Kelompok 3B
Anggota Kelompok
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang prinsip-prinsip hukum
Islam tentang masalah aborsi.
Mahasiswa akan memperoleh kemampuan penelitian yang kuat, termasuk mengatur informasi
terkait, melakukan wawancara, menganalisis literatur, dan mengumpulkan data.
Membantu mahasiswa memperoleh keterampilan untuk mengkaji tantangan modern dari berbagai
sudut pandang, seperti hukum, etika, dan agama, seperti isu aborsi.
Pengetahuan mahasiswa tentang keprihatinan sosial yang relevan di masyarakat akan tumbuh..
2. Bagi Instansi
Memberikan penjelasan yang lebih menyeluruh mengenai sudut pandang hukum Islam tentang
aborsi dan menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat sejalan dengan standar profesional dalam
bidang hukum, etika, dan medis.
MANFAAT
2. Bagi Instansi
Memberikan landasan untuk menciptakan prosedur yang lebih sesuai dan lebih baik dalam
menangani situasi aborsi dalam berbagai situasi, dari sudut pandang hukum, medis, dan agama.
Organisasi kesehatan dapat meningkatkan layanan yang mereka berikan kepada individu yang
membutuhkan dengan memastikan bahwa prosedur aborsi dilakukan dengan etika yang tepat dan
standar medis yang baik dengan memahami ekspektasi profesionalisme dalam konteks aborsi.
Membantu organisasi menciptakan strategi yang menjunjung dan membela hak asasi manusia,
khususnya hak perempuan atas kesehatan reproduksi dan kehidupan.
Mendorong lembaga-lembaga, termasuk lembaga hukum, agama, dan medis, untuk bekerja sama
mengatasi permasalahan terkait aborsi dengan cara yang etis dan profesional.
Memungkinkan masyarakat mengambil keputusan yang lebih baik dengan menjadi landasan untuk
mendidik dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hukum Islam, aborsi, dan
profesionalisme dalam konteks kesehatan reproduksi.
Hal ini dapat berfungsi sebagai landasan untuk studi dan kemajuan tambahan guna membantu upaya
menemukan cara yang lebih efektif untuk mengatasi masalah aborsi secara holistik dan untuk
mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang kompleksitasnya dari berbagai sudut.
MANFAAT
3. Bagi Pembaca
Membantu pembaca dalam memahami sudut pandang hukum Islam tentang aborsi dan bagaimana
hal tersebut dapat diselaraskan dengan standar profesionalisme di bidang hukum dan medis.
Pembaca akan mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai aborsi yang berkaitan dengan hukum
Islam dan profesional.
Pembaca yang bekerja di bidang hukum atau medis dapat meningkatkan kualitas layanan mereka.
Dengan memasukkan informasi baru ini ke dalam pekerjaan mereka, mereka dapat memastikan
bahwa layanan yang mereka tawarkan mematuhi pedoman hukum dan etika terkait.
Mendorong pembaca untuk mempertimbangkan permasalahan moral dan hukum yang dapat muncul
dalam situasi yang melibatkan aborsi.
Mengundang pembaca untuk berpartisipasi dalam diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana
hukum Islam dan standar profesional dalam isu aborsi dapat diseimbangkan.
Menjadi kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan di bidang etika kedokteran
dan hukum Islam. juga mampu menawarkan perspektif baru yang memajukan ilmu pengetahuan dan
kerja lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN ABORSI
Dikenal sebagai al-ishath al-afwu yang diterjemahkan menjadi "aborsi diampuni." Jenis aborsi ini sama
sekali tidak membawa konsekuensi hukum.
Dilakukan karena kehidupan ibu berada dalam bahaya jika kehamilan terus berlangsung.
Aborsi tidak disengaja (shata) dilakukan oleh khilaf atau oleh petugas polisi yang mengejar penjahat di
lingkungan publik.
Aborsi Yang Menyerupai Kesengajaan (syibh 'amd)
Misalnya, seorang wanita hamil muda menderita keguguran sebagai akibat dari serangan suaminya.
Ketika seorang ibu dengan sengaja mengambil obat dengan tujuan menyebabkan kandungannya jatuh
atau sengaja meminta orang lain (dokter spesialis, bidan, dll) untuk membuang isiannya.
METODE ABORASI
Indikasi eugenetik
DAMPAK NEGATIF ABORSI
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 TAHUN 2005 tentang A B O R S I. Fatwa MUI Kedua tentang Ketentuan
Hukum:
MAZHAB HANAFI: Legal jika dilakukan MAZHAB SHAFI'I dan MALIKIYAH: melarang
sebelum 4 bulan kehamilan karena janin aborsi karena menganggap kehidupan
tanpa tanda-tanda kehidupan tidak dimulai sejak konsepsi, dan pelaku aborsi
dianggap sebagai manusia. bisa dihukum berdasarkan usia janin yang
terluka.
MAZHAB HAMBALI: mengizinkan aborsi
Hukum aborsi diperdebatkan di kalangan
saat janin masih dalam bentuk
agama, dengan beberapa pendapat
gumpalan darah ('alaqoh).
menganggapnya sebagai tindakan
kriminal, sementara yang lain
mempertimbangkan kondisi janin sebelum
dikenakan hukuman.
HUKUM ABORSI DALAM ISLAM
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 TAHUN 2005 tentang A B O R S I. Fatwa MUI Kedua tentang Ketentuan
Hukum:
KEADAAN HAJAT
Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya Janin yang dikandung dideteksi menderita
implantasi blastosis pada dinding rahim ibu cacat genetis yang kalau lahir kelak sulit
(nidasi). disembuhkan;
Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang Kehamilan akibat perkosaan yang
bersifat darurat ataupun hajat. ditetapkan oleh Tim yang berwenang
(keluarga korban, dokter, dan ulama);
KEADAAN DARURAT Kebolehan aborsi harus dilakukan sebelum
Perempuan hamil menderita sakit fisik berat janin berusia 40 hari.
yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter;
Kehamilan mengancam nyawa si ibu. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada
kehamilan yang terjadi akibat zina.
METODOLOGI
PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
Pada dasarnya hukum aborsi dalam pandangan islam adalah haram. Karena seringkali dihukumi sama
dengan pembunuhan. Disebut pembunuhan adalah ketika janin sudah utuh dan dikeluarkan secara paksa.
Dalam dunia medis aborsi dilarang dlakukan, sesuai dengan sumpah dr “akan melindungi setiap kehidupan
semenjak dari awal pembuahan” kecuali jika ada indikasi tertentu (dr. H. Rahmatullah Sidik).
MUI secara tegas mengatur hukum aborsi dalam fatwa MUI No. 1 Tahun 2000 tentang aborsi yang
dipertegas oleh fatwa MUI No. 4 Tahun 2005 bahwa kandungan berusia 40 hari secara mutlak haram
digugurkan atau boleh jika terdapat uzur atau hajat syar’i. Namun alasan hajat ini perlu prosedur yang
ketat dan dilakukan oleh tenaga profesional dan usia kandungan belum mencapai 40 hari.
MUI juga menetapkan bahwa hukum aborsi menjadi haram dengan alasan apapun pada kehamilan hasil
perzinahan. Tujuannya supaya hukum aborsi tidak dipermainkan oleh oknum yang tidak
bertanggungjawab. Namun, ulama lain berpendapat bahwa hukum ini berlaku jika baorsi dilakukan pada
kehamilan hasil dari hubungan halal (K.H. Drs. Acep Anwar, M.Ag).
PENDAPAT ULAMA LAINNYA
Aborsi boleh dilakukan jika adanya
Boleh dilakukan secara mutlak dengan alasan medis yang akan
alasan apapun jika kandungan belum membahayakan nyawa ibunya, anak
mencapai usia 40 hari. Hal ini didasari akan terlahir cacat, dan sebagainya.
oleh ulama dari 4 madzhab yaitu Hal itu sesuai dengan firman Allah
Maliki, Syafi’i, Hanafi, Hambali bahkan dalam Q.S al-Isra ayat 33 bahwa
Syaidiah. Namun ada beberapa ulama membunuh jiwa merupakan
yang berpendapat bahwa aborsi tetap perbuatan yang haram, kecuali jika
haram walau belum menginjak usia dilakukan dengan alasan yang
kandungan 40 hari (dr. H. Rahmatullah benar.
Sidik). Aborsi makruh dilakukan pada usia
kandungan berapapun berdasarkan
ulama madzhab Maliki.
Jika aborsi dilakukan untuk
kemaslahatan, maka tenaga medis
mendapat pahala. Sesuai dengan
HUKUM firman Allah SWT dalam Q.S an-Nisaa
TENAGA MEDIS bahwa menjaga keselamatan satu jiwa
YANG sama dengan menjaga keselamatan
seluruh manusia.
MELAKUKAN Jika tenaga medis membantu tindakan
TINDAKAN aborsi yang didasari hawa nafsu, maka
menjadi dosa karena membunuh satu
ABORSI jiwa sama dengan membunuh seluruh
manusia (Bpk. Zaenal Muttaqin).
TENAGA MEDIS YANG
MELAKUKAN ABORSI
Aborsi legal medikalis dilakukan harus
sesuai prosedur, standar, hygenis, aspek
legal jelas, atas persetujuan, serta ada Aborsi ilegal dihukumi jinayat dalam islam.
izin pemerintah. Yang melakukannya dikenakan sanksi
Hal tersebut bersandar pada “dar ul diyat berupa gurah, kafarat, dan ta’zir.
mafasid aula min jalbil masholih” yang
artinya menghindari bahaya itu harus
diutamakan daripada mengambil
manfaat. Namun jika tidak memenuhi
ketentuan tersebut, maka tenaga medis
telah melakukan tindakan illegal (abortus
kriminalis).
PERBEDAAN HUKUM ABORSI
Saryono, & Anggraeni. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika.
Sidiq, U., & Choiri, M. M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Issue 9). http://repository.iainponorogo.ac.id/484/1/METODE PENELITIAN KUALITATIF DI BIDANG
PENDIDIKAN.pdf
Silalahi, R., & Rasmita Luciana. (2019). Pandangan Hukum Kesehatan Terhadap Abortus Provocatus berdasarkan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009. Jurnal Darma Agung, 28(3), 1082–1098.
Sinlin, Dharmayana, I. W., & Sholihah, A. (2020). PENGARUH LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP PEMAHAMAN SISWA TENTANG DAMPAK PERILAKU SEKS BEBASPADA SISWA KELAS VIII 4 DI SMP N 3
KOTA BENGKULU. Jurnal Ilmiah BK Consilia, 3(2), 173–181.
Syakirin, A. (2021). Dualisme Abortus Provocatus Dalam Perspektif Regulasi (PerundangUndangan) Di Indonesia. Al-Syakhsiyyah:
Journal of Law & Family Studies, 3(1), 1–15. https://doi.org/10.21154/syakhsiyyah.v3i1.3008
Tama, Y. A., & Ihya, R. (2023). Aborsi: Kajian Dalam Perspektif Hukum Islam dan Peraturan Perundangan di Indonesia. MANDUB:
Jurnal Politik, Sosial, Hukum Dan Humaniora, 1(4), 33–42. https://doi.org/10.59059/mandub.v1i2.464
Wibowo, S. (2019). Hukum Aborsi Dalam Perspektif Interkonektif (Tinjauan Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif Indonesia).
Justisi Jurnal Ilmu Hukum, 3(1). https://doi.org/10.36805/jjih.v3i1.506
WIDOWATI. (2020). Tindakan Aborsi Dalam Sudut Pandang Hukum Dan Kesehatan Di Indonesia. Jurnal YUSTITIABELEN, 6(2), 16–
35. https://doi.org/10.36563/yustitiabelen.v6i2.243
Yusra, N. (2012). Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender, 11(1), 1.
https://doi.org/10.24014/marwah.v11i1.496
APAKAH ADA YANG
INGIN DITANYAKAN?
TERIMAKASIH