Anda di halaman 1dari 35

ABORTUS PROVOKATUS MEDISINALIS

I. PENDAHULUAN
Aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengguguran
kandungan. Makna aborsi lebih mengarah kepada suatu tindakan yang
disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada
tanda-tanda kehidupan dalam rahim. Sedangkan abortus adalah berakhirnya
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Abortus sendiri terbagi dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan
terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 20 minggu. Penyebabnya
dapat oleh karena penyakit yag diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang
pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.
Abortus spontan sering disebut dengan keguguran. Sedangkan abortus
provokatus adalah suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.1
Abortus provokatus sendiri terbagi menjadi dua yaitu abortus
provokatus terapeutikus atau abortus provokatus medisinalis dan abortus
provokatus kriminalis. Abortus provokatus medisinalis adalah pengguguran
kandungan menggunakan alat-alat medis dengan alasan kehamilan
membahayakan dan dapat membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
mempunyai penyakit berat tertentu. Abortus medisinalis diizinkan menurut
ketentuan profesional seorang dokter atas indikasi untuk menyelamatkan
sang ibu. Jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam
abortus buatan legal. Sedangkan abortus provokatus kriminalis adalah
pengguguran kandungan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang hukum
karena jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam abortus
buatan ilegal. Termasuk dalam abortus jenis ini adalah abortus yang terjadi
atas permintaan pihak perempuan, suami, atau pihak keluarga kepada
seorang dokter untuk menggugurkan kandungannya. 1

1
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan
banyak persepsi dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang
kesehatan, tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui bahwa penyebab
kematian ibu yang paling tinggi adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus
aborsi tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. Di
Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan
gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono
2000). Kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-
negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang.2

II. DEFENISI
Kata abortion dalam Blakss Law Dictionary, yang diterjemahkan
menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti: The spontaneous
or artifcially induced expulsion of an embrio or featus. As used in illegal
context refers to induced abortion. Keguguran dengan keluarnya embrio
atau fetus tidak semata mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga
disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan (provokasi) manusia. 3
Abortus provokatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai
dalam kalangan kedokteran dan hukum, yang artinya adalah dengan sengaja
mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita hamil.
Berbeda dengan abortus spontan yaitu kandungan seorang wanita hamil
yang gugur secara spontan. Untuk itu perlu dibedakan antara pengguguran
kandungan dan keguguran. Pengguguran kandungan dilakukan dengan
sengaja, sedangkan keguguran terjadi tidak disengaja. Untuk menunjukkan

2
pengguguran kandungan, istilah yang sering digunakan sekarang adalah
aborsi. 3
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah
terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan
keempat dari kehamilan atau aborsi bisa didefinisikan pengguguran janin
embrio setelah melebihi masa dua bulan kehamilan. Menurut perspektif
medis aborsi adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus) sebelum usia janin (fetus)
mencapai 20 minggu. 3
Aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang undangan
di Indonesia adalah tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan yang
dilakukan dengan sengaja oleh seorang wanita atau orang yang disuruh
melakukan untuk itu. Wanita hamil dalam hal ini adalah wanita yang hamil
atas kehendaknya ingin mengugurkan kandungannya, sedangkan tindakan
yang menurut KUHP dapat disuruh untuk lakukan itu adalah tabib, bidan
atau juru obat. Pengguguran kandungan atau pembunuhan janin yang ada di
dalam kandungan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan
obat yang diminum atau dengan alat yang dimasukkan ke dalam rahim
wanita melalui lubang kemaluan wanita.3 Jadi, dapat disimpulkan bahwa:
Aspek medis
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum masa kehamilan lengkap
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan
Kedokteran Forensik :
Keluarnya janin dari kandungan seorang wanita sebelum masa
kehamilan lengkap tercapai.
Aspek hukum
Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum
waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungan
Sewaktu pengguguran dilakukan, kandungan masih hidup
Ada faktor kesengajaan.
3
III. INSIDEN
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta
abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :4
1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
Antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
Antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
Antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Sebanyak 83% dari seluruh kasus aborsi terjadi di negara
berkembang dan 17% terjadi di negara maju. Hasil survei yang
diselenggarakan oleh suatu lembaga penelitian di New York yang dimuat
dalam International Family Planning Perspectives, Juni 1997, memberikan
gambaran lebih lanjut tentang abortus di Asia Selatan dan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Abortus di Indonesia dilakukan baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan dan dilakukan tidak hanya oleh mereka yang
mampu tapi juga oleh mereka yang kurang mampu. 4

Tabel 1. Pelaku abortus di perkotaan dan pedesaan 4

Cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah


berturut turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%),
prostaglandin/suntikan (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun
memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%)
dan pemijatan (79%).4
Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan,
Surabaya dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada
4
wanita yang sudah menikah, 11% pada wanita yang belum menikah
dengan perincian: 45% akan menikah kemudian, 55% belum ada rencana
menikah. Sedangkan golongan umur mereka yang melakukan abortus:
34% berusia antara 30 46 tahun, 51% berusia antara 20 29 tahun dan
sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun.4

IV. KLASIFIKASI ABORSI


Jenis-jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi:5
1. Abortus spontan
Merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya
proses kehamilan tanpa tindakan. Penyebabnya dapat oleh karena
penyakit yang diderita si Ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada
umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi,
diantaranya:5
Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam ) :
ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Proses awal dari suatu
keguguran, yang ditandai dengan:5
o Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum
masih tertutup dan janin masih dalam intrauterine timbul pada
pertengahan trimester pertama.
o TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.
o Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
o Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah
menyertai perdarahan.
o Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
o Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari
abortus imminens, jika pemeriksaan (+) sebelum dan setelah
diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-)
saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
5
o Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui keadaan
plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum, dan
apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan ukuran
biometri janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur
kehamilan berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung
janin.
Abortus Insipiens : peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat dan mendatar, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia gestasi
berdasarkan HPHT. Ditandai dengan adanya:5
o Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi
rahim kuat.
o Robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks
o Terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
o Perdarahan per vaginam masif, kadang kadang keluar
gumpalan darah.
o Tes hCG biasanya negatif namun dapat positif karena produksi
hCG oleh korion, dan bukan oleh fetus
o Pada pemeriksaan USG didapati pembesaran uterus yang masih
sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal,
perhatikan apakah adanya perdarahan retroplasenta dan ovum
yang mati.
Abortus Kompletus : proses abortus dimana keseluruhan hasil
konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar melalui jalan lahir
sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Tanda dan Gejala:5
o Serviks menutup.
o Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
o Gejala kehamilan tidak ada.
6
o Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah
abortus.
Abortus Inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Gejala Klinis:5
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai
stolsel (darah beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
o Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi
didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa
jaringan pada kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus
yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Missed Abortion : berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20
minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tertahan dalam uterus 2
bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini dapat:5
o Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
o Diresorbsi kembali sehingga hilang
o Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
o Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu
akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis :5
o Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea,
dapat disertai mual dan muntah
o Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
o Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak
bertambah tinggi jika kehamilannya berkisar antara 14 sampai
20 minggu.
o Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan
sekunder yang menghilang.

7
o Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan
menjadi negative pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
o Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit
o Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
o Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil,
kantong gestasi yang mengecil dan bentuknya tidak beraturan
disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
o Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus
diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan
darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu diperiksa
koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Abortus Habitualis : abortus yang terjadi 3 kali berturut turut atau
lebih oleh sebab apapun. Penderita abortus habitualis pada
umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya
berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop
melaporkan kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh
kehamilan.5
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena
reaksi immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross
reactive), tetapi dekade belakangan ini diketahui penyebab yang
tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu keadaan
dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap
bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama,
di mana os serviks akan membuka tanpa disertai tanda-tanda
inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya
terjadi pengeluaran janin. Penyebab lain yang sering ditemukan
berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. 5,6
Pemeriksaan : 5,6

8
o Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus
submukosa atau anomali congenital.
o BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah
ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
o Psiko analisis
Abortus Infeksious : suatu abortus yang telah disertai komplikasi
berupa infeksi genital. Diagnosis:5,6
o Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang
telah ditolong di luar rumah sakit.
o Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan,
perdarahan, dan sebagainya.
o Tanda tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,5 derajat Celcius, kenaikan leukosit dan discharge berbau
pervaginam, uterus besar dan lembek disertai nyeri tekan.
Septic Abortion : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda
tanda sepsis, seperti nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan
kesadaran.5,6

2. Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang sengaja dibuat atau
merupakan suatu upaya yang disengaja, baik dilakukan oleh ibunya
sendiri atau dibantu oleh orang lain, untuk menghentikan proses
kehamilan sebelum berumur 20 minggu, dimana janin (hasil konsepsi)
yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar. 6,7
Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi: 6,7
Abortus provokatus Medisinalis/Therapeutikus
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah
demi menyelamatkan nyawa Ibu. Syarat-syaratnya adalah: 6,7

9
o Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter
kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung
jawab profesi.
o Mengkonsultasikan dengan sedikitnya dua orang ahli, yaitu ahli
obstetric/gynekologi dan ahli penyakit dalam atau ahli jantung
yang berpengalaman.
o Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum, psikologi).
o Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya
atau keluarga terdekat.
o Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan
yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
o Prosedur tidak dirahasiakan.
o Dokumen medik harus lengkap.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal) dan dilarang oleh hukum. Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-
obatan tertentu, atau dengan kekerasan mekanik lokal. 6,7
Kekerasan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam.
Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau oleh
orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh,
pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan langsung
pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada serviks dan
sebagainya. 6,7,8
Kekerasan dari dalam yaitu dengan melakukan manipulasi
vagina atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya
dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, aplikasi
asam arsenik, kalium permanganat pekat, atau jodium tinktur,
pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks, atau
10
manipulasi serviks dengan jari tangan. Manipulasi uterus, dengan
melakukan pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan ke
dalam uterus. 6,7,8
Pemecahan selaput amnion dapat dilakukan dengan
memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui
serviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan
dengan menggunakan Higginson tipe syringe, sedangkan cairannya
adalah air sabun, desinfektan atau air biasa/air panas.
Penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara. 6,7,8
Obat / zat tertentu pernah dilaporkan penggunaan bahan
tumbuhan yang mengandung minyak eter tertentu yang dapat
merangsang saluran cerna hingga terjadi kolik abdomen, jamu
perangsang kontraksi uterus dan hormon wanita yang merangsang
kontraksi uterus melalui hiperemi mukosa uterus. Hasil yang
dicapai sangat bergantung pada jumlah (takaran), sensitivitas
individu dankeadaan kandungannya (usia gestasi). 6,7,8
Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat dalam jamu
peluntur, nanas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, dan lain-
lain. Ada juga yang agak beracun seperti garam logam berat,
laksans dan lain-lain; atau bahan yang beracun, seperti strichnin,
prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina dan lain-lain. Kombinasi
kina atau menolisin dengan ekstrak hipofisis (oksitosin) ternyata
sangat efektif. Akhir-akhir ini dikenal juga sitostatika
(aminopterin) sebagai abortivum. 6,7,8

V. TAHAP PERKEMBANGAN JANIN


Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan
sel sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung
selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari

11
tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua
minggu setelahnya.9
Trimester Pertama (Minggu 0 12)
Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari
periode germinal sampai periode terbentuknya fetus.8
1. Periode Germinal (Minggu 0 3)
Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang
telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel sel mulai
berkembang dan hingga blastocyst tertanam pada endometrium. 8
2. Periode Embrio (Minggu 3 8 )
Pada minggu keempat, embrio mulai terbentuk dan
memproduksi hormon kehamilan, Human Chorionic Gonadotropin
hormone. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah
terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta.
Proses terbentuknya sistem saraf pusat, organ organ utama dan
struktur anatomi seperti mata, mulut dan lidah, sedangkan hati mulai
memproduksi sel darah.8
Pada minggu kelima, terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm,
mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas
yang akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya
membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan
mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ
jantung, tulang dan organ reproduktif. Lapisan endoderm yaitu lapisan
paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan kandung
kemih. 8
Pada minggu keenam hingga kedelapan, sistem pencernaan dan
pernafasan mulai dibentuk, bagian wajah mulai terbentuk, anggota
tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna. 8

12
3. Periode Fetus (Minggu 9 12)
Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan
cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi. Semua
organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan
otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru
diproduksi setiap menit. Janin mulai tampak seperti manusia kecil
dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram. Pada akhir trimester
pertama, plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan
pertukaran hasil metabolisme janin. 8

Gambar 1. Perkembangan Janin Trimester I 8

Trimester kedua (Minggu 12 24)


Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui
plasenta. Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa
mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini sistem peredaran darah
adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi. Pada trimester kedua ini
terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada minggu ke-18 kita bisa
melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG) untuk mengecek
kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu
ke 20 21. Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi.

13
Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai
tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.8

Gambar 2. Perkembangan Janin Trimester II 7

Trimester ketiga (Minggu 24 -40)


Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna.
Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi seperti
menendang serta sudah memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya
jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. paru paru berkembang pesat
menjadi sempurna. Pada bulan ke 9 ini, janin mengambil posisi kepala di
bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 3,5
kg dengan panjang 50 cm. 8

VI. METODE PELAKSANAAN ABORTUS PROVOKATUS


MEDISINALIS DAN EFEK SAMPINGNYA
Trimester Pertama
Metode Penyedotan (Suction Curettage)
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan
dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan
untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung
tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja
dimekarkan. Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan

14
menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil penyedotan berupa
darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul
dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan
kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan
pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan
rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa
plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah
yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.10
Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan
paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin
dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari
dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih
banyak dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini tidak sama
dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan
penyakit rahim (seperti pendara han rahim, tidak terjadinya menstruasi,
dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim
yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing. 10

Gambar 3. Dilatasi dan Evakuasi Pada Aborsi11


15
PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini
menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk
secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika
Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi
yang mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada
kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika
tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma,
darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian
pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU 486. 10,12
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang
berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena
pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan
menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah
kunjungan pertama, wanita hamil ini diberikan suntikan hormon
prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan
wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di
klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat
kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang
perlu menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan
kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan, untuk mengetahui
apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan
(5-10 persen dari seluruh kasus). 10,12
Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi
yang tidak terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-
pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang
wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami
serangan jantung. Efek jangka panjang dari RU 486 belum diketahui
secara pasti, tetapi beberapa alasan yang dapat dipercaya mengatakan
bahwa RU 486 tidak saja mempengaruhi kehamilan yang sedang
16
berlangsung, tetapi juga dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya, yaitu
kemungkinan keguguran spontan dan cacat pada bayi yang dikandung. 10,12
Suntikan Methotrexate (MTX)
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini
disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk
menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan
menetralisir asam folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata
juga menekan pertumbuhan pesat trophoblastoid - selaput yang
menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal plasenta.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah hidup'
untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari
darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk
buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic
gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal
rahim dan keguguran. 10,12,13
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang,
melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan
nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol
dimasukkan ke dalam kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya
janin dari rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya
misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya penambahan dosis
misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi dengan menggunakan suntikan
MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan
mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam
sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin
dapat gugur kapan saja - di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di
supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada
kunjungan ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani
operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja
di klinik aborsi seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX
17
karena MTX sebenarnya adalah racun dan efek samping yang terjadi
terkadang tak dapat diprediksi. 10,12,13
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala,
rasa sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius
adalah depresi sumsum tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan
fungsi hati, dan sakit paru-paru. Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat
menuliskan peringatan keras bahwa MTX memang berguna untuk
pengobatan kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, "kematian pernah
dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX", dan pabrik itu
menyarankan agar hanya para dokter yang berpengalaman dan memiliki
pengetahuan tentang terapi antimetabolik saja yang boleh menggunakan
MTX. Meski para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-
efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik untuk
digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi lainnya tidak setuju,
karena pada paket injeksi yang digunakan untuk aborsi juga tertera
peringatan bahaya racun walau MTX digunakan dalam dosis rendah. 10,12,13

Trimester Kedua
Metode Dilatasi dan Evakuasi
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24
minggu. Metode ini sejenis dengan D&C, hanya dalam D&E digunakan
tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek-robek
janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh tubuh janin
dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia kehamilan ini tengkorak janin
sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat
dikeluarkan dari rahim. Jika tidak berhati-hati dalam pengeluarannya,
potongan tulang-tulang yang runcing mungkin dapat menusuk dinding
rahim dan menimbulkan luka rahim. Pendarahan mungkin juga terjadi. Dr.
Warren Hern dari Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter
aborsi yang sering melakukan D&E mengatakan, hal ini sering membuat
masalah bagi karyawan klinik dan menimbulkan kekuatiran akan efek
18
D&E pada wanita yang menjalani aborsi. Dokter Hern juga melihat trauma
yang terjadi pada para dokter yang melakukan aborsi, ia mengatakan,
"tidak dapat disangkal lagi, penghancuran terjadi di depan mata kita
sendiri. Penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik. 10,12,13
Metode Racun Garam (Saline)
Caranya ialah dengan meracuni air ketuban. Teknik ini digunakan
saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup
melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan 50-250 ml
(kira-kira secangkir) air ketuban dikeluarkan, diganti dengan larutan
konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas, menelan garam dan
teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan
memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-kira
33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu
akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar.
Kira-kira 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan
anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan. 10,12,13
Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada
wanita pemakainya yang disebut "Konsumsi Koagulopati" (pembekuan
darah yang tak terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan
pendarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral.
Serangan jantung mendadak, koma, atau kematian mungkin juga
dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh darah. 10,12,13
Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa
dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan
biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak
tuntasnya aborsi sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan aborsi
lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau
muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah
19
perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan
rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim. 10,12,13
Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami
oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan
hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung,
mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai
kemungkinan untuk hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun
lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan
bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin
lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan
hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian
dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma
rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan,
gagal jantung, perobekan rahim. 10,12
Partial Birth Abortion
Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin
dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan
usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan
bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu
janin ditangkap dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan
lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup.
Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi
itu agar terjadi lubang yang cukup besar. Setela itu, kateter penyedot
dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu
dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih
dahulu ditarik keluar. 10,12,13
Histerektomi (untuk kehamilan trimester kedua dan ketiga)
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika
cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil
20
memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta
cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan
hidup, yang membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan
siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk
kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.
Dalam 2 tahun pertama legalisasi aborsi di kota New York, tercatat 271,2
kematian per 100.000 kasus aborsi dengan cara ini. 10,12,13

VII. KOMPLIKASI ABORSI

Komplikasi yang dapat terjadi karena aborsi adalah:14


1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Gagal ginjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:
o Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
o Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
6. DIC (Disseminated Intravaskular Coagulation)

Komplikasi dari post abortus berkembang menjadi 3 bagian besar:15


1. Evakuasi yang inkomplit dan atonia uterus yang menyebabkan
komplikasi perdarahan. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan
uterus dari sisa sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi
darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Umumnya pada abortus infeksiosa,
infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri

21
tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium tuba, parametrium dan
peritonium.
3. Kerusakan organ-organ

VIII. ASPEK MEDIKOLEGAL ABORTUS PROVOKATUS


MEDICINALIS

KODEKI BAB II butir 7d


Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani. 16

Sumpah Hiprocates
Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun
meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu.
Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk
menggugurkan kandungan. 16

Lafal Sumpah Kedokteran


Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan. 16

Deklarasi Oslo (1970) 16


- Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan
terapeutik yang keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang
dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan
prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten
diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan
tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami, atau keluarga.
- Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati
nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia
berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan
medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.
22
- Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah
suatu kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut
sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau
adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika
kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang
akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.

Hukum
UU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77 16
1. Pasal 75
- Setiap orang dilarang melakukan aborsi
- Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang
menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar
kandungan.
- Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
2. Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
- Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
- Dengan persetujuan ibu hamil.
- Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan
- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh menteri.
23
3. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan per- Undang-undang-an.

KUHP 16
Pasal 299,
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya ditambah
sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
24
Pasal 348
1. Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasar kan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu
kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan16,17


Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai
berikut :
Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Ayat (2)
Butir (a) : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar benar
mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan
medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir (b) : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis
tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
25
melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan.
Butir (c) : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil
yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat
memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir (d) : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang
memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan
telah ditunjuk oleh pemerintah.
Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan
kewenagan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan
ketentuan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun
1992 tentang kesehatan, yakni harus memenuhi hal sebagai berikut : 16,17
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, maka tindakan aborsi
tidak diperbolehkan apapun alasannya di luar alasan medis. Ketentuan dalam
KUHP Bab XIX Pasal 346, 347, 348, 349 dan Pasal 299 tersebut dilandasi
suatu pemikiran atau paradigma bahwa anak yang masih dalam kandungan
merupakan subjek hukum sehingga berhak untuk mendapatkan perlindungan
hukum. Selain itu, apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia bahwa setiap
orang berhak untuk hidup maupun mempertahankan hidupnya sehingga
pengakhiran kandungan (aborsi) dapat dikualifikasikan sebagai tindakan yang
melanggar hak asasi manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan
adalah paradigma yang mengedepankan hak anak (pro-life). Oleh karena itu
26
dalam KUHP tindakan aborsi dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap
nyawa. Adapun yang dapat dikenai sanksi pidana berkaitan dengan perbuatan
aborsi adalah perempuan yang menggugurkan kandungannya itu sendiri dan
juga mereka yang terlibat dalam proses terjadinya aborsi seperti dokter, bidan
atau juru obat.16
Aborsi apabila ditinjau dari prespektif hak perempuan diatur dalam
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Ada kasus-kasus tertentu yang membuat perempuan hamil harus
memutuskan untuk melakukan aborsi. Sebagai contoh hamil karena perbuatan
kriminal yaitu akibat terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki karena
perkosaan. Hal ini juga didukung dengan pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Kesehatan Nomor 13 tahun 1992 dipahami sebagai wujud adanya
perlindungan terhadap hak perempuan, maka logikanya alasan medis sebagai
upaya untuk meyelamatkan jiwa ibu hamil harus dapat pula diberikan kepada
perempuan yang mengalami trauma psikis akibat kejahatan seksual. 16,17
Bila Undang Undang Kesehatan memberikan kewenangan tenaga
kesehatan untuk menyatakan seorang perempuan yang sedang hamil harus
diaborsi dengan alasan medis dan untuk pelaksanaannya harus dengan
persetujuan perempuan yang bersangkutan, suami atau keluarganya, maka
tentunya perempuan itu sendiri sebagai orang yang mempunyai hak atas
fungsi reproduksinya juga berwenang untuk mengambil keputusan atas dirinya
sendiri apabila dirasakan kehamilan itu membawa penderitaan atau trauma
berkepanjangan. Keputusan untuk melakukan aborsi dalam kasus seperti ini
baru dapat dikatakan legal atau dibenarkan oleh hukum apabila ada
persetujuan dari tenaga ahli seperti Psikiater atau Psikolog. 16,17

IX. SYARAT-SYARAT ABORSI DILEGALKAN


Berdasarkan deklarasi OSLO 1970 16
- Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan
terapeutik yang keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang
dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka dan
27
prosedur operasionalnya dilakukan oleh seorang dokter yang
kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah, dengan
syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami,
atau keluarga.
- Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati
nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia
berhak mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan
medik itu kepada teman sejawat lain yang kompeten.
- Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah
suatu kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan
tersebut sebab tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu
atau adanya ancaman gangguan fisik, mental, dan psikososial jika
kehamilan dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang
akan dilahirkan menderita cacat mental, atau cacat fisik yang berat.

Berdasarkan UU. NO. 36 tahun 2009 pasal 75 16


- Setiap orang dilarang melakukan aborsi
- Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin,
yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup
diluar kandungan.
- Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.

28
Menurut UU kesehatan pasal 76 abortus provocatus dapat
dilakukan dengan syarat sebagai berikut : 16
- Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
- Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri.
- Dengan persetujuan ibu hamil.
- Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan
- Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh menteri.

Menurut ACOG indikasi medis untuk aborsi therapeutik adalah: 16


- Kehamilan akan sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental
ibu
- Anak yang lahir adalah cenderung memiliki cacat fisik dan
mental kuburan
- Kehamilan itu adalah hasil dari pemerkosaan atau incest

X. PEMBUKTIAN KASUS ABORSI

Untuk dapat membuktikan apakah kematian seorang wanita itu


merupakan akibat dari tindakan abortus yang dilakukan atas dirinya,
diperlukan petunjuk-petunjuk: 18
1. Adanya kehamilan
2. Umur kehamilan, bila dipakai pengertian abortus menurut pengertian
medis
3. Adanya hubungan sebab akibat antara abortus dengan kematian
4. Adanya hubungan antara saat dilakukannya tindakan abortus dengan
saat kematian

29
5. Adanya barang bukti yang dipergunakan untuk melakukan abortus
sesuai dengan metode yang dipergunakan
6. Alasan atau motif untuk melakukan abortus itu sendiri

Pemeriksaan Korban Hidup

Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha


dokter adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan
cara pengguguran yang dilakukan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
oleh Sp.OG. 18
Untuk menentukan tanda-tanda sisa kehamilan diusahakan
melakukan anamnesis secara teliti dan pemeriksaan fisik berupa adanya
payudara yang membesar dan pengeluaran ASI serta dijumpai adanya
kolustrum pada pemeriksaan laboratorium, Warna kehitaman disekitar
payudara, uterus masih membesar, dijumpai adanya striae, lochia dari
vagina, dan perlukaan pada portio. 18
Untuk menentukan usaha penghentian kehamilan dilakukan
pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan PA jaringan hasil aborsi atau sisa
plasenta yang tertinggal dirahim, luka, peradangan, bahan-bahan yang
tidak lazim dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini
bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian
hubungan ibu dan janin. 18

Pemeriksaan Korban Mati

Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan


dalam (autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada: 18

Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk


ini diperiksa :
o Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis
o Ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik

30
o Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua
Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan
o Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan
jalan lahir
o Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.
Jika digunakan zat kimia secara lokal maka pada liang senggama atau
cavum uteri dapat ditemukan zat-zat tersebut.
o Jika digunakan obat-obatan oral atau suntikan maka tentunya obat-
obatan tersebut akan dapat dilacak melalui pemeriksaan toksikologik.
Menentukan sebab kematian.
Dengan otopsi yang teliti disertai pemeriksaan penunjang maka dapat
diketahui penyebab kematiannya:
o Vagal refleks : komplikasi ini terjadi karena adanya rangsangan pada
permukaan sebelah dalam dari canalis servikalis. Kematian khas
terjadi di meja operasi.
o Perdarahan : terjadi karena robeknya vagina, serviks, atau uterus
sehingga menyebabkan perdarahan yang masif.
o Emboli udara : komplikasi ini sering terjadi pada aborsi dengan alat
semprot. Dimana udara ikut masuk ke dalam pembukuh darah dan
dapat menyebabkan emboli udara pada arteri coronaria atau arteri
otak. Kematian terjadi dalam waktu 10 menit. Jumlah udara yang
mematikan tergantung dari banyak faktor. Udara sebanyak 10 mililiter
saja sudah dapat menyebabkan kematian, tetapi pernah ada laporan
bahwa penderita dapat sembuh sesudah mengalami emboli sebanyak
100 mililiter.
o Sepsis : dapat terjadi karena alat-alat yang digunakan tidak steril,
uterus tidak bersih, dan robeknya usus besar.

31
XI. ABORSI DIPANDANG DARI SEGI ETIKA DAN AGAMA

Aspek Etika Profesi Kedokteran


- Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingatkan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada
dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi
etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di
masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
(MKEK).19

Aspek Agama
Pandangan agama islam tentang aborsi adalah sebagai berikut : 20
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa
aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-
ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan
banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang
yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.
1. Pertama: Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang
mulia.
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak
sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah
satunya, Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan
umat manusia.(QS 17:70)
2. Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua
orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan
menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang
lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: Barang
siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab
yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
32
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya. (QS 5:32)
3. Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak
memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena
penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai,
kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan
firman Allah yang bunyinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar. (QS 17:31)
4. Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan
terhadap perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang
dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam
kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah abortus
provokatus kriminalis yang merupakan tindakan kriminal tindakan
yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: Adapun hukuman
terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah:
dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang
demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di
akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36)
5. Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah
mengenal kita. Al-Quran menyatakan:Dia lebih mengetahui
keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu
masih dalam kandungan ibumu.(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah
33
dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam
proses aborsi.
6. Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan kecelakaan atau
kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana
Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal
darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-
Quran mencatat firman Allah: Selanjutnya Kami dudukan janin itu
dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan.
Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS
22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup selama umur kandungan. Tidak ada ayat yang
mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan
apalagi membunuh janin secara paksa.
7. Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.
Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat
menjunjung tinggi kehidupan.
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat
tegas terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW
seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud tidak memerintahkan
seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan
kandungannya: Datanglah kepadanya (Nabi yang suci) seorang wanita
dari Ghamid dan berkata,Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah
aku.. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia
berkata,Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin
engkau menampikku seperti engkau menampik Mais. Demi Allah,
aku telah hamil. Nabi berkata,Baiklah jika kamu bersikeras, maka
pergilah sampai anak itu lahir. Ketika wanita itu melahirkan datang
bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,Inilah anak
yang kulahirkan. Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun

34
kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.

X11. KESIMPULAN

Banyak orang yang melakukan aborsi dengan alasan-alasan


tertentu. Sebagian besar orang yang melakukan abortus adalah karena
alasan kesehatan, ekonomi, sosial. Melakukan aborsi apapun alasannya
mengandung suatu persoalan yang mengancam keselamatan dan kesehatan
ibu, yang lebih parah adalah resiko gangguan psikologis.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi
dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi
juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental
seorang wanita. Semua agama sangat tidak berkenan atas pembunuhan
seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi, karena ini adalah kejahatan
yang terbesar. Hidup manusia dari dalam kandungan itu layak
untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.
Kelahiran seorang bayi adalah anugerah yang teramat luar biasa dari
Allah. Aborsi menjadi fenomena dan problem sosial yang telah menjadi
budaya di masyarakat. Aborsi hukumnya haram dan merupakan
tindakan kriminal atau jarimah,kecuali dalam kondisi darurat/indikasi
medis, walaupun aborsi dilarang secara undang-undang tetapi banyak yang
melakukan secara sembunyi-sembunyi

35

Anda mungkin juga menyukai