungan (in vitro) sebagai lawan dari di dalam kandungan (in vivo).
Biasanya medium yang digunakan adalah tabung khusus. Setelah beberapa
hari, hasil pembuahan yang berupa embrio atau zygote itu di pindahkan ke
dalam rahim. Sedangkan GIFT relatif lebih sederhana, yaitu sperma yang telah
di ambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke
dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Anak hasil
inseminasi buatan yang diperoleh dari pasangan suami isteri bisa terjadi dari
suatu pembuahan benih dan ovum dengan berbagai kemungkinan sebagai
berikut ini:
1. Benih dari suami dan isteri kemudian ditanamkan dalam rahim si isteri.
2. Benih dari suami dan isteri kemudian ditanamkan dalam rahim wanita lain.
3. Benih dari suami dan dibuahkan dengan ovum wanita lain dan di
tanamkan dalam rahim si isteri.
4. Benih dari si suami dan dibuahkan dengan ovum wanita lain dan
ditanamkan dalam rahim wanita lain.
5. Benih dari laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum si isteri dan
ditanamkan dalam rahim si isteri.
6. Benih dari laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum si isteri dan
ditanamkan dalam rahim wanita lain.
7. Benih dari laki-laki lain (donor) di buahkan dengan ovum wanita lain
dan ditanamkan dalam rahim si isteri.
8. Benih dari laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum seorang isteri
yang lain dari si suami dan ditanamkan dalam rahim si isteri.13
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inseminasi buatan dilihat
dari asal benih sperma yang membuahi ovum ada dua macam, yaitu:
1. Dari sperma suami
Inseminasi yang menggunakan air mani suami hanya boleh dilakukan
jika jumlah spermanya rendah atau suami mengidap suatu penyakit.

14
2. Dari sperma pendonor
Inseminasi ini dilakukan jika suami tidak bisa memproduksi sperma
atau azoospermia atau pihak suami mengidap penyakit kongenital yang
dapat diwariskan kepada keturunannya. Penderma sperma harus melakukan
tes kesehatan terlebih dahulu seperti tipe darah, golongan darah, latar
belakang status physikologi, tes IQ, penyakit keturunan, dan bebas dari
infeksi penyakit menular.
C. Motifasi dilakukannya Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan yang dilakukan untuk menolong pasangan yang mandul,
untuk mengembang biakkan manusia secara cepat, untuk menciptakan manusia
jenius, ideal sesuai dengan keinginan, sebagai alternatif bagi manusia yang ingin
punya anak tetapi tidak mau menikah.
D. Dampak Inseminasi Buatan
Setiap upaya untuk mencapai keberhasilan, selalu memiliki resiko akan
terjadinya kegagalan. Namun impian akan kebahagiaan yang didapat apabila
berhasil, terlalu berharga untuk dilewatkan, sehingga resiko akan terjadinya
kegagalan punakan siap ditanggung. Demikian kiranya pemikiran yang ada dalam
benak setiap pasangan suami isteri yang menjalani inseminasi buatan. Keberhasilan
inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya
sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan
lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya
cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini
bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi
buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang
secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar.
Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down
sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar
pankreas. Selain itu, pada sekitar 5% dari wanita yang mengalami stimulasi ovarium,
terjadi kelainan yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium. Yang mana pada
tingkatan derajat berat dari sindrom hiperstimulasi ovarium, dapat dilihat dengan
adanya gejala seperti napas menjadi cepat dan dangkal, urin menjadi lebih gelap,
nyeri dada, dinding perut menjadi tegang. Seperti diketahui kemampuan berpikir
dan bernalar membuat manusia menemukan berbagai pengetahuan baru.
Pengetahuan itu kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-

15
besarnya. Akan tetapi, sering pula teknologi yang kita hasilkan itu memberikan efek
samping yang memberikan dampak negatif.

E. Bayi Tabung (InseminasiBuatan)dalam Pandangan Hukum Islam


Mengenai hukum dari inseminasi buatan pada manusia bila ditinjau dari
perspektif Islam, maka dapat ditafsil (perinci) sebagai berikut:
1) Inseminasi Buatan dengan Sperma dan Ovum Suami Isteri
Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap
inseminasi buatan pada manusia jika sperma ataupun ovum berasal dari pasangan
suami isteri sendiri. Upaya inseminasi buatan ataupun bayi tabung dibolehkan
dalam Islam, manakala perpaduan sperma dengan ovum itu bersumber dari
suami isteri yang sah (Inseminasi Homolog) yang juga disebut juga dengan
artificial insemination husband (AIH).19 Inseminasi Homolog dan bayi tabung
tidak melanggar ketentuan agama, karena adanya maksud hanya menempuh
jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan memeperoleh keturunan tanpa melalui
prosedur senggama, karena tidak dapat membuahi dan dibuahi. Untuk lebih
jelasnya penulis akan kemukakan beberapa pendapat ulama, organisasi dan
lembaga Islam mengenai hukum dari inseminasi buatan dengan sperma dan
ovum yang berasal dari pasangan suami isteri sebagai berikut:
a) KH. Hasan Basri mengemukakan bahwa:
Proses kelahiran melalui teknik bayi tabung menurut agama Islam itu
dibolehkan dan sah, asal yang pokok sperma dan sel telurnya dari pasangan
suami isteri. Hal ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang
menjurus kepada bayi tabung dengan positif patut disyukuri. Dan ini
merupakan karunia Allah swt. sebab bisa dibayangkan sepasangan suami
isteri yang sudah 14 tahun mendambakan seorang anak bisa terpenuhi.20
b) Nahdlatul Ulama dalam keputusan Munas alim ulama di Kaliurang
Yogyakarta, memutuskan bahwa apabila mani yang di tabung itu mani suami
isteri dan cara mengeluarkannya termasuk muhtarom, serta dimasukkan ke
dalam rahim isterinya sendiri, maka hukumnya boleh.
c) Peserta muktamar tarjih Muhammadiyah XXI di Klaten berpendapat, bahwa
bayi tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami isteri yang
sah hukumnya mubah, dengan syarat sebagai berikut:

16
1. Teknis pengambilan sperma dengan cara yang tidak bertentangan dengan
prinsip ajaran Islam.
2. Penempatan zigote sebaiknya dilakukan oleh dokter wanita.
3. Resepian adalah isteri sendiri.
d) Majelis Ulama Indonesia mengemukakan, bahwa inseminasi buatan atau bayi
tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami isteri
yang sah secara muhtaram, dibenarkan oleh Islam, selama mereka dalam
ikatan perkawinan yang sah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa inseminasi buatan
apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami isteri sendiri dengan cara
muhtarom dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk
isterinya yang lain (bagi suami yang berpologami), maka Islam membenarkan.
Kebolehan hal ini baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus isteri, maupun dengan dengan cara
pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam
di dalam rahim isteri, asal keadaan kondisi suami isteri yang bersangkutan benar-
benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan
cara pembuahan alami suami isteri tidak dapat memperoleh anak.Konferensi fiqih
Islam gelombang dua yang diadakan pada tahun 1404 H, membolehkan dua
bentuk inseminasi buatan. Pertama, metode yang di dalamnya nutfah dari seorang
laki-laki yang beristeri diambil, lalu di suntikkan ke dalam rahim atau vagina
isterinya sendiri. Kedua, metode di dalamnya benih laki-laki dan wanita diambil
dari pasangan suami isteri, dan pembuahan keduanya diadakan secara eksternal di
dalam tabung eksperimen, lalu hasil pembuahan ditanam dalam rahim isteri
pemilik sel telur. Bentuk ini tidak boleh digunakan kecuali dalam kondisi yang
sangat darurat.
Begitu juga bagi pasangan suami isteri yang dalam kondisi mandul, mereka
sangat merasa kesulitan akibat tidak hamil dengan cara senggama, padahal mereka
sangat menantikan akan kehadiran seorang anak demi terpeliharanya keturunan di
antara keduanya. Dengan demikian, untuk tercapainya tujuan kehamilan bagi
pasangan yang mandul, maka perlu ditolong oleh dokter ahli dengan cara
inseminasi buatan, yang diambil dari zat sperma dengan ovum suami isteri yang
sah. Kaidah ini berlandaskan dengan Hadits Nabi saw.yang Artinya:

17
“Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan tidak boleh memudharatkan
orang lain”
Dari dalil di atas Fakhr al-Din al-Razi menjelaskan bahwa kata Dlarar
adalah sebuah perasaan sakit atau tidak nyaman yang terbesit dalam hati. Disebut
perasaan sakit, karena bila menimpa diri kita maka hati akan merasa sakit, disebut
tidak enak karena baik fisik atau psikis (jiwa) akan merasakan ketidak nyamanan
saat ditimpa bahaya tersebut. Dalam al-Mashul, al-Razi menjelaskan lebih lanjut
bahwa, yang dimaksud dengan perasaan sakit dalam hati (‘alam al-qolb) secara
istilah adalah tertekannya hati yang disebabkan oleh tekanan aliran darah disekitar
hati.
Perlu menjadi catatan di sini bahwa bayi tabung telah berkembang pesat di
Barat, tetapi bukan untuk mencari jalan keluar bagi pasangan suami istri yang
tidak bisa mempunyai anak secara normal, tetapi mereka mengembangkannya
untuk proyek-proyek maksiat yang diharamkan di dalam Islam, bahkan mereka
benar-benar telah menghidupkan kembali pernikahan yang pernah dilakukan
orang-orang jahiliyah Arab sebelum kedatangan Islam, yaitu para suami
menyuruh para istri untuk datang kepada orang-orang yang mereka anggap cerdas
dan pintar atau pemberani agar mereka mau menggauli para istri tersebut dengan
tujuan anak mereka ikut menjadi cerdas dan pemberani. Hal sama telah dilakukan
di Amerika dimana mereka mengumpulkan sperma orang-orang pintar dalam
bank sperma, kemudian dijual kepada siapa yang menginginkan anaknya pintar
dengan cara enseminasi buatan dan bayi tabung.Subhanallah sekali ya teman-
teman,kaum kafir tidak henti- hentinya terus mencari cara untuk menyerang kita,
salah satunya dengan teknologi bayi tabung ini.Sedangkan menurut Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan
sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh).
Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari
pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. Itu hukumnya
haram. Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan
masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. Para ulama MUI dalam
fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami
yang telah meninggal dunia hukumnya haram. Sebab, hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam

18
hal kewarisan. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan
ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya
secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya
sama dengan hubungan kelamin antarlawan jenis di luar penikahan yang sah alias
zina.
Maka dapat kita simpulkan bahwa Bayi tabung itu di bolehkan (Mubah)
jika sperma dan sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah. Bayi tabung
diharamkan jika:
1. Sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. Penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di
rahim perempuan lain
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia.
2) Dari sini dapat dipahami bahwa setiap perbuatan yang menyakitkan hati atau
menggusarkan perasaan adalah termasuk kategori Dlarar. Begitu juga bagi
pasangan suami isteri yang mandul, tentunya akan menggusarkan perasaan
keduanya karena tidak adanya kehadiran seorang anak yang selama ini mereka
dambakan. Sehingga masalah ini masuk kategori Dlarar yang dapat
membolehkan perkara yang diharamkan.
3) Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manakala penghamilan
itu dengan benih sperma suami untuk pembuahan ovum isterinya, maka yang
demikian itu masih dibenarkan oleh hukum dan syari’at yang diikuti oleh
masyarakat yang beradab. Pada inseminasi buatan yang menggunakan sperma dan
ovum dari suami isteri dijamin tidak akan menimbulkan masalah pada semua
aspek, baik dari aspek nasab ataupun waris, bahkan hal itu merupakan suatu cara
pemecahan untuk membantu pasangan mandul untuk mendapatkan keturunan
yang sah. Hukum yang telah digariskan oleh agama Islam mengenai bayi tabung
ini sudah sangat jelas dan sesuai dengan logika kita. Bayangkan saja jika anak
yang dihasilkan dari bayi tabung tersebut berasal dari sperma dan ovum pasangan
suami istri yang tidak sah, secara akal sehat juga hal tersebut termasuk kedalam
perzinahan, oleh karena itu hukumya haram. Tetapi jika sperma dan sel telurnya
berasal dari suami istri yang sah, hanya tempat untuk melakukan pembuahan
tidak berada di dalam rahim wanita tapi di suatu wadah khusus (tabung) yang
dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat pembuahannya yang

19
asli yaitu rahim. Temperatur dan situasinya juga dibuat sama dengan aslinya
makanya hukumnya mubah atau boleh-boleh saja.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga
problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat. Maka
pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamental-radikal, yang
intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban Barat dengan
menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang bertentangan dengan
Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil.
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin. Untuk janin
yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat. Jadi ini memang
masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat yang rajih (kuat) adalah
jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari
usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.
Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Wallahu a’lam [M. Shiddiq al-Jawi].
Antonius Suwanto memberikan pengertian secara ringkas tentang kloning dengan
mengatakan “kata kerja klon dinamakan sebagai upaya mengkopi atau mengahasilkan
klon, lalu ia memberikan pengetian terminologinya dengan mengatakan “Kloning adalah
produksi satu individu atau lebih pada makhluk hidup yang menghasilkan suatu makhluk
hidup yang identik secara genetik.
Maka dapat kita simpulkan bahwa Bayi tabung itu di bolehkan (Mubah) jika
sperma dan sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah. Bayi tabung diharamkan
jika:
1. Sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. Penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim
perempuan lain
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia.
3.2 Saran

20
Saran bagi penulis, jika diantara kalian ada yang berfikir akan melakukan tindakan
Aborsi, cloning, dan bayi tabung! Fikirkanlah dampak kesehatan untuk diri kalian di masa
yang akan datang dan pertahankanlah karunia Allah swt yang telah diberikan kepada
kalian sebagai anugrah terindah yang tak bersalah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, al-Khatib Yahya, Fikih Wanita hamil, Jakarta Timur: Qithi Press, 2008.
Ahmad, Beni. Ilmu Ushul Fiqh Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009
Al-Munawar, Said Agil Husin. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial.Cet. I; Jakarta:
Penamadani, 2004.
Http://pengertianbahasa.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-analisis.html, akses23/03/2017.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012)
Mahjuddin, Masa’ilul Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia, 2007
Setiawan, Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan, Jakarta: TransInfo Media, 2010.
Shidiq, Shapiuddin. Fikih Kontemporer, Edisi I; Cet. I; Jakarta: Prenada media Group, 2016.
Siregar, Bismar. Bayi Tabung Ditinjau Dari Aspek Hukum Pancasila, Makalah pada
Simposium tentang: “Eksistensi Bayi Tabung Ditinjau dari Aspek Medis, Hukum,
Agama, Sosiologi, dan Budaya, Surakarta: F. H. UNISRI, t.th.
Tim PW LTN NU Jatim, Ahkamul Fuqoha Solusi Problematika Aktual Hukum Islam,
Surabaya: LTN NU Jatim, 2008.
Yosep,Iyushttps://keperawatanreligionrosanadwirianti.wordpress.com/2013/06/04
/pengertian-dan-sejarah-bayi-tabung/ diakses tanggal 15 Juli 2017.
Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997. Zuhdi,
Masjfuk. Pengantar Hukum Syari’ah (Jakarta: Haji Masagung, 1987

21

Anda mungkin juga menyukai