Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Landasan Hukum Administrasi Negara

DosenPengampu :M. Rizal S.H. M.Hum

DisusunOleh
Daffa Aryanda Hutabarat (206232110)

UNIVERSITASISLAMNEGERISUMATERAUTARAFAKULTAS HUKUM
DANSYARIYAH URUSANHUKUM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
daya dan mengasah talenta penulis, sehingga makalah ini selesai pada waktunya. Salawat
dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad Saw., seluruh keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang telah membawa cahaya ilmu kepada umat manusia, sehingga ilmu
tersebut sampai kepada kita semua.
Makalah ini disusun sesuai dengan tuntutan penulisan makalah. Pengantar Ilmu
Hukum ialah kajian yang menjelaskan tentang situasi yang terjadi di berbagai area
mengenai Hukum Adsmistrasi Negara
Mungkin makalah ini masih banyak memiliki kekurangan meskipun penulis telah
berusaha dalam menyusunnya. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan
kekurangan makalah ini dengan senang hati penulis terima.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara...............................................................

2.2 Apa itu Negara hukum ( Rechtstaat ) ...................................................................

2.2.1 Pengertian Negara Hukum.....................................................................

2.3 Klasifikasi Negara Hukum....................................................................................

2.3.1 Negara Hukum Klasik............................................................................

2.3.2 Negara Hukum Modern..........................................................................

2.4 Asas Legalitas........................................................................................................

2.5 Kebebasan Bertindak Administrasi Negara...........................................................

2.6 Sumber Hukum......................................................................................................

2.6.1 Sumber Hukum Tertulis..........................................................................

2.6.2 Sumber Hukum tidak Tertulis................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN......................................................................................................

3.2 SARAN...................................................................................................................

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum administrasi Negara adalah mata kuliah yang membantu mahasiswa untuk
memahami sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi Negara
dengan warga masyarakat. Kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antara administrasi Negara dengan warga masyarakat ini dimaksudkan sebagai
peraturan-peraturan yang memungkinkan administrasi Negara melakukan tindakan
operasionalnya atau dengan kata lain memberi wewenang administrasi Negara untuk
mengatur masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal ini, harus diketahui siapa yang
dimaksudkan dengan “ administrasi Negara” dan mengapa tidak dipergunakan saja
istilah “pemerintahan”.
Dalam istilah Hukum Administrasi Negara, maka komponen yang utama adalah
administrasi Negara. Karena HAN adalah sekumpulan peraturan yang mengatur
hubungan antara administrasi Negara dengan warga masyarakat, dimana administrasi
Negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi
dari policy suatu pemerintahan. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
menyebutkan: “ TataUsaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan
fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik pusat maupun di daerah.”.
Definisi ini mengungkapkan bahwa sebenarnya yang ingin diatur oleh administrasi
Negara atau pemerintahan itu adalah urusan pemerintahan yang ditunjukan kepada
masyarakat, baik di pusat maupun di daerah. Keseluruhan peraturan perundang-
undangan yang merupakan sarana pemerintah untuk mengatur warga masyarakat iyulah
yang disebut Hukum Administrasi Negara. Peraturan-peraturan yang merupakan hukum
administrasi Negara itulah yang memberi wewenang kepada pejabat administrasi
Negara untuk melakukan tindakan operasionalnya mengatur masyarakat. Dengan kata
lain, peraturan-peraturan HAN itu merupakan dasar landasan bagi tindakan administrasi
Negara agar tidak terjadi kesewenang-wenangan dari administrasi Negara. Maka dari itu
perlu untuk kita mengetahui mengenai landasan hukum dari hukum administrasi Negara
itu lebih jauh lagi agar kita bisa dan mampu menganalisis bagaimana sebaiknya kita

1
berargumen dan menyatakan pendapat bila diperhadapkan pada persoalan administrasi
Negara.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, saya dapat menarik kesimpulan dan merumuskan
beberapa rumusan masalah yang mana menurut saya layak untuk diangkat,
dibicarakan serta dibahas, dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Negara hukum dalam konteks HAN?


2. Apa saja yang menjadi landasan hukum administrasi Negara?
3. Mengapa perlu untuk mengetahui apa saja yang menjadi landasan hukum
administrasi Negara?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas,
selain dari itu tentu saja untuk mengetahui apa saja yang dibahas dalam hukum
administrasi Negara sendiri yang mana berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan akan ilmu HAN.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara

sebagai implementasi dari Hukum administrasi Negara adalah sekumpulan


peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi Negara dengan warga
masyarakat, dimana administrasi Negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan
hukumnya policy suatu pemerintah.
Utrech mengatakan bahwa Hukum Administrasi Negara ialah himpunan peraturan-
peraturan tertentu yang menjadi sebab, maka Negara berfungsi. Dengan kata lain,
Hukum Adminitrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberi
wewenang kepada administrasi Negara untuk mengatur masyarakat.
Untuk apa masyarakat diatur? Mengapa untuk mengatur masyarakat itu
administrasi Negara harus diberi wewenang? Apa yang sebenarnya diatur oleh
administrasi Negara? Bila dikatakan behwa hukum administrasi Negara adalah
sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi Negara dengan
warga masyarakat, hal itu berarti pula bahwa hukum administrasi Negara mengatur
hubungan antara pemerintah dengan warga masyarakat.
Pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 5 tahun 1986 menyebutkan:
“Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun didaerah.”

2.2 Negara Hukum ( Rechtstaat )


2.2.1 pengertian Negara hukum
Dewasa ini, hamper semua Negara menyebut dirinya Negara hukum
sehingga adalah tidak popular lagi mengaku negaranya sebagai Negara
totaliter atau Negara kekuasaan. Sekalipun bentuk Negara itu adalah
monarki konstitusional, misalnya Britania Raya, Negara Belanda. Lalu
apakah ciri suatu Negara itu sehingga disebut Negara hukum? Apakah
karena Negara itu memiliki hukum? Tentunya suatu selera dan
keinginannya dan kemudian pemerintah itu bertindak sesuai hukum yang

3
telah dibuatnya sendiri dan yang mengawasi adalah dirinya sendiri pula,
apakah Negara itu dapat dikatakan Negara hukum ? tentu saja bukan itu
yang dimaksud dengan Negara hukum.
Ada beberapa ciri Negara yang dapat disebut Negara hukum. Ciri-cirinya
adalah:
a. Supremecy of the law,
b. Equality before the law,
c. Constitution based on the human rights.

Menurut penjelasan UUD 1945, Negara republik Indonesia adalah


Negara yang berdasarkan atas hukum ( rechstaat ), tidak berdasarkan
kekuasaan belaka ( machtstaat ). Dengan pernyataan yang ada tertera pada
penjelasan UUD 1945 itu dan melihat ciri pertama dari Negara hukum, yaitu
supremacy of the law, hal ini berarti bahwa setiap tindakan administrasi
Negara haruslah berdasarkan hukum yang berlaku atau yang di sebut asas
legalitas. Namun, adanya asas legalitas saja tidak cukup untuk menyebutkan
suatu Negara adalah Negara hukum ( Sudargo Gautama, 1974 ). Asas
legalitas hanya merupakan satu unsur dari Negara hukum, selain itu masih
perlu diperhatikan unsur-unsur lainnya, seperti kesadaran hukum, perasaan
keadilan dan perikemanusiaan, baik dari rakyat maupun dari pemimpinnya (
Rochmat Soemitro, peradilan Administrasi dalam Hukum Pajak di
Indonesia, hal. 24). Hal yang terakhir ini merupakan ciri kedua dan ketiga
dari negara hukum, yaitu equality before the law and constitution based on
the human rights.

Untuk itu, dalam suatu Negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya
dalam UUD ada ketentuan yang menjamin hak-hak asasi manusia. UUD
1945 memuat beberapa asas yang memberikan perlindungan tersebut, yaitu:

a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul ( pasal 28 ),


b. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
( pasal 28 ),
c. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ),
4
d. Kemerdekaan memeluk agama (pasal 29),
e. Berhak ikut mempertahankan Negara (pasal 30).
Dari uraian diatas itu dapat disimpulkan bahwa suatu Negara
hukum yang mempunyai ciri-ciri seperti yang disebutkan tadi dimuka, maka
lagi Hukum Administrasi Negara, hal itu berarti:
a. Adanya pembatasan kekuasaan Negara (asas legalitas)
b. Adanya pengakuan terhadap hak asasi,
c. Adanya pengawasan terhadap tindakan penguasa.
Prins dan Scholten mengatakan bahwa Negara hukum bukan
dilihat dari bentuk, tapi isinya. Hal itu berarti:
a. Bagaimana kekuasaan dijalankan,
b. Siapa yang mengawasinya.
Kedua hal ini yang membedakannya dengan Negara kekuasaan
dan bila ingin mengetahui apakah suatu Negara itu adalah Negara hukum,
maka yang harus diperhatikan adalah hukum administrasinya.

2.3 Klasifikasi Negara Hukum

Negara hukum dapat dibedakan menjadi :

a. Negara hukum klasik,


b. Negara hukum modern.

2.3.1 Negara Hukum Klasik


Negara hukum disebut Negara hukum klasik karena hukum timbul pada saat
sesudah terjadinya reformasi terhadap Negara totaliter pada zaman absolutisme,
dimana semua kekuasaan Negara berada dalam satu tangan. Artinya kekuasaan
eksekutif (melaksanakan UU), kekuasaan legislatif (membuat UU),dan kekuasaan
yudikatif (pengawasan) berada pada satu tangan , yaitu penguasa tunggal. Untuk
menghindari hal itu, setelah terjadi revolusi, Montesquieu sampai kepada doktrinya
yang terkenal, yakni doktrin trias politica yang memisahkan secara mutlak ketiga

5
kekuasaan yang di sebut tadi. Demi mencegah kekuasaan yang absolut itulah timbul
Negara hukum, dimana dengan asas legalitasnya menyatakan bahwa penguasa
hanya dapat bertindak atas dasar hukum yang berlaku. Oleh karena pada saat itu
yang berkuasa adalah aliran legisme yang menyatakan bahwa yang dinamakan
hukum adalah UU yang tertulis, maka hal itu berarti penguasa hanya dapat
bertindak berdasarkan UU yang mengaturnya terlebih dahulu dan penguasa
eksekutif hanya melaksanakan UU yang telah dibuat legislatif. Bila untuk masalah
itu belum ada UU yang mengaturnya, maka eksekutif tidak dapat bertindak. Negara
hukum klasik ini disebut Negara hukum sempit karena eksekutif benar-benar
terbatas tindakannya. Hal ini sesuai dengan zamannya, karena pada ketika itu tujuan
Negara hanyalah menjaga keamanan dan ketertiban. Jadi, Negara tugasnya hanya
memelihara keamanan rakyatnya sehingga Negara hukum yang demikian disebut
pula Negara penjaga malam (nachtwakkerstaat). Akibatnya, Negara tidak aktif
mengatur kehidupan rakyatnya. Dengan demikian, Hukum Administrasi Negara
dalam arti hukum yang mengatur hubungan penguasa dan rakyat juga terbatas
sekali.

2.3.2 Negara Hukum Modern


Dalam perkembangan zaman aliran legisme yang menganggap hukum
adalah undang-undang sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tidak semua masalah
di dalam masyarakat terakomodir di dalam undang-undang. Bila timbul masalah
yang belum ada aturannya tertulis di dalam undang-undang, maka pemerintah, baik
eksekutif maupun yudikatif tidak dapat menyelesaikannya (waterleiding arrest).
Sehingga timbulah pergeseran sekitas tahun 1919 bahwa melanggar hukum bukan
hanya melanggar undang-undang, tapi juga melanggar tata susila, kebiasaan, tata
sopan santun yang berlaku dalam masyarakat (Cohen-Lindenbaum arrest).
Demikian juga bagi Hukum Administrasi Negara, penguasaa tidak mungkin lagi
diikat oleh undanfg-undang atau peraturan tertulis semata.
Negara hukum modern, tujuannya bukan hanya menjaga keamanan, tapi disebut
oleh Lemaire bestuurszorg atau menyelenggarakan kesejahteraan umum oleh

6
pemerintah. Negara modern pun disebut sebagai Negara kesejahteraan atau welfare
state.

2.4 Asas Legalitas


Dalam suatu Negara, terutama yang menyebut dirinya Negara hukum, unsur yang
pertama dan terutama adalah asas legalitas. Asas legalitas berbunyi “suatu perbuatan
tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan perundang-undangan pidana yang
telah ada” pasal 1 ayat (1). Lalu apakah artinya asas ini bagi Hukum Administrasi
Negara ?
Hukum Administrasi Negara dalam arti hukum yang mengatur hubungan antara
penguasa dan masyarakat berarti pula mengatur bagaimana penguasa bertindak terhadap
masyarakat. Dengan adanya asas legalitas sebagai unsur yang utama dalam suatu Negara
hukum maka hal itu berarti setiap tindakan administrasi Negara atau penguasa harus
berdasarkan hukum yang berlaku.bila seorang penguasa bertindak atas nama pemerintah
untuk mengatur masyarakat, tentunya harus mempunyai dasar hukum agar tindakannya
tidak sewenang-wenang. Selain itu agar wewenangnya juga dibatasi sesuai dengan
fungsi dan tugasnya.
Bagi Hukum Administrasi Negara , penerapan asas legalitas itu berarti setiap tindakan
dan perbuatan penguasa haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Ketika aliran
legisme berkuasa, dimana hukum diartikan hanya sebagai UU atau peraturan tertulis,
maka penguasa atau administrasi Negara dapat bertindak mengatur masyarakat bila ada
dasar hukumnya yang tertulis. Berarti bila sudah ada UU yang mengatur masalah
tersebut yang dapat dipergunakan oleh penguasa sebagai dasar hukum dari tindakannya.
Hal ini sah saja selama administrasi Negara tugasnya tidak banyak sesuai dengan tujuan
Negara, hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

2.5 Kebebasan Bertindak Administrasi Negara


Dengan adanya bestuurszorg, menjadi tugas pemerintah suatu Negara hukum
modern membawa suatu konsekuensi khusus bagi administrasi Negara atau penguasa.

7
Sebagaimana kita lihat dalam Negara yang tercantum dalam pemukaan UUD 1945
Alinea keempat, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum serta dengan mewujudkan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini juga dipertegas dalam GBHN
Tahun 1999-2004 melalui TAP MPR No.IV / MPR / 1999 bahwa “ penyelenggaraan
Negara dilaksanakan melalui pembagunan nasional dalam segala aspek kehidupan
bangsa, oleh penyelenggaraan Negara “ dan “ pembangunan nasional merupakan usaha
peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara
berkelanjutan berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global”
Hal ini membawa akibat pemerintah banyak turut campur dalam kehidupan rakyat
yang mendalam di semua sector. Campur tangan tersebut diatur oleh atau didasarkan
pada UU maupun peraturan pelaksanaan lainnya yang dilaksanalan oleh administrasi
Negara. Untuk menjalankan tugas-tugas servis public secara proaktif, maka bagi
administrasi Negara ada konsekuensi khusus yang disebut “kemerdekaan bertindak”,
yaitu kemerdekaan untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam
penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam keadaan kegentingan memaksa dan
yang peraturan penyelesaiannya belum ada. Artinya belum dibuat oleh pembentuk UU.
Hal ini disebut Freies Ernessen.
Berbicara tentang kemerdekaan bertindak dari administrasi Negara dalam teori
Hukum Administrasi Negara, dikenal tiga jenis kemerdekaan bertindak, yaitu :
a. Freies Ermessen
Freies ermessen adalah kemerdekaan bertindak administrasi Negara atau
pemerintah (eksekutif) untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam
keadaan kegentingan yang memaksa, dimana peraturan penyelesaian untuk
masalah itu belum ada.
b. Delegasi Perundangan-Undangan
Delegasi perundang-undangan (delegasi van wetgeving) berarti administrasi
Negara diberi kekuasaan untuk membuat peraturan organic pada undang-
undang. Maksudnya, karena pembuat UU pusat tidak dapat memperhatikan
setiap masalah secara rinci yang timbul di seluruh wilayah Negara, maka sesuai
sifatnya suatu UU, pembuat UU pusat hanya membuat peraturan secara garis

8
besarnya saja. Jadi, berdasarkan delegasi perundang-undangan, maka
pemerintah atau administrasi Negara dapat membuat peraturan pemerintah
untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya (pasal 5 Ayat 2 UUD 1945).
c. Droit function
Droit function adalah kemerdekaanseorang pejabat administrasi Negara tidak
berdasarkan delegasi yang tegas dalam menyelesaikan suatu persoalan yang
konkret. Kemerdekaan ini perlu agar administrasi Negara dapat menjalankan
pekerjaannya secara lancar, sesuai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
individu dan sekaligus mengoreksi hasil pembuatan UU.

2.6 Sumber Hukum


Setelah diuraikan tentang landasan HTUN yang menyangkut berbagai aspek, seperti
Negara hukum, asas legalitas dan kemerdekaan bertindak dari administrasi Negara, maka
sampailah kini pada apa yang disebut sumber hukum TUN. Maksudnya adalah bagaimana
pun bebasnya tindakan hukum TUN, tetapi haruslah tindakan itu tetap berada di dalam
koridor Negara hukum, artinya tetap harus berdasarkan aturan hukum yang berlaku (asas
legalitas). Ada dua sumber hukum bagi tindakan administrasi Negara yang merupakan juga
sumber hukum TUN, yaitu:
1. Sumber hukum tertulis,
2. Sumber hukum tidak tertulis yang dalam Hukum Administrasi Negara terkenal dengan
sebutan asas umum pemerintahan yang layak (baik) atau General Principles of Good
Government ( dalam bahasa belanda disebut sebagai Algemen Bepalingen van
Behoorlijk bestuur disingkat ABBB ).

2.6.1 Sumber Hukum Tertulis


Sumber hukum tertulis bagi ilmu hukum administrasi Negara adalah tiap
peraturan perundang-undangan dalam arti materiil yang berisi pengaturan tentang
wewenang badan/pejabat TUN untuk melakukan tindakan hukum TUN. Hal ini
belum dikodifikasi, tapi tersebar dalam bentuk UU khusus maupun peraturan lain.

9
Belinfante mengatakan bahwa sumber hukum tertulis HTUN “Tidak
ditentukan oleh tempat tercantumnya, tetapi oleh isi dari peraturan yang
bersangkutan.”

Contohnya :

a. Dalam KUH Perdata, yaitu:


- permintaan ganti nama keluarga, UU Perkawinan ( sebagaian masuk
HTN ).
b. Dalam KUH Pidana, yaitu:
-UU lalu lintas jalan
c. Dalam peraturan perundang-undangan lain:
- UU tentang sewa menyewa tanah (hal ini termasuk sebagian hukum
perdata dan sebagai HAN dalam hal pengesahannya),
- UU Perburuhan ,
- UU Perumahan ,
- UU Pendidikan ,
- UU Kependudukan ,
- UU Lingkungan Hidup ,
- UU Perbajakan ,
- UU Kepegawaian.

Semua peraturan perundang-undangan itu harus dapat dikembalikan pada


dasar hukum tertinggi, yaitu UUD 1945. TAP MPR No. III / MPR / 2000
berisi tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan, sebagai
berikut.

1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU
4. Perpu
5. PP
6. Keppres

10
7. Perda.
Hal tersebut berbeda dengan TAP MPR XX / MPRS / 1966 tentang
Kepmen dan Permen yang tidak termasuk dalam hierarki. Tata urutan
perundang-undangan berdasarkan TAP MPRS No.XX /1966 adalah :
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU dan Perpu
4. PP
5. Keppres, Inpres
6. Permen, Instruksi Menteri, kepmen,
7. Perda, Kep. Kepala Daerah.

2.6.1 Sumber Hukum Tertulis


Hukum tertulis yang menjadi acuan bagi administrasi Negara untuk
bertindak, maka administrasi Negara mempunyai kebebasan bertindak dalam
rangka menyelenggarakan kepentingan umum, namum kebebasan tersebut harus
tetap berada dalam koridor hukum. Artinya, administrasi Negara tetap terikat pada
asas legalitas. Hal ini dimaksudkan agar administrasi Negara tidak salah bertindak
atau tidak sewenang-wenang dan di sisi lain masyarakat pun dapat perlindungan
hukum. Undang-undang No. 5 Tahun 1986, pasal 53 Ayat 2 menunjuk secara resmi
bahwa penyalahgunaan wewenang dijadikan dasar pembatalan suatu keputusan tata
usaha Negara. Dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa badan / pejabat tata
usaha Negara dalam mempersiapkan, mengambil, dan melaksanakan keputusan
yang bersangkutan harus memperhatikan asas-asas hukum yang tidak tertulis.
Tahun 1950, komisi de monchy di Belanda memperkenalkan sebagai Algemene
Beginselen van Behoorlijk Bestuur. Di Indonesia, hal itu diperkenalkan oleh Crince
le Roy dan Prof. kuntjoro Purbopranoto, di mana asas umum pemerintahan yang
layak disebut meliputi 13 asas. Namun, hal itu tidak berarti merupakan asas yang
berlaku sama di semua Negara di dunia, demikian pula tidak berarti bahwa 13 asas
itu akan selamanya tetap tidak berubah. Asas umum pemerintahan yang layak ini
akan berkembang sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman, sesuai

11
dengan tata nilai yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Di Indonesia yang
mempunyai falsafah Negara Pancasila, tentu saja nilai-nilai itu harus sesuai dengan
nilai-nilai luhur sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Ketiga belas asas itu meliputi :
1. Asas kepastian hukum
Asas ini mengkehendaki dihormatinya hak yang telah
diperoleh seseorang berdasarkan keputusan administrasi Negara
yang sah ( dalam arti telah memenuhi syarat formal dan materiil ).
2. Asas keseimbangan
Harus terdapat keseimbangan antara hukuman jabatan dan
kelalaian atau kealfaan seorang pegawai.
3. Asas kesamaan
Artinya, administrasi Negara harus mengambil keputusan yang
sama atas kasus yang sama ( kasuistis ). Menurut V. Vollenhoven,
sifat tindakan administrasi Negara ialah :
- Spontan
- Konkret,
- Kasuistis,
- Individudualistis.
4. Asas bertindak cermat
Asas bertindak cermat meliputi :
a. Formal
Artinya, administrasi Negara harus cermat waktu
mempersiapkan pembentukan keputusan, meliputi :
- Semua fakta
- Semua kepentingan,
- Dipelajari dan diteliti kebenaran semua pendapat.
b. Materiil
Jika keputusan dicabut , maka diberi ganti rugi.
5. Asas motivasi

12
Suatu keputusan harus memuat motivasi/pertimbangan yang
adil dan jelas. Dalam arti, dari pihak yang menerima agar dapat
mengerti dengan jelas, sedangkan dari pihak yang menolak sebagai
alasan untuk naik banding.
6. Asas jangan mencampuradukan kewenangan
Wewenang untuk mengeluarkan suatu keputusan diberikan
dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam hal ini, badan/ pejabat
TUN menggunakan wewenangnya menyimpang dari maksud dan
tujuan tersebut, maka hal ini disebut perbuatan melawan hukum.
7. Asas permainan yang layak
Badan/prjabat TUN harus memberikan kesempatan kepada
warga Negara untuk mencapai kebenaran dan keadilan dengan
mengajukan banding.
8. Asas keadilan ( Larangan Melanggar willekeur / bertentangan
dengan nalar yang sehat )
Badan / pejabat TUN dilarang membuat keputusan
sewenang-wenang.
9. Asas kepercayaan ( Menanggapi Pengharapan yang Wajar )
Harapan yang dijanjikan oleh badan / pejabat TUN tidak
boleh diingkari. Harapan / kepercayaan itu timbul karena kebijakan
yang sama selama bertahun-tahun.
10. Asas Meniadakan Akibat Keputusan yang Batal
Keputusan yang dibatalkan oleh instansi banding ( Majelis
Kepegawaian ). Akibatnya, badan / pejabat TUN semula harus
menerima kembali pegawai yang bersangkutan dan membayar
semua kerugian akibat keputusan itu.
11. Asa Perlindungan atas Pandangan Hidup
Sesuai masyarakat yang bersangkutan. Dinegara Indonesia
( bagi PNS ), diatur dalam PP 10/1983 mengenai izin istri, dan PP 45
/ 1990 mengenai tidak menikah sesame karyawan.
12. Asas Kebijaksanaan

13
Badan / pejabat TUN harus dapat bertindak dengan berpijak
pada asas kebijaksaan ( sponta ), tidak perlu menunggu instruksi.
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum
Kepentingan umum meliputi kepentingan bangsa, masyarakat
dan Negara.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Utrech mengatakan bahwa Hukum Administrasi Negara ialah himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab, maka Negara berfungsi.
Dengan kata lain, Hukum Adminitrasi Negara merupakan sekumpulan
peraturan yang memberi wewenang kepada administrasi Negara untuk
mengatur masyarakat.
2. Menurut penjelasan UUD 1945, Negara republik Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan atas hukum ( rechstaat ), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
( machtstaat ).
3. Negara hukum diperlukan asas perlindungan, artinya dalam UUD ada ketentuan
yang menjamin hak-hak asasi manusia. UUD 1945 memuat beberapa asas yang
memberikan perlindungan tersebut, yaitu:
a. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul ( pasal 28 ),
b. Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ( pasal 28 ),
c. Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ),
d. Kemerdekaan memeluk agama (pasal 29),
e. Berhak ikut mempertahankan Negara (pasal 30).

4. Negara hukum disebut Negara hukum klasik karena hukum timbul pada saat
sesudah terjadinya reformasi terhadap Negara totaliter pada zaman absolutisme,
dimana semua kekuasaan Negara berada dalam satu tangan.

5. Negara hukum modern, tujuannya bukan hanya menjaga keamanan, tapi disebut
oleh Lemaire bestuurszorg atau menyelenggarakan kesejahteraan umum oleh
pemerintah. Negara modern pun disebut sebagai Negara kesejahteraan atau
welfare state.

6. Dengan adanya asas legalitas sebagai unsur yang utama dalam suatu Negara
hukum maka hal itu berarti setiap tindakan administrasi Negara atau penguasa
harus berdasarkan hukum yang berlaku.

15
7. Hukum Administrasi Negara, dikenal tiga jenis kemerdekaan bertindak, yaitu :

a. Freies Ermessen

Freies ermessen adalah kemerdekaan bertindak administrasi Negara atau


pemerintah (eksekutif) untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam
keadaan kegentingan yang memaksa, dimana peraturan penyelesaian untuk
masalah itu belum ada.

c. Delegasi Perundangan-Undangan
Delegasi perundang-undangan (delegasi van wetgeving) berarti administrasi
Negara diberi kekuasaan untuk membuat peraturan organic pada undang-
undang. Maksudnya, karena pembuat UU pusat tidak dapat memperhatikan
setiap masalah secara rinci yang timbul di seluruh wilayah Negara, maka sesuai
sifatnya suatu UU, pembuat UU pusat hanya membuat peraturan secara garis
besarnya saja. Jadi, berdasarkan delegasi perundang-undangan, maka
pemerintah atau administrasi Negara dapat membuat peraturan pemerintah
untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya (pasal 5 Ayat 2 UUD 1945).

c. Droit function

Droit function adalah kemerdekaanseorang pejabat administrasi Negara tidak


berdasarkan delegasi yang tegas dalam menyelesaikan suatu persoalan yang
konkret. Kemerdekaan ini perlu agar administrasi Negara dapat menjalankan
pekerjaannya secara lancar, sesuai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
individu dan sekaligus mengoreksi hasil pembuatan UU.

8. Sumber hukum tertulis,

9. Sumber hukum tidak tertulis yang dalam Hukum Administrasi Negara terkenal
dengan sebutan asas umum pemerintahan yang layak (baik) atau General
Principles of Good Government ( dalam bahasa belanda disebut sebagai
Algemen Bepalingen van Behoorlijk bestuur disingkat ABBB ).

16
3.2 SARAN

Saran saya adalah agar kedepannya sistem administrasi Negara yang ada di
Indonesia lebih baik lagi dan terus ditingkatkan,tidak menyulitkan warga dalam
melakukan administrasi serta meningkatkan pelayanan sistem administrasi
terpadu dan mudah dijangkau dan biaya ringan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro,Diana halim. 2004 hukum administrasi Negara. Jakarta : ghalia


Indonesia.

https://ahttp://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-adm-
negara.htmlndruhk.blogspot.com/2012/07/hukum-administrasi-negara.html?m=0

http://pusdikmin.com/perpus/file/hukum%20administrasi%20negara.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai