Anda di halaman 1dari 10

Nama : Annisa Nandareta Andriyaningrum

NPM (Kelas) : 170410190062 (B)


Mata Kuliah : Hukum Pemerintahan
Dosen : Ivan Darmawan, S.IP., M.Si.

UTS HUKUM PEMERINTAHAN

Rabu, 7 April 2021 (tenggat: 20.00 WIB)

Hubungan Hukum Pemerintahan dengan Ilmu Lain

Hukum pemerintahan adalah sekumpulan azaz, kaidah, institusi, dan proses untuk mengatur serta
menguji relasi hubungan antara yang memerintah dengan yang diperintah dalam berbagai versi.
Singkatnya, menurut Wade dan Philips, hukum pemerintahan (atau bisa juga disebut hukum tata
negara) adalah hukum yang mengatur alat-alat perlengkapan negara, tugas, dan hubungan antar
alat itu. Ketika kita berbicara mengenai negara, pasti kita akan akan menyinggung bidang ilmu
lain yang berkaitan, seperti politik dan pemerintahan. Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini
saya akan menjelaskan hubungan antara hukum pemerintahan dengan ilmu politik dan
pemerintahan:

a. Hubungan antara Hukum Pemerintahan dengan Ilmu Politik


Hukum pemerintahan dan Ilmu Politik memiliki hubungan yang sangat erat. Hukum
Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana peraturan-peraturan hukum
mengatur kekuasaan negara, sedangkan kekusaan sendiri merupakan objek kajian utama
dari Ilmu Politik itu sendiri. Singkatnya, Hukum Pemerintahan berfungsi untuk
membatasi atau mencegah terjadi penyalahgunaan kekuasaan agar tidak terjadi
penyimpangan.
b. Hubungan antara Hukum Pemerintahan dengan Ilmu Pemerintahan
Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
pemerintah/penguasa menyelenggarakan pemerintahannya. Sedangkan sebuah
penyelenggaraan pemerintahan tidak mungkin tidak berakibat hukum. Kajian hukum
pemerintahan hadir agar akibat hukum tersebut tidak menjadi akibat hukum yang kotor
atau penyalahgunaan kekuasaan atau dirty government.

Sumber Hukum Formal dan Hukum Materiil menurut Utrecht

Menurut Zevenbergen sumber hukum adalah sumber yang menimbulkan hukum atau
menciptakan hukum. Istilah sumber hukum sendiri dapat digunakan dalam berbagai macam arti
karena hukum dapat ditinjau dengan berbagai cara, seperti sumber-sumber hukum dalam
pengertian sosiologis, sejarah, filsafat, materiil, dan formil. Menurut E. Utrecht (1983: 84-85),
ada dua jenis sumber hukum yaitu: sumber hukum materiil adalah keyakinan hukum individu
dan pendapat publik yang menjadi determinan materiil dalam membentuk hukum serta
menentukan isi hukum. Sedangkan hukum formal adalah yang menjadi determinan formalnya
(umum) dalam membentuk suatu hukum dan menentukan berlakunya hukum. Contoh: undang-
undang, kebiasaan atau adat, traktat, yurisprudensi, dan doktrin.

Adapun sumber hukum dalam arti formal untuk Hukum Pemerintahan adalah rangkaian
peraturan yang resmi digunakan dalam peradilan, atau singkatnya tempat di mana kita dapat
menemukan dan mengenal hukum. Contoh: undang-undang atau keputusan pemerintah yang
sifatnya formal.

Lembaga Daerah dan Susunan Organisasi Tk. Daerah

Seperti yang kita ketahui, indonesia merupakan negara kesatuan dengan pemerintahan pusat
sebagai pemegang kekuasaan tertingginya. Namun meskipun begitu, negara Indonesia yang
berlandaskan kesatuan juga turut memberikan kesempatan bagi daerah untuk memaksimalkan
perannya dan berinisiatif dalam memperjuangkan nasib masing-masing daerahnya. Hal ini
terpancar dari pasal 18 ayat (1) UUD 1945 (amandemen 2 tahun 2000) yang menyatakan bahwa
negara Indonesia terdiri dari provinsi dan kabupaten atau kota yang mempunyai pemerintahan
atau lembaga daerah untuk mengatur, mengurus, menyusun dan menata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah masing-masing sesuai asas otonomi dan tugas pembantuan yang telah
diatur dalam undang-undang. Singkatnya, lembaga daerah adalah mereka yang
menyelenggarakan dan melaksanakan teknis pemerintahan daerah.
Di tingkat provinsi, pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah atau gubernur
sebagai eksekutif (Kepala Daerah dan sekaligus sebagai Kepala Wilayah yang mewakili
Pemerintah Pusat) dan DPRD Provinsi sebagai legislatif. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota,
pemerintahannya dilaksanakan oleh bupati/walikota (kepala daerah otonom) sebagai eksekutif
dan DPRD kabupaten/kota sebagai legislatif. Untuk perangkat pemerintah daerah sendiri
umumnya meliputi: Kepala Daerah dan Wakilnya, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas
Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, Kelurahan, dan Satpol PP.

Contoh susunan organisasi pemerintah daerah tingkat 2: kabupaten


Source: http://blog.ub.ac.id/senjakamarela/profil-daerah/struktur-organisasi-daerah/

Jenis-Jenis Ketetapan oleh Badan Administrasi Negara

Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisikan tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual, dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1 Angka 3 UU
Nomor 5 tahun 1986).

Menurut Jimly Asshiddiqie, ada tiga bentuk kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dibedakan dengan penggunaan istilah “peraturan” (regels), “keputusan/ketetapan” (beschikkings)
dan “tetapan” (vonis). Namun dalam Terminologi Administrasi Kontemporer istilah peraturan
(regeling) dan keputusan/ketetapan (beschikking) adalah istilah yang paling sering di bahas.
Beschikking atau ketetapan sendiri adalah tindakan hukum publik bersifat sepihak (bersegi satu)
yang dilakukan oleh alat-alat perlengkapan pemerintah dan digunakan untuk menyebut hasil
kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan administratif (Keputusan Presiden). Sedangkan
regeling atau peraturan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hasil kegiatan pengaturan
yang menghasilkan peraturan (Peraturan Presiden). Berikut Tabel perbedaannya:

REGELING BESCHEKKING
Umum dan Abstrak Individual dan Konkret
Berlaku selalu (dauerhaftig) Sekali selesai (enmahlig)
Pengujian untuk peraturan di bawah undang- Pengujiannya melalui gugatan di peradilan tata
undang diuji ke mahkamah agung, sedangkan usaha negara
untuk undang-undang diuji ke mahkamah
konstitusi

Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat

Menurut R. Subekti, badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang memiliki hak
untuk dapat melakukan perbuatan seperti manusia dan memiliki kekayaan sendiri, dapat
menggugat atau digugat di depan hakim. Untuk jenisnya sendiri, badan hukum ini dibagi
menjadi 2 yaitu: badan hukum publik dan badan hukum privat. Sebenarnya belum ada pengertian
tersirat formal yang ditulis mengenai badan hukum publik dan badan hukum privat ini. Tapi jika
kita lihat berdasarkan apa yang dilakukannya, badan hukum publik adalah badan pemerintahan
yang mana fungsinya adalah untuk mengatur keterkaitan antara negara dana tau aparatnya
dengan warga negara yang berkaitan dengan kepentingan umum atau publik. Sedangkan badan
hukum privat adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum perdata yang
menyangkut kepentingan pribadi di dalam badan hukum itu.

Beberapa ahli yang mengungkapkan bagaimana cara untuk membedakan antara badan hukum
publik dengan badan hukum privat. Pertama, menurut E. Utrecht, badan hukum publik dan
privat dapat dinilai dari beberapa kriteria: jika badan hukum itu didirikan oleh perseorangan
maka itu merupakan badan hukum privat (PT, NV, Perum, dll.), tetapi jika badan itu diadakan
oleh kekuasaan umum (pemerintah), maka itu merupakan badan hukum publik (negara,
kabupaten, kotamadya). Kedua, menurut Chidir Ali, badan hukum publik dan privat dapat
dibedakan melalui kriteria berikut:

1. Dilihat dari cara pendiriannya atau terjadinya, artinya badan hukum itu diadakan dengan
konstruksi hukum publik yaitu didirikan oleh penguasa dengan UU atau peraturan-
peraturan lainnya maka ia dapat dikatakan sebagai badan hukum publik
2. Dilihat dari lingkungan kerjanya, artinya apakah dalam melaksanakan tugasnya badan
hukum itu melakukan perbuatan perbuatan hukum perdata? (bertindak dengan kedudukan
yang sama dengan publik/umum atau tidak). Jika tidak, maka itu dikatakan badan hukum
publik
3. Dilihat dari wewenangnya, artinya apakah badan hukum itu diberi wewenang untuk
membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yang menginkat umum? Jika ada
wewenang publik, maka ia dapat dikatakan badan hukum publik

Ketiga, menurut N.E. Algra (1983) dan Soedikno Mertokusumo, badan hukum publik dan
privat dapat dibedakan berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Dalam hukum publik hubungan hukum berupa tindakan yang ditetapkan secara sepihak,
tindakan sepihak itu oleh subyek sebagai penguasa terhadap warga negara/perorangan,
inisiatif mempertahankan hak atau penegakan hukumnya oleh penguasa, hukumnya
bersifat memaksa.
2. Dalam hukum privat: hubungan hukum didasarkan pada asas otonomi kebebasan para
pihak/subyek yang kedudukannya sejajar, subyeknya antar perorangan atau
penguasa/pemerintah bisa menjadi subyek inisiatif mempertahankan haknya oleh para
pihak sendiri, hukumnya bersifat melengkapi/tidak memaksa walaupun ada juga yang
memaksa.

Manfaat praktis yang dapat kita peroleh setelah mempelajari materi badan hukum adalah kita
jadi lebih mengerti mengenai kriteria pembagian badan hukum publik dan badan hukum privat di
Indonesia, ini akan berguna bagi karir kita kedepannya sebagai calon sarjana Ilmu Pemerintahan,
mengingat bidang kajian hukum ini merupakan bidang yang selalu bersinggungan dan tak bisa
lepas dalam ranah pemerintahan. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kegiatannya pun
pemerintah pasti menjalin hubungan transaksi dengan badan badan hukum privat seperti Perum,
NV, dan lain sebagainya. Dan dengan memahami materi mengenai badan hukum ini, kita akan
lebih paham bagaimana proses antara keduanya berjalan.

Apa itu Barang Milik Negara dan Barang Milik Daerah

Menurut Pasal 1 angka 10 dan 11 UU No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara,
disebutkan bahwa pengertian barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Sedangkan barang
milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah. Dijelaskan lagi dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan, Nomor:
Kep-225/MK/V/4/1971 yang dikeluarkan pada 13 April 1971, barang milik negara yang
termasuk kekayaan negara dapat diketegorikan sebagai berikut:

A. Barang Tidak Bergerak


1. Tanah kehutanan, pertanian, perkebunan, lapangan olah raga, jalan-jalan, rel kereta
api, jembatan, terowongan, waduk, lapangan terbang, bangunan irigasi, pelabuhan,
dan lain-lain tanah seperti itu.
2. Gedung-gedung yang dipergunakan untuk kantor, pabrik-pabrik, bengkel, sekolah,
rumah sakit, studio, laboratorium, dan lain-lain gedung seperti itu.
3. Gedung tempat tinggal tetap atau sementara seperti rumah-rumah, tempat istirahat,
asrama, pesanggrahan, bungalow, dan lain-lain
4. Monumen seperti monument nasional, alam, candi, sejarah, dan lain-lain
B. Barang Bergerak
1. Alat besar seperti bulldozer, traktor, mesin pengebor tanah, dan lain-lain
2. Peralatan pabrik, bengkel, studio, laboratorium, stasiun pembangkit listrik, dan
lainnya seperti mesin dynamo, generator, mikroskop, frigidair, dan lain-lain
3. Peralatan kantor seperti mesin tik, komputer, brankas, meja kursi, lemari, dan lain-
lain barng seperti itu
4. Inventaris perpustakan dan yang bercorak kebudayaan
5. Peralatan angkut seperti mobil, truk, motor, scooter, dan lain-lain
6. Inventaris perlengkapan rumah sakit, asrama, rumah yatim, dan lain-lain
C. Hewan-Hewan
D. Barang Persediaan

Sedangkan barang-barang milik daerah sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
020-595, yang dikeluarkan pada 17 Desember 1980, dan Pasal 3 Permendagri 17 tahun 2007,
menyatakan bahwa barang-barang milik daerah sama halnya dengan barang-barang milik negara
di atas (kecuali hewan) yang dibeli atau diperoleh menggunakan beban APBD atau sumbangan
atau pelaksanaan kontrak oleh daerah tertentu.

Mengapa Pemerintah Harus Campur Tangan dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Siapa
saja Pelaku Campur Tangan Negara tersebut

Apakah pemerintah perlu campur tangan dalam kehidupan bermasyarakat? Ya, sangat perlu.
Mengapa demikian? Karena kita sebagai manusia yang hidup berkelompok dalam jumlah yang
banyak tidak akan bisa hidup tertib tanpa adanya seorang pemimpin. Pada dasarnya manusia
tidak bisa hidup sendirian dan berperilaku semaunya, setiap apa yang dilakukannya pasti akan
bersinggungan dengan hak orang lain. Pemerintah hadir untuk mengakomodir itu semua agar
tidak terjadi pertikaian demi terciptanya kehidupan yang damai.

Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pasal 33 ayat (3) UUD
1945 juga menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam lainnya berhak dikuasai oleh negara
untuk kemakmuran rakyat. Melalui pasal-pasal ini, kita dapat menangkap bahwa pemerintah
hadir untuk menciptakan kesejahteraan sosial dengan cara memenuhi kebutuhan rakyatnya. Agar
pemenuhan kebutuhan masyarakat itu dapat berjalan dengan lancar dan tertib, maka dibutuhkan
campur tangan pemerintah yang pastinya sudah ditulis dalam bentuk hukum agar tidak terjadi
konflik dan penyalahgunaan kekuasaan. Bayangkan saja jika listrik dikelola oleh swasta dan
tidak ada campur tangan dari pemerintah, mungkin rakyat miskin yang tidak memiliki akses
tidak akan pernah bisa merasakan listrik. Bayangkan saja jika air dikelola oleh swasta, mungkin
rakyat miskin yang tidak mampu membayar tidak akan bisa minum dan mandi dengan layak.
Bayangkan saja jika pemerintah tidak campur tangan dalam mengurus pengangguran, rakyat
miskin, dan anak terlantar, mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia ini hidup di jalanan.
Bayangkan saja jika pemerintah tidak campur tangan dalam pelayanan kesehatan, khususnya
BPJS, mungkin akan banyak orang yang meninggal tanpa tahu penyakitnya apa. Ya, pada
intinya, pemerintah atau negara perlu hadir dan campur tangan dalam kehidupan bermasyarakat
untuk mengatur lalu lintas kehidupan bermasyarakat agar terciptanya ketertiban, kesejahteraan,
dan keamanan. Ada pun pelaku yang berhak untuk melakukan campur tangan yaitu: penguasa
konstitutif (MPR), legislatif (DPR dan Presiden), eksekutif (Pemerintah/Presiden), administratif
(Presiden), militer (Presiden dan TNI), yudikatif (MA), dan inspektif (BPK).

Mengapa mengetahui persoalan “pejabat”, jabatan dan subjek hukum dalam hukum
pemerintahan itu sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa/i Ilmu Pemerintahan?

Pejabat, jabatan, subjek hukum, dan campur tangan penguasa dalam urusan rakyat, semua itu
adalah bidang kajian dari hukum pemerintahan atau hukum tata negara. Hukum (khususnya
hukum pemerintahan) dan kegiatan pemerintahan memiliki kaitan yang sangat erat, karena setiap
peristiwa penyelenggaraan pemerintahan itu pasti berakibat hukum. Maka dari itu memang sudah
sepantasnya kita sebagai calon sarjana Ilmu Pemerintahan yang didesain untuk mengerti atau
bahkan terjun langsung ke dunia pemerintahan harus menguasai hukum (khususnya hukum
pemerintahan).

Kegiatan pemerintah dalam membuat keputusan, merumuskan kebijakan baru, atau bahkan
melaksanakan kebijakan pasti selalu dibatasi oleh hukum. Pemerintah tidak bisa semena-mena
dalam memutuskan sesuatu karena ada hukum yang membatasi geraknya. Ketika ia melanggar,
maka ia akan dikenakan sanksi dan turun dari jabatan. Maka dari itu, penting untuk menguasai
hukum (terutama hukum pemerintahan) terlebih dahulu sebelum kita berani terjun ke dalam
dunia pemerintahan. Pengetahuan mengenai hukum ini akan membuat kita lebih berprofesional
dalam bekerja, khususnya di ranah pemerintahan, karena kita mengerti batasan-batasan mana
saja yang tidak boleh dilakukan, dan aturan seperti apa yang seharusnya dimainkan.
SUMBER REFERENSI

Adi Condro Bawono, S.H., M. H. (2012). Perbedaan Keputusan dengan Peraturan. 13 Januari
2012. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f0281130c750/perbedaan-
keputusan-dengan-peraturan/

Haris, O. K. (2017). Good Governance (Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik) Dalam Pemberian
Izin Oleh Pemerintah Daerah Di Bidang Pertambangan. Yuridika, 30(1), 58.
https://doi.org/10.20473/ydk.v30i1.4879

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-1 Pengertian Hukum Pemerintahan

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-2 Sumber-Sumber Hukum Tata Pemerintahan

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-3 Susunan Pemerintahan

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-4 Keputusan TUN

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-5 Badan Hukum

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-6 Barang-Barang Milik Negara dan Daerah

Ivan Darmawan, S.IP., M.Si. dan Prof. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. (2020),
PPT Pertemuan ke-7 Pengertian Campur Tangan Pemerintah

NEGARA, A. (2013). PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA. Journal of Chemical Information


and Modeling. https://repository.unimal.ac.id/2085/1/PENGANTAR HUKUM TATA
NEGARA.pdf

Santosa, A. A. G. D. H. (2019). PERBEDAAN BADAN HUKUM PUBLIK DAN BADAN


HUKUM PRIVAT. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha,
5(2), 152–166.

Anda mungkin juga menyukai