Anda di halaman 1dari 17

BED SIDE DEATH

ABORTUS DAN PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)


SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman

Disusun oleh:
Rd. Tiara Indah P 12100118186
Wildan 12100118123

Preseptor:
Ihsan W., dr., Sp.F

SMF ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS BHAYANGKARA SARTIKA ASIH
2018
ABORTUS
2.1 Definisi
Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran
dimana keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat
hidup sendiri di luar kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima
didalam abortus adalah ada yang mengatakan sebelum 28 minggu dan berat badan
fetus yang keluar kurang dari 1000 gram, ada juga yang mengatakan sebelum 20
minggu dan berat badan fetus kurang dari 500 gram.
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan
menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran
kehamilan tersebut lahir hidup atau mati (yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April
1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu penngguguran kehamilan
dilakukan, kandugan tersebut masih hidup. Pengertian penguguran kandungan
menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian pengertian abortus menurut
kedokteran, yaitu adanya factor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia
kehamilan.

2.2 Epidemiologi
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara. Survei yang dilakukan di beberapa
klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus
dilakukan 89% pada wanita yang sudah menikah, 11% pada wanita yang belum
menikah dengan perincian: 45% akan menikah kemudian, 55% belum ada rencana
menikah. Sedangkan golongan umur mereka yang melakukan abortus: 34%
berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia antara 20-29 tahun dan sisanya 15%
berusia di bawah 20 tahun.

2.3 Klasifikasi
Secara umum abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu abortus alami
(natural, spontan) dan abortus buatan (provokatus), merupakan 80% dari semua
kasus abortus. Selanjutnya dikenal dua bentuk abortus provokatus yaitu: 1)
abortus provokatus terapetikus (legal); dan 2) abortus provokatus kriminalis.
Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan
untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa adanya
indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang berlaku.
Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan
bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain).
Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan
dan curiga akibat hamil. Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai
minggu ke-10. Kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini karena
sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa kehamilan secara pasti.

2.4 Metode Abortus


Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus
provokatus kriminalis yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan
komplikasi yang terjadi dan bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta
pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus
itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada si-ibu. Berdasarkan survey cara
abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut-turut: kuret
isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin / suntikan (4%).
Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%),
jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%).
Menurut referensi lain ada tiga kelompok besar cara untuk melakukan
abortus buatan (provokatus) yaitu:

1. Dengan obat-obatan :

a. Antiprogestin
Dikenal dengan nama pil RU 486. Pil ini menimbulkan abortus dengan
mencairkan corpus luteum yang berfungsi mempertahankan kehamilan
muda. Biasanya digabung dengan prostaglandin.

b. Methotrexate.
Biasanya digabung dengan prostaglandin.
c. Prostaglandin.
Khasiatnya membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya.

d. Larutan garam hipertonik.


Menyebabkan tekanan dalam rahim meningkat yang pada gilirannya
menye-babkan rahim berkontraksi dan mengeluarkan janin.

e. Oksitosin.
Khasiatnya menyebabkan rahim berkontraksi.

Saat ini banyak dipakai obat-obat yang mengandung hormon estrogen dan
progestin untuk mereka yang terlambat haid. Sebenarnya obat-obat tersebut tidak
berkhasiat menggugurkan kandungan (abortus), tetapi hanya menimbulkan haid
bila tidak ada kehamilan. Jadi sifatnya hanya sebagam “tester”.
2. Dengan tindakan medik yaitu dengan:
a. Dilatasi dan Kuretase (D & K)
b. Penyedotan (suction curettage)
c. Dilatasi bertahap
d. Penggaraman (cairan garam hipertonik)
e. Histerotomi
3. Dengan cara tradisional yaitu seperti:
a. Melakukan kegiatan fisik yang berat/berlebihan seperti meloncat,
mengangkat barang berat.
b. Memasukkan daun atau batang tanaman tertentu ke dalam rahim.
c. Minum obat-obat tradisional seperti jamu.
Selain itu metode-metode yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan
umur kehamilan, semakin tua umur kehamilan semakin tinggi resikonya. Hal ini
perlu diketahui penyidik dalam kaitannya dengan pengumpulan barang-barang
bukti.

1. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu


- Kerja fisik yang berlebihan
- Mandi air panas
- Melakukan kekerasan pada daerah perut
- Pemberian obat pencahar
- Pemberian obat-obatan dan bahan-bahan kimia
- “electric shock” untuk merangsang rahim
- Menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina
2. Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu
- Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar
agar terjadi peningkatan “menstrual flow”, dan preparat hormonal
guna mengganggu keseimbangan hormonal
- Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari
placenta dan amnion, atau menyuntikkan cairan yang mengandung
karbol (carbolic acid)
- Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter
atau pinsil dengan maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang
dapat berakhir dengan abortus
3. Pada umur kehamilan antara 12 – 16 minggu
- Menusuk kandungan
- Melepaskan fetus
- Memasukkan pasta atau cairan sabun
- Dengan instrumen ; kuret

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada si-ibu adalah terjadinya
perdarahan hebat, kejang, infeksi dan kematian. Adapun komplikasi-komplikasi
tersebut diantaranya dikelompokkan:
a. Komplikasi Segera
(1) Syok dan Perdarahan: perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri,
sisa jaringan tertinggal, diastesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat
timbul pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
(2) Refleks Vagal: Komplikasi ini hampir selalu terjadi pada tindakan abortus
yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah dan
panik. Refleks vagal ini dappat menyebabkan henti jantung secara tiba-tiba.
(3) Emboli Udara: emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke
dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan
juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan di saat yang sama
sistem vena endometrium dalam keadaan terbuka.
b. Komplikasi Tertunda
(1) Sepsis : sepsis dapat terjadi oleh lingkungan yang kotor, instrumen yang kotor,
dan adanya perforasi, Sepsis dapat diakibatkan oleh berbagai organisme
seperti Clostridium welchii, Clostridium tetani, E. Coli, golongan
staphylococcus dan streptococcus. Sepsis ini kemudian dapat menyebabkan
terjadinya hepatorenal failure.
(2) Tetanus: disebabkan oleh Clostridium tetani, dapat terjadi dalam 3 hari sampai
3 minggu.
(3) Komplikasi lain: seperti peritonitis
c. Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi ini terjadi jauh dikemudian hari seperti jaundice dan supresi
renal, endokarditis bakterial, emboli paru, pneumonia, empyema, meningitis, efek
racun obat-obatan yang digunakan untuk aborsi.

2.6 Pemeriksaan Forensik


2.6.1 Pemeriksaan Korban Hidup
Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan,
pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap
jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara pengguguran yang dilakukan
serta sudah berapa lama melahirkan.
Pemeriksaan test kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah
bayi dikeluarkan dari kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan
hasil positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari. Tanda-tanda kehamilan pada
wanita dapat dijumpai adanya colostrum pada peremasan buah dada, nyeri tekan
di daerah perut, kongesti pada labia mayor, labia minor dan serviks, tanda-tanda
ini biasanya tidak mudah dijumpai bila kehamilan masih muda. Bila segera
sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya
perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan,
bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama. Pada masa kini bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian hubungan ibu dan
janin.
Tanda-tanda adanya pengguguran harus dicari serta cara pengguguran
tersebut. Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus
diteliti dengan baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi,
memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih
dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya dilatasi bergantung pada
ukuran fetus yang dikeluarkan. Pada os juga bisa tampak abrasi/laserasi/memar
akibat instrumentasi. Adanya perlukaan, tanda bekas forsep ataupun instrumen
yang lainnya di sekitar genitalia harus diamati juga. Kalau perlu karakter serta
jumlah sekret vagina dapat diteliti mencari tanda-tanda serta cara aborsi.
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat
yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap
hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD – kematian janin
di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.

2.6.2 Pemeriksaan Post Mortem


Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara
melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.
Abortus yang dilakukan oleh ahli yang trampil mungkin tidak meninggalkan
bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang
timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus
kriminal.6
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam
(autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada :
1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk
itu diperiksa :
a. payudara secara makros maupun mikroskopik
b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara
mikroskopik
c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua.
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan.
a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka,
perdarahan pada jalan lahir.
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak
steril.
c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum
uteri.
3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok,
emboli udara, emboli cairan atau emboli lemak.

Pada korban mati, dilakukan pemeriksaan luar, pembedahan jenazah,


pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan dalam
rongga perut atau kecurigaan lain, dan pemeriksaan mikroskopik untuk mencari
adanya sel trofoblast, kerusakan jaringan, dan sel radang. Pada autopsi dilihat
adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada uterus. Periksa genitalia
eksterna apakah pucat, kongesti atau memar. Lakukan pula tes emboli udara pada
vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung (segera setelah tes
emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar
irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah. Ambil urin untuk tes kehamilan
dan toksikologik. Pemeriksaan organ lain seperti biasa.
Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai:
(1) Uterus: Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah membesar, lembut
dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya penebalan pada
pemotongan longitudinal. Rongga uterus dapat menunjukkan adanya sebagian
produk konsepsi yang tertinggal. Uterus dari wanita tidak hamil berukuran
sekitar, berat 40 g, panjang 7,0 cm, lebar 5,0 cm dan tebal 2,0 cm. Kemudian
panjang menjadi 10 cm pada kehamilan akhir bulan ketiga, 12,5 cm pada akhir
bulan keempat, 16 cm pada akhir bulan keenam, 20 cm pada akhir bulan
kedelapan dan 27 cm pada akhir bulan kesembilan. Uterus juga dapat
menunjukkan adanya perforasi. Endometrium menunjukkan tanda-tanda
dilakukannya kuretase (penyendokan). Plasenta dapat masih tertinggal bila
evakuasi tidak bersih. Pada kasus penggunaan bahan-bahan kimia, permukaan
uterus bagian dalam dapat mengalami perubahan warna akibat warna dari zat
yang digunakan dan/atau terjadi kerusakan. Jika air sabun digunakan, maka
busa-busanya mungkin masih dapat tersisa. Juga bisa didapatkan sisa
instrument yang digunakan seperti akar tanaman. Swab uterus diambil untuk
mikrobiologi, dan jaringan dimasukkan dalam formalin untuk diperiksa ke
patologi anatomi.
(2) Ovarium: Kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat adanya korpus luteum
Ovarium dapat terlihat terkongesti. Pada beberapa kasus dapat diambil juga
sampel untuk pemeriksaan laboratorium.
(3) Jantung: Pada pembukaan jantung dicari adanya emboli udara, serta sampel
darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena cava inferior dan
kedua ventrikel.5

2.6.3 Pemeriksaan Pada Janin


Tentukan usia bayi (janin).Usia bayi dapat ditentukan dari :7
a. Panjang bayi
Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang badan
(PB) bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk bayi dibawah
25 minggu : Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB. Untuk bayi diatas 25
minggu: Umur (minggu) = PB/5. Oleh karena batas umur antara korban
abortus dan pembunuhan anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka
perbedaan tersebut adalah pada panjang bayi 35 cm (7x5) cm.
b. Lingkaran kepala
Bayi 5 bulan : 38,5 – 41cm
Bayi 6 bulan : 39 – 42cm
Bayi 7 bulan : 40 – 42cm
Bayi 8 bulan : 40 – 43cm
Bayi 9 bulan : 41 – 44cm
c. Pusat penulangan
Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada telapak kakidan lutut. Pada
telapak kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang halus, calcaneus dan
cuboid. Ketiga tulang ini dapat diperiksa melalui sayatan (pemotongan)
dari sela jari ke 3-4 ke arah tumit. Adanya pusat penulangan di tulang talus
menunjukkan bayi telah berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan dan
tulang cuboid 9 bulan. Di lutut ditujukan untuk memeriksa pusat
penulangan di proksimal tulang tibia dan distal femur. Untuk mencapai
kedua tulang, tulang patella harus disingkirkan. Setelah tampak tulang
femur, maka tulang dipotong melintang selapis demi selapis seperti
pengiris bawang. Demikian juga pada tulang tibia. Adanya pusat
penulangan pada kedua tulang menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan
dalam kandungan (cukup umur).
Pada pemeriksaan akibat abortus (membedakan dengan pembunuhan anak
sendiri), tidak akan didapati tanda-tanda telah bernafas. Sering didapati sudah
mengalami pembusukan. Ukuran tinggi tumit-puncak kepala dicatat. Paling
penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayi, misalnya akibat
benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil, dll) atau
bagian yang melekat di tubuh bayi dalam usaha pengguguran dengan
penyemprotan rahim dengan bahan kimia (lisol, sabun dll). Pemeriksaan dalam
tetap dilakukan untuk melihat keadaan organ dalam. Sering uri masih melekat/
berhubungan dengan bayi. Periksa panjang tali pusat, permukaan plasenta dan
lain-lain.

2.7 Aspek Medikolegal


Perihal abortus, dalam KUHP diatur dalam pasal 346 sampai 349. Kalau
ditinjau unsur-unsur dari pasal-pasal perihal abortus tersebut tidak satu pasal pun
yang memberikan kelonggaran untuk bisa dilakukannya perbutan abortus
termasuk abortus dengan indikasi medis (kesehatan). Hal ini menimbulkan
problem antara hukum dan medis dimana disatu pihak ahli medis (dokter)
berkewajiban untuk menyelamatkan nyawa si ibu, sedangkan disatu pihak
undang-undang melarang perbuatan abortus itu.
Seperti diketahui sebelumnya perihal abortus provokatus diatur dalam
ketentuan pasal 346 sampai dengan pasal 349 KUHP.

KUHP Pasal 346


Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugurnya atau mati kandungannya
atau menyuruh orang lain menyebabkan itu, dihukum dengan hukuman penjara
selama 4 tahun.

Kalau diteliti pasal 346 KUHP ini terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur
tersebut dapat dibedakan menjadi unsur yang objektif dan unnsur yang subjektif.
Unsur objektifnya meliputi unsur Yang berkaitan dengn perbuatan yaitu adanya
perbuatan berupa menggugrkan atau mematikan kandungan. Disamping itu,
perbuatan tersebut dapat pula menyuruh orang lain melakukan penggguran atau
mematikan kandungan. Sedangkan unsur subjektifnya berkaitan dengan subjek
hukum yaitu pelaku. Dalam hal ini adalah seorang yang mempunyai niat atau
kehendak yang dikenal dengan pengertian sengaja. 8
Secara terperinci unsur-unsur pasal 346 KUHP ini adalah sebagai berikut :
- Seorang perempuan
- Dalam keadaan mengandung
- Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannnya
- Atau menyuruh untuk menggurkan atau mematikan kandungannya.
Seorang wanita itu baru bisa dikatakan menggugurkan kandungan apabila
adanya kesengajaan sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 346 KUHP.
Sebaliknya apabila tidak ada kesengajaan, maka hal ini tidaklah bisa dikatakan
sebagai perbuatan menggugurkan. Hal ini lazimnya disebut sebagai keguguran
atau istilah medisnya dikenal dengan abortus spontan. 8

KUHP Pasal 347


(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan
seorang perempuan tidak deengan izin perempuan itu, dihukum dnegan
hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya 15 tahun.

Unsur-unsur objektif dari pasal 347 ayat 1 KUHP adalah : (i) perbuatan
pengguguran atau mamatikan kandungan seorang wanita, (ii) kandungan tersebut
adalah kandungan orang lain, (iii) tanpa persetujuan wanita yang mengandung. 8
Unsur-unsur subjektifnya dapat diperinci sebagai berikut : (i) dilakukan
oleh seseorang, (ii) dengan sengaja.8
Kalau diteliti rumusan pasal 347 KUHP, maka yang dikenai sanksi adalah
yang melakukan perbuatan penggugguran tersebut, sedangkan wanita yang hamil
trsebut tidak dikenai sanksi pidana karena tidak mempunyai niat untuk
menggugurkan kandungannya. 8

KUHP Pasal 348


Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang
perempuan dengan izin perempuan tiu, dihukum dengan hukuman dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan

KUHP Pasal 349


Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal
itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencarian dalam mana kejahatan itu dilakukan

Dalam hal orang-orang tersebut dia atas melakukan kejahatan berdasarkan pasal-
pasal tersebut di atas, berarti orang-orang tersebut melakukan perbuatan pidana
dengan melanggar suatu kewwajiban kasus dari jabatannya (profesinya).
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 52 KUHP yang menyebutkan:
“Bilamana seorang pejabat karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana
memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diiberikan kepadanya karena
jabatannya, pidana dapat ditambah sepertiganya.”. Selain itu orang-orang tersebut
bisa dituduh melanggar kode etik. 8

KUHP Pasal 299


Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan
itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4
tahun, atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

Unsur-unsur pasal 299 ayat 1 KUHP dapat diperinci sebagai berikut : (i)
dengan sengaja merawat atau mengobati wanita yang hamil, (ii) menyuruh
melakukan atau melakukan sesuatu perbuatan terhadap wanita yang hamil, (iii)
dengan memberitahukan atau menerbitkan harapan padanya, (iv) untuk mencegah
kehamilannya. 8
Adanya pasal 299 KUHP perihal abortus, mempunyai tujuan agar
perbuatan abortus segera dapat dituntut tanpa harus menunggu sampai terjadinya
pengguguran.. 8
Pasal-pasal lain dalam KUHP yaitu seperti:
KUHP Pasal 283
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak
dibawah usia 17 tahun/dibawah umur, hukuman maksimum 9 bulan.
KUHP Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian
itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 80.
Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medik tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2.8 Kesimpulan
Abortus atau penguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan,
sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan. Abortus dapat dibagi atas 2
macam, yaitu : 1) Abortus alami (natural, spontan; dan 2) Abortus buatan
(provocatus), ada dua macam yaitu: 1) abortus provokatus terapetikus (legal); dan
2) abortus provokatus kriminalis.
Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja
dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa
adanya indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang
berlaku yaitu berdasarkan KUHP dan UU Kesehatan dan memerlukan pembuktian
salah satunya dengan pemeriksaan forensik. Pemeriksaan forensik yang dilakukan
yaitu pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati (post-mortem), dan
pemeriksaan korban janin.

PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI


3.1 Definisi

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di

Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya ketika

dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia

melahirkan anak.

Di Negara lain, misalnya di Inggris, batasan umur anak yang termasuk


dalam kasus infantisida adalah sampai 12 bulan karena dianggap persalinan dan
menyusui anak dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa seorang wanita.

3.2 Undang-Undang
-Pasal 341 : Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling
lama 7 tahun.
-Pasal 342 : Seorang ibu, yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena
takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuahan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
-Pasal 343 : Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi
orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan dengan rencana.

3.3 Faktor Penting dari Undang-Undang :


1. Pelaku ibu kandung
2. Waktu : Pembunuhan dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian.
3. Psikis : Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dibunuh
tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

3.4 Penemuan Jenazah Bayi


- Korban pembunuhan anak sendiri (ps. 341,342)
- Pembunuhan ( ps 338,339,340, 343)
- Lahir mati kemudian dibuang (ps 181)
- Penelantaran bayi hingga mati (ps 308)

3.5 Pembuktian Medis


• Pengertian “pembunuhan” dibuktikan dengan:
– Lahir hidup
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda hidup sesudah seluruh tubuhnya
berpisah dari badan ibunya
Tanda lahir hidup :
– Pernafasan, denyut jantung, denyut tali pusat, gerakan otot seran
lintang, menangis, dll.
Sulit didapat dari keterangan saksi  bantuan
– Kekerasan
Tersering  asfiksia mekanik (pencekikkan, penjeratan, pembekapan,
penyumpalan)  pemeriksaan leher
• Pengertian “baru lahir”, dinilai berdasar :
– Maturitas & usia kehamilan
 Berat badan ≥ 2500 gr, panjang badan ≥ 48 cm, lingkar kepala fronto-
oksipital ≥ 34 cm, diameter putting susu 7 mm.
 Lanugo tinggal sedikit, kuku melewati ujung jari.
 Gambaran sidik jari sudah jelas
 Testis turun ke skrotum
 Labia minor tertutup labia mayor
– Usia pasca lahir
• Mekonium telah keluar seluruhnya : > 24 jam
• Perubahan tali pusat :
 Kemerahan di pangkal : > 36 jam
 Kering : 2-3 hari
 “puput” : 6-8 hari (sampai 20 hari)
 Sembuh : 15 hari)
• Sel eritrosit berinti hilang : > 24 jam
• Duktus arteriosus menutup : 3-4 miggu
• Ductus venosus menutup : > 4 minggu
– Asupan layak hidup (viable)
- Pastikan hubungan antara tersangka ibu dengan jenazah bayi.
Contoh Pembuatan Kesimpulan V et R pada Otopsi Kasus Infant Death.

3.5 Kesimpulan
• Bayi viable atau tidak
• Bayi lahir hidup atau lahir mati
• Apa sebab kematiannya
• Berapa lama bayi sempat hidup di luar kandungan
Contoh Bunyi Kesimpulan
• Telah diperiksa jenazah bayi perempuan yang baru lahir
• Bayi dalam keadaan mampu hidup di luar kandungan dan dilahirkan dalam
keadaan hidup
• Penyebab kematiannya adalah karena kekurangan oksigen akibat
pembekapan tidak lama setelah kelahirannya

Anda mungkin juga menyukai