Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAAN DENGAN KASUS


ABORTUS”

KELOMPOK 1:

ABDUL AZIZ BACHTIAR


AHMADH FARID SAIFUDIN
KHOLIDA APRILIA AL HARIRO
DIAN MARITA DWIJAYANTI
ELY FAUZI
FERDIANA FAZA P
FITRIYAH

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Makalah ini berisi tentang “Asuhan Kehamilan dan Penatalaksanaan Pasien Dengan Kasus

Abortus”.

Makalah ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

diantaranya ; Ibu Nurus Safa’ah, SST., M. Kes. dan ibu Dyah Pitaloka, S.Kep., Ns., M.Kep.

Selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas. Oleh karena itu kami

sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

untuk kelompok kami khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 2

D. Manfaat ........................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Pengertian Abortus ...................................................................................................... 4

B. Penyebab abortus......................................................................................................... 4

C. Macam-macam abortus ............................................................................................... 9

D. Patofisiologi abortus.................................................................................................. 20

E. Diagnosa banding perdarahan kehamilan muda........................................................ 22

F. Komplikasi akibat abortus......................................................................................... 23

G. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang ............................................................. 24

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang

paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai

viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang

dari 500 gram.

Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi

ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita yang mengalami

kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari,

sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan

ada 5 juta kehamilan pertahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000

janin yang mengalami abortus spontan.

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan

masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang dipandang sebe;ah mata. Oleh

karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan

pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus

adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang

tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius

yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut telah kita ketahui pembahasan yang akan

dibicarakan dalam makalah ini ialah tentang “ABORTUS”, yakni sebagai berikut:

1. Apakah pengertian abortus?

2. Apa saja penyebab abortus?

3. Apa saja macam-macam abortus?

4. Bagaimana patofisiologi abortus?

5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?

6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

7. Bagaimana Hukum melakukan Abortus menurut undang – undang?

C. Tujuan Pembahasan

a) Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi

penugasan yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Keperawatan

Maternitas.

b) Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian abortus

2. Menjelaskan penyebab abortus

3. Menyebutkan macam-macam abortus

4. Menjelaskan patofisiologi abortus

5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

7. Mengetahui Hukum melakukan abortus menurut undang – undang

2
D. Manfaat

a. Bagi masyarakat

Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.

b. Bagi penulis

Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan

penatalaksanaan abortus.

c. Bagi institusi

Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi

kesehatan agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Abortus

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).

Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode

obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).

Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut

abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000

gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk

abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara

500 – 999 gram disebut juga dengan immature.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada

atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu

untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B. Penyebab abortus

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.

Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada

kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

4
• Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk

abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan

yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan

kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

• Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna

sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium

belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang

karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

• Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil

konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya

dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol,

kafein, dan lainnya.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi

menahun.

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi

plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.

Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi

menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

5
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan

toksoplasmosis.

Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut

infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap

penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.

Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin

akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik

akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan

menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.

Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus

abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau

plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian

janin, kemudian terjadi abortus.

Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol

metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan

resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan

insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada

trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan

terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital,

prolapsus atau retroversio uteri.

6
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat

tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal

dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks

inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks

postpartum.

5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual

khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan

riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab

terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta

mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.

Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat

hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal

• Penyebab secara umum:

i) Infeksi

a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis

b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

c. Parasit, misalnya malaria.

7
ii) Infeksi kronis

a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b. Tuberkulosis paru aktif

c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit

jantung, toxemia gravidarum

e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

f. Trauma fisik.

• Penyebab yang bersifat lokal:

a. Fibroid, inkompetensia serviks.

b. Radang pelvis kronis, endometrtis.

c. Retroversi kronis.

d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga

menyebabkan hiperemia dan abortus.

9. Penyebab dari segi Janin

• Kematian janin akibat kelainan bawaan

• Mola hidatidosa.

• Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

• Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%

kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada

tubuh janin.

8
• Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan

chromosomal.

• Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi

dengan adekuat.

C. Macam-macam abortus

1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,

dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan

tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung

beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian,

wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan

pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu

janin mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.

Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus

ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan

kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau

dipertahankan.

Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit,

sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan

bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan

pertumbuhan dalam rahim.

• Diagnosa pada abortus imminent adalah :

9
(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).

(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .

(3) Serviks dan OUE masih tertutup.

(4) PP test (+).

• Penanganan abortus imminens meliputi :

(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus

dan berkurangnya rangsang mekanik.

(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti

efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam

uterus.

Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,

kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan

dilatasi serviks.

Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri

berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang

berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung

hanya beberapa jam saja.

10
• Diagnosa abortus insipiens :

(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.

(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.

(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.

(5) PPtest dapat positif atau negatif .

• Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan

aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :

a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu).

b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit

untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

(3) Untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan

11
dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak

begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm.

Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.

Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah

lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan

yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).

• Diagnosa abortus inkomplit adalah:

(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.

(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak

jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š

(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).

(4) PP test positif atau negatif, anemia.

• Penanganan abortus inkomplit :

(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg

per oral.

(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang

16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan:

a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.

Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum

manual tidak tersedia.

12
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg

peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)

(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam

fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi

b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg

c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)

Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.

Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-

lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini

luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah

dikeluarkan.

Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput

ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan

berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.

• Diagnosa abortus komplets adalah :

(1) Perdarahan yang sedikit

(2) Ostium uteri telah menutup

13
(3) Uterus telah mengecil

• Penanganan abortus komplit :

(1) Tidak perlu evaluasi lagi.

(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.

(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per

hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.

(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-

turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus

spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi

terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan

reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.

• Diagnosa abortus habitualis adalah :

(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.

(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.

(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan

vaginal tiap minggu.

(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari

vagina

(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan

histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.

14
• Penanganannya terdiri atas :

(1) Memperbaiki keadaan umum.

(2) Pemberian makanan yang sempurna.

(3) Anjuran istirahat cukup banyak.

(4) Larangan koitus dan olah raga.

(5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya

mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.

6. Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau

lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-

kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran

abortus imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini, sekurang-kurangnya terjadi

pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan

pemasangan laminaria stift.

• Gejala-gejala selanjutnya ialah :

(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban

dan macerasi janin.

(2) Buah dada mengecil kembali.

(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe

berlangsung terus.

15
Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-

lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang

masih muda sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau

kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi

janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion

(abortus tertunda).

• Diagnosa missed abortion adalah :

(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang

(2) Mammae agak mengendor lagi

(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil

(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.

(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah

mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.

(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai

gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga

pemerikaan kearah ini perlu dilakukan.

• Penatalaksanaan :

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah

hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung

dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr

mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih

dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu

16
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,

mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin

secepatnya dikeluarkan

7. Abortus infeksiosa, abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,

sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran

kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis.

Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada

abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.

Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,

endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital,

bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria

anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang

dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus

influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara

lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas

secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif.

Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati intravaskular

diseminata.

• Diagnosa abortus infeksiosa adalah :

17
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia,

seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang

membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.

(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang

menggigil.

(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.

(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah

dan getah pada serviks uteri.

8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran

kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.

Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada

umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan

belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,

walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

A. Macam-macam abortus provokatus:

1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.

Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya

dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa

maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.

Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat

dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan

(vakum) atau dengan sendok curet.

18
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat

disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.

Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya: penyakit jantung

(rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.

Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin

mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya

adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan

penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks

invasif. American College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan

petunjuk untuk abortus terapeutik:

a) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau

mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang

terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.

b) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada

evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.

c) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya

bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.

2) Abortus provocatus criminalis.

Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan

medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin

mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena

19
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang

dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.

D. Patofisiologi abortus

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan

sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam

uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua

secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8

minggu sampai 14 minggu, penembus sudah lebih dalam hingga plasenta tidak

dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari

14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam

berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas

bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi

atau fetus papi raseus.

Abortus spontan (keguguran pada 20 minggu pertama kehamilan) dapat

diklasifikasikan sebagai mengancam, tidak dapat dielakkan, inkomplet, atau missed.

Keguguran dini dapat disebabkan oleh infeksi, inkompetensi serviks, kelainan genetic,

merokok atau riwayat abortus.

20
PATHWAY

Factor predisposisi (kelemahan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan placenta,


kelainan maternal)

Gangguan sirkulasi uterus

Perdarahan dalam desidua

Embrio terlepas (semua atau sedikit)

Abortus

Resiko Ancaman Cemas terhadap


Pada Janin Terlepas sedikit keselamatan
janin

Benda asing dalam uterus

Terjadi perlukaan pada endometrium

Gg. Rasa Nyaman Nyeri Kontraksi uterus

Defisit Volume
Perdarahan Cairan

Therapy bedrest

Intoleransi

Aktivitas

21
E. Diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan


Bercak Tertutu Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
hingga p dengan usia bawah imminens perdarahan
sedang gestasi Uterus lunak Istirahat
Hindarkan koitus

Sedikit Limbung atau Kehamilan Laparotomi dan


membesar pingsan ektopik parsial
dari normal Neri perut yang Salpingektomi
bawah terganggu Salpingostomi
Nyeri goyang
porsio
Masa adneksa
Cairan bebas
intraabdomen

Tertutu Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu terapi


p/terbu dari usia nyeri perut komplit spesifik kecuali
ka gestasi bawah perdarahan
Riwayat berlanjut atau
ekspulsi hasil terjadi infeksi
konsepsi
Sedang Terbuk Sesuai usia Kram atau Abortus Evakuasi
hingga a kehamilan nyeriperut insipiens
masif/ bawah
banyak Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi

22
Kram atau Abortus Evakuasi
nyeri perut inkomplit
bawah
Ekspulsi
sebagian hasil
konsepsi

Terbuk Lunak dan Mual/ muntah Abortus Evakuasi


a lebih besar Kram perut mola Tatalaksana mola
dari usia bawah
gestasi Sindroma
mirip
preeklamsi
Tak ada janin
keluar
jaringan
seperti anggur

F. Komplikasi akibat abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,

dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat

terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada

23
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk

perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

3. Infeksi

Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella

abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama

dikenal, tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti

bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan,

tidak terdapat bukti bahwa Listeri amonocytogenes atau Chlamydia

trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan

berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal

kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus

imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan

kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

4. Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank

karena infeksi berat (syok endoseptik).

G. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) :

Pasal 229

1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa

24
karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan

atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian

maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 314

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak

dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan

bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian

merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri

dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang

turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346

25
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau

menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

tahun.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram.

Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,

kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor

hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain

Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan).

Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu

aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan

ilegal). Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat

dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU

Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak

disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau

medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.

Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat

melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut

melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena

operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk

menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia

27
kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori

aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa untuk mendalami dan memahami tentang abortus.
Sebaiknya perawat juga harus mengetahui dan memahami konsep
kegawatdaruratan, baik kegawatdaruratan umu maupun kegawatdaruratan maternitas.
Karena dengan perawat memahami konsep penanganan abortus, diharapkan pasien
dengan kasus abortus dapat tertangani dan bisa diselamatkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan Pada Ny S GIIPIA0 Umur 26 th Hamil 12

Minggu Dengan Abortus Kompletus Di Puskesmas Pertungkriyono Kabupaten Pekalongan”.

2018.

(http://repository.unimus.ac.id) Diakses pada tanggal 11 Februari 2022.

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta: Media

Aesculapius.

Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di

Indonesia.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)

29

Anda mungkin juga menyukai