Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIROKRASI DAN MANAJEMEN PEMERINTAH

Dosen pengampu : Dr. Raja Agung Kusuma, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Darussalam : 22741010031

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI


2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Pemerintahan
Daerah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi penulis.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima
kasih.

Bandar Lampung, 11 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian Birokrasi Pemerintahan...................................................... 3
B. Pengertian Fungsi Pemerintahan.......................................................... 4
C. Pengertian Pengawasan….……………………………………………. 4
D. Pengertian Fungsi Evaluasi…………………………………………… 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................10
Daftar Pustaka ......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik melandasi


pelaksanaan pemerintahan di daerah pada asas desentralisasi. Kaidah asas inilah yang
kemudian melahirkan makna otonom, dengan substansi penyerahan kewenangan dalam
pelaksanaan pemerintahan di daerah. Di samping asas desentralisasi dikenal juga asas
dekonsentrasi dengan substansi yang agak berbeda yaitu penugasan dari pemerintah pusat.
Makna kewenangan yang diserahkan, dilimpahkan dan ditugaskan sifatnya untuk mengatur
dan mengurus pelaksanaan pemerintahan di daerah.
Di dalam struktur pemerintahan negara kita, pada prinsipnya kekuasaan negara dibagi
menjadi tiga kekuasaan besar yaitu : Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Montesque dalam trias politica. Walaupun secara umum,
Indonesia tidak menganut teori ini sepenuhnya hal ini dikarenakan selain tiga pembagian
kekuasaan tadi terdapat pula kekuasaan lain, yaitu kekuasaan Audit yang dilakukan oleh BPK
dan fungsi konstitusional yang dilakukan oleh MPR.
Kekuasaan Legislatif di dalam pemerintahan negara kita dilakukan oleh DPR yaitu dalam
hal merumuskan peraturan perundang-undangan, walaupun dalam pelaksanaannya DPR tidak
berdiri sendiri tetapi terdapat peran pemerintah ataupun presiden untuk menetapkan suatu
peraturan perundang-undangan. Demikian pula sebaliknya, jika inisiatif peraturan
perundangan muncul dari pemerintah atau presiden maka rancangan tersebut harus mendapat
persetujuan dari DPR sebelum disahkan menjadi undang-undang. Walaupun demikian, fungsi
dari DPR adalah sebagai legislator. Keanggotaan DPR dipilih secara langsung melalui pemilu
legislatif yang merupakan wakil-wakil dari partai politik.
Good governance menghendaki pemerintahan dijalankan dengan mengikuti prinsip-
prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan
kemandirian, sehingga sumber daya negara yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-
benar mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan rakyat dan negara.
Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan negara tak lepas dari
masalah akuntabilitas dan tranparansi dalam pengelolaan keuangan negara, karena aspek
keuangan negara menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan bangsa, baik dari segi
sifat, jumlah maupun pengaruhnya terhadap kemajuan, ketahanan, dan kestabilan

1
perekonomian bangsa.
Sebagaimana diketahui bahwa fungsi manajemen dalam beberapa literatur diungkapkan
terdapat beberapa fungsi, yaitu, Controlling (Pengawasan) dan Evaluating (Evaluasi).
Controlling dan eveluating merupakan dua fungsi manajemen yang sangat dibutuhkan, terlebih
apabila rentang kendali pimpinan sudah sedemikian luas. Good Governance mensyaratkan
adanya pengawasan yang dilakukan secara internal dan eksternal. Pengawasan internal
dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di bawah lingkup organisasi yang bersangkutan,
sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh unit pengawasan di luar organisasi yang
bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari birokrasi pemerintahan?


2. Bagaimana fungsi pelaksanaan pengawasan dan evaluasi dalam manajemen
pemerintahan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Perubahan Sosial, Perkembangan Hukum dan


Penegakan Hukum
2. Untuk Mengetahui fungsi pengawasan dan evaluasi dalam manajemen pemerintahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Birokrasi Pemerintahan

Secara bahasa, istilah Birokrasi berasal dari bahasa Prancis yaitu “burreau” yang berarti
kantor atau meja tulis; dan dari bahasa Yunani yaitu “cratein” yang berarti mengatur. Pada
mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika kegiatan kerja yang
diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan – kegiatan administrasi (Ernawan,
1988). Dalam konsep bahasa Inggris secara umum, birokrasi disebut dengan “civil service”.
Selain itu juga sering disebut dengan public sector, public service atau public administration.
Birokrasi adalah tipe organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas administrasi
dengan cara mengkoordinasi secara sistematis, teratur pekerjaan dari banyak anggota
organisasi. Orang yang bekerja dalam birokrasi pemerintahan bekerja secara profesional.
Mereka diangkat dan diupah untuk menduduki jabatannya di lembaga pemerintahan yang telah
ditetapkan tugasnya dari atasannya. Dasar pemilihan personil birokrasi biasanya dilandaskan
pada keterampilan dan kepandaian yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan tujuan
tertentu
Dalam arti sempit pemerintahan adalah segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang
dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas
adalah segala kegiatan yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdek aan,
berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya
tujuan negara. Di samping itu dari segi struktural fungsional pemerintahan dapat didefinisikan
pula sebagai suatu sistem struktur dan organisasi dari berbagai macam fungsi yang
dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan tujuan negara.
Birokrasi pemerintah harus bersikap netral baik dari sisi politik atau bukan merupakan
kekuasaan politik maupun dari sisi administrative. Sebab apabila birokrasi menjadi kekuatan
politik maka akan menjadi tidak netral, yaitu memihak pada kekuatan/aliran politik tertentu.
Padahal dalam memberikan pelayanan umum, birok rasi pemerintahan diharapkan tidak akan
memihak kepada kelompok tertentu dengan tujuan agar pelayanan umum yang diberikan oleh
pemerintah dapat diberikan kepada seluruh masyarakat, tanpa memandang aliran atau partai
politik yang dianutnya.
Dalam memberikan pelayanan umum, birokrasi pemerintah dituntut lebih efektif dan
efesien, sehingga akan tampak mementingkan kualitas pelayanan (service quality). Namun,
akibat tugas yang berat dan sangat luas, maka birokrasi pemerintah terkesan lambat. Untuk itu

3
atas pertimbangan kecepatan dan kelancaran dalam pelayanan, perlu dilakukan reveinting
(swastanisasi) birokrasi.
Birokrasi pemerintahan seringkali diartikan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat,
yaitu suatu kerajaan yang raja-rajanya adalahpejabat. Di dalamnya terdapat yuridiksi, yang
setiap pejabat memiliki official duties, mereka bekerja pada tatanan hierarki dengan
kompetensinya masing-masing, pola komunikasinya didasarkan pada dokumen tertulis.
Ndraha (2003:521) mendefinisikan birokrasi pemerintahan sebagai “struktur organisasi
pemerintahan yang berfungsi memproduksi layanan civil dan jasa publik berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai pilihan lingkungan

B. Pengertian Fungsi Pemerintahan

Kemampuan menyelenggarakan pemerintahan sangat ditentukan oleh kecakapan


menajerial dari eksponen pemerintahan dan berfungsinya sistem manajemen. Pola
penyelenggaraan pemerintahan desa di satu sisi harus mengikuti tuntutan modernitas, namun
di sisi lain harus peka terhadap konteks budaya setempat. Dari tinjauan tersebut, apabila
governance sudah berjalan dengan baik serta dalam tataran implementasinya telah
mengakomodasi empat komponen yang meliputi : Hak azazi manusia (human right),
masyarakat madani (civil society), demokratisasi dan globalisasi, maka kepemerintahan yang
ada telah berkualifikasi baik atau diistilahkan ”good governance”.
Selanjutnya menurut (A.S Horby,), menyebutkan bahwa governance atau governing yaitu
“mengarahkan atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam suatu negeri”
(Kushandajani, 2001). Apabila ditinjau dari segi dinamika, kepemerintahan berarti segala
kegiatan atau usaha yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada
dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Dari
segi struktural fungsional, kepemerintahan berarti seperangkat fungsi negara, yang satu sama
lain saling berhubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar
tertentu demi tercapainya tujuan negara. Dari segi aspek tugas dan kewenangan negara maka
kepemerintahan berarti seluruh tugas dan kewenangan negara.

C. Pengertian Pengawasan

1. Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring

4
performance and taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses
untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan . The process of ensuring that actual activities conform the planned
activities.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh
pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang
direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang
menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.
Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan
perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah perbaikan
terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja
standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam
menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang
diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan
good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek
penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam
konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance
itu sendiri.
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang
ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam
bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin

5
oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk
setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah
pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat
mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan
pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan
keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di
sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat
berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih
bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga
penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan
di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh
(pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap
surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil
menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah
telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.”
Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud
tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran
apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan
beban biaya yang serendah mungkin.”

2. Tipe-Tipe Pengawasan
Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan seperti yang
diungkapkan Winardi (2000, hal. 589). Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga
macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:
a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).
b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
c. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Fungsi pengawasan secara umum dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi

6
prefentif dan fungsi represif. Yang dimaksud dengan fungsi prefentif adalah
pengawasan yang dilakukan sebelum ada kejadian dalam arti lain tindakan ini bisa
disebut dengan tindakan berjaga-jaga atau pencegahan. Sedangkan yang dimaksud
dengan tindakan represif, yaitu tindakan yang dilakukan setelah adanya kejadian dalam
kata lain tindakan ini dapat disebut dengan tindakan langsung.
Pemerintah sebagai wujud dari kedaulatan rakyat mempunyai tugas untuk
melaksanakan amanah yang telah diembannya, namun bagaimanapun subjek
pemerintah dalam hal ini aparatur pemerintah tidaklah selalu senantiasa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan berbagai kelemahan yang dimiliki
oleh masing-masing individu yang menjalankan. Oleh karena itu perlu adanya suatu
lembaga yang dapat mengawasi segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh
pemerintah.
Menurut Prof. Dr. Muchsan SH, dalam pengawasan tersebut meliputi dari
perencanaan, pelaksanaan serta hasil dari suatu program pemerintah. Dimana yang
menjadi objek dari pengawasan disini meliputi aparatur pemerintah, produk hukum
yang dihasilkan, serta sarana yang digunakan oleh pemerintah dalam menjalankan
fungsi-fungsinya. Tahapan awal (tahap perencanaan) didalam pembuatan kebijakan
adalah menganalisa kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat lalu menyesuaikannya
dengan undang-undang yang berlaku. Kedua adalah proses perencanaan, lembaga yang
mempunyai peran penuh (Full Power) didalam menjalankan pengawasan adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini tercantum dalam pasal 20 A UUD 1945 yang
berbunyi; “Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan” dan dipertegas dengan pasal 21 yang berbunyi: “Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat berhak mengajukan rancangan undang-undang.” Dengan adanya
pasal-pasal tersebut, DPR mempunyai fungsi pengawasan terhadap proses dari suatu
rancangan perundang-undangan, sehingga meminimalisir tindakan-tindakan yang
bersifat menyimpang. Selepas dari tahap pengawasan, ada tahap pelaksanaan. Pada
tahap ini yang berperan sebagai pengawas ada berbagai macam yang secara garis besar
dibagi menjadi dua, yaitu lembaga formal dan lembaga nonformal. Yang dimaksud
dengan lembaga formal adalah lembaga di yang didasari oleh UUD atau UU, sedangkan
lembaga nonformal adalah lembaga independen.

3. Tahapan-Tahapan Proses Pengawasan


1. Tahap Penetapan Standar

7
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan
yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar
yang umum yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara
tepat.

3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan


Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas,
pengamatan l laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada
perbaikan dalam pelaksanaan.

4. Bentuk-Bentuk Pengawasan
1. Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer
dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang
terjadi atau perkembangan tujuan.
2. Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi
syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan
pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur
penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

8
5. Fungsi Pengawasan
Yaitu suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah dilakukan, menilai dan
mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula.

D. Pengertian Fungsi Evaluasi

Evaluasi merupakan fungsi organik administrasi dan manajemen yang terakhir. Evaluasi
dapat didefinisikan pula sebagai suatu proses pengukuran dan pembandingan dari hasil-hasil
pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
Karena tidak adanya suatu organisasi yang selalu mencapai tujuannya dengan sempurna,
maka perlu adanya beberapa usaha-usaha yang harus dilakukan, antara lain :
1. Menentukan tujuan yang realistis dan efisien;
2. Menentukan standard kualitas pekerjaan yang diharapkan;
3. Meneliti sampai pada tingkat apa, standart yang telah ditentuka itu dicapai;
4. Mengadakan penyesuaian baik berupa rencana, organisasi, motivasi, maupun
pengawasan.
Untuk memudahkan evaluasi terhadap kebijakan, Broomly (1989) mengusulkan 3
hirarki kebijakan negara:
1. Policy level, yaitu bahwa kebijakan negara direpresentasikan oleh keinginan lembaga
legislatif. Melalui Kebijakan tersebut ditentukan arah kebijakan sebuah negara yang
memiliki ruang lingkup sangat luas.
2. Organizational level, yaitu suatu kebijakan yang dirumuskan oleh lembaga eksekutif
sebagai jabaran dari kebijakan negara. Meskipin kebijakan ini lebih kecil ketimbang
level sebelumnya, tetapi cakupan materi dan sekupnya relatif cukup besar, karena
kebijakan ini masih mampu mengcover wilayah suatu negara.
Operational level, yaitu suatu kebijakan yang merupakan penjabaran teknis kebijakan
yang dibuat oleh lembaga eksekutif (organizational level). Pada level ini, hasil dari sebuah
kebijakan dapat dilihat oleh masyarakat. Operational level policy ditujukan bagi progran dan
kegiatan yang langsung bersinggungan dengan masyarakat luas. Dalam konteks otonomi
daerah, maka program dan kegiatan yang secara langsung menyentuh pada grass root adalah
pada pemerintah.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Birokrasi adalah tipe organisasi yang dimaksud untuk mencapai tugas administrasi dengan
cara mengkoordinasi secara sistematis, teratur pekerjaan dari banyak anggota organisasi. Di
suatu pihak tuduhan negative terhadap birokrasi sepanjang zaman, gencar sekali sampai sampai
birokrasi dianggap sebagi penyakit. Namun demikian, di pihak lain birokrasi itu tak terelakan,
ibarat pepatah benci tapi sayang, dibenci oleh consumer dan disayang oleh penguasa.
Pola penyelenggaraan pemerintahan desa di satu sisi harus mengikuti tuntutan modernitas,
namun di sisi lain harus peka terhadap konteks budaya setempat. Dari tinjauan tersebut, apabila
governance sudah berjalan dengan baik serta dalam tataran implementasinya telah
mengakomodasi empat komponen yang meliputi : Hak azazi manusia (human right),
masyarakat madani (civil society), demokratisasi dan globalisasi, maka kepemerintahan yang
ada telah berkualifikasi baik atau diistilahkan ”good governance”.
Apabila ditinjau dari segi dinamika, kepemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha
yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada dasar negara,
mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Dari segi struktural
fungsional, kepemerintahan berarti seperangkat fungsi negara, yang satu sama lain saling
berhubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi
tercapainya tujuan negara. Dari segi aspek tugas dan kewenangan negara maka
kepemerintahan berarti seluruh tugas dan kewenangan negara.

B. Saran-saran
Supaya pengawasan dan evaluasi dapat diselenggarakan secara optimal maka
membutuhkan peningkatan Sumber Daya Manusia (skill) Pejabat Pengawas Pemerintah (PPP),
peningkatan anggaran pengawasan, dan peningkatan sarana kerja pengawasan. Selain itu,
supaya pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dapat diselenggarakan dengan independen
sehingga terlaksana dengan optimal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Broomly, D.W. 1989, Economic Interest and Institution: The Conceptual Foundations of
Public Policy

http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html

http://tips-belajar-internet.blogspot.com/2009/08/tipe-tipe-pengawasan.html

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/01/09/pentingnya-pengawasan/

http://tizna.student.fkip.uns.ac.id/2010/04/22/analisis-artikel-perencanaan-dan pengawasan-
serta-contoh-kasusnya/

Kushandajani, (2001), Manajemen Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

11

Anda mungkin juga menyukai