Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH VIROLOGI DAN PARASITOLOGI

DEMAM YANG DITULARKAN OLEH ARTHOPODA


Oleh,

1. Andini Ismayanti / DIAI81618


2. Edwin Arifin / DIAI81598
3. Fithri Alawiyah / DIAI81658
4. Rita Sri Rahayu / DIAI81659

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Masalah Penyakit
yang ditularkan Arthropoda. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Virologi di Universitas Al-
Ghifari Bandung. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada: 1. Ibu Nurma Sabila, selaku dosen
mata kuliah Virologi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian tugas
ini. 2. Rekan rekan semua yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu tugas ini,
khususnya rekan rekan satu kelompok. Penulis sadar, masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amin ya Robbal Alamin

Bandung, Desember 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang Masalah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF)


ialah penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh pelosok Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000
meter diatas permukaan air laut (Ginanjar, 2008).

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.


Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak
penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan. Contoh dramatis adalah Penyakit Demam Berdarah yang ditularkan
oleh Nyamuk , sehingga terjadi pada penduduk sekitar, yang disebabkan oleh virus
Arhtopoda dan mengalami gejala seperti demam yang muncul tiba-tiba. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari
kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan
pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada
manusia (Rahmawati, 2013).

Menurut Suyono (2010), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah


suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Salah satu tujuan
kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap arthropoda. pengendalian terhadap
arthropoda ini penting dilakukan karena penularan penyakit pada manusia dapat
terjadi melalui perantara vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan
pengendalian dan pemberantasan terhadap vektor penyakit. Tikus dapat
membahayakan manusia karena mampu menularkan penyakit pada manusia.
Sedangkan tikus mampu menularkan penyakit pada manusia dengan membawa
benih penyakit, pinjal, kutu, bakteri dan parasit. Binatang dari suku Murides ini
dikenal sebagai sumber beberapa penyakit zoonosis (Rahmawati, 2010).

1.5 Rumusan Masalah


1. Mengetahui macam virus penyakit yang ditularkan Arthopoda?
2. Bagaimana masalah pengawasan Demam Virus akibat arthropoda?
3. Bagaimana Cara Penularan Penyakit akibat Arthopoda ?

1.6 Tujuan
Untuk mengetahui masalah pengawasan, penularan, Identifikasi arthropoda.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MOSQUITO-BORNE DAN CULICOIDES-BORNE VIRAL FEVERS


2.1.1 Venezuelan Equineencephalomyelitis virus disease
a. Identifikasi :
Manifestasi klinis dari infeksi virus ini adalah berupa penyakit yang mempunyai
gejala seperti influensa, dengan onset yang cepat mulai dari sakit kepala berat,
demam, meriang, nyeri otot, sakit belakang bola mata, mual dan muntah. Kongesti
faring dan konjungtiva adalah gejala fisik satu-satunya. Kebanyakan infeksi relatif
ringan, dengan gejala yang berlangsung selama 3-5 hari. Beberapa kasus bisa
memberikan gejala demam difasik; sesudah demam beberapa hari, terutama pada
anak-anak, gejala SSP mungkin muncul, yang ditandai dengan gejala mengantuk
hingga gejala ensefalitis yang jelas, disertai disorientasi, kejang, lumpuh, koma dan
kematian. Selama KLB yang terjadi di texas pada tahun 1971, 3 dari 40 penderita
mengalami gejala SSP berat, dengan gejala sisa berupa perubahan kepribadian dan
atau kelumpuhan. Diagnosa awal dibuat berdasarkan gejala klinis dan gambaran
epidemiologis (adanya pajanan di daerah dimana penyakit equine epizootic sedang
berlangsung) dan dikonfirmasi diagnostik dilakukakan dengan diisolasinya virus,
naiknya titer antibodi atau deteksi dari IgM spesifik. Virus dapat diisolasi melalui
kultur sel atau bayi tikus yang diinokulasi dengan spesimen darah dan pencucian
nasofaring yang diambil pada 72 jam pertama saat munculnya gejala; darah akut
dan darah konvalesens yang diambil dengan jarak sekitar 10 hari secara terpisah
menunjukkan adanya kenaikan tiner antibodi. Infeksi Laboratorium bisa terjadi jika
upaya dan alat pencegahan tidak digunakan dengan semestinya.

b. Penyebab Penyakit
Virus Venezuelan equine encephalomylitis (VEE), adalah termasuk alfavirus
(Togaviridae,Alphavirus), dengan sub tipe enzootik dan varietas epizootik subtipe
I

c. Distribusi Penyakit
Endemik di Amerika Selatan, Trinidad dan Amerika Tengah. Penyakit ini muncul
sebagai epizootik, terutama dibagian Utara dan Barat Amerika Selatan; epizootik
pada tahun 1970-1971 menyebar melalui Amerika Tengah ke USA.

d. Cara Penularan
Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, Virus VEE diisolasi dari Culex
(melanoconion),Aedes, Mansonia Psorophora, Haemagogus, Sabethes,
Deinocerites serta Anopheles dan kemungkinan agas ceratopogonid. Infeksi
Laboratorium bisa terjadi melalui penularan udara, tidak ada bukti penularan terjadi
dari kuda ke manusia.

e. Cara-cara Pemberantasan
Tindakan Pencegahan :
- Lakukan Prosedur umum pemberantasan Nyamuk
- Hindari daerah endemis berhutan, terutama pada malam hari
- Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan masih dalam taraf ujicoba dan
vaksin dari virus yang dimatikan untuk VEE terbukti efektif untuk
melindungi petugas laboratorium dan orang dewasa lainnya yang berisiko
tinggi.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
- Laporan kepada instansi kesehatan setempat: untuk daerah endemis tertentu
dibanyak negara, bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporakan.
- Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan
tubuh. Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang diberi kasa atau dirawat
dirumah yang disemprot dengan insektisida yang meninggalkan residu
paling sedikit selama 5 hari sesudah onset atau hingga demam hilang.
- Disinfeksi serentak : tidak diperlukan
- Karantina : Tidak dilakukan
- Imunisasi kontak : tidak diperlukan
- Investigasi kontak dan sumber infeksi : Cari kasus-kasus yang tidak
terdiagnosa dan kasus-kasus yang tidak dilaporkan
- Pengobatan Spesifik : tidak ada
Penanggulangan Wabah
- Tentukan luasnya daerah yang terinfeksi
- Gunakan Obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan bagi
mereka yang terpajan
- Lakukan Survei kepadatan nyamuk, tempat perindukan dan tindakan
pemberantas yang efektif.

2.1.2 Demam Yang di Tularkan Oleh Nyamuk


a. Identifikasi
Kelompok virus yang menyebabkan demam dan biasanya berlangsung selama satu
minggu atau kurang. Kebanyakan dari penyakit virus ini menyerupai dengue.
Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, arthalgia atau miaglia dan
kadang-kadang mual dan muntah. Pada umumnya ada konjungtivis dan fotopobia.
Demam bisa atau tanpa bentuk difasik. Ruam biasa terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh Virus West Nile. Meningoensefalitis terkadang merupakan
komplikasi dari infeksivirus West Nile dan Oropouche. Penderita Rift Valley Fever
(RVF) bisa disertai dengan retinitis, atau hepatitis disertai dengan perdarahan yang
bisa berakibat fatal. Beberapa virus group C dilaporkan menyebabkan kelemahan
dibagian bawah tungkai dan lengan tapi jarang berakibat fatal. Jika terjadi wabah
RVF dan Oropouche, insidens penyakit biasanya mencapai ribuan penderita.

b. Penyebab Penyakit
Setiap penyakit disebabkan oleh virus yang berbeda namanya sama dengan
penyakitnya. Virus West Nile, Banzi, Kunjin, Spondweni dan Zika adalah masuk
kelompok flavivirus ; kelompok bunyavirus group C adalah Apeu, Caraparu,
Itaqui, Madrid, Marituba, Murutucu, Nepuyo, Oriboca, Ossa dan Restan.
Oropouche adalah bunya virus dari group Simbu . RVF termasuk dalam kelompok
phlebovirus.

c. Distribusi Penyakit
Virus West Nile menyebabkan KLB di Mesir, Israel, India, Perancis, Rumania,
Republik Czecho dan tersebar di Afrika, daerah Mediteran Utara dan Asia Barat.
Demam RiftValley, Bwamba dan Bunyamwera sejauh ini hanya ditemukan di
Afrika.Virus group C terdapat di daerah tropis Amerika Serikat, Panama dan
Trinidad. Demam Oropouche ditemui di Trinidad, Panama dan Brazil. Virus Kunjin
di Australia. Kejadian musiman tergantung pada kepadatan vektor. Penyakit
biasanya muncul di daerah pedesaan, walaupun kadang-kadang RVF, Oropouche
dan virus West Nile menimbulkan ledakan KLB di daerah “suburban” dan
perkotaan.

d. Cara Penularan
Kebanyakan cara penularan adalah melalui gigitan nyamuk infektif seperti yang
tertera dibawah ini :
- Untuk Virus West Nile, Culex univittatus di Afrika Selatan, C.Modestus di
Perancis dan C.pipiens di Israel.
- Untuk virus Bunyamwera, Aedes spp.
- Untuk virus group C, spesies dari Aedes dan Culex (Melanoconion)
- Untuk virus Rift Valley (Pada kambing dan binatang lain), vektor potensial
adalah beberapa jenis nyamuk Aedes; Ae. Mcinthoshi bisa terinfeksi secara
transovarian dan bisa menjadi tempat tinggal virus RVF didaerah fokus
enzootik. Kebanyakan orang yang terinfeksi RVF karena menangani
jaringan binatang pada waktu melakukan necropsy atau pemotongan hewan.
Culex pipiens adalah vektor penyebab wabah RVF di tahun 1977 di Mesir
yang menelan korban sedikitnya 600 kematian; penularan mekanis oleh lalat
hematopagus dan penularan melalui udara atau darah yang terinfeksi bisa
menyebabkan terjadinya KLB RVF. Arthopodda lain bisa menjadi vektor,
seperti Culicoides paraensis untuk virus Oropouche.

e. Masa Penularan
Tidak langsung ditularkan dari orang-orang. Nyamuk yang terinfeksi mungkin
menularkan virus sepanjang hidupnya. Terjadinya viremia, syarat penting untuk
infeksivirus pada vektor, viremia pada manusia terjadi pada masa gejala klinik awal
untuk kebanyakan virus.

f. Kerentanan dan kekebalan


Semua golongan usia rentan terhadap penyakit ini, baik pria maupun wanita. Infeksi
yang tidak jelas tanpa gejala dan penyakit ringan umum terjadi. Infeksi dapat
menimbulkan imunitas, dan di daerah endemis anak-anak sangat rentan terhadap
penyakit ini.

g. Cara-cara pemberantasan
Tindakan Pencegahan
- Lakukakan semua tindakan pencegahan yang diterapkan untuk ensefalitis
yang ditularkan oleh nyamuk. Untuk RVF, kewaspadaan umum perlu
diperhatikan dalam penanganan binatang yang terinfeksi serta produknya,
begitu juga terhadap penanganan darah fase akut pada manusia.
- Vaksin RVF dalam taraf uji coba yang dibuat dari kultur sel yang
diinaktivasi tersedia untuk manusia, sedangkan vaksin hidup dan vaksin dari
virus yang diinaktivasi tersedia untuk imunisasi kambing, domba dan sapi.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
- Laporan kepada instansi kesehatan setempat
- Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal sewaktu menangani
darah dan cairan tubuh. Rawatlah penderita diruangan yang telah diberi
sekat kasa atau ditempat yang telah disemprot dengan insektisida setidaknya
selama 5 hari sesudah onset atau hingga tidak ada demam. Darah dari
penderita RVF mungkin menular.
- Investigasi : Tanyakan dimana tempat tinggal penderita selama 2 minggu
sebelum sakit. Cari penderita yang tidak dilaporakan atau yang tidak
terdiagnosa.
Penanggulangan Wabah
- Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan, untuk
orang-orang yang terpajan gigitan nyamuk.
- Hewan peliharaan yang sakit atau mati dan yang dicurigai terinfeksi RVF
jangan dipotong.
- Lakukan pengukuran kepadatan vektor nyamuk, cari dan musnahkan
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.
- Lakukan Imunisasi pada domba, kambing dan hewan ternak terhadap RVF.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF)


ialah penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh pelosok Indonesia kecuali ditempat ketinggian lebih dari 1000
meter diatas permukaan air laut (Ginanjar, 2008).

Manifestasi klinis dari infeksi virus ini adalah berupa penyakit yang
mempunyai gejala seperti influensa, dengan onset yang cepat mulai dari sakit
kepala berat, demam, meriang, nyeri otot, sakit belakang bola mata, mual dan
muntah. Kongesti faring dan konjungtiva adalah gejala fisik satu-satunya.
Kebanyakan infeksi relatif ringan, dengan gejala yang berlangsung selama 3-5 hari.

Ruam biasa terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh Virus West Nile.
Meningoensefalitis terkadang merupakan komplikasi dari infeksivirus West Nile
dan Oropouche. Penderita Rift Valley Fever (RVF) bisa disertai dengan retinitis,
atau hepatitis disertai dengan perdarahan yang bisa berakibat fatal. Beberapa virus
group C dilaporkan menyebabkan kelemahan dibagian bawah tungkai dan lengan
tapi jarang berakibat fatal.

DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectiuus Disiases

MD, MPH. James Chin.2000. “Manual Pemberantasan Penyakit Menular ”

Anda mungkin juga menyukai