Anda di halaman 1dari 6

Komplikasi Abortus

11 Jun
Komplikasi Abortus

Akibat Dilakukannya Tindakan Abortus Provokatus / Kriminalis Komplikasi Medis yang


Dapat Timbul Pada Ibu:
1. Perforasi Dalam .
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding
uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung
kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal
tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret
dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan
tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi
perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan
mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan
keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya
dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada
serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat
yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri.
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus
dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya

kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa
jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh
sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai
dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar.
Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga
menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi
pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila
larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan
menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan,
atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian
prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib
janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa
hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami
cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.
RESIKO ABORSI
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita.
Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia tidak merasakan apaapa dan langsung boleh pulang.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik


Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan
dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom PaskaAborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After
Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut
ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)

2. Berteriak-teriak histeris (51%)


3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
Illustrasi
Mendapatkan kehamilan yang tidak terduga memang kerap menimbulkan beban mental
tersendiri. Akibatnya banyak praktik aborsi yang dilakukan meski itu terbilang ilegal. Apa
saja bahaya dari aborsi?
Aborsi bukanlah suatu prosedur medis yang sederhana. Jika dilakukan secara sembarangan
dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Bahkan bagi beberapa perempuan hal ini dapat mempengaruhi fisik, emosional dan
spiritualnya. Namun tidak semua orang tahu tentang risiko yang bisa dialami jika melakukan
aborsi.
Seperti dikutip dari Pregnancycenter, Senin (29/3/2010) aborsi bisa dilakukan dengan
beberapa prosedur, yaitu:
1. Manual vakum
Bedah aborsi ini dilakukan di awal kehamilan hingga usia 7 minggu setelah periode
menstruasi terakhir. Prosedur ini menggunakan tabung tipis dan panjang yang dimasukkan ke
dalam rahim. Jarum suntik yang melekat pada tabung akan menyedot embrio keluar.
2. Metode kuret
Prosedur ini adalah yang paling umum, biasanya untuk usia 6-14 minggu. Karena bayi sudah
lebih besar, maka dokter harus melakukan peregangan pada leher rahim dengan
menggunakan batang besi. Setelah leher rahim terbuka, dokter akan memasukan tabung
plastik keras ke dalam rahim yang dihubungan dengan mesin penghisap. Maka janin akan
terisap keluar dari rahim, setelahnya dokter akan menggunakan pisau berbentuk lingkaran
yang disebut dengan kuret untuk membersihkan sisa janin yang masih tertinggal di rahim.
3. Pelebaran dan evakuasi
Prosedur aborsi ini dilakukan saat memasuki usia trimester kedua kehamilan. Dalam proses
ini leher rahim akan dibuka lebih lebar, setelah terbuka maka dokter akan mengeluarkan janin
dengan menggunakan forsep (tang). Tengkorak dari janin akan dilumatkan terlebih dahulu
untuk mempermudah proses.

4. Aborsi dengan menggunakan pil


Prosedur ini biasanya dilakukan saat usia kehamilan 4-7 minggu. Obat yang diberikan akan
menyebabkan kematian embrio dan mengeluarkannya dari dalam rahim. Namun obat ini
biasanya tidak dapat bekerja pada kasus kehamilan ektopik.
Namun bukan berarti prosedur di atas aman untuk bayi dan ibu hamil. Ada beberapa efek
samping yang bisa terjadi baik oleh bedah atau pil jika dilakukan secara sembarangan, seperti
kram perut, mual, muntah dan diare.
Ada juga risiko komplikasi seperti pendarahan, infeksi dan kerusakan organ. Sementara
komplikasi yang serius bisa timbul adalah:
1. Pendarahan hebat. Jika leher rahim robek atau terbuka lebar akan menimbukan
pendarahan yang dapat berbahaya bagi keselamatan ibu. Terkadang dibutuhkan
pembedahan untuk menghentikan pendarahan tersebut.
2. Infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh alat medis tidak steril yang dimasukkan ke
dalam rahim atau sisa janin yang tidak dibersihkan dengan benar.
3. Aborsi tidak sempurna. Adanya bagian dari janin yang tersisa di dalam rahim
sehingga dapat menimbulkan perdarahan atau infeksi.
4. Sepsis. Biasanya terjadi jika aborsi menyebabkan infeksi tubuh secara total yang
kemungkinan terburuknya menyebabkan kematian.
5. Kerusakan leher rahim. Kerusakan ini terjadi akibat leher rahim yang terpotong, robek
atau rusak akibat alat-alat aborsi yang digunakan.
6. Kerusakan organ lain. Saat alat dimasukkan ke dalam rahim, maka ada kemungkinan
alat tersebut menyebabkan kerusakan pada organ terdekat seperti usus atau kandung
kemih.
7. Kematian. Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, tapi kematian bisa terjadi jika
aborsi menyebabkan perdarahan yang berlebihan, infeksi, kerusakan organ serta
reaksi dari anestesi yang dapat menybabkan kematian.
Selain itu ada juga risiko lain jika melakukan lebih dari satu kali aborsi yaitu meningkatkan
risiko melahirkan prematur nantinya serta komplikasi lain akibat prematur seperti masalah
pada mata, otak, pernapasan atau usus.
Para ahli medis kini sedang meneliti hubungan antara aborsi dengan kanker payudara, yaitu
saat seseorang mulai hamil maka dengan sendirinya jaringan yang berhubungan dengan air
susu juga akan berkembang. Namun jika dilakukan aborsi ada kemungkinan jaringan ini
mengembangkan kanker payudara.
Sedangkan efek aborsi terhadap faktor emosional adalah menimbulkan kelainan pola makan,
timbul rasa bersalah yang dapat memicu stres atau depresi serta kemungkinan disfungsi
seksual.

Mendapatkan kehamilan yang tidak terduga memang menimbulkan beban mental tersendiri,
tapi memilih untuk melanjutkan kehamilan dan menjadi orangtua adalah satu-satunya pilihan
yang terbaik.
Bicaralah dengan seseorang yang bisa dipercaya serta adanya dukungan dari orang-orang
disekitar akan membantu seseorang menjalani kehamilan yang tidak diinginkannya itu.

Anda mungkin juga menyukai