KELOMPOK IV
1. JUAN KRISMANA
2. IRFAN SIMANJUNTAK
3. LENNY
4. LASMARIA SIMARMATA
5. RISWAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan sel telur
dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin
lahir selamat (hidup) sebelum 28 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia, paritas, riwayat abortus,
jarak kehamilan, sosial ekonomi, pendidikan, penyakit infeksi, alkohol, merokok, dan
status perkawinan”. Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.Seorang ibu memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara
fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
berikutnya. Bila jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan
kesehatan ibu belum pulih dengan baik. 4 Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai
karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang
Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan
abortus(BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-50 juta,
sama halnya dengan 125.000 abortus per hari (Sedgh G et al, 2016). Berdasarkan data
Departemen Kesehatan RI, setiap tahun diperkirakan 1,5-3 juta ibu mengalami abortus.
Kejadian abortus yang terjadi di Indonesia disertai dengan komplikasi utama berupa
perdarahan dan infeksi yang dapat berakhir dengan kematian (Depkes RI). Pada tahun
2012 abortus menyumbang angka kematian ibu di Indonesia sebesar 1,6% (Kemenkes RI,
2015). Beberapa studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi pada 10% - 25%
kehamilan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan 50% -75% kasus
disebabkan oleh abnormalitas kromosom (Sulfiana, Chalid, Farid, Rauf, & Hartono, 2016;
Cunningham, 2014).
Riwayat abortus juga merupakan factor risiko yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya abortus pada ibu hamil.Pada penelitian yang dilakukan oleh (Resya,2016),
sekitar 21 dari 35 ibu. Abortus sering dikaitkan dengan tingginya angka persalinan
prematur, abortus rekuren, dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Selain itu, abortus diduga
atau pada produk kehamilan (Amalia & Sayono, 2015). Abortus seringkali
2014).
Dampak fisik yang timbul pasca abortus terjadi adanya perdarahan dari sisa-sisa
hasil konsepsi, terjadinya robekan rahim (perforasi) akibat dampak fisik tindakan medis
kerokan kuret yang tekanannya terlalu besar, infeksi dari pertumbuhan bakteri dari sisa
produk kehamilan karena kuman endogen, abortus juga mengakibatkan syok karena
terjadi perdarahan (shock hemoragik) dan infeksi berat (shock endoseptik) (Salamah,
2013).
wanita pasca abortus meliputi rasa bersalah (61%), depresi (52,5%), menyesal (52,1%),
malu (52%), sedih (55,3%). Dampak psikis yang biasanya terjadi pasca abortus adalah
mengakibatkan peningkatan emosi sehingga penderita merasa tegang dan takut, depresi
dapat menyebabkan beberapa gangguan pada penderita seperti; gangguan daya ingat,
gangguan konsentrasi, lesu badan dan jiwa, perasaan kosong, hambatan dalam berpikir
dan bertindak, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, gangguan pencernaan, berdebar-
debar, sesak nafas dan tremor, abortus juga mengakibatkan gangguan psikotik dan resiko
hasil penelitian ( Wahyu, 2013) ada hubungan riwayat abortus, umur, jenis abortus
dengan kejadian depresi pada ibu yang mengalami abortus di RSKIA Sadewa Sleman
Yogyakarta Tahun 2013. Selain itu, wanita yang mengalami abortus, apabila tidak dapat
mengatasi dampak negatif yang terjadi dan tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya
mengalami abortus (Febby, 2013). Teori Bowlby menjelaskan bahwa proses berduka
akibat suatu kehilangan memiliki empat fase, yaitu : mati rasa dan penyangkalan terhadap
kehilangan, kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan memprotes
kehilangan yang tetap ada, kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan
dirinya sulit melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari, dan tahap terakhir adalah
reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan hidupnya (Sari,
2015).
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Ada beberapa fungsi
instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan keluarga pada merupakan turunan dari
Pengalaman kehilangan bayi yang dirasakan oleh ibu memunculkan respon berupa
bangkit dari kesedihan dan sikap atau keyakinan terhadap kesehatan. Partisipan dalam
melalui kehilangan dan berduka membutuhkan dukungan sistem sosial yang datang dari
pasangan (suami), orang tua atau mertua, anggota keluarga lainnya, tetangga maupun
teman. Dukungan dari orang terdekat sangat diperlukan untuk mengembalikan semangat
dan memotivasi ibu yang mengalami kehilangan dan berduka karena kematian bayi.
B. Rumusan Masalah
kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup kurang dari 20 minggu atau sebelum berat
janin mencapai 500 gram. Faktor risiko terjadinya abortus meliputi; usia, paritas ibu,
diabetes mellitus, hipertensi, rendahnya social ekonomi, toksin seperti arsen dan karbon
disulfida, kelainan pada uterus. Setiap tahun diperkirakan 1,5-3 juta ibu mengalami
abortus. Kejadian abortus yang terjadi di Indonesia disertai dengan komplikasi utama
Ibu yang mengalami abortus menyebabkan banyak dampak fisik dan psikis ibu.
Dampak fisik seperti terjadinya robekan Rahim, infeksi, syok dan dampak psikisnya
adalah rasa cemas, gangguan daya ingat, gangguan konsentrasi, lesu badan dan jiwa,
perasaan kosong, hambatan dalam berpikir dan bertindak, penurunan nafsu makan,
gangguan tidur. Sehingga apabila pada tahapan kehilangan ini tidak ditangani dengan baik
maka akan timbul masalah depresi berkelanjutan, tidak percaya diri, dan tidak dapat
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
pasien abortus
abortus.
D. Manfaat
B. Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
Abortus spontanea
merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal inidibedakan sebagai berikut:
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancamanterhadap
kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilanmasih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000) Ditandai
dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibumungkin
mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasilkonsepsi atau
janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan(dilatasi serviks).
Abortus insipiens
adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20minggu dan disertai mulas yang sering dan
kuat. Pada abortus jenis ini terjadipembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di
dalam rahimatau uterus.
Abortus inkompletus
adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi padakehamilan sebelum 20 minggu. Sementara
sebagian masih berada di dalamrahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin
dapat dirabadalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahantidak
akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harusdikuret.
Abortus kompletus
Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya
terjadi pada awal kehamilan saat plasentabelum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os
uteri menutup dan rahimmengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak
dilakukantindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalamiperdarahan dan
masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkandengan cara dikuret.
Abortus Servikalis
adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uterieksternum yang tidak membuka,
sehingga mengumpul di dalam kanalisservikalis (rongga serviks) dan uterus membesar,
berbentuk bundar, dandindingnya menipis
Abortus provokatusAbortus provokatus
merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan,yaitu dengan cara menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum
dapat hidup diluar kandungan apabila usiakehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat
badan bayi kurang dari 1000 gram,walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah
1000 gram dapat terushidup.Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
1. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yangdilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud
denganindikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenanganuntuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakitkandungan) sesuai dengan tanggung jawab
profesi.
Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum,psikologi).
Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluargaterdekat.
Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan
yang memadai,yang ditunjuk oleh pemerintah.
Prosedur tidak dirahasiakan.
Dokumen medik harus lengkap.b.
2. Abortus Provokatus Kriminalis,
aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanyaindikasi medik (ilegal). Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakanalat-alat atau obat-obat tertentu
C. Etiologi
Penyebab – penyebab terjadinya abosrtus spontanea adalah :
Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik maupunemosional
belum matang. selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yangmasih muda masih
tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukandengan sengaja untuk
menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
dapatmenimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yangmelahirkan
anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akanmengalami
peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,termasuk karena
alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini sertadapat melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah.
Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janindan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternallebih tinggi. Risiko pada paritas
1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebihbaik, sedangkan risiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengankeluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidakdirencanakan.
Penyebab secara umum:
Penyebab dari segi martenal :
Infeksi akut
i. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
ii. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
iii. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum.
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal: a). Fibroid, inkompetensia serviks. b) Radang pelvis
kronis, endometrtis. c) Retroversi kronis. d) Hubungan seksual yang berlebihan
sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemiadan abortus.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secaradalam jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna danmenimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janindikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk sepertikantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightesovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi ataufetus papiraseus.
E. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanandarah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badannormal atau
meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibatkontraksi
uterus.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati.
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tesurine,
hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit.
4. kultur darah dan urine.
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a) Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
Adakah disertai bekuan darah
Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
Adakah tercium bau busuk dari vulva.
b) Pemeriksaan dalam speculum
Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
Apakah tampak jaringan keluar ostium
Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c) Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
G. Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring Merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkanbertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan
mekanis.
b. Menerangkan pasien agar tidak gelisah dan khawatir.
c. Semua pengeluaran dari vagina, pembalut wanita, kain yang terkena darah
harusdiperhatikan kepada dokter atau petugas kesehatan untuk mengetahui apakah
ada jaringan yang keluar dari vagina.
d. Membersihkan vulva minimal 2 x sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegahinfeksi.
e. Memberikan obat penenang biasanya 3 x 30 mg sehari dan preparat
hernatinikmisalnyasulfas farosus 600 – 1000 mg sehari.
f. Test kehamilan dapat dilakukan, bila negatif mungkin janin sudah mati.
g. Jangan melakukan klisma karena dapat merangsang kontraksi uterus. Apabilaterjadi
obstipasi dapat diberikan laksan ringan dapat juga berbentuk Supositoria.Dianjurkan
untuk menunggu 48 jam setelah pasien membaik, baru merangsangperistaltic usus.
h. Denyut nadi dan suhu badan diperiksa 2 x sehari bila tidak panas, tiap 4 jam
sekali jika pasien panas.
i. Dianjurkan untuk istirahat secara fisik dan mental dengan istirahat baring sampai2/3
hari setelah perdarahan berhenti.
j. Pemeriksaan dalam spekulum perlu untuk melihat kemungkinan adanya lesicerviks.
k. Diet tinggi protein dan tambahan zat besi dan vitamin G.
l. Setelah lepas dari perawatan, pasien harus banyak istirahat, mengurangi
kegiatanfisik, jangan dulu mengangkat beban berat, menghindari kelelahan dan
ketegangan jiwa, 2-3 minggu setelah lepas perawatan jangan melakukan senggama.
Bila terjadiperdarahan ulang, segera istirahat baring dan lapor segera ke petugas
kesehatan.
2. Abortus Incompletea.
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera berikan infuse NaCl atau cairan
ringerdilanjutkan dengan transfuse!
b. Setelah syok teratasi lakukan kerokan untuk mengeluarkan sisa konsepsi.
c. Pasca tindakan diberi suntikan ergometrin 6,2 mg Intra muskuler.
d. Bila pasien dalam keadaan anemi beri obat hematinik, sulfas ferroscus dan
vitaminC.
e. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
3. Abortus kompletusa.
a. Bila kondisi baik berikan ergometrin 3×1 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila pasien anemi berikan hematinik, jika terlalu anemi bisa
dipertimbangkantransfuse.
c. Antibiotik untuk cegah infeksi.
d. Dianjurkan makan makanan tinggi protein, vitamin, mineral.
4. Abortus incipiens
a. Sebelum dokter mendiagnosis sebagai abortus Incipiens, maka harus
ditanganisebagai abortus Iminens, kecuali bila perdarahan banyak suntikan
ergometrin 0,5mg Intra muskuler, dan apapun yang keluar dari vagina
ditunjukkan pada dokter.
b. Apabila perdarahan tidak banyak dapat ditunggu terjadinya abortus
spontan,pertolongan dalam keadaan ini berlangsung dalam 36 jam. Morfin
sangat bergunadisamping menghilangkan rasa sakit dapat merelaksasi cerviks
sehinggamemudahkan ekspulsinya hasil konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu adalah dengan segera
melakukanpengosongan uterus.
d. Pemberian infus oksitosin dapat mempercepat proses abortus. Digunakan
padakehamilan lebih dari 12 minggu karena biasanya perdarahan tidak banyak
danbahaya perforasi pada saat kerokan lebih besar. Pemberian oksitosin 10 unti
dalam500 ml dekstrose 5 % dimulai 8 tetes/ menit dinaikkan sesuai kontraksi
uterussampai terjadi abortus komplit. Bila janin sudah keluar tetapi placenta
masihtertinggal sebaiknya pengeluaran placenta secara digital.
e. Bila perdarahan banyak dan pasien harus segera mendapatkan pertolongan
dapatdilakukan pengeluaran jaringan secara digital.
f. Bila dengan demikian masih tertinggal, harus dirujuk ke rumah sakit untuk
tindakanpengosongan uteri.
g. Pengosongan kavum uteri dapat dilakukan dengan kuret vakum / cunam
abortus,
h. Suntikan ergometrin 0,5 mg Intra muskuler diberikan jika pengosongan
uterussudah selesai dilakukan untuk mempertahankan kontraksi uterus.
5. Abortus infeksiosus dan abortus septica.
a. Bila perdarahan banyak berikan transfusi dan cairan yang cukup.
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan
ujikepekaan obat). Berikan suntikan penisillin 1 juta tiap 6 jam berikan
suntikanstreptomycin 500 mg setiap 12 jam atau antibiotik spectrum luas
lainnya.
c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotik atau lebih cepat bila
terjadiperdarahan banyak lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan
hasil konsepsi.
d. Infuse dan pemberian antibiotik diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuanpenderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotik
ditinggikandan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji
kepeka ankuman.
f. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan
dilakukanbila keadaan umum membaik dan panas reda.
I. Pencegahan
Adapun upaya – upaya penceghan terjadinya abrtus ialah :
1. Yaitu melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu:
Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Semua komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan adekuat.
Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
abortusyang aman.
2. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)
Pencegahan abortus provakatus dapat dilakukan dengan cara :
Suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya
pasanganmenggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi darurat
adalahkontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah
hubunganseksual. Hal ini sering disebut “Kontrasepsi pasca senggama” atau “
morning after pill” atau “morning after treatment“. lstilah “kontrasepsi sekunder” atáu
“kontrasepsidarurat” asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut harus segera
dipakai/digunakan setelah hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan
harinyadan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa
lagi.Sebutan kontrasepsi darurat juga menekankan bahwa dalam cara KB ini lebih
baikdari pada tidak ada sama sekali. Namun tetap kurang efektif dibandingkan
dengancara KB yang sudah ada.
J. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu adakemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke ronggaperitoneum, ke ligamentum
latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letakuterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan
seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan.
Kerokan kuretdimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat
dilakukandengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan
peritonitis.Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus
diawasidengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikansuhu,
turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atauada tanda-tanda
bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
A. Pengkajian
1. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
sukubangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
2. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
3. Riwayat Kesehatan:
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakitatau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid,pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM ,
jantung ,hipertensi, masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakitlainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasimengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau,warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
sertakeluahan yang menyertainya.
8. Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas:Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini,bagaimana keadaan kesehatan anaknya
9. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahnyang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat:Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obatlainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari:Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur,hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
C. Pemeriksaan laboratorium:
1. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
2. Keluarga berencana :Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klienmenggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan pervagina
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kontraksi uterus
3. Cemas s.d kurang pengetahuan tentang abortus
4. Berduka b.d kehilangan
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina
E. Intervensi Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intakedan
output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentan normal
NO Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik bervariasi
2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang
3 Berikan sejumlah cairan pengganti Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara harianmelalui
pemeriksaan fisik
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan : Dalam perawatan 1x24, nyeri klien dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya berkurang
N Intervensi Rasional
o
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi
2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam
dan penyebabnya melakukan guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapatdila
kukan dengan pemberian analgetika
oralmaupun sistemik dalam
spectrumluas/spesifik
3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus
Tujuan: Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsiklien Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
penyebab kecemasan keperawatan merupakan support
yangmungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat diperlukan
perlu diketahui oleh klien dan bagiklien untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga danmembangun support system keluarga;
untukmengurangi kecemasan klien dan
keluarga.
4. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka terlalu larut.
No Intervensi Rasional
1 Kembangkan hubungan saling percaya Rasa percaya merupakan dasar untuk suatu
dengan pasien. Perlihatkan empati kebutahan yang terapeutik.
danperhatian. Jujur dan tepati semua
janji
2 Perlihatkan sikap menerima dan Sikap menerima menunjukkan kepada
membolehkan pasien untuk pasien bahwa anda yakin, bahwa dia
mengekspresikan perasaanya secara merupakan seseorang pribadi yang
terbuka. bermakna. Rasa percaya meningkat
3 Bantu pasien untuk mengerti bahwa Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang
perasaan seperti rasa bersalah dan wajar yang berhubungan dengan berdukayang
marah terhadap konsep kehilangan normal dapat menolong mengurangi
adalah perasaan yang wajar dan dapat beberapa perasaan bersalah menyebabkan
diterima selama proses berduka. timbulnya respon-respon ini.
4 Bantu pasien menentukan metoda- Umpan balik positif meningkatkan harga
metoda koping yang lebih adaptif diridan mendorong pengulangan perilaku yang
terhadap pengalaman kehilangan. diharapkan.
Berikan umpan balik positif untuk
identifikasi strategi dan membuat
keputusan.
5 Dorong pasien untuk menjangkau Menguatkan keimanan dan mohon
dukungan spiritual selama waktu ini kekuatan kepada sang pencipta agar diberi
dalam bentuk apapun yang diinginkan kekuatan menghadapi masalahnya.
untuknya
PENUTUP
Kesimpulan
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Penyebab dari keguguran adalah multifaktor, salah
satunya kelainan sel telur pada awal kehamilan.
Saran
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,memerlukan asuhan
pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan
komplikasinya.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
.
.
. 23
DAFTAR PUSTAKA
http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/,diakses
tanggal 20 November 2011 jam 19.38
http:// yoedhasflyingdutchman.blogspot.com,diakses tanggal 20 November 2011 jam 19.40