Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengakhiran kehamilan yang tidak aman yaitu pengakhiran kehamilan


yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan oleh individu yang tidak
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat diperlukan, serta memakai
peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis
tersebut.
Tindakan unsafe abortion diperkirakan banyak dilakukan keluarga miskin
yang tidak ingin menambah anak, ataupun dengan alasan yang lain. Tanpa
mereka sadari, unsafe abortion dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan
reproduksi bahkan mengakibatkan kematian bagi kaum ibu.
Tindakan unsafe abortion yang sering dilakukan wanita seperti melakukan
kekerasan fisik seperti berlari, naik sepeda atau naik kuda. Jika tindakan pertama
tidak berhasil, maka wanita tersebut melakukan tindakan kedua dengan cara
mengonsumsi obat-obatan yang dapat menggugurkan kandungan. Misalnya,
wanita tersebut sengaja mengonsumsi obat-obatan yang dilarang untuk wanita
hamil. Bisa juga dengan cara mengonsumsi obat tradisional atau minum jamu.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko
infeksi, perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan
perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak
mendapatkan pertolongan yang segera, sehingga kejadian tersebut harus dicegah
dengan memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang berkukalitas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi dari Unsafe Abortion?
1.2.2 Apa Etiologi dari Unsafe Abortion
1.2.3 Apa Hukum dari Aborsi?
1.2.4 Apa Dampak Dari Unsafe Abortion?
1.2.5 Bagaimana Upaya Pencegahan dan Penanganan dari Unsafe Abortion?
1.3 Tujuan

1
1.3.1 Untuk Mengetahui Definisi dari Unsafe Abortion
1.3.2 Untuk Mengetahui Etiologi dari Unsafe Abortion
1.3.3 Untuk Mengetahui Hukum dari Aborsi
1.3.4 Untuk Mengetahui Dampak Dari Unsafe Abortion
1.3.5 Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya Pencegahan dan Penanganan dari
Unsafe Abortion
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari unsafe
abortion.
1.4.1 Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang unsafe abortion khususnya
bagi institusi kesehatan agar dapat mengetahui tentang unsafe abortion
dan cara mencegahnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Unsafe Abortion

2
Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Unsafe Abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh
tenaga kurang terampil (tenaga medis atau non medis), alat tidak memadai,
lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
Unsafe Abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda
dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian
dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien (Behrman Kliegman, 2000: 167).
Unsafe Abortion adalah penghentian kehamilan yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih atau kompeten dengan menggunakan sarana
yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan
kematian. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak
tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi
dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar
nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu
dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut
calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam
tanpa memperhatikan resikonya (Karwati, dkk. 2011).
Menurut Prof. Dr.Gulardi H. Suwignjosastro, pengakhiran
kehamilan dilakukan berdasarkan indikasi dan kontraindikasi. Indikasi
medik antara lain hipertensi, kelainan metabolik, kanker serta gangguan
fisik lain yang mengancam jiwa ibu, kematian janin dan kecacatan janin
yang berat. Sedangkan indikasi sosiomedik adalah perkosaan, incest dan
kegagalan kontrasepsi. Beliau juga menekankan bahwa pengakhiran
kehamilan yang paling aman adalah dilakukan sebelum usia janin 12
minggu. Sedangkan pengakhiran kehamilan di atas 12 minggu

3
memerlukan prosedur medik yang berisi penjelasan dan pemahaman
pasien melalui konseling sehingga tanggung jawab dipikul bersama.
2.2 Etiologi Unsafe Abortion
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan
tanpa indikasi medis seperti:

a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk


hamil.
b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak punya anak lagi.
c. Kehamilan diluar nikah.
d. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban
ekonomi.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
g. Kehamilan yang terjadi akibat kegagalan dalam pemakaian alat
kontrasepsi.

2.3 Hukum Aborsi


Pada tanggal 27 Oktober 1967 Abortus Act resmi disahkan dan resmi
menjadi aturan hukum pada tanggal 27 April 1968. Undang-undang
Parlemen ini melegalkan aborsi hanya pada kondisi-kondisi tertentu, yang
meliputi:
1) Keberlangsungan kehamilan dapat lebih membahayakan jiwa wanita
hamil dibandingkan bila kehamilan tersebut dihentikan.
2) Keberlangsungan kehamilan dapat lebih beresiko menyebabkan cidera
pada kesehatan fisik maupun mental wanita hamil dibandingkan bila
kehamilan tersebut dihentikan.
3) Keberlangsungan kehamilan dapat lebih beresiko menyebablan cidera
pada kesehatan fisik maupun mental pada anak-anak yang ada bila
kehamilan tersebut dihentikan.
4) Terdapat risiko yang sangat besar bahwa jika anak tersebut dilahirkan,
anak tersebut akan mengalami abnormalitas fisik maupun mental
sehingga diperkirakan mengalami kecatatan yang serius.

4
Abortion Act tahun 1967 tidak menyertakan batas waktu ketika
aborsi yang legal harus dilakukan, tetapi Infant Life Preservation Act 1929
menyatakan bahwa menghentikan kehamilan yang viabel merupakan
tindakan kriminal. Para penentang legalisasi aborsi meyakini bahwa
tindakan ini salah, baik secara etik maupun moral, dan melegalisasi aborsi
menyebabkan wanita melakukan aborsi terhadap kehamilan mereka yang
seharusnya dilanjutkan hingga cukup bulan (Gilly Andrews, 2009, hal 214-
216).
Ada 3 Undang-Undang yang berkaitan dengan masalah aborsi yang
masih berlaku hingga saat ini yaitu undang-undang No. 1 tahun 1946
tentang KUHP, undang-undang No. 7 tahun 1984 tentang rativikasi
konfensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan
undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Menurut undang-
undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, masyarakat yang
memerlukan terminasi kehamilan akhirnya mencari jalan pintas dengan
bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan
terminasi kehamilan yang dilakukan secara ilegal dengan fasilitas terbatas
dan komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma) dan
menimbulkan mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak
dikehendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat
perubahn perilaku seksual, khusunya remaja sehingga memerlukan
penecahan yang rasional dan dapat diterima masyarakat.
Upaya promotif dan preventif pda remaja dengan memberi
pendidikan seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan,
menyediakan metode KB khsuus untuk remaja, memberi penjelasan
tentang KB darurat, dan menyediakan sarana terminasi kehamilan.
Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap menjunjung hak asasi
manusia karena penentuan nasib kandungan merupakan hak asasi
perempuan. Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuai
dengan undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 hanya rumah sakit

5
pemerintah sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih dan
aman serta tujuan fungsi dan kesehatan reproduksi remaja dipertahankan.
Perkembangan hukum di Indonesia yang semula berangkat dari
pelanggaran aborsi dengan alasan apapun dengan KUHP, telah
menimbulkan masalah karena terjadinya banyak praktek aborsi yang
dilakukan oleh tenaga tidak terlatih yang berakibat kesakitan dan kematian
ibu. Di dalam KUHP tersebut terdapat 4 pasal tentang aborsi yang
dikategorikan sebagai tindakan pidana atau kejahatan yaitu:
1) Pasal 299 KUHP mengatur tentang penjaringan orang-orang yang
mengobati perempuan atau melakukan sesuatu terhadap perempuan
dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan oleh karena
perbuatan itu dapat terjadi pengguguran kandungan.
2) Pasal 346 KUHP mengatur tentang hukum pidana selama 4 tahun dan
dapat dikenakan pada perempuan yang melakukan pertolongan aborsi
3) Pasal 347 KUHP mengatur tentang hukum pidana yang dikenakan
kepada siapa saja yang dengan sengaja dapat menyebabkan gugur
kandungan tanpa seizin perempuan tersebut. Dan bila perempuan
tersebut meninggal dunia, maka hukumnya akan lebih berat lagi
maksimal 12 tahun.
4) Pasal 348 KUHP mengtaur tentang pihak-pihak yang terkena sanksi
pidana maksimal 5-6 tahun. Bila melakukan pengguguran kandungan
dengan seizin perempuan tersebut. Tambahan hukuman dikenakan bila
penggguguran kandungan tersebut menyebabkan kematian perempuan
tersebut (Maria Ulfah ansor, 2002, hal: 59-61).

2.4 Dampak Unsafe Abortion


Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila
diketahui kehamilan tersebut tidak merasa diinginkan, yang terjadi diluar
pernikahan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman atau Unsafe
Abortion dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif diantaranya:
1) Dampak fisik
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

6
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
d. Rahim sobek.
e. Kelainan plasenta yang akan menyebabkan cacat dan pendarahan
hebat pada kehamilan anak berikutnya.
f. Kemandulan atau infertil.
g. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Diseasse)
h. Infeksi pada lapisan rahim (endometriosis)
2) Dampak psikis
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan ketakutan, panik,
tertekan, atau trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa
berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan
kepercayaan diri.
3) Dampak sosial
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami aborsi dan
kehamilan tidak diinginkan. Selanjutnya remaja perempuan lebih
sukar menolak ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah
pendidikan terputus dan masa depan terganggu.
4) Dampak ekonomi
Biaya untuk melakukan aborsi tinggi, apalagi bila terjadi komplikasi.

2.5 Upaya Pencegahan dan Penanganan Unsafe Abortion


Unsafe abortion dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu:
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif
seperti berolahraga, mengisi dengan kegiatan yang berbau seni,
dan keagamaan.
3. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan
dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan
menonton video porno.
4. Sex education.
5. Peningkatan sumber daya manusia.
6. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.
7. Kerjasama dengan pemuka agama dan tokoh adat.

Penanganan kasus unsafe abortion adalah sebagai berikut:

7
1. Memberikan dukungan moril pada ibu yang melakukan aborsi.
2. Mencegah terjadinya komplikasi.
3. Mengatasi adanya pendarahan, perlukaan dan infeksi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Unsafe Abortion adalah penghentian kehamilan yang
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau kompeten dengan
menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan
banyak komplikasi bahkan kematian. Aborsi yang tidak aman ini
dikarenakan tidak adanya tersedianya pelayanan kesehatan yang
memadai. Selain itu aborsi ini dapat dilakukan karena beberapa
alasan seperti adanya masalah kesehatan, psikososial, sosial dan
ekonomi.

Hukum aborsi di Indonesia saat ini mengalami


perkembangan yang cukup baik, berawal dari banyaknya praktek
aborsi yang dilakukan oleh tenaga tidak terlatih yang berakibat

8
kesakitan dan kematian ibu. Selain itu aborsi juga dapat
menimbulkan dampak yang negatif bagi ibu, seperti rahim sobek
yang dapat minibulkan komplikasi. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain mendewasakan usia pernikahan, pemberian
pengetahuan tentang bahayanya seks bebas dan aborsi.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya seorang bidan, kita
dapat melakukan upaya pencegahan aborsi di klanagan remaja
dengan cara memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan
aborsi, selain itu penyuluhan tentang pendewasaan usia pernikahan
juga sangat penting untuk diketahui.

Anda mungkin juga menyukai