Anda di halaman 1dari 13

Abortus dalam Kaitannya dengan Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal

PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah
desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula
saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Sebab ketentuan
yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya dengan kontribusi yang hendak
diberikannya kepada peradilan khususnya dalam menentukan adanya tindak pidana
“Aborsi”.(1)

Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran


kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya
kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu,
atau bahaya kelainan kongenital yang hebat). Amerika melarang penguguran kandungan
yang ilegal, yaitu selain yang dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu.
Sedangkan Jepang membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-
negara Erope Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit
tanpa keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14
hari hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh dokter,
tidak diancam hukuman.(2)

Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang
merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar diharapkan adanya laporan
abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi (si
ibu sakit berat/mati) atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya (dalam hal izin).(2)

MASALAH KLASIK

Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa.
Dari segi kesehatan secara alami terjadi keguguran pada 10 – 15 % kehamilan. Di lain
pihak ada keadaan yang memaksa pengguguran kandungan yang harus ditempuh
(provokasi) untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran
dilakukan bukan untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah yang menjadi permasalahan
karena dalam pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan abortus bertentangan
dengan kaidah yang baik.(3)

Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan baru ini
tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan yang
didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu
permasalahan yang dihadapi di akhir kehidupan.(3)
Dalam KUHAP KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan
abortus, termasuk untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Yang ada hanya ketentuan yang
melarang dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHAP KUHP pasal
299, 346, 347 dan 348. baru sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
tehnis berupa Peraturan Pemerintah dan peraturan lain masih belum diterbitkan.(3)

Permasalahan abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang kedokteran forensik,


tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah dalam hukum
kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam keadaan apa,
dimana, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam bidang kedokteran
forensik tertuju kepada pemeriksaan dan pembuktian bagaimana pengguguran kandungan
dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-lain.(3)

DEFINISI

Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran dan
keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di
luar kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah
sebelum 28 minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram.(4)

JENIS ABORTUS

Abortus dapat dibagi atas 2 kelompok, yakni :(1,3)

1) Abortus alami (natural, spontaneus), merupakan 10-12% dari semua kasus abortus.

2) Abortus buatan (provocation), merupakan 80% dari semua kasus abortus.

a) Legal

b) Kriminal

Abortus buatan legal artinya pelaku abortus dapat melakukan tanpa ada sanksi hukum.
Indikasi dalam keadaan apa saja abortus legal ini dapat dilakukan mempunyai rentang
panjang, yaitu dari indikasi yang sempit (absolut, terbatas hanya untuk menyelamatkan
jiwa ibu) sampai luas (cukup hanya atas permintaan), tergantung dari kebijaksanaan
masing-masing negara.(3)

KEJADIAN ABORTUS

Jatipura dkk memperoleh 31,4% abortus per 100 kehamilan di RSCM selama
1972-1975. Budi Utomo dkk memperhitungkan angka aborus spontan menurut WHO
(15-20 per 100 kehamilan), menyimpulkan bahwa kira-kira separuh dari abortus tersebut
adalah provokatus.(2)
Knight menyatakan bahwa abortus provokatus terjadi pada kira-kira 40% dari seluruh
abortus, meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi.(2)

ISTILAH ABORTUS

Secara klinis di bidang medis dikenal istilah-istilah abortus sebagai berikut :(1,6)

a) Abortus Imminens, atau keguguguran mengancam. Pasien pada umumnya dirawat


untuk menyelamatkan kehamilannya, walaupun tidak selalu berhasil.

b) Abortus Insipiens, atau keguguran berlangsung atau dalam proses keguguran dan
tidak dapat dicegah lagi

c) Abortus Incomplet, atau keguguran tidak lengkap. Sebagian buah kehamilan telah
dilahirkan tetapi sebagian lagi belum, biasanya ari-ari masih tertinggal dalam rahim

d) Abortus Complet, atau keguguran lengkap. Apabila seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan secara lengkap

e) Missed Abortion, atau keguguran tertunda, ialah keadaan dimana janin telah mati di
dalam rahim sebelum minggu ke-22 kemudian tertahan di dalam selama 2 bulan atau
lebih

f) Abortus Habitualis, atau keguguran berulang, ialah abortus yang telah berulang dan
terjadi tiga kali berturut-turut

KLASIFIKASI BERAKHIRNYA KANDUNGAN

Dalam klinik untuk berakhirnya suatu kandungan ada beberapa sebutan :(3,6)

1. Abortus, lahir dibawah umur 20 minggu (sebelum minggu ke-16), masih


berbentuk embrio (mudghah), berat kurang dari 500 gram.
2. Partus Immaturus, lahir sebelum 28 minggu, berat badan di bawah 1500 gram
berbentuk janin (foetus), harapan untuk hidup kecil sekali.
3. Partus Prematurus, lahir sebelum bayi cukup umur dengan berat di bawah 2500
gram, harapan hidup lebih baik walaupun tanpa perawatan khusus.
4. Partus Maturus (aterm), cukup umur, 36-40 minggu, berat dari 2500-3500 gram
atau lebih, panjang 15-50 cm.
5. Partus Serotinus, umur lebih dari 40 minggu. Bila lebih dari 42 minggu, kesehatan
plasenta kembali menurun dan bayi harus dikeluarkan, bila tidak bisa mengancam
kehidupannya, dengan memberikan obat pada ibu untuk memicu kontraksi rahim,
his.
MANUSIA DALAM KANDUNGAN

Jika yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses pengguguran
kandungan adalah adanya seorang wanita yang hamil, maka persoalan yang timbul dan
mesti dipecahkan adalah kapankah seorang wanita dianggap hamil, serta kapan
sesungguhnya dimulainya kehidupan manusia dalam perut seorang ibu, sehingga dengan
mengetahui saat adanya kehidupan tersebut kita dapat menentukan ada atau tidaknya
penguguran kandungan.(1)

Dr. Ny. Surya Agung Susilawati R.H. (1994) menyatakan bahwa tentang tanda-
tanda kehamilan dapat diketahui melalui tanda yang pasti dan yang masih bersifat
kemungkinan.(1)

Tanda-tanda yang pasti meliputi:(1)

• Terdengar bunyi jantung anak


• Dapat dilihat, diraba atau didengar pergerakan anak
• Rangka janin dapat dilihat melalui pemeriksaan sinar rontgen oleh pemeriksa

Sementara tanda-tanda yang masih berupa kemungkinan meliputi :(1)

• Tanda objektif (oleh pemeriksa)


• Tanda subjektif (yang dirasakan oleh ibu) seperti: tidak haid “amenorrhoe”,
muntah dan mual, ibu merasakan pergerakan anak, sering kencing, perasaan dada
berisi dan agak nyeri

ABORTUS DALAM PERSPEKTIF TEORI KEDOKTERAN

Peristilahan aborsi sesungguhnya tidak kita temukan pengutipannya dalam Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana). Dalam KUHPidana hanya dikenal istilah
pengguguran kandungan.(1)

Istilah “aborsi” yang berasal dari kata abortus, bahasa latin, artinya “kelahiran
sebelum waktunya”. Sinonim dengan itu, kita mengenal istilah “kelahiran yang prematur”
atau miskraam (Belanda), keguguran. Terjadinya aborsi bisa secara alami dan tidak
disengaja, bisa juga karena disengaja, dengan menggunakan obat-obatan dan cara-cara
medis tertentu, tradisional maupun moderen. Yang disengaja itu istilahnya abortus
provokatus, atau istilah Indonesianya pengguguran. Sedangkan yang tidak disengaja,
istilahnya keguguran.(1)

Bila kita melihat ke belakang, sebenarnya abortus itu bukan barang baru di muka
bumi, termasuk Indonesia. Penguguran kandungan (abortus provocatus) telah sejak lama
dikenal dan dilakukan oleh para wanita hamil, dan sangat boleh jadi telah terjadi secara
universal pada hampir semua kebudayaan bangsa.(1)
Sebuah catatan kedokteran kuno yang ditulis 5000 tahun lalu, menginformasikan
bahwa di negeri Cina telah dikenal anjuran untuk meminum air raksa bagi para wanita
hamil untuk menggugurkan kandungannya. Hippocrates sendiri telah menganjurkan
gerakan badan yang luar biasa sebagai cara terbaik untuk menggugurkan kandungan.(1)

ABORTUS DALAM PERSPEKTIF HUKUM

Menurut hukum, penguguran kandungan adalah tindakan penghentian kehamilan


atau mematikan janin sebelum waktunya kelahiran, tanpa melihat usia kandungan. Ini
terlihat dari ketentuan undang-undang sebagai berikut :

KUHP Pasal 299 (1,3,5,6)

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, atau
pidana denda paling banyak empat puluh ribu rupiah

2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga

3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian,


maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian tersebut

KUHP Pasal 346 (1,3,5,6)

Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau memastikan kandungannya atau


menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun

KUHP Pasal 347 (1,3,5,6)

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, iancam dengan


pidana penjara paling lama lima belas tahun

KUHP Pasal 348 (1,3,5,6)

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam paling lama
tujuh tahun

KUHP Pasal 349 (1)

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.

Dalam KUHP Pasal 299 terlibat tiga orang: (6)

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati

2) Barang siapa meyuruh supaya diobati

3) Pasien sendiri

Seorang abortur adakalanya tidak bekerja sendirian, tetapi mempunyai seorang


pembantu, seorang kaki tangan atau seorang calo, untuk orang inilah berlaku: barang
siapa menyuruh supaya diobati. Yang penting dalam pasal ini: diberitahukan atau
ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan. Si
perempuan dalam pasal ini tidak perlu hamil, tetapi cukup bahwa dia merasa hamil. Obat
yang diberikan tidak perlu harus mujarab, dapat diberikan secangkir air yang sudah diberi
mantra, yang penting adalah memberikan atau menimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan. Bila si perempuan memang hamil berlakulah
KUHP pasal 346 dan yang lain.(6)

Yang diancam dengan hukuman adalah: (6)

1) Si perempuan sendiri yang hamil

2) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan

Pada butir (1) si perempuan tidak perlu melakukan sendiri penguguran itu, tetapi ia
dapat menyuruh orang lain untuk itu. Untuk orang lain itu kemudian berlaku butir (2).(6)

Dalam ketiga pasal dijumpai: (6)

• Dengan sengaja mematikan kandungan


• Dengan sengaja menggugurkan kandungan

Mematikan kandungan berarti mematikan anak dalam kandungan yang masih hidup.
Karena anak yang dikeluarkan sudah mati, maka pembuktian bahwa anak masih hidup
dalam kandungan sulit dilakukan, bahkan mungkin tidak dapat dilakukan. Dengan
sengaja menggugurkan kandungan yang dinilai adalah perbuatan. Di rumah sakit, bila
anak dalam kandungan sudah mati, dokter tidak tergesa-gesa mengeluarkannya, kecuali
ada indikasi untuk itu, seperti pendarahan yang parah, bahaya infeksi yang mengancam
sang ibu. Biasanya anak yang mati dalam kandungan akan lahir sendiri, sebab anak yang
mati merupakan benda asing bagi ibunya. Jarang sekali anak yang mati dalam kandungan
tidak dikeluarkan, tetapi cairan dalam tubuh anak kemudian diserap, diabsorpsi, sehingga
anak menjadi keras membatu: lithopedion.(6)

Dalam pasal mengenai pengguguran tidak disinggung tentang umur anak dalam
kandungan, ini berarti pengguguran dapat dilakukan sejak dari saat pembuahan sampai
anak hampir dilahirkan. Anak yang digugurkan tidak perlu selalu mati setelah keluar dari
rahim, ini dapat terjadi bila pengguguran dilakukan pada kandungan 28 minggu.(6)

EMPAT MACAM ABORTUS MENURUT PROSES TERJADINYA

Abortus dapat menjadi empat macam tipe, yaitu : (4,5)

• Abortus yang terjadi secara spontan atau natural

Hal mana dapat disebabkan karena adanya kelainan dari mudigah atau fetus maupun
adanya penyakit pada ibu.

Diperkirakan antara 10-20% dari kehamilan akan berakhir dengan abortus secara
spontan, dan secara yuridis tidak membawa implikasi apa-apa. Sekitar 1/3 dari fetus yang
dikeluarkan tersebut perkembangannya normal tidak terdapat kelainan.

• Abortus yang terjadi akibat kecelakaan

Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami rudapaksa, khususnya rudapaksa di
daerah perut, akan dapat mengalami abortus; yang biasanya disertai dengan perdarahan
yang hebat. Kecelakaan yang dapat terjadi karena si ibu terpukul, shock atau rudapaksa
lain pada daerah perut, hal mana biasanya jarang terjadi kecuali bila si-ibu mendapat luka
yang berat.

Abortus yang demikian kadang-kadang mempunyai implikasi yuridis, perlu penyidikan


akan kejadiannya.

• Abortus provocatus medicinalis atau abortus theurapeticus

Yaitu penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan si-ibu baik agar nyawanya
dapat diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas dasar pengobatan (indikasi medis),
biasanya baru dikerjakan bila kehamilan mengganggu kesehatan atau membahayakan
nyawa si ibu, misalnya bila si ibu menderita kanker atau penyakit lain yang akan
mendatangkan bahaya maut bila kehamilan tidak dihentikan.
Dengan adanya kemajuan di dalam dunia kedokteran, khususnya kemajuan pengobatan
maka kriteria penyakit yang membahayakan atau dapat menyebabkan kematian si ibu
akan selalu mengalami perubahan, hal mana tentunya akan memberi pengaruh didalam
penyidikan khususnya perundang-undangan pada umumnya, demikian pula dengan
definisi sehat menurut WHO dimana selain sehat dalam arti jasmani/fisik juga termasuk
sehat dalam arti kata rohani dan keadaan sosial-ekonomi dari si ibu. Dengan demikian
didalam menghadapi kasus semacam ini penyidik harus memahami permasalahan, bila
perlu penyidik meminta bantuan kepada organisasi proteksi yang bersangkutan.

• Abortus provocatus criminalis atau abortus kriminalis

Yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis yang dapat
dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas tindakan
penguguran kandungan di sini semaa-mata untuk tujuan yang tidak baik dan melawan
hukum. Tindakan abortus tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis, dan dilakukan
hanya untuk kepentingan si-pelaku, walaupun ada kepentingan juga dari si-ibu yang malu
akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini sulit untuk melacaknya oleh karena kedua belah
pihak menginginkan agar abortus dapat terlaksana dengan baik (crime without victim,
walaupun sebenarnya korbannya ada yaitu bayi yang dikandung).

ABORTUS PROVOKATUS TERAPEUTIK

Di klinik, untuk menolong nyawa si ibu, kadang-kadang kandungan perlu diakhiri.


Indikasi untuk pengguguran ini, abortus terapeutik, harus ditentukan oleh dua orang
dokter: seorang ahli kandungan dan seorang ahli penyakit dalam atau ahli penyakit
jantung. Dalam hal ini sangat diperlukan persetujuan tertulis yang bersangkutan dan
suami.(6)

Indikasi untuk melakukan abortus terapeutik di rumah sakit yang perlengkapannya


moderen adalah lebih terbatas atau lebih sempit dari rumah sakit daerah atau puskesmas.
Dalam melakukan abortus terapeutik dokter tidak dipidanakan karena alasan pemaaf
tersebut dalam KUHP pasal 48.(6)

Di luar negeri juga dilakukan abortus terapeutik, bila janin dalam kandungan cacat
berat dalam fisik maupun mental seperti mongolisme, nterseks, ibu sewaktu hamil muda
menderita rubella atau German measles.(6)

Keadaan lain adalah, bila seorang perempuan hamil karena kejahatan kesusilaan
atau karena hamil sumbang, incest/bloedschande, bila perempuan menolak
kandungannya. Seyogianya sudah waktunya untuk membuat peraturan yang mengatur
abortus terapeutik.(6)

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS


Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan untuk
kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu. Secara hukum tindakan ini
melanggar ketentuan yang berlaku.(3)

Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan bantuan
orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain). Tindakan ini biasanya
dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil.
Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai minggu ke-10. Pada waktu ini
mungkin disertai gejala mual pagi hari (morning sickness). Sekarang kecurigaan adanya
kehamilan dapat diketahui lebih dini karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat
mendiagnosa kehamilan secara pasti. (3)

METODE YANG SERING DIPERGUNAKAN DALAM ABORTUS

Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus provocatus


yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan
bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk menjelaskan
adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada
si-ibu. Metode-metode yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan umur kehamilan,
semakin tua umur kehamilan semakin tinggi resikonya. Hal ini perlu diketahui penyidik
dalam kaitannya dengan pengumpulan barang-barang bukti.(5)

• Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu (4,5)

- Kerja fisik yang berlebihan

- Mandi air panas

- Melakukan kekerasan pada daerah perut

- Pemberian obat pencahar

- Pemberian obat-obatan dan bahan-bahan kimia

- “electric shock” untuk merangsang rahim

- Menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina

• Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu (4,5)

- Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar agar terjadi
peningkatan “menstrual flow”, dan preparat hormonal guna mengganggu keseimbangan
hormonal

- Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari placenta dan amnion,
atau menyuntikkan cairan yang mengandung karbol (carbolic acid)
- Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter atau pinsil dengan
maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang dapat berakhir dengan abortus

• Pada umur kehamilan antara 12 – 16 minggu (4,5)

- Menusuk kandungan

- Melepaskan fetus

- Memasukkan pasta atau cairan sabun

- Dengan instrumen ; kuret

Obat-obatan dalam abortus

Tujuan pemakaian berbagai macam jamu dan obat adalah memberi peredaran darah
yang berlebihan di perut bagian bawah, hiperemia, sehingga rahim menjadi peka dan
mudah berkontraksi atau membuat perut merasa mulas, kejang dan rahim ikut
berkontraksi. (6)

Dalam masyarakat pengguna obat tradisional seperti nenas muda, jamu peluntur
dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media elektronik
beberapa obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat terlambat datang
bulan; dilarang untuk wanita hamil dan lain-lain. (3)

Abortivum, obat yang sering dipakai untuk pengguguran dapat dibagi dalam
beberapa golongan:

1. Obat yang menyebabkan muntah, emetikum (6)


2. Obat yang menyebabkan murus, purgativum, pencahar. Obat yang bekerja melalui
traktus digestivus seperti pencahar yang bekerja cepat, castor oil, dan lain-lain,
menyebabkan peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga
mempengaruhi hasil konsepsi. (3,6)
3. Obat yang menyebabkan haid menjadi lancar, obat peluruh haid, emenagogum.
Emenagoga yang merangsang atau memperlancar haid seperti apiol, minyak pala,
oleum rutae. (3,6)
4. Obat yang menyebabkan otot rahim menjadi kejang, ekbolikum. Ecbolica
membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina, ekstrak pituitari, estrogen.
Obat-obatan ini, untuk tujuan abortivum harus dipergunakan dalam dosis tinggi
sehingga dapat menimbulkan bahaya. (3,6)
5. Garam logam timah hitam yang menyebabkan kandungan mati setelah beberapa
minggu. (6)
6. Obat-obat yang meningkatkan sirkulasi darah di daerah panggul sehingga
mempengaruhi uterus seperti ekstrak cantharidium. (3)
7. Obat-obat iritan seperti arsenik, fosforus, mercuri dan lain-lain. (3)
Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada, kebanyakan obat
malah menyebabkan si ibu mengalami intoksikasi. (6)

KEMUNGKINAN YANG DAPAT TERJADI PADA ABORTUS (5)

1. Fetus atau janin yang mati atau dirusak itu keluar tanpa mengganggu kesehatan
ibu.
2. Terjadi komplikasi pada ibu: kejang, diare, perdarahan dan kondisi kesehatan
yang kritis.
3. Kematian yang berlangsung cepat, yang dimungkinkan karena terjadinya: syok
vagal, perdarahan hebat dan emboli udara.
4. Kematian yang berlangsung lambat (dua hari atau lebih) setelah abortus, yang
pada umumnya disebabkan oleh infeksi ginjal, infeksi umum, keracunan, syok,
perdarahan hebat dan emboli.

KOMPLIKASI ABORTUS

Komplikasi yang dapat terjadi pada si-ibu adalah terjadinya perdarahan hebat,
kejang, infeksi dan kematian. Kematian dapat berlangsung dengan cepat, hal mana
disebabkan oleh karena terjadinya syok vagal (kematian secara refleks akibat
perangsangan pada daerah rahim dan genitalia pada umumnya), pendarahan hebat dan
terjadinya emboli udara (udara masuk ke dalam pembuluh balik dari luka-luka pada
daerah rahim menuju jantung dan menyumbat pembuluh nadi paru-paru). (4)

Penyulit yang mungkin timbul adalah :

• Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan. (2,3,4,5,6)
• Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah
seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. (2,3,4,5)
• Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan kedalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang sama sistem vena di
endometerium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
menyebabkan kematian, sedangkan jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat
mematikan dengan segera. (2,3,4,5)
• Inhibisi vagal, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin. (2,6)
• Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia.(2)
• Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu. (2,3,6)
• Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran listrik lokal. (2)

PEMBUKTIAN PADA KASUS ABORTUS

Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu merupakan akibat
dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya, diperlukan petunjuk-petunjuk : (4,5)

- Adanya kehamilan

- Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian medis

- Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian

- Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan saat kematian

- Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus sesuai dengan
metode yang dipergunakan

- Alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri

PEMERIKSAAN KORBAN HIDUP

Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang
dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh
Sp.OG. (3)

Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi
dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri
tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda
tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera
sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu
pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan
yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian hubunga ibu dan janin. (3)

PEMERIKSAAN POST MORTEM

Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam (autopsi).


Pemeriksaan ditujukan pada: (3)

1) Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk ini
diperiksa :

1. Payudara secara makros maupun mikroskopis


2. Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik
3. Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik
adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua

2) Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan

1. Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir
2. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril
3. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri

3) Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok, emboli


udara, emboli cairan atau emboli lemak.

Anda mungkin juga menyukai