Anda di halaman 1dari 43

PENYELARASAN HUKUM ISLAM

TERHADAP FENOMENA ABORSI


DENGAN TUNTUTAN
PROFESIONALISME
Dosen Pengampu :
Drs. Akhmad Faozi, AMK., M.Si.

Kelompok 3B
Anggota Kelompok

Hajar Zulva S Tanti Intan N Karmilah

Anggi Nabilla S Sari Oktavia D


PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Aborsi dapat menimbulkan bahaya yang serius dari segi kesehatan dan
keselamatan, termasuk kemungkinan kematian mendadak dan
perkembangnya kecemasan dan kesedihan yang berlangsung seumur hidup
(Tama & Ihya, 2023).
Dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim dan cacat permanen
(Sinlin et al., 2020).
KUHP melarang aborsi dengan alasan apapun (pasal 283, 299, dan 346-349).
Muncul peraturan bahwa aborsi merupakan tindakan medis darurat.
Muncul pertentangan mengenai hukum aborsi.
Pentingnya pandangan hukum Islam mengenai aborsi: untuk pertimbangan,
mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Muslim, dan menjadi jalan
kebenaran.
RUMUSAN MASALAH

1. Apakah sejarah Islam pernah menyebutkan tentang fenomena


aborsi?
2. Bagaimana hukum aborsi dalam pandangan Islam?
3. Bagaimana pandangan Islam dalam menyikapi perbedaan hukum
aborsi?
4. Bagaimana urgensi diskusi antara tenaga medis dan tokoh agama
Islam terkait tindakan aborsi?
TUJUAN
1 Mengetahui fenomena aborsi dalam sejarah Islam

2 Mengetahui hukum aborsi dalam pandangan Islam

Mengetahui pandangan Islam terkait perbedaan


3 hukum aborsi

Mengetahui urgensi diskusi antara tenaga medis


4 dan tokoh agama Islam terkait tindakan aborsi.
MANFAAT

1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang prinsip-prinsip hukum
Islam tentang masalah aborsi.
Mahasiswa akan memperoleh kemampuan penelitian yang kuat, termasuk mengatur informasi
terkait, melakukan wawancara, menganalisis literatur, dan mengumpulkan data.
Membantu mahasiswa memperoleh keterampilan untuk mengkaji tantangan modern dari berbagai
sudut pandang, seperti hukum, etika, dan agama, seperti isu aborsi.
Pengetahuan mahasiswa tentang keprihatinan sosial yang relevan di masyarakat akan tumbuh..

2. Bagi Instansi
Memberikan penjelasan yang lebih menyeluruh mengenai sudut pandang hukum Islam tentang
aborsi dan menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat sejalan dengan standar profesional dalam
bidang hukum, etika, dan medis.
MANFAAT

2. Bagi Instansi
Memberikan landasan untuk menciptakan prosedur yang lebih sesuai dan lebih baik dalam
menangani situasi aborsi dalam berbagai situasi, dari sudut pandang hukum, medis, dan agama.
Organisasi kesehatan dapat meningkatkan layanan yang mereka berikan kepada individu yang
membutuhkan dengan memastikan bahwa prosedur aborsi dilakukan dengan etika yang tepat dan
standar medis yang baik dengan memahami ekspektasi profesionalisme dalam konteks aborsi.
Membantu organisasi menciptakan strategi yang menjunjung dan membela hak asasi manusia,
khususnya hak perempuan atas kesehatan reproduksi dan kehidupan.
Mendorong lembaga-lembaga, termasuk lembaga hukum, agama, dan medis, untuk bekerja sama
mengatasi permasalahan terkait aborsi dengan cara yang etis dan profesional.
Memungkinkan masyarakat mengambil keputusan yang lebih baik dengan menjadi landasan untuk
mendidik dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hukum Islam, aborsi, dan
profesionalisme dalam konteks kesehatan reproduksi.
Hal ini dapat berfungsi sebagai landasan untuk studi dan kemajuan tambahan guna membantu upaya
menemukan cara yang lebih efektif untuk mengatasi masalah aborsi secara holistik dan untuk
mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang kompleksitasnya dari berbagai sudut.
MANFAAT

3. Bagi Pembaca
Membantu pembaca dalam memahami sudut pandang hukum Islam tentang aborsi dan bagaimana
hal tersebut dapat diselaraskan dengan standar profesionalisme di bidang hukum dan medis.
Pembaca akan mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai aborsi yang berkaitan dengan hukum
Islam dan profesional.
Pembaca yang bekerja di bidang hukum atau medis dapat meningkatkan kualitas layanan mereka.
Dengan memasukkan informasi baru ini ke dalam pekerjaan mereka, mereka dapat memastikan
bahwa layanan yang mereka tawarkan mematuhi pedoman hukum dan etika terkait.
Mendorong pembaca untuk mempertimbangkan permasalahan moral dan hukum yang dapat muncul
dalam situasi yang melibatkan aborsi.
Mengundang pembaca untuk berpartisipasi dalam diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana
hukum Islam dan standar profesional dalam isu aborsi dapat diseimbangkan.
Menjadi kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di bidang etika kedokteran
dan hukum Islam. juga mampu menawarkan perspektif baru yang memajukan ilmu pengetahuan dan
kerja lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN ABORSI

01 Kata abortus yang berarti “aborsi” atau “penghentian kehamilan,”


adalah akar bahasa Latin dari kata “abortus”. Aborsi seperti yang
digunakan dalam bahasa Inggris, mengacu pada pengangkatan janin
dari rahim sebelum dapat bertahan hidup sendiri (Sari, 2023).

Istilah aborsi dalam bahasa arab (isqath al-haml) mengacu pada


02 penghentian kehamilan oleh seorang wanita yang telah melakukan
tindakan tertentu sebelum akhir kehamilannya, baik ketika bayi masih
hidup atau telah membentuk bagian dari tubuhnya tetapi tidak dapat
ada di luar rahim.

Aborsi menurut Al-Ghazali adalah mengambil kehidupan janin atau


03 membahayakan apa pun yang telah diramalkan (al- maujud al-hashil),
tes pee positif menunjukkan awal kehidupan, dan jika ia diracuni, itu
adalah tindakan ilegal (Aji, 2022).
JENIS ABORSI

1. Aborsi Terapeutik Medis


1.
(Silalahi & Luciana, 2019)

Aborsi Spontan/Alamiah atau Abortus Aborsi Buatan/Disengaja atau Abortus


Spontaneus Provocatus Criminalis

Ini dikenal sebagai al-ishath al-afwu Dikenal sebagai al-isqath al-dharury


yang diterjemahkan menjadi "aborsi atau alisqhat al- ilajiy, aborsi yang
diampuni." Jenis aborsi ini sama sekali terjadi secara sengaja untuk alasan
tidak membawa konsekuensi hukum. tertentu.
2. Aborsi Perspektif Fiqih

Aborsi Spontan/Alamiah atau Abortus

Dikenal sebagai al-ishath al-afwu yang diterjemahkan menjadi "aborsi diampuni." Jenis aborsi ini sama
sekali tidak membawa konsekuensi hukum.

Aborsi Karena Darurat atau Pengobatan ( al-isqath al-darury/alilajiy)

Dilakukan karena kehidupan ibu berada dalam bahaya jika kehamilan terus berlangsung.

Aborsi Karena Khilaf atau Tidak disengaja (khata')

Aborsi tidak disengaja (shata) dilakukan oleh khilaf atau oleh petugas polisi yang mengejar penjahat di
lingkungan publik.
Aborsi Yang Menyerupai Kesengajaan (syibh 'amd)

Misalnya, seorang wanita hamil muda menderita keguguran sebagai akibat dari serangan suaminya.

Aborsi Sengaja dan Terencana (al-'Amd)

Ketika seorang ibu dengan sengaja mengambil obat dengan tujuan menyebabkan kandungannya jatuh
atau sengaja meminta orang lain (dokter spesialis, bidan, dll) untuk membuang isiannya.
METODE ABORASI

METODE ABORSI DIKALANGAN MASYARAKAT


(Menurut Eckholm)

1. Memanfaatkan layanan medis di rumah sakit


1.
atau fasilitas medis lainnya.
2. Mencari bantuan dari dukun pijat.
2.
3. Melakukan pengguguran sendiri menggunakan
3.
alat-alat sederhana.
4. Menggunakan obat-obatan tertentu.
4.
PENYEBAB ABORSI

1.. Kendala sosial ekonomi


1
2. Keinginan untuk membatasi atau menunda
2.
3. Usia yang terlalu muda atau terlalu tua
3.
4. Kehamilan akibat hubungan yang tidak sah atau yang tidak diinginkan
4.
5. Kehamilan yang dapat membahayakan kesehatan ibu atau bayi
5.
DORONGAN MELAKUKAN
ABORSI
Terutama Aborsi provocatus criminalis, atau aborsi yang dilakukan secara kriminal,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti (Jasa, 2020):

Dorongan ekonomi atau individu Dorongan untuk menjaga kecantikan

Dorongan fisik Dorongan atas sanksi moral

Indikasi psikologis Dorongan lingkungan

Indikasi eugenetik
DAMPAK NEGATIF ABORSI

Muncul perasaan cemas


Merasa bersalah
Isolasi sosial
Efek psikologis: depresi dan gangguan mood yang serius
Efek fisik: perdarahan berlebihan, infeksi, robeknya rahim, dan fistula
genital.
HUKUM ABORSI DALAM ISLAM

Islam menjunjung tinggi kesucian kehidupan.


QS. Al-Ma'idah 5:32 menggarisbawahi
pentingnya menjaga kehidupan manusia Prinsip-prinsip umum dalam Al-Quran
QS. Al-Isra' 17:31 melarang membunuh anak- dan Sunnah menunjukkan bahwa
anak tindakan aborsi tidak diperbolehkan
QS. Al-Isra' 17:33 menyatakan bahwa kecuali dalam keadaan tertentu yang
membunuh orang tanpa hak adalah dosa diizinkan oleh syariat, seperti dalam
besar. kasus kehamilan yang membahayakan
QS. An-Nisa ayat 93 menegaskan bahwa nyawa ibu atau dalam situasi lain yang
membunuh orang beriman dengan sengaja diakui sebagai kebutuhan darurat.
adalah perbuatan yang sangat tercela dan
berdosa, dihukum dengan azab yang besar.
HUKUM ABORSI DALAM ISLAM

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 TAHUN 2005 tentang A B O R S I. Fatwa MUI Kedua tentang Ketentuan
Hukum:

MAZHAB HANAFI: Legal jika dilakukan MAZHAB SHAFI'I dan MALIKIYAH: melarang
sebelum 4 bulan kehamilan karena janin aborsi karena menganggap kehidupan
tanpa tanda-tanda kehidupan tidak dimulai sejak konsepsi, dan pelaku aborsi
dianggap sebagai manusia. bisa dihukum berdasarkan usia janin yang
terluka.
MAZHAB HAMBALI: mengizinkan aborsi
Hukum aborsi diperdebatkan di kalangan
saat janin masih dalam bentuk
agama, dengan beberapa pendapat
gumpalan darah ('alaqoh).
menganggapnya sebagai tindakan
kriminal, sementara yang lain
mempertimbangkan kondisi janin sebelum
dikenakan hukuman.
HUKUM ABORSI DALAM ISLAM
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 TAHUN 2005 tentang A B O R S I. Fatwa MUI Kedua tentang Ketentuan
Hukum:

KEADAAN HAJAT
Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya Janin yang dikandung dideteksi menderita
implantasi blastosis pada dinding rahim ibu cacat genetis yang kalau lahir kelak sulit
(nidasi). disembuhkan;
Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang Kehamilan akibat perkosaan yang
bersifat darurat ataupun hajat. ditetapkan oleh Tim yang berwenang
(keluarga korban, dokter, dan ulama);
KEADAAN DARURAT Kebolehan aborsi harus dilakukan sebelum
Perempuan hamil menderita sakit fisik berat janin berusia 40 hari.
yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter;
Kehamilan mengancam nyawa si ibu. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada
kehamilan yang terjadi akibat zina.
METODOLOGI
PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif.


Dalam penelitian ini, penelitian kualitatif digunakan untuk mengadvokasi
pemaknaan dan pandangan para informan mengenai Penyelarasan Hukum Islam
terhadap Fenomena Aborsi dengan Tuntutan Profesionalisme.

PENGUMPULAN DATA

Wawancara Data Sekunder


PARTISIPAN PENELITIAN

Terdapat 7 narasumber diantaranya:

1. Kementrian Agama Islam Kabupaten Sumedang (Bapak Zaenal Muttaqin/Kasi


1.
Bimas Islam)
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang (Bapak Dr. H. Rahmatullah Sidik/Seksi
2.
Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional)
3. Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sumedang (Bapak KH. Drs. Acep Anwar, M. Ag)
3.
4. Pimpinan Daerah Persatuan Islam (Persis) Kabupaten Sumedang (H. Saepul Bahri,
4.
S.Ag, M.Pd.I
5. Tokoh Agama Persatuan Islam (Persis) Kabupaten Sumedang (Irma Suryana, S Pd.,
5.
S Sos/Wakil Ketua Persis Sumedang Selatan)
6. Tokoh Agama Nahdatul Ulama (NU) Kabupaten Sumedang (M.Farid Maulani, S.Pd.I
6.
Ketua PCNU Sumedang Utara)
7. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sumedang (KH. Dadang Setiawan)
7.
LOKASI PENELITIAN

1. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang, Jl. Kutamaya No.25,


1.
Kotakulon, Kec. Sumedang Sel., Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45311
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Jl. Kutamaya No.21, Kotakulon,
2.
Kec. Sumedang Sel., Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45311
3. Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sumedang, Situ, Kec. Sumedang
3.
Utara, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45621
4. Masjid Al Asma PD Persis Sumedang, Jatihurip, Kec. Sumedang Utara,
4.
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45621
5. Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Jl. Angkrek, Situ, Kec. Sumedang Utara,
5.
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45621
6. Masjid Sholahuddin Al-Ayubi, Kotakaler, Kec. Sumedang Utara, Kabupaten
6.
Sumedang, Jawa Barat 45621
7. MTS Persis 37 Sumedang, Jl. Prabu Geusan Ulun No.134, Regol Wetan, Kec.
7.
Sumedang Sel., Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45311
ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh (Miles et al., 2014)
yang meliputi tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berikut
ini uraian dari proses analisis data:

1. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


1.
penyederhanaan, pengabstrakan dan pentransformasian data “kasar” yang
muncul dari berbagai catatan di lapangan. Pada tahap reduksi data ini, hasil
wawancara peneliti dengan subyek penelitian diolah menjadi teks transkrip
(Sarosa, 2021).
2. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan
2.
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan.
Sekumpulan informasi tersebut berbentuk teks naratif. Seluruh data yang didapat
dikaitkan langsung dengan berbagai teori yang digunakan peneliti.
3. Penarikan kesimpulan adalah tahap akhir dalam rangkaian proses analisis data.
3.
Analisis data ini dilengkapi juga dengan proses verifikasi data sebagai bentuk
pengujian kebenaran data, kekokohan data dan kecocokannya sehingga data
tersebut menjadi data yang valid.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
FENOMENA ABORSI
DALAM SEJARAH ISLAM

SEJARAH ABORSI PADA ZAMAN NABI

Secara garis besar para narasumber berpendapat bahwa


mereka belum menemukan atau bahkan menyatakan tidak ada
secara jelas kisah tentang kasus aborsi. Namun, mereka
memberikan contoh pendekatan dengan kasus yang lainnya
pada zaman tersebut. Pendapat para narasumber adalah bahwa
pada zaman nabi itu terdapat kasus tentang pembunuhan anak.
Dari beberapa pendapat narasumber di atas hal tersebut sejalan
dengan salah satu kisah nabi Ulul Azmi yakni Nabi Musa.
SEJARAH PERKEMBANGAN ABORSI

2.700 SM masyarakat Cina secara bebas menggunakan obat-obatan dalam


aborsi.
Pada zaman Yunani Kuno aborsi dipandang bukan sebagai suatu perbautan
yang keji atau pembunuhan. Tetapi suatu cara untuk mengehentikan
adanya kelahiran.
Sebuah filsuf berlaku toleran terhadap perilaku aborsi, diantaranya:

1. Plato (427-347 SM)


2. Aristoteles (384-322 SM)
Sebuah filsuf yang menentang aborsi, diantaranya:
1. Pengikut Pythagoras (582-496 SM)
2. Hippocrates (460-370 SM)
HUKUM ABORSI DALAM AGAMA ISLAM

Pada dasarnya hukum aborsi dalam pandangan islam adalah haram. Karena seringkali dihukumi sama
dengan pembunuhan. Disebut pembunuhan adalah ketika janin sudah utuh dan dikeluarkan secara paksa.
Dalam dunia medis aborsi dilarang dlakukan, sesuai dengan sumpah dr “akan melindungi setiap kehidupan
semenjak dari awal pembuahan” kecuali jika ada indikasi tertentu (dr. H. Rahmatullah Sidik).

MUI secara tegas mengatur hukum aborsi dalam fatwa MUI No. 1 Tahun 2000 tentang aborsi yang
dipertegas oleh fatwa MUI No. 4 Tahun 2005 bahwa kandungan berusia 40 hari secara mutlak haram
digugurkan atau boleh jika terdapat uzur atau hajat syar’i. Namun alasan hajat ini perlu prosedur yang
ketat dan dilakukan oleh tenaga profesional dan usia kandungan belum mencapai 40 hari.

MUI juga menetapkan bahwa hukum aborsi menjadi haram dengan alasan apapun pada kehamilan hasil
perzinahan. Tujuannya supaya hukum aborsi tidak dipermainkan oleh oknum yang tidak
bertanggungjawab. Namun, ulama lain berpendapat bahwa hukum ini berlaku jika baorsi dilakukan pada
kehamilan hasil dari hubungan halal (K.H. Drs. Acep Anwar, M.Ag).
PENDAPAT ULAMA LAINNYA
Aborsi boleh dilakukan jika adanya
Boleh dilakukan secara mutlak dengan alasan medis yang akan
alasan apapun jika kandungan belum membahayakan nyawa ibunya, anak
mencapai usia 40 hari. Hal ini didasari akan terlahir cacat, dan sebagainya.
oleh ulama dari 4 madzhab yaitu Hal itu sesuai dengan firman Allah
Maliki, Syafi’i, Hanafi, Hambali bahkan dalam Q.S al-Isra ayat 33 bahwa
Syaidiah. Namun ada beberapa ulama membunuh jiwa merupakan
yang berpendapat bahwa aborsi tetap perbuatan yang haram, kecuali jika
haram walau belum menginjak usia dilakukan dengan alasan yang
kandungan 40 hari (dr. H. Rahmatullah benar.
Sidik). Aborsi makruh dilakukan pada usia
kandungan berapapun berdasarkan
ulama madzhab Maliki.
Jika aborsi dilakukan untuk
kemaslahatan, maka tenaga medis
mendapat pahala. Sesuai dengan
HUKUM firman Allah SWT dalam Q.S an-Nisaa
TENAGA MEDIS bahwa menjaga keselamatan satu jiwa
YANG sama dengan menjaga keselamatan
seluruh manusia.
MELAKUKAN Jika tenaga medis membantu tindakan
TINDAKAN aborsi yang didasari hawa nafsu, maka
menjadi dosa karena membunuh satu
ABORSI jiwa sama dengan membunuh seluruh
manusia (Bpk. Zaenal Muttaqin).
TENAGA MEDIS YANG
MELAKUKAN ABORSI
Aborsi legal medikalis dilakukan harus
sesuai prosedur, standar, hygenis, aspek
legal jelas, atas persetujuan, serta ada Aborsi ilegal dihukumi jinayat dalam islam.
izin pemerintah. Yang melakukannya dikenakan sanksi
Hal tersebut bersandar pada “dar ul diyat berupa gurah, kafarat, dan ta’zir.
mafasid aula min jalbil masholih” yang
artinya menghindari bahaya itu harus
diutamakan daripada mengambil
manfaat. Namun jika tidak memenuhi
ketentuan tersebut, maka tenaga medis
telah melakukan tindakan illegal (abortus
kriminalis).
PERBEDAAN HUKUM ABORSI

Pakar agama melarang tindakan aborsi dengan alasan apapun.


Agamawan memandang aborsi sebagai tindakan pelanggaran moral
karena merenggut hak hidup manusia.
Hukum Islam memandang aborsi sebagai pembunuhan terhadap hak
hidup manusia, sehingga merupakan dosa besar (Q.S. al-Maidah:32).
Aborsi boleh dilakukan untuk penyelamatan kesehatan ataupun
nyawa seseorang (Kemenag Sumedang).
Aborsi boleh dilakukan jika kandungan belum mencapai usia 40 hari
(fatwa MUI).
Diskusi yang holistik dan inklusif menjadi
kunci untuk mencari solusi dari isu aborsi.
Tenaga medis berperan penting dalam
URGENSI mengemukakan bahaya aborsi pada
masyarakat dibantu oleh tokoh agama
DISKUSI masyarakat (MUI).
TENAGA MEDIS Dialog antara tenaga medis dan tokoh
agama dinilai penting untuk merumuskan
DAN TOKOH fatwa baru yang sesuai dengan
AGAMA perkembangan zaman dan sebagai sarana
edukasi dan pemahaman yang benar
TERKAIT terkait aborsi.
Diskusi dilakukan saat penentuan
ABORSI hukum/undang-undang, bukan saat akan
melakukan tindakan (PERSIS).
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam konteks hukum Islam, aborsi umumnya dianggap sebagai
tindakan yang tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan tertentu
seperti bahaya serius bagi nyawa ibu. Profesionalisme
memerlukan pendekatan yang cermat terhadap aborsi, dengan
mempertimbangkan etika dan aturan hukum yang berlaku.
Para profesional kesehatan dan hukum dituntut untuk memahami
dan menghormati pandangan agama serta kebijakan negara
terkait aborsi.
Dalam praktiknya, penyelarasan antara hukum Islam dan tuntutan
profesionalisme dapat dilakukan dialog antar paratokoh agama
dan medis untuk menyelaraskan hukum yang berlaku dalam
situasi aborsi.
Pendekatan Humanis: Dalam menangani fenomena aborsi,
tuntutan profesionalisme harus disertai dengan pendekatan yang
humanis. Faktor-faktor seperti keadaan kesehatan mental dan fisik
ibu, serta kondisi janin, harus dipertimbangkan secara cermat
SARAN dalam konteks hukum Islam.
Edukasi dan Pencegahan: Upaya lebih lanjut harus dilakukan dalam
bidang edukasi dan pencegahan aborsi. Pendidikan seks yang
komprehensif, akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan
Kajian Mendalam terhadap Hukum Islam: Sebagai reproduksi, dan dukungan untuk program keluarga berencana
langkah pertama, perlukan kajian mendalam dapat membantu mengurangi insiden aborsi yang tidak diinginkan.
terhadap hukum Islam tentang aborsi. Hal ini Pemberdayaan Perempuan: Profesionalisme dalam konteks aborsi
melibatkan pendekatan yang holistik terhadap juga mencakup pemberdayaan perempuan. Mereka harus memiliki
ayat-ayat Al-Quran, hadis, dan pendapat ulama. akses yang memadai terhadap informasi dan layanan kesehatan
Kriteria aborsi yang diperbolehkan dan tidak reproduksi untuk membuat keputusan yang tepat mengenai tubuh
diperbolehkan harus jelas dipahami. mereka sendiri.
Regulasi Hukum yang Jelas: Perlunya regulasi hukum yang jelas
Konsultasi dengan Ulama: Untuk memastikan
tentang aborsi yang mencerminkan nilai-nilai Islam dan tuntutan
pemahaman yang tepat, konsultasikan dengan
etika medis. Regulasi ini harus memperhitungkan keseimbangan
ulama yang berkualifikasi. Mereka dapat
antara melindungi hak perempuan dan menghormati nilai-nilai
memberikan pandangan dari 49 perspektif kehidupan.
keagamaan dan memberikan pedoman tentang Pendekatan Holistik: Menghadapi fenomena aborsi memerlukan
bagaimana hukum Islam dapat diselaraskan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak termasuk
dengan realitas kontemporer agama, pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat sipil.
Kolaborasi ini penting untuk mencapai penyelesaian yang adil dan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974–980. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3394
Afita, C. O. Y. (2020). Pengaturan Aborsi Dalam Perspektif Perundang-Undangan Indoenesia. Rio Law Jurnal, 1(1).
https://doi.org/10.36355/rlj.v1i1.329
Aji, E. A. (2022). Hadis-hadis Terkait Aborsi dalam Perpektif Ilmu Kesehatan. In Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Alief, A. F., & Basri, A. H. (2023). Implementasi Eugenetika Sebagai Alasan Praktik Aborsi Perspektif Hukum Islam Dan Hukum
Positif. Jurnal Sakinah, 40(2), 67–77. https://jurnalsakinah.uinkhas.ac.id/index.php/sakinah/article/view/8
Azizah, A., & Khoiriyah, B. (2021). Aborsi Sebagai Isu Kotemporer Hukum Keluarga (Studi Al Qur’an, Pendapat Ulama’dan Hukum
di Indonesia). SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies, 1(2), 94–102.
Darmawan, R. (2020). Penegakan Hukum Terhadap Malpraktek Dokter Yang Melakukan Aborsi (Studi Putusan
No.288/Pid.Sus/2018/Pn. Njk). El-Iqthisadi : Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Dan Hukum, 2(2), 15.
https://doi.org/10.24252/eliqthisadi.v2i2.13999
Daulay, G. F. (2022). DAMPAK ABORSI TERHADAP KESEHATAN FISIK DAN MENTAL (Studi Tematik Terhadap Ayat Qatala al-Aulaad).
Dharma, I. B. W. (2022). Legalitas Abortus Provocatus Sebagai Akibat Tindakan Pemerkosaan. Kertha Wicaksana, 16(1), 45–50.
https://doi.org/10.22225/kw.16.1.2022.45-50
Fadhallah. (2021). Wawancara. UNJ Press.
Fidora, I., Febriani, A., Putri, F. D., Pratiwi, A., & Rahmi, R. (2023). Pergaulan Sexs Bebas Yang Berakibat Tindakan Aborsi Pada
Remaja. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(8), 3326– 3332. https://doi.org/10.55681/sentri.v2i8.1405
Hodijatussolihah, Kurniati, H. Y., & RAS, H. H. (2023). Implications of Ethics in Law Enforcement on Medical Decisions. Formosa
Journal of Social Sciences (FJSS), 2(4), 577–588. https://doi.org/10.55927/fjss.v2i4.7358
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). GP Press.
Jasa, R. (2020). Pertanggungjawaban Pidana terhadap Dokter yang Melakukan Pengguguran Kandungan (Aborsi) terhadap Pasien.
In Universitas Batanghari. Universitas Batanghari.
Latifah, Vaira, R., Karinda, M., Tunggal, T., & Daiyah, I. (2023). Aborsi Dalam Pandangan Agama Islam. JIKES : JURNAL ILMU
KESEHATAN Tahun 2023, 1(2), 102–110.
DAFTAR PUSTAKA
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis (3rd ed.). SAGE Publications.
Muhammad, K. F. (2020). Aspek Hukum Tentang Abortus Provocatus Therapeuticus Di Indonesia. Jurnal Penelitian IPTEKS, 5(1),
138–150. https://doi.org/10.32528/ipteks.v5i1.3027
Munarif. (2022). Analisis Perbandingan Hukum Aborsi Menurut Hukum Islam Dengan Hukum Pidana Indonesia. Jurnal Ilmu
Hukum Dan Ekonomi Islam, 4(1), 73–86. www.lbhapik.or.id/fact
Murdiyanto, E. (2020). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian Kualitatif) (1st– 2nd ed.). Rosda Karya.
https://scholar.google.com/scholarhl=en&as_sdt=0%2C5&q=Murdiyanto%2C+E.+%282020%29.+Metode+Penelitian+Kualitatif+%2
8Sistematika+Penelitian+Kualitatif%29.+In+Bandung%3A+Rosda+Karya.+http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2Fdownloa
d%2F35360663%2FMETODE_PENELITIAN_K
Phafiandita, A. N., Permadani, A., Pradani, A. S., & Wahyudi, M. I. (2022). Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola,mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelaja. JIRA: Jurnal
Inovasi Dan Riset Akademik, 3(2), 111–121.
Putra, E. R. K. (2024). ABORSI TANPA INDIKASI MEDIS DALAM SUDUT PANDANG UU NO 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN ,
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN UU NO 1 TAHUN 2023 Eduardus Raditya Kusuma Putra Fakultas Hukum ,
Magister Hukum Kesehatan , Universitas Widyagama Email : edoradi. Jurnal Cahaya Mandalika, 17, 1129–1143.
Rofiq, N., Azizah, N., Firnanda, I., Haikal, M. W., & Oktavian, D. (2023). Aborsi Dalam Pandangan Hukum Islam. Jurnal Al-Wasith :
Jurnal Studi Hukum Islam, 8(2), 1–7. https://doi.org/10.52802/wst.v8i2.642
Sakira, A. (2022). Aborsi dan Hak Kesehatan, Reproduksi Perempuan dalam Hukum Islam dan Hukum Negara. Al-Ubudiyah: Jurnal
Pendidikan Dan Studi Islam, 3(2), 11–27. https://doi.org/10.55623/au.v3i2.120
Sari, R. D. K. (2023). Abortus Menurut Kitab Undang Hukum Pidana Dan Perspektif HAM. Jurnal Transaransi Hukum, 06(02), 138–
145.
Sarosa, S. (2021). Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Kanisius.
DAFTAR PUSTAKA

Saryono, & Anggraeni. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika.
Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Issue 9). http://repository.iainponorogo.ac.id/484/1/METODE PENELITIAN KUALITATIF DI BIDANG
PENDIDIKAN.pdf
Silalahi, R., & Rasmita Luciana. (2019). Pandangan Hukum Kesehatan Terhadap Abortus Provocatus berdasarkan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009. Jurnal Darma Agung, 28(3), 1082–1098.
Sinlin, Dharmayana, I. W., & Sholihah, A. (2020). PENGARUH LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA TENTANG DAMPAK PERILAKU SEKS BEBASPADA SISWA KELAS VIII 4 DI SMP N 3
KOTA BENGKULU. Jurnal Ilmiah BK Consilia, 3(2), 173–181.
Syakirin, A. (2021). Dualisme Abortus Provocatus Dalam Perspektif Regulasi (PerundangUndangan) Di Indonesia. Al-Syakhsiyyah:
Journal of Law & Family Studies, 3(1), 1–15. https://doi.org/10.21154/syakhsiyyah.v3i1.3008
Tama, Y. A., & Ihya, R. (2023). Aborsi: Kajian Dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundangan di Indonesia. MANDUB:
Jurnal Politik, Sosial, Hukum Dan Humaniora, 1(4), 33–42. https://doi.org/10.59059/mandub.v1i2.464
Wibowo, S. (2019). Hukum Aborsi Dalam Perspektif Interkonektif (Tinjauan Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif Indonesia).
Justisi Jurnal Ilmu Hukum, 3(1). https://doi.org/10.36805/jjih.v3i1.506
WIDOWATI. (2020). Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di Indonesia. Jurnal YUSTITIABELEN, 6(2), 16–
35. https://doi.org/10.36563/yustitiabelen.v6i2.243
Yusra, N. (2012). Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender, 11(1), 1.
https://doi.org/10.24014/marwah.v11i1.496
APAKAH ADA YANG
INGIN DITANYAKAN?
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai