Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TINDAK PEMERINTAH DALAM HUKUM PUBLIK”


Mata Kuliah: Hukum Administrasi Negara

Disusun oleh:

Ida Ayu Putu Tirtha Sari (225010100111075)


Muhammad Akmal Zamzami (225010100111065)

Mata Kuliah
Kelas H-Hukum Administrasi Negara

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
MALANG
2023
Kata Pengantar

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai
bentuk penugasan Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara dengan tepat waktu. Makalah ini
ditulis berdasarkan tanggung jawab setiap mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara.

Tidak lupa juga, penulis berterima kasih kepada para anggota kelompok yang
tergabung dalam penulisan makalah ini. Berkat kerja sama yang dilakukan, makalah yang
kami buat dapat selesai dengan baik dan benar. Kemudian, penulis juga berterima kasih
kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara.

Makalah dengan tema “Tindak Pemerintah Dalam Hukum Publik” merupakan sebuah
makalah yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang baik dan benar. Penulis
meyakini bahwa makalah yang dibuat tidak terlepas dari kekurangan bahkan mungkin
kesalahan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik yang membangun  mencapai suatu
kebaikan. Penulis juga berharap semoga melalui makalah ini dapat memberikan pemahaman
mengenai materi yang dijelaskan di dalamnya.

Demikian kata pengantar yang dapat disampaikan. Atas perhatian Ibu/Teman-Teman


Mahasiswa, penulis mengucapkan terima kasih.

Malang, Mei 2023

Penulis

Bab 1 
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Penguasa itu bisa pemerintah sebagai pemerintah (penguasa eksekutif) dan bisa juga
pemerintah sebagai administrator (penguasa administrasi). Keduanya merupakan Penguasa
Negara (overheid). Keputusan pemerintah selaku pemerintah tidak dirasakan efeknya oleh
masyarakat secara langsung karena suatu keputusan pemerintah (regeringsbesluit) selalu
bersifat umum, prinsipil, abstrak, dan impersonal. Keputusan ini tidak berkenaan dengan
seorang individu tertentu dalam kasus tertentu. Efek langsung dari keputusan pemerintah
sebagai administratorlah yang menimbulkan berbagai dampak karena keputusan administrasi
(administratieve beschikking) selalu bersifat individual, kasual, konkret, dan khas1.
Pemerintah dalam hukum administrasi sebagai kesatuan, sebagai badan yang diberi
kewenangan, dengan demikian berwenang untuk menetapkan tindakan, menurut hukum
administrasi, dan olehnya itu mempengaruhi keadaan atau kondisi hukum orang lain, atau
untuk menjalankan tindakan hukum (berdasarkan hukum perdata) arti badan pemerintah
secara hukum2.
Dalam menjalankan fungsi publik dari administrasi negara inilah akan menimbulkan
berbagai macam dampak, terutama berkenaan dengan hak-hak dari masyarakat, temasuk
badan usaha di dalamnya yang dimiliki oleh masyarakat. Antara pemerintah selaku
pemerintah dengan pemerintah selaku administrasi negara mengambil keputusan dengan
wewenang yang sama, yakni “wewenang kenegaraan" atau wewenang publik. Namun
Pemerintah selaku pemerintah mengambil keputusan pemerintahan, dan sebagai
Administrator mengambil keputusan administratif. Selain itu keputusan pemerintah yang
diambil merupakan pelaksanaan atau eksekutif (politieke daad)— penegakan undang-undang
dan wibawa negara, sedangkan keputusan administratif diambil sebagai keputusan
penyelenggaraan atau realisasi (materiele daad) (Atmosudirjo).
Atribusi,  delegasi  dan  mandat merupakan sumber wewenang dalam negara hukum
yang demokratis—salah  satu  asas  negara hukum    yang    demokratis,    bahwa setiap  

1
S. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi; Seri Pustaka Ilmu Administrasi Negara
VII, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994.
2
Herman, Perlindungan Hukum Warga Negara Terhadap Tindakan Pemerintah dalam Membuat  Keputusan
Administrasi Negara, Universitas Negeri Makassar.2015
tindakan   pemerintah   harus berdasarkan     atas     hukum     (asas legalitas,  asas
rechtmatigheid    van bestuur). Setiap tindakan badan/pejabat   tata   usaha   negara harus  
berdasarkan   pada   undang-undang formal  sebagai  wujud  dari pengakuan dan penghargaan
terhadap kedaulatan rakyat. Atribusi  dalam  hal  ini  lebih  penting artinya,   apabila  
dikaitkan   dengan adanya   tindakan   pemerintah   yang meletakkan    beban    tertentu    atau
kewajiban tertentu kepada rakyatnya3
Keterikatan dan keharusan untuk   bertindak   secara   konsisten berdasarkan    hukum 
yang  berlaku bagi  subjek  hukum  erat  kaitannya dengan tanggung jawab atau tanggung   
gugat (responsibility or liability). Hukum merupakan  instrumen dalam rangka kontrol
terhadap setiap subjek hukum, termasuk  pemerintah. Asas the  rule of law menggariskan,
bahwa pemerintah sekalipun, dalam kedudukan strukturalnya yang superior terhadap warga   
negara, harus bertindak berdasarkan hukum, seperti halnya warganegara biasa. Warga negara
maupun kepada pemerintah,  hukum  harus  berlaku sama sebagai panglima. Konsepsi ini
dikenal sebagai  asas supremasi hukum (supremacy of  the law). Menurut  Tamanaha,  asas
the   rule  of law berarti "Government officials and citizens be bound by and to act consis
tently  with  the  law”4.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dan dasar hukum dari tindak pemerintah?
2. Apa pengertian dan Bentuk tindak pemerintah  dalam hukum publik?
3. Bagaimana dan siapa yang berhak mengadili gugatan atas tindak pmerintah dalam
ranah hukum publik?

C. Tujuan 

Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:

3
S.F.  Marbun,  Peradilan  Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, Yogyakarta,     FH    
UII     Press, 2011.
4
Khrisna   D.   Darumurti, Kekuasaan Diskresi Pemerintah, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2012
1. Memahami pengertian secara umum akan tindak pemerintah serta dasar hukum yang
meandasi tindak pemerintah.
2. Memahami pengertian serta macam-macam bentuk tindak pemerintah dalam ranah
hukum publik.
3. Memahami dan mengerti siapa yang berwenang dalam mengadili gugatan atas tindak
pemerintah dalam ranah hukum publik.
Bab 2 

Pembahasan

A. Tindak Pemerintah

Menurut Kuntjoro Purbopranoto, pemerintahan itu bisa diartikan dua definisi,


yaitu pemerintahan dalam arti luas dan pemerintahan dalam arti sempit. Pemerintahan
dalam arti luas merupakan meliputi segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
rangka penyelenggaran kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara, sedangkan arti
sempitnya adalah menjalankan tugas eksekutif saja5. Maka dari itu tidak bisa
dipungkiri pemerintah atau administrasi negara dalam hal ini menjadi subjek hukum
yang lahir dari adanya tindakan- tindakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara.
Pemerintah bisa berdiri sebagai badan hukum dalam interaksinya dengan warga
negara sebagai sesama subjek hukum. Namun juga bisa pemerintah adalah
administrasi negara yang memiliki wewenang untuk mengatur segala urusan negara,
seperti yang di sampaikan Kuntjoro purbopranoto dan ini justru yang menjadi hakikat
pemerintah yang sebenarnya.
Sebuah negara hukum didalam mengawasi segala aspek kehidupan bernegara
itu selalu harus didasarkan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Begitu pula dengan tindakan pemerintah. Kemudian daripada itu dikenal adanya asas
legalitas, artinya tindakan hukum pemerintahan itu pada dasarnya adalah Tindakan
yang dilakukan dalam rangka mengatur dan melayani kepentingan umum yang
dikristlisasikan dalam ketentuan undang- undang yang bersangkutan6.

B. Segi Tindak Pemerintah dalam Hukum Publik 

Pemerintah atau administrasi negara itu mewakili dua institusi, yaitu jabatan
pemerintahan dan badan (lichaam) hukum pemerintahan, karena memiliki dua sisi
yang berbeda tersebut maka muncul dua istilah merujuk pada tindakan pemerintah.

5
Fardiansyah, Hardi et. all. Pengantar Ilmu Hukum. Bali, Intelektual Manifes Media, 2023
6
Ridwan, HR.. Hukum administrasi Negara. Yogyakarta, UII Press Indonesia, 2002
Pertama adalah tindakan pemerintah bersifat hukum publik dan tindakan hukum
privat7.
Bentuk pemerintahan yang memiliki dua sudut pandang lahir atas
kompleksnya tindakan- tindakan pemerintahan yang kedudukannya sebagai
administrasi negara. Tindakan yang lahir dari kewenangan pemerintah termasuk
sebagai perbuatan hukum (Recth Handilugen). Hal ini berkaitan dengan akibat hukum
yang yang ada setelah hubungan antar subjek hukum, bisa berupa pemerintah dengan
perorangan, warga, maupun badan hukum lainnya. Kemudian ada juga tindakan
pemerintah yang yang tidak perbuatan hukum atau perbuatan yang berdasar fakta
(Fiete Logtie Handilugen), misalnya presiden menghimbau masyarakat untuk
memakai masker ketika di ruang umum.
Lalu terkait waktu maupun kondisi yang menunjukan bagaimana posisi
pemerintah apakah dalam ranah hukum publik atau pun privat, hal ini juga memiliki
batas yang samar. Karena pada kenyataanya tidak semua tindakan administrasi
dilakukan secara langsung oleh pemerintah, melainkan bisa saja melalui perwakilan
seseorang atau badan hukum dengan persyaratan tertentu yang sudah terpenuhi.
Tindakan pemerintah yang melibatkan pihak swasta in kemudian disebut dengan
tindakan pemerintah yang bersifat campuran (de gemengd recthshandeling). Artinya
pemerintah dalam satu kesatuan tindakannya, memerlukan berbagai tindakan yang
bersifat publik maupun privat. Namun, hal yang paling mendasar untuk membedakan
tindakan pemerintah bersifat publik atau pun privat adalah dengan melihat bagaimana
kedudukan pemerintahan dalam tindakan yang diambil. Dalam tindakannya yang
bersifat publik, pemerintah bisa menjadi organ yang membuat kebijakan berdasarkan
kepentingan publik dan di sisi lain juga pemerintah bisa terlibat dalam urusan
keperdataan sebagai tindakannya yang bersifat privat.. 
Berdasarkan pendapat A.F.A Korsten dan F.P.C.L. Tonnaer terkait dengan
tindakan pemerintan yang bersifat publik adalah sebagai berikut “Tindakan hukum
publik yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintahannya dapat
dibedakan dalam tindakan hukum publik yang bersifat sepihak dan tindakan banyak
pihak. peraturan bersama antar kabupaten atau antara kabupaten dengan provinsi
adalah contoh dari tindakan hukum publik beberapa pihak. Tindakan hukum publik
sepihak berbentuk tindakan yang dilakukan sendiri oleh organ pemerintahan yang
menimbulkan akibat hukum publik, contohnya adalah pemberian izin bangunan dari
7
ibid.
walikota, pemberian bantuan (subsidi), perintah pengosongan bangunan/ rumah, dan
sebagainya”8. 
Terjadi berbagai perbedaan pendapat terkait tindakan hukum pemerintahan.
Sebagian ahli hukum menganggap pemerintah memiliki tindakan yang bersifat dua
pihak, seperti Van der Pot, Kranenburg, Vegting. Dasar yang digunakan karena sifat
istimewa hukum publik dalam hal ini tetap diakui tetapi kedudukan orang atau badan
hukum tidak dapat diremehkan begitu saja9. Misalnya saja di dalam perjanjian kerja
yang berlaku jangka pendek atau kortverband contract. Di dalam perjanjian tersebut
terdapat kesepatakan yang diciptakan antara dua pihak yaitu swasta dengan
pemerintah dan juga hubungan ini diatur didalam hukum publik. Namun yang
menjadi catatan lebih lanjut adalah segala tindakan hukum pemerintah yang memiliki
kekuatan hukum pada akhirnya tergantung dengan keputusan sepihak dari para aparat-
aparat pemerintahan yang berwenang. Dalam artian, tindakan pemerintah bersifat dua
pihak merupakan mekanisme yang dilakukan pemerintah, akan tetapi pada akhirnya
keputusan pemerintah akan melalui tindakan sepihak. Sebagaimana disebutkan diatas
sebagai contoh, perjanjian kerja yang berlaku jangka pendek atau kortverband
contract termasuk tindakan dua pihak dalam hukum publik, namun harus dianggap
sebagai cara pelaksanaan tindakan pemerintahan bukan esensi dari tindakan hukum
pemerintahan itu sendiri.
Sebagian lain menyatakan bahwa tindakan pemerintah yang termasuk hukum
publik selalu bersifat sepihak atau hubungan hukum bersegi satu (eenzijdige). Pada
sebuah tindakan yang dilandasi  adanya kesepakatan antara dua pihak (tindakan dua
pihak) yaitu pihak pemerintah dan pihak lain pada akhirnya itu merupakan ranahnya
hukum privat. Maka dari itu diluar urusan keperdataan, tindakan hukum pemerintah
bersifat hukum publik sepihak. Hubungan yang diatur di dalam hukum publik tidak
terdapat kesesuaian kehendak dari kedua belah pihak, hanya satu pihak saja yang suka
rela menentukan kehendaknya, yaitu pihak administrasi negara, oleh karena itu
perjanjian menurut hukum publik itu sebenarnya tidak ada10.
Tidak hanya itu, apabila digali lebih dalam lagi tindakan pemerintah yang
bersifat hukum publik bersegi satu itu terdapat dua macam, yaitu peraturan dan
ketetapan. Peraturan (regeling) merupakan keputusan pemerintah yang memberi
8
A.F.A, Korsten dan F.PC.L, Tonnaer. Locale Regelgeving, dalam Lokaal Bestuur in Nederland, Samsom
Tjeeng Willink, Alphen aan den Rijn, 1989
9
Anggraini, Jum. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012
10
Ibid.
penyelesaian terkait suatu persoalan secara umum, prinsipil, abstrak, impersional.
Peraturan bentuk sederhananya merupakan ketetapan yang berlaku secara umum
tanpa langsung tertuju pada indvidu tertentu sehingga bentuknya abstrak dan terikat
dengan asas- asas tertentu.
Kemudian apabila ketetapan (beschikking), merupakan keputusan pemerintah
yang isinya memberikan penyelesaian secara individual, kasus, konkrit, khas. nyata
dan final. Sebagaimana pendapat dari Van der Pot, beliau mengatakan ketetapan
imerupakan pernyataan kehendak dari alat- alat pemerintahan di dalam peristiwa
khusus yang dilakukan dengan maksud untuk mengadakan perubahan di dalam
hubungan hukum11. Di dalam ketetapan ini objek dari sasaran Tindakan hukumnya
langsung tertuju pada individu tertentu, maka kemudian ketetatan ini memiliki sifat
yang khusus. Hal ini lah yang menjadi perbedaan yang mendasar antara peraturan
dengan ketetapan.

C. Kompetensi Absolut Mengadili atas Gugatan Tindak Pemerintah


Seorang tokoh bernama Ten Berge pernah mengemukakan pendapatnya yang
bunyinya bahwa instrumen penengakkan hukum administrasi meliputi pengawasan dan
penegakan sanksi. Berdasar pendapat diatas ada dua macam upaya di dalam penegakkan
hukum, yaitu pengawasan sebagai langkah preventif dan penegakkan sanksi sebagai langkah
represif12. Di dalam negara hukum, pengawasan terhadap Tindakan pemerintah merupakan
bagian dari upaya agar pemerintah tidak melewati batas- batas wewenangnya di dalam
tindakannya. Di samping itu, yang terpenting memberikan perlindungan hukum kepada
rakyat atas Tindakan pemerintah dalam hukum administrasi.

Perlindungan hukum terhadap warga maupun badan hukum swasta atas


dikeluarkannya Suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), dapat melalui peradilan
administrasi murni (PTUN) dan melalui peradilan administrasi semu (upaya administrasi) 13.
Proses penyelesaian diantara keduanya juga berbeda, apabila melaui upaya administrasi maka
yang menjadi rujukan adalah hukum acaranya masing- masing, berbeda pada PTUN, yang
menjadi rujukannya badan kekuasaan kehakiman dalam bidang administrasi.

11
Ibid.
12
Ridwan, HR.. Hukum administrasi Negara. dalam buku, Penegakkan hukum administrasi dalam pengelolaan
lingkungan hidup, Philipus M Hadjon Jurnal Hukum, No.4-Volume 2 Tahun 1995.
13
Anggraini, Jum. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012
Peradilan Tata Usaha Negara merupakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat, baik
warga Indonesia maupun warga asing dan badan hukum yang mencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara. Dasar hukum yang mengatur Peradilan pada UU Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, UU Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1986 Tentang PTUN, dan UU Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 5 Tahun 1986 Tentang PTUN14.

Bab 3

Kesimpulan
Pemerintah sebagai wujud organ negara yang mengurus berbagai aspek di dalam
kehidupan bernegara. Segala upaya dalam rangka penyelenggaran kesejahteraan rakyat dan
kepentingan negara bukan hanya dilakukan oleh pemerintah semata, melainkan perlu adanya
andil dari swasta agar lebih efisien. Semua itu menuntut terlibatnya semua entitas- entitas
yang ada di dalam negara.

Hubungan yang dibangun administrasi negara juga memiliki beberapa sisi. Kapan
waktu pemerintah itu melakukan tindakan hukum publik dan di waktu lain tindakan hukum
privat tergantung bagaimana kedudukan pemerintah ketika mengambil tindakan. Tindakan
bersifat privat menitikberatkan pada adanya ikut campurnya pemerintah didalam ranah privat,
mislanya perjanjian. Kemudian tindakan pubik menitik beratkan pemerintak itu sebagai organ
yang memiliki wewenang untuk membuat tindakan- tindakan sesuai dengan kepentingan
umum. Dalam kapasitasnya di ranah hukum publik, perbuatan hukum administrasi negar
dibedakan menjadi peraturan dan ketetapan. Peraturan artinya keputusan yang bersifat
umum, dan ketetapan artinya keputusan pemerintah yang bersifat khusus. Yang pada
hakikatnya keduanya merupakan tindakan pemerintah sesuai wewenangnya di ranah hukum
publik.

Dalam Negara hukum, terkait segala tindakan- tindakan administrasi negara itu harus
sesuai sebagamana aturan di dalam undang- undang. Hal ini merukan sebuah Batasan bagi
para pejabat administrasi negara dalam satiap tindakan yang diambil. Dengan luasnya

14
Ibid.
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah, kekhawatiran- kekhawatiran rakyat akan
penyalahgunaan wewenang menjadi muncul. Di sini kemudian asas legalitas menjadi nilia-
nilai yang sangat penting untuk dijiwai dalam setiap Langkah- Langkah yang diambil
pemerintah.
Daftar Pustaka

S. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi; Seri Pustaka Ilmu
Administrasi Negara VII, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994.
Herman, Perlindungan Hukum Warga Negara Terhadap Tindakan Pemerintah dalam
Membuat  Keputusan Administrasi Negara, Universitas Negeri Makassar.2015.
S.F.  Marbun,  Peradilan  Administrasi Negara dan Upaya Administratif di
Indonesia, Yogyakarta,     FH     UII     Press, 2011.
Khrisna   D.   Darumurti, Kekuasaan Diskresi Pemerintah, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti, 2012.
Ridwan, HR.. Hukum administrasi Negara. Yogyakarta, UII Press Indonesia, 2002.
Fardiansyah, Hardi et. all. Pengantar Ilmu Hukum. Bali, Intelektual Manifes Media,
2023.
A.F.A, Korsten dan F.PC.L, Tonnaer. Locale Regelgeving, dalam Lokaal Bestuur in
Nederland, Samsom Tjeeng Willink, Alphen aan den Rijn, 1989.
Anggraini, Jum. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012.

Anda mungkin juga menyukai