Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Hubungan Hukum Administrasi Negara


dengan Bidang Hukum lainnya”

Tiara Puspita Sari


21-74-201-063
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah tugas Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara.
Tak lupa penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen selaku Pembimbing mata kuliah
ini serta segala pihak dan sumber yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri maupun pembaca pada
umumnya,
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.

Tangerang, 12 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 3
D. Manfaat ...................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 4
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara ............................................ 4
B. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara .............................. 6
C. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Bidang Hukum Lain .............................. 7
1. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana ................................... 7
2. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Privat..................................... 8
3. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Internasional ...................... 10
4. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara............... 10
5. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Sosial ........................................ 11
6. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Budaya dan Budaya Hukum ........... 12
BAB III .................................................................................................................................................... 14
PENUTUP ............................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
B. Kritik dan Saran ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekilas tentang Negara Hukum, secara historis dan praktis, konsep negara hukum
muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Al-Qur’an dan Sunnah atau
nomokrasi islam, negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang dinamakan
rechtstaat, negara hukum menurut konsep Anglo-Saxon (rule of law), konsep socialist
legality,dan konsep negara hukum Pancasila. Secara embrionik, gagasan negara hukum
telah dikemukakan oleh Plato, Ketika ia menulis Nomoi, sebagai karya tulis ketiga yang
dibuat di usia tuanya, sementara dalam dua tulisan pertama, Politeia dan Politicos, belum
muncul istilah negara hukum. Dalam Nomoi, Plato mengemukakan bahwa
penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang
baik.

Perumusan unsur-unsur negara hukum dalam system Kontinental dan Anglosakson


diatas tidak terlepas dari falsafah dan sosio politik yang melatarbelakanginya, terutama
pengaruh falsafah individualisme, yang bertumpu pada kebebasan (liberty) individu dan
hanya dibatasi oleh kehendak bebas pihak lain termasuk bebas dari kesewenang-wenangan
penguasa. Oleh karena itu, unsur pembatasan kekuasaan negara untuk melindungi hak-hak
individu itu menempati posisi sentral.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Yang menganut desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana diisyaratakan dalam Pasal 18 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “ Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan
undang-undang”.

Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang mengatur wewenang


pemerintah, pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan melindungi hak-hak adminstratif
rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam hukum Administrasi negara
terkandung 2 aspek, yaitu : pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara
bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya; kedua, aturan-aturan
hukum yang mengatur hubungan hukum (reschtbetrekking) antara alat perlengkapan
administrasi negara atau pemerintahan dengan para warga negaranya. Istilah Hukum
Adminstrasi negara dalam kepustakaan Belanda disebut pula dengan istilah bestuursrecht,
dengan unsur utama “ bestuur “.

1
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan dalam
arti sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional - UUD 1945, operasional RPMJ
Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan


faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alaia, idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas
negara diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh
Lembaga Negara yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara merupakan bagian integral dari sistem


Penyelenggaraan negara. Operasionalisasi dari semua ketentuan-ketentuan dalam UUD
1945 merupakan bagian yang sangat dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara.

Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel), Yakni berkenaan dengan teori
teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,tidak
terikat pada bidang-bidang tertentu, kedua hukum administrasi khusus (bijzonder deel),
yakni hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti
hukum lingkungan, hukum tata ruang, hukum kesehatan dan sebagainya. Sekilas Tentang
Negara Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan
berkembang dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu, meskipun konsep Negara hukum
dianggap sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah
dikemukakan oleh plato.

Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu peratama, pemerintah
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum
yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum,bukan yang dibuat secara sewenang
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi
berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat,bukan berupa paksaan --
tekanan yang dilaksanakan pemerintah despotik.Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa
konstitusi meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang
dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Hukum Adminisrtasi Negara
2. Bagaimanakah letak Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia?
3. Bagaimanakah hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu yang lainnya?

2
C. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum
Administrasi Negara dan ingin lebih mengetahui dan mengkaji tentang ilmu Hukum
Administrasi Negara serta untuk mengetahui hubungan Hukum Administrasi Negara
dengan Hukum Tata Negara dan dan ilmu-ilmu yang lainnya.
D. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari makalah ini antara lain :
1. Dapat mengidentifikasi Pengertian Hukum Administrasi Negara.
2. Dapat menganalisa letak Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia.
3. Dapat mengetahui hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu yang
lainnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Secara teoretik, Hukum Administrasi Negara merupakan fenomena


kenegaraan dan pemerintahan yang keberadaannya setua dengan konsepsi negara
hukum atau muncul bersamaan dengan diselenggarakannya kekuasaan negara dan
pemerintahan berdasarkan aturan hukum tertentu. Pada awalnya, khususnya di negeri
Belanda, Hukum Administrasi Negara ini menjadi satu kesatuan dengan Hukum Tata
Negara dengan nama staat-en administratief recht. Tetapi, Hukum Administrasi
Negara ini berkembang secara dinamis tidak seperti Hukum Tata Negara. Di Negeri
Belanda ada 2 istilah mengenai hukum ini, yaitu bestuursrecht dan administratief
recht.
Kata administrasi berasal dari Bahasa Latin “administrare” yang berarti to
manage. Derivasinya antara lain menjadi “administration” yang berarti besturing atau
pemerintahan. Dalam KBBI, administrasi diartikan sebagai; pertama, usaha dan
kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan
pembinaan organisasi; kedua, usaha dari kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kebijaksanaan serta mencapai tujuan; ketiga, kegiatan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah; keempat, kegiatan kantor dan tata
usaha.
Dalam buku Hukum Administrasi negara karya Dr. Ridwan HR ada beberapa
pengertian Administrasi Negara menurut beberapa ahli. Salah satunya, menurut
Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa administrasi negara mempunyai 3 arti,
yaitu: pertama, sebagai salah satu fungsi pemerintah; kedua, sebagai aparatur
(machinery) dan apparat (apparatus) daripada pemerintah; ketiga, sebagai proses
penyelenggaraan tugas pekerjaan pemerintah yang memerlukan kerja sama secara
tertentu.
Jika dalam buku Hukum Administrasi Hukum Negara karya Dr. W. Riawan
Tjandra, S.H., M.Hum sama saja ada pengertian Hukum Administrasi Negara menurut
beberapa ahli. Salah satunya, menurut William F. Fox, Jr (2000: 3) yang mengatakan
bahwa: “in the broadest sense, administrative law involves the study of how those
parts of our system of government that are neither legislature nor courts make
decisions.” ( Dalam pengertian luas, hukum administrasi negara mencakup kajian
mengenai bagian-bagian dari system pemerintahan yang bukan legislatif atau
peradilan dalam membuat keputusan-keputusan.). Lebih lanjut, dikatakan oleh Fox
(2003:3) bahwa: “These entities, referred to as administrative agencies, are normally
located in the executive branch of government and are usually charged with the day-
to-day details of governing. Agencies are created and assigned specific tasks by the
legislature. The agencies carry out these tasks by making decisions of various sorts
and supervising the procedures by which the decisions are carried out.” ( Kesatuan-

4
kesatuan ini merujuk pada badan-badan administratif yang normalnya ditempatkan
sebagai cabang dari kekuasaan eksekutif dan biasanya dituntut dengan
penyelenggaraan pemerintahan yang dilalukan dalam keseharian. Badan-badan ini
dibentuk dan diserahi tugas khusus oleh legislatif. Badan-badan ini melaksanakan
tugas-tugas ini melalui pembuatan keputusan-keputusan dalam berbagai jenis dan
mengawasi prosedur-prosedur dalam pelaksanaan tugas-tugasnya).
Administrasi Negara adalah hukum untuk (voor) mengatur pemerintah atau
penyelenggaraan pemerintahan, Sebagian dibuat atau berasal dari (van) pemerintah,
dan hukum itu digunakan dalam mengatur hubungan dengan pemerintah atau untuk
memengaruhi terhadap (tegen) Tindakan pemerintah; “Recht voor, van, en tegen het
overheidsbestuur”.
Ruang lingkup hukum Administrasi Negara telah disebutkan bahwa istilah
Hukum Administrasi Negara dalam kepustakaan Belanda disebut pula dengan istilah
bestuursrecht, dengan unsur utama “bestur”. Menurut Philipus M. Hadjon, istilah
bestuur berkenaan dengan “sturen” dan “sturing”. Bestuur dirumuskan sebagai
lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan kekuasaan legislatif dan kekuasaan
yudisial. Dengan rumus itu kekuasaan pemerintahan tidaklah sekadar melaksanakan
undang-undang. Kekuasaan pemerintahan merupakan kekuasaan yang aktif. Sifat aktif
tersebut dalam konsep Hukum Administrasi secara intrinsic merupakan unsur utama
dari “sturen” (besturen).
Sturen menunjukan lapangan di luar legislatif dan yudisial. Lapangan ini lebih
luas dari sekadar lapangan eksekutif semata. Di samping itu, sturen senantiasa
diarahkan kepada suatu tujuan (doelgerichte). Meskipun secara umum dianut definisi
negatif tentang pemerintahan, yaitu sebagai suatu aktivitas di luar perundangan dan
peradilan, namun pada kenyataannya pemerintah juga melakukan Tindakan hukum
dalam bidang legislasi, misalnya dalam hal pembuatan undang-undang organik dan
pembuatan berbagai peraturan pelaksanaan lainnya, dan juga bertindak dalam bidang
penyelesaian hukum melalui upaya administrasi dan dalam hal penegakan Hukum
Administrasi Negara atau pada penerapan sanksi-sanksi administrasi, yang semuanya
itu menjadi objek kajian Hukum Administrasi Negara.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kekuasaan pemerintahan yang menjadi
objek kajian hukum administrasi negara ini demikian luas. Oleh karena itu, tidak
mudah menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara. Di samping itu,
kesukaran menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara ini disebabkan
pula oleh beberapa faktor; pertama, HAN berkaitan dengan Tindakan pemerintahan
yang tidak semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam peraturan perundangan-
perundangan, seiring dengan perkembangan kemasyarakatan yang memerlukan
pelayanan pemerintah dan masing-masing masyarakat di suatu daerah atau negara
berbeda tuntutan dan kebutuhan; kedua, pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-
keputusan, dan instrument yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak
pada satu tangan atau Lembaga; ketiga, Hukum Administrasi Negara berkembang
sejalan dengan perkembangan tugas-tugas pemerintahan dan kemasyarakatan, yang
menyebabkan pertumbuhan bidang Hukum Administrasi Negara tertentu berjalan
secara sektoral.

5
Jika menurut Buku Hukum Administrasi Negara karya Dr. W . Riawan
Tjandra, S.H., M.Hum. terdapat berbagai pendapat mengenai ruang lingkup
pembahasan dari hukum administrasi negara. David Stott dan Alexandra Felix (1997:
vii – xvii) menyebutkan ruang lingkup pembahasan hukum administrasi negara
sebagaimana dibahas dalam buku mereka meliputi:
(1) The Nature and Purpose of Administrative Law: Introduction, Definition
of Administrative Law, atc;
(2) The History and Development of Adminstrative Law;
(3) Judicial Review of Administrative Action I – Prerequisites to Review;
(4) Judicial Review of Adminstrative Action II – Substantive Ultra Vires and
Abuse of Power;
(5) Judicial Review of Administrative Action III – Procedural Ultra Vires;
(6) Remedials In Administrative Law;
(7) Statutory Remedies And Exclusion of Judicial Review;
(8) Public Interest Immunity;
(9) Extra-Judical Avenues of Redress;
(10) European Administrative Law I – The European Community;
(11) European Administrative Law II – The European Convention On Human
Rights;
(12) Liability Of Public Bodies In Private Law.

B. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara


Keterkaitan antar dua bidang hukum ini tampak pula dari penanaman mata
kuliah di negeri Belanda, sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 Reglemen
Rechtshogeschool 1924 yaitu terhimpun dalam satu nama Staats-en Administratief
Recht, sebelum akhirnya dipisahkan karena perkembangan sejarah dan persoalan
spesifik yang dihadapi oleh Hukum Administrasi Negara. Bahsan Mustafa
mengatakan bahwa Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara itu
merupakan dua jenis hukum yang dapat dibedakan akan tetapi tidak dapat dipisahkan
yang satu dari yang lainnya. Kalaupun dilakukan pembedaan, maka sebagaimana
disebutkan oleh van Vollenhoven dan Kranenburg, pembedaan antara Hukum Tata
Negara dan Hukum Administrasi Negara ini sesungguhnya tidaklah prinsipil
melainkan berdasarkan satu “doelmatige arbeidsverdeling” akibat perkembangan
sejarah.
Menurut WF. Prins, tidak mungkin untuk menarik garis batas yang tegas
antara kedua jenis hukum ini. Karena kedua bidang hukum ini memiliki keterkaitan
yang erat, maka Kranenburg berpendapat bahwa, “kita tidak mungkin mempelajari
Hukum Administrasi Negara, tanpa didahului (dengan pelajaran) Hukum Tata
Negara. Hubungan semacam ini agaknya sama seperti yang terjadi pada Hukum
Dagang dan Hukum Perdata, tidak mungkin mengkaji secara ilmiah hukum dagang,
tanpa didahului dengan (pelajaran) hukum perdata. Meskipun terdapat kesamaan
pandangan mengenai keterkaitan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi
Negara, tetapi para sarjana berbeda pendapat ketika menentukan objek kajian dari
kedua hukum ini. Perbedaan pendapat ini telah berlangsung cukup lama dan sampai

6
sekarang belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir, yang diwujudkan dalam
bentuk kesamaan pandangan. Perbedaan pandangan tentang hal ini agaknya tidak
akan berakhir, karena di samping para sarjana masing-masing memiliki cara pandang
dan pendekatan yang berbeda-beda, juga disebabkan karena sukarnya menemukan
garis batas (scheidingslijn) yang tegas antara kedua bidang hukum ini, yang sama-
sama menjadikan negara dan pemerintahan sebagai objek kajian. Secara umum dapat
disebutkan bahwa di kalangan para sarjana terdapat dua kubu perbedaan, ada yang
menganggap ada perbedaan prinsip dan ada yang menganggap tidak ada perbedaan
prinsip antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara.
Terdapat perbedaan antara Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara yang dapat dicatat dengan cara yang berbeda. Hal ini berjalan seiring dengan
perkembangan teori. Kita cukup dengan penuturan kembali cara pandang Oppenheim.
Ia menggunakan perumpamaan mengenai negara dalam keadaan diam dan negara
dalam keadaan bergerak. Hukum Tata Negara mengkaji negara dalam keadaan diam.
Hukum Tata Negara dibentuk melalui peraturan hukum di mana organ-organ itu
dibentuk dan diberi kewenangan. Hukum Administrasi Negara berkenaan dengan
negara dalam keadaan bergerak. Hukum Administrasi Negara memuat peraturan
hukum yang mengikat organ-organ dan kapan organ-organ ini menggunakan
wewenangnya.
Hukum tata negara membuka ruang partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan melalui hak inspraak (keberatan, banding
administratif), sedangkan hukum administrasi negara mewajibkan para pejabat
administrasi negara untuk menerima penggunaan hak inspraak warga ma syarakat dan
merealisasikan hak-hak konstitusional warga negara. Hukum tata negara
memungkinkan pengaturan melalui sistem legislasi parlemen hak-hak konstitusional
warga negara, sedangkan hukum administrasi negara menjamin realisasi hak-hak
konstitusional warga negara melalui serangkaian tindakan administrasi negara. Hal ini
menyebabkan hukum administrasi negara dikatakan melaksanakan jaminan
pemerintahan (bestuurlijke waarborgen) dan perlindungan hukum
(rechtsbescherming).
C. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Bidang Hukum Lain

1. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana


Hukum administrasi adalah salah satu dari 3 bidang dasar hukum publik yang
berkaitan dengan hubungan antara pemerintah dan warganya, 2 lainnya menjadi
hukum konstitusi dan hukum pidana. Tujuan utama dari hukum administrasi adalah
untuk memastikan bahwa kegiatan pemerintah diizinkan oleh Parlemen atau
legislatif provinsi, dan bahwa hukum diimplementasikan dan dikelola dengan cara
yang adil dan wajar. Hukum administrasi pada prinsip-prinsip bahwa tindakan,
dalam bentuk apa pun, harus (tegasnya) sah, dan bahwa warga negara yang
terpengaruh oleh tindakan pelanggaran hukum dari pejabat pemerintah harus
mendapatkan solusi efektif jika sistem administrasi negara diterima dan dipelihara).
Dengan demikian, baik Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Negara maupun
Hukum Pidana terletak di rumpun yang sama, yaitu hukum public.

7
Hukum pidana sendiri dapat dimaknai, Kumpulan peraturan perundang-
undangan yang mende finisikan perilaku yang dilarang oleh pemerintah karena
mengancam dan merugikan keselamatan publik dan kesejahteraan dan yang
menetapkan hukuman yang akan dikenakan untuk tindakan-tindakan tersebut.
Hukum pidana istilah umumnya mengacu pada hukum pidana substantif. Hukum pi
dana substantif mendefinisikan kejahatan dan dapat membentuk hukuman
Sebaliknya, Acara Pidana menjelaskan proses melalui mana hukum pidana di
tegakkan).
Meskipun baik hukum administrasi negara maupun hukum pidana meru pakan
bagian dari hukum publik, hukum pidana merupakan norma hukum yang dapat
memperkuat penegakan norma hukum administrasi negara, karena melalui hukum
pidana pemerintah berdasarkan peraturan perundang undangan berwenang
mendefinisikan perilaku yang dilarang oleh pemerintah karena mengancam dan
merugikan keselamatan dan kesejahteraan publik. Philipus M. Hadjon (1994: 46)
dengan mengutip pendapat W.F.Prins menga takan bahwa hampir setiap peraturan
berdasarkan hukum administrasi negara diakhiri "in cauda venenum" dengan
sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti: ada racun di
ekor/buntut). Hukum pidana bersifat ultimum remedium, upaya paksa yang terakhir
jika upaya paksa ber dasarkan norma hukum yang lain sudah tidak efektif. Hal itu
artinya sanksi hukum pidana hanya dapat digunakan jika sanksi administratif
maupun sanksi hukum perdata sudah tidak efektif digunakan sebagai upaya paksa
terhadap pelanggar norma hukum.
Dengan demikian, hukum pidana juga memiliki hubungan yang erat dengan
hukum tata negara karena pembentukan norma hukum pidana hanya dapat dilakukan
melalui fungsi legislatif parlemen dalam bentuk suatu undang undang. Pelaksanaan
sanksi pidana setelah diputus oleh lembaga peradilan pi dana diserahkan kembali
kepada aparat pelaksana di lingkungan eksekutif yang melaksanakan wewenang
administrasi negara berdasarkan norma hukum administrasi negara untuk
melaksanakan putusan peradilan pidana.
Berkaitan dengan hubungan antara hukum pidana dan hukum adminis trasi
negara, kini semakin dikenal secara luas gejala berkembangnya hukum pidana
administratif (administrative penal law). Hukum pidana administratif
(Administrative Penal Law) adalah peraturan perundang-undangan yang berdimensi
hukum administrasi negara yang memiliki sanksi pidana (kriminalisasi hukum
administrasi negara). Dengan demikian, hukum pidana administratif adalah semua
produk legislasi berupa perundang-undangan (dalam lingkup) admi nistrasi negara
yang memiliki sanksi pidana.

2. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Privat

Hukum administrasi negara (hukum pemerintahan) menguji hubungan hukum


istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambsdrager)
(administrasi negara) melakukan tugas mereka yang khusus (Utrecht: 1986: 11).
Manakala tidak ada pengaturan khusus dalam hukum administrasi negara.
berlakulah hukum privat. Namun, dalam perkembangan hukum administrasi negara
berkembanglah gejala semakin banyak dipergunakannya hukum per data oleh

8
pemerintah dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan. Pe merintah dapat
menggunakan hukum perdata dalam berinteraksi dengan subjek hukum privvat
untuk mewujudkan tujuan-tujuan pemerintahan. Hal itu terlihat dari
dipergunakannya kontrak administratif (government contract) dalam
penyelenggaraan pemerintahan, jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar (ruislag)
yang dilakukan dalam interaksi pemerintah dengan orang atau badan hukum perdata
selaku subjek hukum privat.
Hukum perdata dapat digunakan dalam pelaksanaan fungsi pemerintah,
sepanjang tidak diatur khusus melalui hukum administrasi negara dan tidak
menyimpang dari upaya untuk mewu judkan tujuan-tujuan pemerintah. Namun,
tidak semua bagian dari hukum perdata dapat dan cocok dipergunakan dalam
pelaksanaan tugas pemerintahan, karena ada bidang-bidang hukum administrasi
negara sebagai hukum publik yang mengatur pembatasan-pembatasan penggunaan
hukum perdata. Misalnya, sebelum pemerintah melakukan jual beli dalam
pengadaan barang dan jasa publik terlebih dahulu harus ditempuh sistem pengadaan
barang dan jasa publik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan hukum
publik melalui mekanisme tender, yang kemudian baru dilanjutkan dengan
melakukan tindakan hukum perdata melalui pembuatan kontrak dalam pengadaan
barang dan jasa publik.
Demikian pula, terdapat gejala dipergunakannya instrumen hukum campuran
(gemeenschapelijkrecht) dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, Hal itu
terlihat dari dipegunakannya perjanjian kebijakan. Perjanjian kebijakan
(kewenangan) menggunakan dasar hukum publik karena berkaitan dengan
penggunaan wewenang pemerntah. Dengan demikian, hukum yang diterapkan
berdasarkan pada dua asas, yaitu: (1) titik tolak hukum perdata, yaitu pe nerapan
asas hukum perjanjian seperti pada pacta sunt servanda dan lain-lain. Dalam hal ada
aturan khusus dalam hukum administrasi negara, diberlakukan asas preferensi
hukum administrasi negara sebagai lex specialis; (2) titik tolak hukum administrasi
negara, yaitu keharusan untuk menerbitkan suatu besluit. Perjanjian campuran pada
hakikatnya berbentuk antara (tussenvorm) perjanjian perdata dan perjanjian
kewenangan (Yudhi Setiawan, 2009: 196-197).
Hukum privat memengaruhi hak-hak dan kewajiban-kewajiban para indi vidu,
keluarga, badan usaha, dan kelompok-kelompok kecil dan keberadaannya untuk
membantu rakyat dalam penyelesaian sengketa yang mencakup persoalan persoalan
privat, ruang lingkupnya secara lebih khusus daripada hukum publik dan mencakup:

A. Hukum kontrak - mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari in vididu


dalam perjanjian-perjanjian;
B. Hukum ganti rugi - hak-hak, kewajiban-kewajiban dan pemulihan yang
disediakan bagi seseorang yang telah dirugikan oleh individu lain;
C. Hukum hak milik - mengatur bentuk-bentuk kepemilikan, peralihan,dan masalah-
masalah sewa;
D. Hukum perwarisan - mengatur peralihan dari suatu kepemlihan antar pihak-
pihak;
E. Hukum keluarga - mengatur hubungan keluarga dan hubungan-hubungan dalam
keluarga).

9
3. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Internasional

Sebelum membahas hubungan antara hukum administrasi negara denga


hukum internasional, perlu dipahami dulu makna dari hukum internasional Hukum
internasional didefinisikan sebagai: "The body of law that governs the legal relations
between or among states or nations. To qualify as a subject under the traditional
definition of international law, a state had to be sovereign: It needed a territory, a
population, a government, and the ability to engage in diplo matic or foreign
relations. (Kumpulan norma hukum yang mengatur hubungan hukum diantara atau
antar negara atau bangsa. Untuk menentukan sebagai suatu subjek di bawah definisi
tradisional hukum memiliki kemampuan untuk memasuki hubungan diplomatik atau
luar negeri/internasional, suatu negara harus memiliki kedaulatan. Diperlukan
adanya suatu wiayah, penduduk, pe merintah dan kemampuan untuk kemampuan
untuk memasuki hubungan diplomatik atau hubungan luar negeri)."
Berbagai norma hukum internasional untuk dapat dinyatakan berlaku dan
mengikat warga negara di suatu negara memerlukan proses ratifikasi. Penerapan
atau pelaksanaan perjanjian-perjanjian internasional oleh penguasa terhadap rakyat
akan menyentuh lapangan hukum administrasi, karena hu kum administrasi negara
merupakan instrumenteel recht. Dalam sistem hukum yang menganut stelsel
dualisme, suatu perjanjian internasional hanya mengikat negara, dan tidak mengikat
warga negara/rakyat. Untuk dapat meng ikat rakyat/warga negara diperlukan suatu
undang-undang (Hadjon.dkk. 1996-48).

Dalam sistem hukum administrasi negara Jerman, semua norma hukum


internasional merupakan bagian integral dari hukum federal Jerman dan ber
pengaruh terhadap undang-undang Jerman. Perjanjian internasional dapat menjadi
hukum federal sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat (2) UUD Jerman. Beberapa
perjanjian internasional tidak mempersyaratkan rati fikasi oleh legislatif
(verwaltungsabkomemen) hanya menjadi undang-undang yang bersifat
memerintahkan (statutory order) (Schroder dalam Seerden, dkk. 2002: 97). Hal yang
sama juga terjadi di Perancis. Norma hukum Uni Eropa dan Konvensi HAM Eropa
berpengaruh secara langsung dalam hukum nasional Perancis dan dapat
dipergunakan untuk menguji keabsahan keputusan tata usaha negara di Perancis
(Jean-Bernard Auby dalam Seerden, 2002: 73). Baik negara yang menggunakan
stelsel dualisme maupun monisme, implementasi efektif berbagai perjanjian hukum
internasional dalam suatu negara memer lukan serangkaian tindakan administrasi
negara oleh para pejabat tata usaha negara yang terikat pada norma-norma hukum
administrasi negara. Dapat dikatakan efektif berbagai perjanjian internasional dalam
suatu negara dipe ngaruhi oleh norma hukum administrasi negara.

4. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara

Administrasi negara didefinisikan sebagai: "A branch of political science


dealing primarily with the structure and workings of agencies charged with the ad
ministration of governmental functions." (Cabang dari ilmu politik yang terutama

10
berkaitan dengan struktur dan aktivitas-aktivitas dari badan-badan yang dituntut
untuk melaksanakan fungsi pemerintahan oleh administrasi). Aderibigbe, dkk
mendefinisikan: "Public administration is the implementation of government policy
and an academic discipline that studies this implementation and that prepares civil
servants for this work". (Administrasi negara merupakan pelaksanaan dari kebijakan
pemerintah dan disiplin akademik yang mempe lajari pelaksanaan dan
mempersiapkan para pegawai negeri untuk tugas ini). Selanjutnya, Aderibigbe, dkk
menguraikan bahwa: "Public administration is centrally concerned with the
organization of government policies and programmes as well as the behavior of
officials (usually non-elected) formally responsible for their conduct)."
(Administrasi negara berfokus pada organisasi dari kebijakan kebijakan dan
program-program pemerintah termasuk perilaku dari para pejabat (umumnya yang
tak dipilih) yang secara formal bertanggung jawab atas tindakan mereka).
Selanjutnya. Aderibigbe, dkk juga mengutip beberapa pen dapat ahli mengenai
pengertian administrasi negara sebagai berikut. "Dimock (1973:31-32) defined
public Administration as the fulfillment or enforcement of public policy as declared
by the competent authorities. It deals with the problems, and powers, the
organization and techniques of management involved in carrying out the laws and
policies formulated by the policy-making agencies of governmen (Dimock
mendefinisikan administrasi negara sebagai pengisian dan penegaka kebijakan
publik yang dinyatakan oleh kekuasaan-kekuasaan yang berwenang Ini menyangkut
permasalahan dan kekuasaan, organisasi dan teknik manajemen yang melibatkan
penggunaan hukum-hukum dan kebijakan yang dibentuk oleh badan-badan pembuat
kebijakan pemerintah)

Hukum administrasi negara melakukan pendekatan normatif terhadap


pelaksanaan fungsi para pejabat administrasi negara yang melakukan berbaga
tindakan administrasi negara. Administrasi negara mengkaji pendekatan politik dari
organisasi kebijakan dan program-program pemerintah yang di laksanakan oleh para
pejabat administrasi negara. Namun, berbeda dengan hukum administrasi negara
yang merupakan cabang dari ilmu hukum das terletak dalam rumpun keilmuan
hukum publik, ilmu administrasi negar merupakan cabang dari ilmu politik. Hukum
administrasi negara memberikan kerangka hukum bagi pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah dan sebagai pedoman bagi
para pejabat admi nistrasi negara maupun badan-badan administrasi negara dalam
pelaksanaan kebijakan-kebijakan serta program-program pemerintah.

5. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Sosial

Berkaitan dengan hubungan hukum administrasi negara dengan ilmu sosial


Albert HY. Chen dalam Tom Ginsburg (2009: 360) berpendapat: "From the inter-
disciplinary perspective of the social sciences, there is a close relationship between
administrative law, governance and regulation, and administrative law may be
regarded as one of the many tools of regulation or one mode of governance. Mode of
governance may be broadly defined as the social mechanism by which the rules in
place in any given community are adapted to the experiences and exigencies of those

11
who live under them/Regulation may be broadly defined as sustained and focused
control exercised by a public agency over activities that are valued by a community
Regulation therefore consists of governmental actions designed to influence people's
behaviour, primarily for the purpose of promoting the public interest. Apart from
using the law to 'command and control or to create 'rights and liabilities." (Dari
perspektif antar-disiplin ilmu-ilmu sosial, ada hubungan yang erat antara hukum
administrasi, pemerintahan dan regulasi, dan hukum administrasi dapat dianggap
sebagai salah satu dari banyak alat regulasi atau satu cara pemerintahan. 'Cara
memerintah' mungkin secara luas didefinisikan sebagai 'mekanisme sosial di mana
aturan yang di tempatkan dalam setiap masyarakat terberi disesuaikan dengan
pengalaman dan urgensi dari orang-orang yang hidup di bawah 'peraturan mereka.
"Peraturan mungkin didefinisikan secara luas sebagai pengawasan berkelanjutan dan
ter fokus yang dilakukan oleh badan publik terhadap kegiatan-kegiatan yang
dianggap bernilai oleh sebuah masyarakat. Peraturan bagaimanapun terdiri atas
tindakan-tindakan pemerintah yang didesain untuk memengaruhi perilaku
masyarakat, terutama untuk tujuan mempromosikan kepentingan umum, se lain dari
penggunaan hukum untuk 'memerintah dan mengawasi atau membentuk 'hak-hak
dan kewajiban-kewajiban").
Terdapat hubungan yang erat antara hukum administrasi negara, kepe
merintahan dan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan
berisi serangkaian tindakan pemerintahan yang berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat sebagai dampak dari pelaksanaan peraturan perundang undangan oleh
badan-badan administrasi negara.

6. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Budaya dan Budaya Hukum

Sehubungan dengan definisi dari budaya, ada yang berpendapat


bahwa:"Culture is the characteristics and knowledge of a particular group of people,
defined by everything from language, religion, cuisine, social habits, music and
arts." (Budaya adalah karakteristik dan pengetahuan dari sekelompok orang tertentu,
didefinisikan oleh segala sesuatu dari bahasa, agama, masakan, ke biasaan sosial,
musik, dan seni). Selanjutnya. The Center for Advance Research on Language
Acquisition berpendapat bahwa: "Culture as shared patterns of behaviors and
interactions, cognitive constructs and understanding that are learned by socialization.
Thus, it can be seen as the growth of a group identity fostered by social patterns
unique to the group" (Budaya sebagai pola bersama perilaku dan interaksi,
konstruksi kognitif, dan pemahaman yang dipelajari melalui sosia lisasi. Dengan
demikian, dapat dilihat sebagai pertumbuhan identitas kelompok yang dibina
melalui pola sosial yang unik kepada kelompok). Hukum Administrasi Negara juga
memiliki dan dipengaruhi oleh budaya sehingga corak perkembangan hukum
administrasi negara dipengaruhi dan memengaruh budaya masyarakat setempat.
Pengaruh budaya terhadap hukum administrasi negara maupun sebaliknya tetap
harus dilihat sebagai bagian dari corak perkembangan hukum administrasi negara.

Hukum administrasi negara selain tumbuh dalam budaya masyarakat tertentu,


juga memengaruhi perkembangan budaya masyarakat. Budaya hukum masyarakat

12
suatu negara juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per kembangan hukum
administrasi negara. David Nelken, seorang Profesor dari University of Macerata
Italia berpendapat bahwa: "Legal culture, in its most general sense, is one way of
describing relatively stable patterns of legally oriented social behaviour and
attitudes. "(Budaya hukum dalam makna yang paling luas adalah suatu cara untuk
mendeskripsikan secara relatif pola tetap orientasi dari perilaku dan tindakan
sosial)."
Sehubungan dengan uraian di atas, buku ini mencoba meletakkan masing
masing konsep hukum administrasi negara sesuai dengan budaya hukum dari tempat
hukum administrasi negara itu tumbuh dan berkembang. Namun, sekaligus
mengambil manfaaat teoretis dari budaya hukum yang berbeda beda untuk
mempertajam analisis buku ini tanpa mendikotomikan civil law system dengan
common law system. Meskipun, juga dengan menyadari bahwa di antara kedua
sistem hukum yang dipengaruhi oleh budaya hukum masing masing juga terdapat
beberapa perbedaan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
admistrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
mennkan tugasnya. hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum
tata negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal
perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar
yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah, untuk
hukum administrasi negara dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata
usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.
B. Kritik dan Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar
terciptalah Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat
terlendungi hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakan, sebagai
Negara hukum Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar
ketentraman dinegara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar terciptalah
kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu sudah seharusnya
pemerintah juga turut turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah
mendapatkan hak-nya dilindungi oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat
yang mampu ataukah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat
juga dan masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis tidak menutup kemungkinan adanya
kesalahan dan kehilafan oleh sebab itu penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran
yang membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah
selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
HR, Ridwan. 2018, Hukum Administrasi Negara, Depok: Rajawali Pers
Tjandra, W. Riawan, 2018, Hukum Administrasi Negara. Jakarta Timur: Sinar
Grafika
https://www.slideshare.net/NinaCivic/makalah-hukum-administrasi-negara

15

Anda mungkin juga menyukai