Dosen Pengampu :
Oleh :
Alifia Alqibtia
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa paling rentan terjadinya angka
kesakitan. Salah satu penyebab kesakitan pada ibu nifas yaitu
masalah pada proses laktasi. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang
teknik menyusui sangat penting untuk di ketahui. Ibu yang tidak mau
menyusui bayinya disebabkan karena berbagai alasan. Misalanya
takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak,
ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami
kendala, biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang
lancar.
Menurut WHO tahun 2009 Ibu yang gagal menyusui terdapat 36,5%
dan 20% diantaranya adalah ibu-ibu di negara berkembang
sementara itu berdasarkan data dari riset kesehatan dasar (Riskendas)
tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan
ASI kepada bayinya adalah karena kurangnya pemahaman ibu
tentang teknik menyusui yang benar sehingga sering menderita
puting lecet dan retak.
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut
involusi. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian
karena sekitar 60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode ini.
Perdarahan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu
pada masa nifas, dimana 50%-60% karena kegagalan uterus
berkontraksi secara sempurna.
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kematian ibu
sangat tinggi. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari. Diperkirakan
pada tahun 2015 , sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan
setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu di negara
berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 KH.
Selama masa nifas tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis.
Perubahan psikologis lebih banyak disebabkan karena perubahan
peran barunya yaitu peran menjadi seorang ibu. Sedangkan
perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas merupakan proses
pengembalian fisik ibu seperti keadaan semula sebelum hamil.
Perubahan tersebut meliputi perubahan sistem reproduksi, sistem
pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskuloskeletal, sistem
endokrin, tanda vital, sistem kardiovaskuler, dan perubahan sistem
hematologi.
Salah satu perubahan fisiologis masa nifas adalah perubahan sistem
reproduksi dimana meliputi perubahan corpus uterin, cervix, vulva
dan vagina, serta otot-otot pendukung pelvis. Kemudian perubahan
pada corpus uterin salah satunya adalah involusi uterus yaitu
pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran
bayi yang diketahui sebagai involusi.
Involusi uterus dimulai setelah persalinan yaitu setelah plasenta
dilahirkan, dimana proses involusi uterus berlangsung kira-kira
selama 6 minggu. Involusi uteri pada ibu postpartum harus berjalan
dengan baik, karena jika proses involusi tidak berjalan dengan baik
dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi subinvolusi uteri
yang dapat mengakibatkan perdarahan, selain itu adalah
hiperinvolusi uteri, kelainan fisik lain adalah pemisahan otot perut
atau yang biasa disebut dengan diastasis rectus abdominis. Kontraksi
otot perut akan membantu proses involusi yang dimulai setelah
plasenta keluar segera setelah melahirkan. Ambulasi secepat
mungkin dengan frekuensi sering sangat diperlukan dalam proses
involusi. Kelancaran proses involusi dapat dideteksi dengan
pemeriksaan lochea, konsistensi uterus, dan pengukuran tinggi
fundus uteri.
Keuntungan atau manfaat yang dapat diperoleh karena proses
pemulihan fisik yang cepat dan baik bagi ibu adalah perasaan yang
lebih baik, lebih sehat, lebih kuat, dan memungkinkan untuk dapat
segera merawat dan membesarkan bayinya. Keuntungan bagi bayi
adalah mendapatkan perawatan yang lebih baik dan kebutuhan yang
dapat diperoleh dari ibu dapat terpenuhi.
Faktor-faktor yang menyebabkan percepatan involusi uterus
(penurunan tinggi fundus uteri) salah satunya yaitu kontraksi.
Kontraksi dapat ditimbulkan dari tekanan intra abdomen atau
kekuatan otot abdomen yang baik. Latihan penguatan otot rectus
abdominis merupakan suatu latihan dengan memberikan stimulus
pada bagian muscullus rectus abdominis dengan mengontraksikan
otot-otot tersebut sehingga dapat meningkatkan tekanan intra
abdomen. Manfaat dilakukanya penguatan otot rectus abdominis
adalah mengencangkan dinding rahim, mempercepat involusi uteri
dan memperlancar pengeluaran lochea dan menurunkan tinggi
fundus uteri dengan cepat.
Latihan yang dilakukan pada otot-otot tertentu akan memberi efek
yaitu aliran darah otot meningkat sehingga pengangkutan oksigen
dan nutrisi lain untuk otot juga meningkat, hal ini akan memberikan
kekuatan pada otot secara maksimal.
Proses involusi uteri berhubungan dengan penurunan tinggi fundus
uteri karena salah satu indikator dalam proses involusi adalah tinggi
fundus uteri. Salah satu cara untuk memperlancar proses involusi
uteri adalah dengan melakukan penguatan otot abdomen khususnya
musculus rectus abdominis. Pengencangan otot abdomen merupakan
latihan yang dilakukan oleh ibu nifas untuk menjaga otot abdominal
agar menjadi lebih kuat setelah melewati proses persalinan
Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan
akan menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan
kesedihan dapat semakin bertambah oleh karena ketidaknyamanan
secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stress, kecemasan,
adanya ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena harus
melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi
atau sikap petugas yang tidak ramah.
Minggu- minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi
seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin
frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak
mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami
perubahan ini, namun penanganan atau mekanisme koping yang
dilakukan dari setiap wanita untuk mengatasinya pasti akan berbeda.
Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga dimana wanita
tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat, suku,
bangsa, pendidikan serta pengalaman yang didapat.
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan fisiologis pada ibu nifas?
2. Apakah ada hubungan paritas dengan terjadinya terduga depresi
postpartum?
3. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu nifas dengan teknik
menyusui yang benar?
4. Adakah hubungan paritas dengan kejadian postpartum blues
pada ibu nifas?
5. Apakah ada pengaruh dukungan suami terhadap kesejahteraan
ibu nifas?
6. Apakah ada hubungan antara kecemasan postpartum dengan
perubahan peran pada ibu postpartum primipara?
3. Tujuan
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2. Mengetahui hubungan paritas dengan terjadinya terduga depresi
postpartum.
3. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas dengan teknik
menyusui yang benar.
4. Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian postpartum blues
pada ibu nifas.
5. Mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap kesejahteraan
ibu nifas.
6. Mengetahui hubungan antara kecemasan postpartum dengan
perubahan peran pada ibu postpartum primipara.
4. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat mempraktikan teori yang didapat secara langsung di
lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan metode
Literatur Review
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan kajian materi serta refrensi bagi mahasiswa dalam
memahami pelaksanaan asuhan kebidanan dengan metode
Literatur Review dan meningkatkan pengetahuan untuk
melakukan atau mengembangkan penelitia dibidang kesehatan
yang berkelanjutan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan program pelayanan yang berlanjutan terhadap ibu
nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Puerperium Intermediate
Suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
3. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015),
yaitu :
1.) Periode Pasca Salin Segera (Immediate Post Partum) 0-24
jam. Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, kesehatan
harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2.) Periode Pasca Salin Awal (Early Post Partum) 24 jam-1
minggu. Pada periode ini pastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau
busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta dapat menyusui bayinya dengan baik.
3.) Periode Pasca Salin Lanjut (Late Post Partum) 1 minggu-6
minggu. Pada periode ini tenanga kesehatan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan serta konseling KB. (Asih
Yusari, Risneni, 2016).
4.2 Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya
menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.
Serviks menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan
sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran
vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan,
bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini
disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan
serviks tidak berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi
merah kehitaman karena mengandung banyak pembuluh
darah dengan konsistensi lunak. Segera setelah janin
dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan
pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat
dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya
dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
4.3 Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga
uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan
belakang vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran
panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan
vagina mengalami penekanan serta pereganganan yang
sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur- angsur akan muncul kembali. Sesuai dengan
fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri
dengan tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai
saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal dari
cavum uteri selama masa nifas yang disebut lochea.
Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai
berikut:
1) Lochea Rubra/ Kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar
barcampur sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua,
sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.
2) Lochea Sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7
postpartum, karakteristik lochea sanguinolenta berupa
darah bercampur lendir.
3) Lochea Serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah
1 minggu postpartum.
4) Lochea Alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya
merupakan cairan putih (Walyani, 2017) Normalnya
lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada
jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.
4.4 Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami
penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah
proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada
keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.
4.5 Payudara (Mamae)
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan
progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI
dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan
menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu
sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan
dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan
pertama muncul pada awal nifas ASI adalah ASI yang
berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan
kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu
pada usia kehamilan ± 12 minggu. Perubahan payudara
dapat meliputi:
1.) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan
peningkatan hormon prolactin setelah persalinan.
2.) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI
terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan.
3.) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda
mulainya proses laktasi (Walyani, 2017).
2.) Nadi
Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi
dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya
denyut nadi akan kembali normal.
3.) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya
perdarahan pada proses persalinan.
4.) Pernafasan
Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat
karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu
meneran/ mengejan dan memepertahankan agar
persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah
partus frekuensi pernafasan akan Kembali normal.
BAB III
PEMBAHASAN
\
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai dari
beberapa jam setelah persalinan selesai smpai 6 minggu atau 42
hari. Selama masa nifas , organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Pada
masa nifas ini, terjadi perubahan – perubahan anatomi dan
fisiologi pada ibu . Perubahan fisiologis yang terjadi sangat
jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses – proses pada
kehamilan berjalan terbalik . Banyak faktor termasuk tingkat
energi, tingkat kenyamana, kesehatan bayi baru lahir dan
perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut membentuk
respon ibu terhadap bayi selama masa nifas ini. Ada pun
perubahan yang terjadi pada : sistem reproduksi, involusi
uterus, vagina dan perineum, sistem muskuloskeletal.
Perubahan perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologi dan
patologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan
harus memahami perubahan – perubahan tersebut agar dapat
memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada
pasien.
Postpartum blues juga merupakan periode pendek kelabilan
emosi sementara yang ditandai dengan mudah menangis,
iritabilitas, rasa letih, mudah marah, cemas dan sedih biasanya
terjadi menjelang akhir minggu pasca persalinan pertama.
Postpartum blues atau sering disebut Baby blues merupakan
problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Ada
beberapa Kejadian Postpartum Blues Berdasarkan: Usia Hasil,
Pendidikan, Cara Persalinan, Paritas.
2. Saran
1. Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap
bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus
memahami dan memiliki pengetahuan tentang perubahan –
perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas dan
Postpartum blues ini dengan baik.
2. Dan semoga makalah ini dapat di gunakan sebaik – baiknya
agar makalah ini selalu dapat di gunakan. Bagi mahasiswa
dapat membaca makalah ini sebagai referensi dalam proses
kegiatan belajar mengajar dan sebagai referensi terhadap
perubahan organ reproduksi dan Postpartum blues selama masa
nifas
DAFTAR PUSTAKA