Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH UNFASE BORTION, BBLR, DAN TINGKAT KESUBURAN

Di susun guna melengkapi tugas mata kuliah kebidanan komunitas

Dosen pengampu : Dr. Fatimah Sari, S.SiT.,M.Kes.

Di susun oleh :

NORITA MAIA PINTO (20200003)

RENITA TRI MULYANI (20200004)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA III

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

2021/2022

1
Kata pengantar

Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga saya dapat menelesaikan tugas “Makalah unfase
abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan” sesuai dengan apa yang di harapkan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah “kebidanan komunitas”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan menenai kebidanan komunitas.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Fatimah Sari,


S.SiT.,M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Penulis berharap makalah ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran mengenai unfase abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu , penulis mengharapakan kritik dan saran demi lebih
sempurnanya makalah ini. Akhir kata penulis hanya berharap agar hasil dari
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti
dari usaha penulis selama ini.

YOGYAKARTA,19 MARET 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman judul 1
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar belakang…………………………………………………………….
B. Tujuan ……………………………………………………………………
C. Manfaat…………………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
A. unfase abortion…………………………………………………………….
B. BBLR…………………………………………………………………….12
C. Tingkat kesuburan……………………………………………………….16
BAB III PENUTUP 23
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………….
B. Saran …………………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda
dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup
keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir
dengan berat badan saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu,
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama
dengan 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature.
Tingkat kesuburan masyarakat mempengaruhi kesehatan
reproduksi yang merupakan bagian penting dan merupakan paling
utama dalam upaya mencapai kehidupan yang berkualitas karena
kesehatan reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi,
kesehatan anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan
reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi
selanjutnya.
Fertilitas ialah kemampuan seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan anak hidup oleh pria yang mampu menghamilinya. Jadi,
fertilitas merupakan kemampuan fungsi satu pasangan yang sanggup
menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Unfase abortion,
BBLR, dan tingkat kesuburan” antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kebidanan komunitas
2. Di harapkan dengan adanya pembuatan makalah ini , penulis dan
pembaca memahami mengenai konsep dasar kebidanan komunitas
C. Manfaat
1 Memberikan manfaat bagi pekembangan ilmu pegetahuan serta
menambah wawasan keilmuan bagi penulisnya

4
2 Menambah pengetahuan mengenai unfase abortion, BBLR, dan
tingkat kesuburan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Unfase abortion
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh
tenaga kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai,
lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian
kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan
menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan
banyak komplikasi bahkan kematian
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda
dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup
keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien. (Behrman Kliegman, 2000).
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan
tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah,
kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan
pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut
calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam
tanpa memperhatikan resikonya.
Aborsi Ilegal Aborsi tidak aman tidak selalu sama dengan aborsi
ilegal. Aborsi ilegal adalah aborsi yang dilakukan bertentangan dengan
peraturan perundang– undangan yang berlaku. Aborsi ilegal bisa saja
dilakukan oleh tenaga dokter dan tenaga terlatih lainnya serta
dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan kesehatan. Tindakan
tersebut dari segi medis adalah aman dan berisiko rendah, tetapi
tindakan ini bertentangan dengan hukum yang berlaku. Biasanya dari

5
segi biaya adalah mahal karena ada unsur komersial atau mencari
keuntungan.
1. Penyebab Unsafe Abortion
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi
dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :
a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak
lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban
ekonomi.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
g. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
h. Metode yang Dilakukan Untuk Unsafe Abortion
2. Metode yang dilakukan untuk unsafe abortion antara lain
yaitu:
a. Kuretase tidak steril
b. Mengkonsumsi obat-obatan
c. Memasukkan benda asing ke dalam vagina
d. Pijat
e. Injeksi
f. Melompat
3. Pencegahan dan Penanganan Kasus Unsafe Abortion
Unsafe abortion dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu
a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
b. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif
seperti berolahraga, seni, dan keagamaan.

6
c. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan
dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan
menonton video porno.
d. Sex education.
e. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
f. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.
g. Kerjasama dengan pemuka agam dan tokoh adat.
Penanganan Kasus Unsafe Abortion
Adapun penanganan kasus unsafe abortion adalah sebagai berikut :
a. Memberikan dukungan moril pada ibu yang melakukan aborsi
b. Mencegah terjadinya komplikasi.
c. Mengatasi adanya perdarahan, perlukaan dan infeksi.
4. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun
keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika
seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan
langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang
kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah
terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan
aborsi:
a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik.
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi
ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti
yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:
1) Kematian mendadak karena perdarahan hebat.
2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar
kandungan.

7
4) Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5) Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan perdarahan
hebat pada saat kehamilan berikutnya.
6) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi
(infertil)
7) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
8) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
b. Resiko gangguan psikologis.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko
tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita
secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal
dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di
dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini:
 Kehilangan harga diri (82%).
 Berteriak-teriak histeris (51%).
 Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%).
 Ingin melakukan bunuh diri (28%).
 Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
(41%).
 Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%).
Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan
aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang
selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
Ciri-ciri Unsafe Abortion.
1) Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis

8
2) Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga
pelaksana
3) Kurangnya fasilitas dan sarana
4) Status illegal
Dampak Unsafe Abortion
 Dampak sosial.
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi -
sembunyi.
 Dampak kesehatan.
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
 Dampak psikologis.
Trauma
5. Komplikasi Unsafe Abortion
Komplikasi pasca aborsi
- Demam
- Mengigil
- Sakit sekitar p[erut, kram, sakit punggung
- Perut yang terasa lunak saat di tekan
- Pendarahan yang berlebihan
- Pengeluaran vagina yang berbau busuk
- Mengalami penundaan hingga 6 minggu atau lebih untuk
mendapatkan siklus menstruasi kembali
Komplikasi jangka pendek
- Infeksi
- Aborsi yang tidak tuntas
- Aborsi yang gagal
- Trauma rahim
- Perdarahan
6. Peran Bidan dalam Menangani Unsafe Abortion
Peran bidan dalam tindakan preventif untuk mengurangi aborsi;

9
a. Berikan remaja akan informasi yang benar, dan pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas
b. Melakukan Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
c. Mendorong remaja untuk melanjutkan pendidikan,
memaksimalkan potensi, mencegah pernikahan dini, dan resiko
melahirkan muda.
d. Mengajarkan pada remaja (khususnya perempuan) untuk
bertindak asertif terhadap pasangan.
e. Mendorong anak perempuan untuk menunda kehamilan sampai
mencapai kematangan baik secara psikis dan emosi
f. Menyiapkan anak laki-laki menjadi ayah dan teman yang
bertanggung jawab
g. Mendorong orang dewasa khususnya orang tua mau mendengar
dan merespon masalah remaja
h. Menolong remaja terhindar dari resiko dan bahaya seksual dan
reproduksi
i. Melibatkan remaja dalam keputusan-keputusan yang
menyangkut kehidupannya
7. Hukum Unsafe Abortion
Perundang-undangan Indonesia mengatur tentang aboarsi dalam
dua undang-undang yaitu dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Undang-undang No. 23 tahun 1992 Tentang
Kesehatan.
a. Aborsi dalam KUHP
Peraturan tentang aborsi dalam KUHP diatur dalam beberapa
ketentuan isi pokok sebagai berikut :
i. Siapapun dengan sengaja mengobati atau mengerjakan
suatu perbuatan terhadap seseorang wanita dengan
memberitahukan atau menimbulkan pengharapan ,
bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya
dihukum paling lama empat tahun (pasal 299 ayat 1).

10
ii. Jika kejahatan itu dilakukan dalam menjalankan
pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya untuk
menjalankan pekerjaan itu (pasal 299 ayat 2).
iii. Wanita yang sengaja menggugurkan dan mematikan
kandungan, atau menyuruh orang lain melakukannya
diancam hukuman penjara paling lama empat tahun
(pasal 346).
iv. Siapapun yang dengan sengaja melakukan dan
membantu pelaksanaan tindakan aborsi diancam
hukuman penjara paling lama dua belas tahun , apabila
di-lakukan tanpa persetujuan wanita itu sendiri (pasal
347 ayat 1), dan apabila tindakan tersebut
mengakibatkan kematian, maka diancam hukuman
penjara paling lama lima belas tahun (pasal 347 ayat 2).
v. Tindakan aborsi yang sengaja dilakuakan dengan
persetujuan wanita diancam hukuman penjara paling
lama lima tahun enam bulan (pasal 348 ayat 1), apabila
sampai menyebabkan kematian wanita diancam
hukuman penjara paling lama tujuh tahun (pasal 348
ayat 2).
vi. Dokter, bidan, dan apoteker yang membantu melakukan
tindakan aborsi seperti yang disebut dalam pasal 347,
348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal
tersebut dapat ditambah sepertiganya dan dapat dicabut
haknya untuk melekukan pekerjaannya yang telah
digunakan melakukan pekerjaan itu (pasal 349).
Berdasarkan pasal-pasal tersebut di atas dapat diketahui bahwa
pelaku yang terlibat dalam terjdinya kejahatan adalah :
1) Wanita hamil, dapat bertindak sebagai pelaku selain itu
juga dapat bertindak sebagai orang yang menyuruh
melakukan ( pasal346).

11
2) Dokter, bidan, apoteker, dukun , tabib, dapat bertindak
sebagai pelaku (pasal 299, pasal 347, dan pasal 348 ayat
1), selain itu juga dapat bertindak sebagai pembantu
mekakukan kejahatan aborsi (pasal 349).
3) Selain itu dimungkinkan trjadi kerja sama antara wanita
hamil dan dokter (pasal 348 ayat 1).
4) Seiring dengan perkembangan zaman ada pihak lain yang
terlibat terjadinyakejahatan aborsi yaitu perantara yang
menghubungkan wnita hamil dengan dokter atau dukun.

Kriteria yang Baik untuk Unsafe Abortion

a. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih


dan berpengalaman melakukan aborsi.
b. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang
layak
c. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam
vagina atau rahim harus steril atau tidak trcemar kuman
dan bakteri.
d. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien
terakhir kali mendapat haid.
B. BBLR
1. Definisi BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir
dengan berat badan saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu,
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau
sama dengan 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
prematur (Festy, 2010).
Bayi yang lahir dengan berat badan 200-2499 gram berisiko
10 kali lebih tinggi untuk meninggal daripada bayi yang lahir
dengan berat badan 3000-3499 (Pojda et al, 2000). Menurut
Davanzo dalam Mulyawan (1999) terdapat 3 bentuk BBLR yaitu:

12
1. Bayi prematur: pertumbuhan bayi dalam rahim normal,
persalinan terjadi sebelum masa gestasi berusia 37 minggu.
2. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK): pertumbuhan dalam
rahim terhambat yang disebabkan faktor dari bayi sendiri,
plasenta ataupun faktor ibu.
3. Bayi prematur dan KMK: bayi prematur yang mempunyai berat
badan rendah untuk masa kehamilan.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan


dapat dibagi 3, yaitu:

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1500 gram sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan
berat lahir antara 100 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
2. Epidemiologi BBLR
Prevalensi BBLR diperkirakan 15 % dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3 %-38 % dan lebih sering terjadi terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara
statistik menunjukkan 90 % kejadian BBLR ditemukan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih besar dari 2500
gram (WHO, 2007). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2010 menunjukkan bahwa dari 84,8 % bayi yang ditimbang, masih
dijumpai 11,1 % BBLR. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes)
pada tahun 2004 kejadian BBLR di Indonesia mencapai angka 350
ribu bayi setiap tahunnya. Laporan SDKI 2007 menunjukkan
bahwa kematian bayi akibat BBLR 29 %, asfiksia 27 %, masalah
pemberian minum 10 %, tetanus 10 %, gangguan hematologi 6 %,
infeksi 5 % dan lain-lain 13 %.

13
3. Faktor-Faktor Risiko BBLR
Menurut Kramer (1987) dalam hasil critical assessment dan meta
analysis yang ia lakukan, terdapat 43 determinan potensial berat
badan lahir yaitu:
a. Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi,
suku, tinggi badan ibu hamil, berat badan sebelum hamil,
haemodynamics ibu hamil, tinggi dan berat badan bapak
dan faktor genetik lainnya.
b. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu,
status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau
pendapatan), status perkawinan, faktor kejiwaan ibu hamil.
c. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak,
kegiatan seksual, pertumbuhan janin dan umur kehamilan
anak sebelumnya, riwayat abortus spontan sebelumnya,
riwayat induced abortion, riwayat lahir mati atau kematian
neonatal sebelumnya, riwayat infertilitas sebelumnya, dan
paparan janin terhadap diethylstilbestrol.
d. Faktor gizi, meliputi pertambahan berat badan masa
kehamilan, asupan energi, pengeluaran energi, kerja dan
aktivitas fisik, asupan/status protein, zat besi dan anemia,
asam folat dan vitamin B12, mineral seng dan tembaga,
kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin,
dan mineral lainnya.
e. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas
umum, dan penyakit episodik, malaria, infeksi saluran
kemih, dan infeksi saluran kelamin.
f. Faktor paparan zat racun meliputi merokok, minum
alkohol, konsumsi kafein dan kopi, penggunaan marijuana,

14
ketergantungan pada narkotik, dan paparan zat racun
lainnya.
g. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama,
jumlah kunjungan antenatal, dan mutu pelayanan antenatal.
4. Komplikasi Kehamilan
ibu yang mengalami komplikasi kehamilan mempunyai risiko 2,3
kali untuk mempunyai bayi dengan BBLR dibandingkan dengan
ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi
kehamilan adalah kegawatdaruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
5. Jenis Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi kehamilan secara umum dikumpulkan
dari beberapa literatur yaitu sebagai berikut.
a. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah suatu kondisi medis yang
ditandai dengan episode mual dan muntah yang berat dan
menetap sewaktu hamil. Hal ini merupakan bentuk yang lebih
berat dari nausea gravidarum. Pada hiperemesis gravidarum,
kehilangan cairan tubuh yang banyak dan kekurangan asupan
makanan akibat muntah yang berlebihan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan berat badan. Perasaan mual ini
disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HC6 dalam serum.
b. Pra Eklamsia dan Eklamsia
Pra eklamsia atau juga dikenal dengan toxemia, adalah kondisi
dimana kehamilan disertai dengan naiknya tekanan darah
meski tanpa adanya riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya
pada ibu hamil. Gejala umumnya antara lain naiknya tekanan
darah secara signifikan semasa kehamilan, ditemukannya
protein di dalam urin, pusing kepala, iritasi, berkurangnya urin,
nyeri abdomen, pandangan mengabur, serta bengkak dan nyeri

15
pada beberapa bagian tubuh seperti wajah, tangan dan kaki
akibat penumpukan cairan.
c. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin.
Menurut Manuaba (2008), terdapat beberapa penyakit serta
kelainan plasenta dan selaput janin yaitu sebagai berikut:
- Trofoblas
Adalah penyakit yang sering timbul setelah mengalami
kehamilan anggur.
- Infark plasenta
Adalah bagian-bagian yang berwarna keputihan, nodula
dan keras yang terletak baik pada permukaan fetal
maternal atau kedua-duanya. Hal ini terjadi karena
periarteritis atau endarteritis pembuluh-pembuluh darah
terjadi nekrosis pada stroma dan dinding vili serta
pembekuan darah dalam ruang interviller.
- Tumor Plasenta
Adalah miksoma fibrosum hemangioma, korioangioma,
mola hidatidosa dan koriokarsinoma. Sepertiga
dari tumor plasenta berkaitan dengan hidromnion
dan prematuritas sehingga angka kematian perinatal
tinggi.
- Disfungsi plasenta
Adalah keadaan dimana plasenta baik secara anatomik
maupun fisiologik tidak mampu untuk memberi
makan dan oksigen kepada fetus juga untuk
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
secara normal.
C. Tingkat kesuburan
1. Pengertian
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat
penting bagi pria dan wanita yang akan atau sudah berumahtangga.

16
Hal ini di maksudkan agar pasangan suami isteri dapat menjaga
keharmonisan rumah tangganya dan mereka juga bisa meneruskan
generasi mereka, yaitu menghasilkan seorang anak. Lebih dari 80%
pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan dan ini
banyak sekali terjadi pada negara yang sedang berkembang. 7-15%
diantaranya masih tergolong ke dalam usia 15 – 40 tahun dengan
rating tertinggi dialami oleh para wanita sebesar 40% sampai
dengan 60%.
Tingkat kesuburan dibedakan menjadi 2 yaitu
a. Fertilitas.
Fertilitas adalah kemampuan istri menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
menghamilinya.
b. Infertilitas
1. Pengertian.
Infertilitas adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang
ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa mewujudkan
keinginannya tersebut karena adanya masalah kesehatan
reproduksi baik pada suami atau istri.
2. Pembagian infertilitas
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Infertilitas primer
Infertilitas primer adalah pasangan usia subur
yang telah melakukan hubungan suami istri teratur
2-3 kali semingggu tanpa memakai alat
kontrasepsi selama 1 tahun tetapi belum terjadi
kehamilan juga.
2) Infertilitas Sekunder
Infertilitas sekunder adalah pasangan usia subur yang
telah punya anak dan sudah tidak menggunakan alat

17
kontrasepsi serta melakukan hubungan suami istri
teratur 2 – 3 kali tetapi belum hamil juga.
Infertilitas menurut WHO :
a. Infertilitas primer adalah pasangan suami istri yang
belum pernah hamil meskipun senggama dilakukan
tanpa perlindungan apapun untuk waktu sekurang-
kurangnya 1 tahun.
b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri yang
pernah hamil tetapi kemudian tidak mampu hamil
lagi dalam waktu 12 bulan meskipun senggama tanpa
perlindungan apapun.
c. Subvertilitas atau subvekunditas adalah kesukaran
untuk menjadi hamil yang mungkin disebabkan oleh
vekunditas yang menurun pasangan suami istri.
d. Sterilitas adalah ketidakmampuan yang lengkap dan
permanen untuk menjadi hamil atau menghamili
meskipun telah diberi terapi.
e. Tanpa anak atau chillessness adalah pasangan suami
istri yang tidak pernah menghasilkan anak yang
mungkin disebabkan oleh vekunditas, kontrasepsi,
dan abortus.
2. Penyebab
a. Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada pria
i. Kelainan Genetik
Meskipun amat jarang, ketidaksuburan pria dapat
disebabkan oleh kelainan genetik seperti cystic fibrosis.
Gangguan genetik meliputi kelainan pada kromosom
seks, yang terjadi pada sindrom Klinefelter.
ii. Gangguan Hormonal
Gangguan hormonal yang terjadi dapat menghalangi
produksi sperma. Untuk merangsang testis

18
menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang
dihasillkan oleh kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut
tidak ada, atau jumlahnya menurun dalam jumlah yang
signifikan maka sudah barang tentu kinerja testis tidak
akan sempurna.
iii. Varikokel
Adalah terjadinya pelebaran Pembuluh Darah Vena di
sekitar Buah Zakar. Hal ini biasanya terindikasikan
dengan adanya benjolan pada bagian atas buah zakar
dan biasanya terjadi pada sebelah kiri.
iv. Sumbatan Saluran Sperma
Biasanya disebabkan bawaan lahir karena tidak
terbentuknya sebagian saluran sperma. Selain itu infeksi
juga dapat menyebabkan terjadinya sumbatan saluran
sperma. Infeksi pada saluran reproduksi dapat
disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular
seksual. Jika memang disebabkan karena infeksi bakteri
mungkin akan terjadi sumbatan akibat perlekatan dari
saluran reproduksi pria.
v. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan
disfungsi ereksi pada pria. Nikotin membuat darah
mengental sehingga tidak bisa beredar dengan lancar,
termasuk di pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya,
muncul gangguan seksual seperti ejakulasi dini, ereksi
tidak sempurna, bahkan impotensi.
b. Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesuburan pada wanita
i. Sumbatan pada saluran telur
Sumbatan saluran telur disebabkan antara lain adanya
perlengketan pada sekitar saluran telur, hal ini sebagai
akibat dari pernah terkena IMS dan radang panggul

19
sehingga menghambat pertemuan sel telur dengan
sperma.
ii. Endometriosis
Yaitu sel selaput lendir rahim yang tumbuh pada tempat
yang tidak semestinya, yaitu di indung telur. Hal ini
dapat menimbulkan perlengketan pada sekitar saluran
telur atau pada organ reproduksi lainnya.
iii. Kelainan lendir leher Rahim
- Terlalu pekat, yang dapat menghambat laju gerakan
sperma
- Terlalu asam, yang dapat mematikan sperma.
iv. Faktor Usia
Usia berpengaruh terhadap masa reproduksi, artinya
selam masih haid teratur kemungkinan ia masih bisa
hamil. Penelitian menunjukkan potensi wanita untuk
hamil menurun setelah usia 25 tahun dan menurun
drastis pada usia di atas 38 tahun (Kasdu,2002). Hal ini
juga berlaku pada pria meskipun pria tetap dapat
menghasilkan sel sperma sampai usia 50 tahun
v. Kelainan Mulut Rahim
Normalnya, mulut rahim mengarah ke depan
(antefleksi), sehingga berhadapan langsung dengan
dinding belakang vagina. Kondisi inilah yang
memungkinkan spermatozoa sampai ke dalam saluran
mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan
rongga rahim. Penyimpangan dari posisi normalnya,
seperti retrofleksi (posisi rahim menghadap ke
belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.
vi. Kelainan Rahim
Adanya kelainan rongga rahim karena perlengketan,
mioma atau polip; peradangan endometrium dan

20
gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu
transportasi spermatozoa. Kalaupun sampai terjadi
kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan berakhir
sebelum waktunya.
3. Perkembangan Masalah Infertilitas Hingga Saat Ini
Masalah kesuburan dipengaruhi oleh budaya dan dapat
mempengaruhi populasi suatu negara. Selain itu tingkat kesuburan
masyarakat juga mempengaruhi kesehatan reproduksi yang
merupakan bagian penting dan merupakan upaya paling utama
dalam mencapai kehidupan yang berkualitas karena kesehatan
reproduksi merupakan refleksi dari kesehatan konsepsi, kesehatan
anak, remaja dan masa dewasa, dengan demikian kesehatan
reproduksi menentukan kesehatan wanita dan pria serta generasi
selanjutnya.
Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat
menusiawi dan normal apabila pasangan infertilitas mempunyai
perasaan yang berpengaruh tehadap kepercayaan diri dan citra diri.
Lebih parah lagi menurut the national infertility asosiation
menyebutkan beberapa gejala yang dapat terjadi antara lain, timbul
perasaan sedih, depresi atau putus asa lebih dari 2 minggu.
Masalah ketidaksuburan atau infertilitas merupakan masalah yang
cukup sensitif bagi pasangan suami istri. Bahkan beberapa kasus
berujung pada perceraian. Sepertinya sudah terbiasa , bila suatu
pasangan infertil maka perempuanlah yang paling di curigai,
bahkan di vonis sebagai penyebabnya.
Namun hal ini merupakan anggapan yang keliru, karena
kemungkinan ketidaksuburan bisa datang suami, istri atau kedua
belah pihak secara bersamaan. Infertilitas yang disebabkan oleh
istri sebesar 35%, faktor suami 35%. Faktor keduanya 20% dan
penyebab lainnya 10% (Mustar,2006). Di Indonesia kejadian

21
wanita infertil 15 % pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada
usia 35-39 tahun dan 55 % pada usia 40-44 tahun. Hasil survei
gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12
tahun, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40 % karena
infertilitas pada wanita, dan 10 % dari pria dan wanita, 10 % tidak
diketahui penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang menderita
infertilitas 524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS. Dari sekian banyak
kasus infertilitas hanya 50% saja yang berhasil di tangani baik
secara program bayi tabung dan sebagainya( Sarwono, 1999).
4. Upaya-Upaya Bidan Dalam Menangani Masalah Infertil
a. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesuburan dan
akibatnya bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
b. Mengajak ibu-ibu dan remaja untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan reproduksi dengan
benar.
c. Memberitahu teknik hubungan seks yang benar, contohnya:
posisi wanita dibawah dengan bokong diganjal bantal agar
sperma lebih mudah sampai di uterus.
d. Menganjurkan untuk melakukan hubungan seksual saat masa
subur.
e. Menganjurkan memilih makanan yang dapat meningkatkan
kesuburan, misal : terong dan kecambah.
f. Menyarankan melakukan hubungan seksual secara teratur,
misalnya 3 kali dalam seminggu.
g. Menganjurkan untuk periksa ke dr.SpOG guna mengetahui
lebih lanjut penyebab pasti infertilnya.

22
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh
tenaga kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai,
lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian
kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan
menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan
banyak komplikasi bahkan kematian. (Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat kelahiran
kurang dari 2500 graam. Bayi yang lahir dengan berat badan 200-2499
gram berisiko 10 kali lebih tinggi untuk meninggal daripada bayi yang
lahir dengan berat badan 3000-3499 (Pojda et al, 2000).
Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat
penting bagi pria dan wanita yang akan atau sudah berumahtangga.
Hal ini di maksudkan agar pasangan suami isteri dapat menjaga
keharmonisan rumah tangganya dan mereka juga bisa meneruskan
generasi mereka, yaitu menghasilkan seorang anak. Lebih dari 80%
pasangan suami isteri yang mengalami gangguan kesuburan dan ini
banyak sekali terjadi pada negara yang sedang berkembang. 7-15%
diantaranya masih tergolong ke dalam usia 15 – 40 tahun dengan
rating tertinggi dialami oleh para wanita sebesar 40% sampai dengan
60%.
B. Saran

23
Kami menyadari , makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran yang membangun tentu kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami
tentang pokok bahasan makalah ini mengenai unfase abortion, BBLR,
dan tingkat kesuburan bagi para pembacanya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Festy. 2010. Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di
Kabupaten Sumenep.

Manuaba. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Mulyawan, Handry. 2009. Gambaran Kejadian BBLR.

Pojda, et al. 2000. Low Birthweight-Nutrition Policy Discussion Paper No. 18

Prawirohardjo, ilmu kandungan. Edisi 2. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono


prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Petunjuk Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

24

Anda mungkin juga menyukai