Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang cukup penting untuk dipantau oleh petugas
kesehatan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan berbagai
masalah pada ibu seperti infeksi. Infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
sehingga sangat tepat jika para petugas kesehatan memberikan perhatian yang besar pada
masa ini. (Sulistyawati, 2009)
Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama
perdarahan postpartum. Selain itu ada keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%) dan partus
lama atau macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang
waktunta pendek yaitu sekitar 8 jam. Dalam mencapai upaya percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu maka salah satu upaya promotif dan preventif sebagai kebijakan yang
diberlakukan adalah kunjungan pada masa nifas sebanyak minimal 4 kali. (DepKes RI, 2010)
Luka episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir guna menghindari
robekan yang tidak teratur. Tidak semua ibu bersalin normal dilakukan tindakan ini. Banyak
juga ibu yang perineumnyasiap menerima kelahiran bayi tanpa mengalami suatu robekan.
Telah dilaporkan bahwa kasus infeksi akibat dari episiotomi adalah sebanyak
0,3%. Meskipun presentase tersebut masih rendah, kasus infeksi penyebab AKI di Indonesia
tergolong tinggi yaitu 11%. Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi lainnya pada
masa nifas, perlu dilakukan perawatan luka pada perineum dengan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan antara lain perawatan perineum secara intensif. (surgeryencyclopedia,
2011)
Berdasarkan penelitian yang diakukan oleh Muhammad Yani di Puskesmas Batee
Kecamatan Batee Kabupaten Pidie tahun 2014 jumlah ibu nifas terhitung dari bulan Mei
2014 yaitu sebanyak 34 orang .
Dari hasil wawancara dengan 10 ibu nifas dan data yang diberikan oleh puskesmas
terdapat 7 orang ibu yang terinfeksi ringan, sedang dan berat yang ditandai beberapa gejala.
Beberapa diantaranya telah dilakukan penanganan oleh tenaga kesehatan akan tetapi ibu tidak
mengerti tentang infeksi pada masa nifas. Oleh karena itu penulis berkesimpulan bahwa
masih banyak ibu yang pengetahuan dan pendidikannya rendah sehingga tidak mengetahui
tentang penyebab infeksi yang disebabkan karena persalinan yang tidak steril sehingga bisa
timbul masalah dalam masa nifas. Dinas kesehatan Kabupaten Kediri melaporkan bahwa AKI
tetinggi berada di wilayah kecamatan Wates.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan pada Ny.K
dengan luka perineum di BPS Hartini, S.ST Kecamatan Wates karena masih tingginya jumlah
ibu nifas yang memiliki luka perineum dan rentan terkena infeksi.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup asuhan yang diberikan kepada ibu nifas fisiologis dimulai
hari pertama hingga hari keempat belas.
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan
Tujuan Khusus :
Mengetahui kesesuaian dan kesenjangan antara
- Asuhan kebidanan pada kajian pustaka dengan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada 2 jam postpartum
- Asuhan kebidanan pada kajian pustaka dengan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada 6 jam postpartum
- Asuhan kebidanan pada kajian pustaka dengan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada 6 hari postpartum
- Asuhan kebidanan pada kajian pustaka dengan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada 2 minggu postpartum
- Asuhan kebidanan pada kajian pustaka dengan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada 6 minggu postpartum
D. Manfaat
- Bagi peneliti :
Dapat mempraktikkan teori yang di dapat secara langsung dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas dan menambah ilmu pengetahuan
dan ketrampilan dalam asuhan kebidanan.
- Bagi institusi :
Sebagai referensi dalam penyusunan LTA dan kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas.
- Bagi tempat peneliti
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan dan
tenaga kesehatan. Dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing
kepada mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas.
- Bagi responden
Klien mendapatkan asuhan kebidanan pada ibu selama nifas yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (puerperium)
berasal dari bahasa latin. Puerperium bersal dari 2 kata yakni peur dan parous.
Puer berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
puerperium merupakan masa setelah melahirkan . (Asih, Yusari dan Risneni,
2016)
Puerperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum atau
masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6
minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas kira-kira 6 minggu. (Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan
Neonatal, 2006)
b. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperiaQum. Rasa nyeri setelah melahirkan ini
lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang
(misalnya pada bayi besar dan kembar)
c. Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2 -3 hari tampak lapisan atas
stratum yang tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan bawah yang
berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik dan menjadi
lapisan endometrium yang baru. Bagian yang nekrotis akan akan
keluar menjadi lokhea.
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat. Lochea mempunyai bau anyir, meskipun tidak terlau menyengat
dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi. Perubahan tersebut adalah :
- Lochea rubra (cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua postpartum,
warnanya merah mengandung darah dari luka pada plasenta dan
serabut dari desidua dan chorion.
- Lochea sanguinolenta
Berwarna merah, kuning. Berisi darah lendir pada hari ke 3 7
pasca persalinan.
- Lochea serosa
Muncul pada hari ke 7 14 , berwarna kecoklatan mengandung
lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi
plasenta.
- Lochea alba
Sejak 2 6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan selaput jaringan
yang mati.
9) Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena
proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi,
hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding
perut (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan terjadi putih
mengkilap yaitu striae albican.
2. Diet
Diet adalah pengaturan makan. Salah satu keuntungan bagi ibu menyusui
adalah lebih mudah dan cepat untuk kembali ke berat badan ideal. Pilihan
asupan makanan ibu ketika hamil dan menyusui dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Melalui ASI, bayi memakan makanan yang ibu makan.
Cara terbaik memberikan makanan sehat bagi bayi adalah memakan
makanan yang sehat.
Makanan ibu menyusui secara umum sama dengan menu makanan
keluarga. Makan beragam makanan yang tersedia dan terjangkau di
lingkungan sekitar ibu. Pastikan bergizi seimbang dan jaga kebersihannya.
Ibu yang menyusui ASI Eksklusif membutuhkan tambahan kalori kurang
lebih 700kkal/hari untuk memproduksi 780ml ASI . Ibu yang menyusui
bayi yang sudah makan MPASI membutuhkan tambahan kalori sebesar
1500 kkal perhari . Ibu yang menyusui membutuhkan total kalori
sebanyak 2200 2700 kkal dalam sehari. Saat menyusui, ibu butuh dua
porsi makanan tambahan/snack diantara 3x jam makan.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI. Faktor yang
mempengaruhi produksi ASI adalah motivasi diri dan dukungan
suami/keluarga untuk menyusui bayinya, adanya pembengkakan payudara
karena bendungan ASI , kondisi status gizi ibu yang buruk dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas ASI , ibu yang lelah/kurang
istirahat/ stress. Maka dari itu dilakukan perawatan payudara secara rutin,
serta lebih sering menyusui tanpa di jadwal sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat daya isapnya,
payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
2. Episiotomi
a. Pengertian episiotomi
Episiotomi ialah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan
mencegah ruptur perineum totalis (Sulistyawati, 2013). Pada masa lalu dianjurkan
untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah
robekan berlebihan pada perineum, membuat tepian luka rata agar mudah
dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi;
tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Sebaliknya, hal
ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak deiperbolehkan karena ada
indikasi tertentu untuk tetap dilakukannya tindakan episiotomi. Para penolong
persalinan harus cermat untuk melakukan tindakan episiotomi atau tidak.
c. Indikasi episiotomi
1) Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan tindakan
2) Penyulit kelahiran pervaginam misalnya karena bayi sungsang, distosia bahu,
ekstraksi vakum atau forsep.
3) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan
persalinan. (Sulistyawati, 2013)
f. Cara episiotomi
Menurut Saifuddin (2006), cara melakukan episiotomi yaitu :
1. Episiotomi dilakukan bila perineum telah tipis, atau kepala bayi tampak
sekitar 3 4 cm.
2. Meletakkan 2 jari diantara kepala bayi dan perineum dengan
menggunakan sarung tangan steril.
3. Menggunakan gunting dan buat sayatan 3 4 mediolateral.
4. Menjaga perineum dengan tangan pada saat kepala bayi lahir agar insisi
tidak meluas.
3. Perawatan Perineum
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan
perineum selama masa nifas :
a. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pascapartum karena
resiko infeksi.
b. Menjelaskan perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga
menjadi lochea alba
c. Menganjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang
berlebihan serta pembalut yang dipenuhi darah banyak.
d. Mengajari ibu cara mengganti pembalt setiap kali berkemih atau defekas
dan setelah mandi.
e. Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan
menggunakan sarung tangan/bungkus es untuk mencegah edema.
f. Mengajari pentingnya membersihkan perineum dari arah depan ke
belakang untuk mencegah kontaminasi.
g. Menjelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
h. Mengidentifikasi gejala ISK. Menjelaskan pentingnya asupan cairan
adekuat setiap hari.
B. Konsep Asuhan Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian,
analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Ambarwati, 2010)
O : Obyektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian, hasil pemeriksaan fisik klien.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan identifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan
atau rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnosis potensial dan intervensi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.