JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Masalah Penyakit
yang ditularkan Arthropoda. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Virologi di Universitas Al-
Ghifari Bandung. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada: 1. Ibu Nurma Sabila, selaku dosen
mata kuliah Virologi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian tugas
ini. 2. Rekan rekan semua yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu tugas ini,
khususnya rekan rekan satu kelompok. Penulis sadar, masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amin ya Robbal Alamin
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.6 Tujuan
Untuk mengetahui masalah pengawasan, penularan, Identifikasi arthropoda.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Penyebab Penyakit
Virus Venezuelan equine encephalomylitis (VEE), adalah termasuk alfavirus
(Togaviridae,Alphavirus), dengan sub tipe enzootik dan varietas epizootik subtipe
I
c. Distribusi Penyakit
Endemik di Amerika Selatan, Trinidad dan Amerika Tengah. Penyakit ini muncul
sebagai epizootik, terutama dibagian Utara dan Barat Amerika Selatan; epizootik
pada tahun 1970-1971 menyebar melalui Amerika Tengah ke USA.
d. Cara Penularan
Melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, Virus VEE diisolasi dari Culex
(melanoconion),Aedes, Mansonia Psorophora, Haemagogus, Sabethes,
Deinocerites serta Anopheles dan kemungkinan agas ceratopogonid. Infeksi
Laboratorium bisa terjadi melalui penularan udara, tidak ada bukti penularan terjadi
dari kuda ke manusia.
e. Cara-cara Pemberantasan
Tindakan Pencegahan :
- Lakukan Prosedur umum pemberantasan Nyamuk
- Hindari daerah endemis berhutan, terutama pada malam hari
- Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan masih dalam taraf ujicoba dan
vaksin dari virus yang dimatikan untuk VEE terbukti efektif untuk
melindungi petugas laboratorium dan orang dewasa lainnya yang berisiko
tinggi.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
- Laporan kepada instansi kesehatan setempat: untuk daerah endemis tertentu
dibanyak negara, bukan merupakan penyakit yang wajib dilaporakan.
- Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan
tubuh. Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang diberi kasa atau dirawat
dirumah yang disemprot dengan insektisida yang meninggalkan residu
paling sedikit selama 5 hari sesudah onset atau hingga demam hilang.
- Disinfeksi serentak : tidak diperlukan
- Karantina : Tidak dilakukan
- Imunisasi kontak : tidak diperlukan
- Investigasi kontak dan sumber infeksi : Cari kasus-kasus yang tidak
terdiagnosa dan kasus-kasus yang tidak dilaporkan
- Pengobatan Spesifik : tidak ada
Penanggulangan Wabah
- Tentukan luasnya daerah yang terinfeksi
- Gunakan Obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan bagi
mereka yang terpajan
- Lakukan Survei kepadatan nyamuk, tempat perindukan dan tindakan
pemberantas yang efektif.
b. Penyebab Penyakit
Setiap penyakit disebabkan oleh virus yang berbeda namanya sama dengan
penyakitnya. Virus West Nile, Banzi, Kunjin, Spondweni dan Zika adalah masuk
kelompok flavivirus ; kelompok bunyavirus group C adalah Apeu, Caraparu,
Itaqui, Madrid, Marituba, Murutucu, Nepuyo, Oriboca, Ossa dan Restan.
Oropouche adalah bunya virus dari group Simbu . RVF termasuk dalam kelompok
phlebovirus.
c. Distribusi Penyakit
Virus West Nile menyebabkan KLB di Mesir, Israel, India, Perancis, Rumania,
Republik Czecho dan tersebar di Afrika, daerah Mediteran Utara dan Asia Barat.
Demam RiftValley, Bwamba dan Bunyamwera sejauh ini hanya ditemukan di
Afrika.Virus group C terdapat di daerah tropis Amerika Serikat, Panama dan
Trinidad. Demam Oropouche ditemui di Trinidad, Panama dan Brazil. Virus Kunjin
di Australia. Kejadian musiman tergantung pada kepadatan vektor. Penyakit
biasanya muncul di daerah pedesaan, walaupun kadang-kadang RVF, Oropouche
dan virus West Nile menimbulkan ledakan KLB di daerah “suburban” dan
perkotaan.
d. Cara Penularan
Kebanyakan cara penularan adalah melalui gigitan nyamuk infektif seperti yang
tertera dibawah ini :
- Untuk Virus West Nile, Culex univittatus di Afrika Selatan, C.Modestus di
Perancis dan C.pipiens di Israel.
- Untuk virus Bunyamwera, Aedes spp.
- Untuk virus group C, spesies dari Aedes dan Culex (Melanoconion)
- Untuk virus Rift Valley (Pada kambing dan binatang lain), vektor potensial
adalah beberapa jenis nyamuk Aedes; Ae. Mcinthoshi bisa terinfeksi secara
transovarian dan bisa menjadi tempat tinggal virus RVF didaerah fokus
enzootik. Kebanyakan orang yang terinfeksi RVF karena menangani
jaringan binatang pada waktu melakukan necropsy atau pemotongan hewan.
Culex pipiens adalah vektor penyebab wabah RVF di tahun 1977 di Mesir
yang menelan korban sedikitnya 600 kematian; penularan mekanis oleh lalat
hematopagus dan penularan melalui udara atau darah yang terinfeksi bisa
menyebabkan terjadinya KLB RVF. Arthopodda lain bisa menjadi vektor,
seperti Culicoides paraensis untuk virus Oropouche.
e. Masa Penularan
Tidak langsung ditularkan dari orang-orang. Nyamuk yang terinfeksi mungkin
menularkan virus sepanjang hidupnya. Terjadinya viremia, syarat penting untuk
infeksivirus pada vektor, viremia pada manusia terjadi pada masa gejala klinik awal
untuk kebanyakan virus.
g. Cara-cara pemberantasan
Tindakan Pencegahan
- Lakukakan semua tindakan pencegahan yang diterapkan untuk ensefalitis
yang ditularkan oleh nyamuk. Untuk RVF, kewaspadaan umum perlu
diperhatikan dalam penanganan binatang yang terinfeksi serta produknya,
begitu juga terhadap penanganan darah fase akut pada manusia.
- Vaksin RVF dalam taraf uji coba yang dibuat dari kultur sel yang
diinaktivasi tersedia untuk manusia, sedangkan vaksin hidup dan vaksin dari
virus yang diinaktivasi tersedia untuk imunisasi kambing, domba dan sapi.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
- Laporan kepada instansi kesehatan setempat
- Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan universal sewaktu menangani
darah dan cairan tubuh. Rawatlah penderita diruangan yang telah diberi
sekat kasa atau ditempat yang telah disemprot dengan insektisida setidaknya
selama 5 hari sesudah onset atau hingga tidak ada demam. Darah dari
penderita RVF mungkin menular.
- Investigasi : Tanyakan dimana tempat tinggal penderita selama 2 minggu
sebelum sakit. Cari penderita yang tidak dilaporakan atau yang tidak
terdiagnosa.
Penanggulangan Wabah
- Gunakan obat gosok anti nyamuk yang telah direkomendasikan, untuk
orang-orang yang terpajan gigitan nyamuk.
- Hewan peliharaan yang sakit atau mati dan yang dicurigai terinfeksi RVF
jangan dipotong.
- Lakukan pengukuran kepadatan vektor nyamuk, cari dan musnahkan
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.
- Lakukan Imunisasi pada domba, kambing dan hewan ternak terhadap RVF.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manifestasi klinis dari infeksi virus ini adalah berupa penyakit yang
mempunyai gejala seperti influensa, dengan onset yang cepat mulai dari sakit
kepala berat, demam, meriang, nyeri otot, sakit belakang bola mata, mual dan
muntah. Kongesti faring dan konjungtiva adalah gejala fisik satu-satunya.
Kebanyakan infeksi relatif ringan, dengan gejala yang berlangsung selama 3-5 hari.
Ruam biasa terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh Virus West Nile.
Meningoensefalitis terkadang merupakan komplikasi dari infeksivirus West Nile
dan Oropouche. Penderita Rift Valley Fever (RVF) bisa disertai dengan retinitis,
atau hepatitis disertai dengan perdarahan yang bisa berakibat fatal. Beberapa virus
group C dilaporkan menyebabkan kelemahan dibagian bawah tungkai dan lengan
tapi jarang berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectiuus Disiases