Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Proses Implementasi Kebijakan Transparansi


Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo

Oleh :

Nama : Muammar Basrun DAI


NPP: 33.0996
Kelas G 2

Mata Kuliah: Manajemen Pemerintahan


Dosen Pengampu: Drs. H. Asmungi, SH, M. SI

TEKNOLOGI REKAYASA PEMERINTAH

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan


rahmat dan karunia-Nya, Sholawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad dengan mengucapkan Allohummaa sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa
aali Muhammad yang menjadi panutan kita sampai akhir zaman, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Implementasi Kebijakan
Transparansi Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo “.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini, sejak tahap


awal sampai dengan tahap akhir, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada
semua pihak yang dengan sabar menyemangati dan mendoakan penulis, sehingga
makalah ini dapat selesai.

Doa dan harapan penulis kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan, bantuan, bimbingan, petunjuk, dan arahan yang bermanfaat tersebut,
semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
menjadi amal jariyah yang berguna diakhirat kelak. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari sisi materi maupun tehnik
penulisan. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bukittinggi, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 6

1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 7

1.5 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 7

BAB II METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 8

2.1 Metode Penelitian .................................................................................. 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 9

3.1 Hasil Penulisan ........................................................................................... 9

3.2 Pembahasan .............................................................................................. 11

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19

4.2 Saran ........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, kekuasaan diperlukan


untuk menggerakkan berbagai aktivitas pemerintahan, baik penyelenggaraan
pemerintahan dalam arti luas yang meliputi kekuasaan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, maupun penyelenggaraan pemerintahan dalam arti sempit yang
dijalankan oleh eksekutif. Pemerintah dan pemerintahan ke dalam arti luas dan
arti sempit, yaitu: Pemerintah dalam arti luas menunjuk kepada aparatur
negara, alat-alat perlengkapan negara seluruhnya sebagai kesatuan yang
melaksanakan seluruh tugas dan kekuasaan negara atau pemerintahan dalam
arti luas. Sedangkan, pemerintah dalam arti sempit menunjuk kepada aparat,
organ atau alat perlengkapan negara yang melaksanakan tugas pemerintahan
dalam arti sempit. Pemerintahan dalam arti luas, yaitu segala aktivitas tugas
atau kewenangan atau kekuasaan negara. Jika mengikuti pembidangan
Montesquieu, pemerintahan dalam arti luas, meliputi bidang-bidang legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Pemerintah merupakan organisasi atau alat organisasi yang menjalankan
tugas dan fungsi. Sedangkan, pemerintahan merupakan fungsi dari
pemerintah. Pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah lembaga negara
terorganisasi yang menunjukkan dan menjalankan wewenang atau
kekuasaannya. Pendapat tersebut menjelaskan tentang kekuasaan dalam
pemerintahan sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintahan tanpa kekuasaan
tidak mungkin akan dapat berjalan. Konsep atau definisi pemerintah
diidentifikasi dalam beberapa pengertian sebagaimana dikemukakan oleh
Taliziduhu Ndraha (2003) berikut ini.

1
1. Badan publik, yaitu semua badan yang bertanggung jawab dalam
sebagian atau seluruh rute providing suatu jasa atau layanan melalui
otorisasi atau privatisasi.
2. Pemerintah dalam arti terluas adalah semua lembaga negara, seperti
diatur dalam UU (konstitusi) suatu negara.
3. Pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang oleh
konstitusi negara yang bersangkutan disebut sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan. Hal ini terdapat misalnya, di Indonesia di
bawah UUD 1945; kekuasaan pemerintahan, meliputi fungsi legislatif
dan fungsi eksekutif. Bahkan kepada presiden dilimpahkan
“concentration of power and responsibility”.
4. Pemerintah dalam arti sempit, yaitu lembaga negara yang memegang
kekuasaan eksekutif.
5. Pemerintah dalam arti tersempit, yaitu lembaga negara yang
memegang fungsi birokrasi. Birokrasi adalah aparat pemerintah yang
diangkat atau ditunjuk dan bukan yang dipilih atau terpilih melalui
pemilihan oleh lembaga perwakilan. Birokrasi dapat dianggap setara
dengan, tetapi lebih luas daripada “pabrik” pada perusahaan.
6. Pemerintah dalam arti pelayan, diambil dari konsep civil servant . Di
sini pemerintah dianggap sebagai sebuah warung (toko) dan
pemerintah adalah pelayan yang melayani pelanggan (pembeli).
7. Pemerintah dalam konsep pemerintah pusat, yaitu pengguna kekuasaan
negara pada tingkat pusat (tertinggi); pada umumnya dihadapkan pada
konsep pemerintah daerah.
8. Pemerintah dalam konsep pemerintah daerah. Berbeda dengan
pemerintah pusat yang dianggap mewakili negara, pemerintah
9. daerah dianggap mewakili masyarakat karena daerah adalah
masyarakat hukum yang tertentu batas-batasnya.
10. Pemerintah dalam konsep pemerintah wilayah. Pemerintah dalam arti
ini dikenal dalam negara yang menggunakan asas dekonsentrasi dan

2
desentralisasi, contohnya Indonesia di bawah UU No. 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Kekuasaan (urusan)
pusat di daerah dikelola oleh pemerintah wilayah
11. Pemerintah dalam konsep pemerintahan dalam negeri. Konsep ini
berasal dari tradisi pemerintahan Belanda (binnenlandsbestuur, BB,
pamong praja).
12. Pemerintah dalam konteks ilmu pemerintahan adalah semua lembaga
yang dianggap mampu (normatif) atau secara empirik memproses jasa
publik dan layanan civil.
Manajemen pemerintahan yang baik menurut filosofi good
governance adalah mengedepankan prinsip transparancy atau oppenes
yang dapat di pertanggungjawab kan. Prinsip transparancy atau oppenes
berarti tidak saja mengarah adanya kejelasan meka- nisme formulasi,
implementasi dan evaluasi terhadap kebijakan, program atau aktivitas,
tetapi juga terbuka- nya kesempatan bagi masyarakat untuk mengajukan
tanggapan, usul maupun kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah.
Sejalan dengan aktualisasi prinsip transparancy atau oppenes tersebut,
pemerintah memberlakukan dan menerapkan UU Nomor : 14 tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang secara imple- mentatif
memberikan ruang gerak kepada masyarakat dalam mengakses informasi
berbagai kebijakan publik dan pembangunan. Penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang transparans adalah merupakan wujud kesadaran
bersama dalam menindaklanjuti reformasi dalam tata pemerintahan
demokrasi yang pada prinsipnya mengharuskan pemerintah membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang bebas, jujur,
dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan pemerintahan dengan
berbagai kebijakan dan programnya.
Dalam perspektif pemerintahan daerah sebagai- mana
diamanahkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah, keikutsertaan masya- rakat dalam pembangunan salah satunya

3
dilihat dalam dimensi sejauhmana peran masyarakat dalam meng- akses
dan melakukan kontrol sosial terhadap segala bentuk kebijakan
pemerintahan daerah. Sebagai bentuk tanggungjawab dalam menjalankan
tugas- tugas pemerintahan daerah sebagaimana disebutkan diatas, maka
pemerintah daerah bersama DPRD Kota Gorontalo mewujudkan
komitmennya dalam me- nyelenggarakan manajemen pemerintahan daerah
yang transparan dan bertanggungjawab melalui pembentukan Peraturan
Daerah Nomor 3 tanggal tahun 2002 tentang Transparansi. Peraturan
Daerah Kota Gorontalo tersebut seca- ra filosofi menciptakan dan
menjamin dinamika manajemen pemerintahan daerah yang dalam setiap
kebijakannya menghendaki keterlibatan langsung dari masyarakat sejak
proses formulasi, implementasi, sampai pada evaluasi kebijakan terhadap
penyeleng- garaan pemerintahan daerah. Sekalipun Kebijakan
Transparansi ini telah diberlakukan di kota Gorontalo, namun hal ini
belum dapat mewujudkan substansi dari Perda itu sendiri yaitu Perda No.
3 Tahun 2002. Dimana dalam kenya- taannya kebijakan transparansi yang
diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengakses berbagai
informasi langsung dari pemerintah ternyata mengalami hambatan.
Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti melakukan penelitian
lebih mendalam terhadap fenomena tersebut di atas dengan mengangkat
judul: ”Proses Implementasi Kebijakan Transparansi
Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Gorontalo” Kebijakan Publik Isitilah
kebijakan (policy) seringkali penggunaannya dipertukarkan dengan istilah-
istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang
ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan besar. Bagi para
pembuat kebijakan (policy makers) istilah-istilah tersebut tidaklah akan
menimbulkan masalah apapun karena mereka menggunakan referensi yang
sama. Namun bagi orang-orang yang berada di luar struktur pengambilan
kebijakan istilah-istilah tersebut mungkin akan membingungkan. Sebagai
suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan serangkaian prinsip, atau

4
kondisi yang diinginkan, sebagai suatu produk, kebijakan dipandang
sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi, dan sebagai suatu
proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara
tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya,
yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya, dan sebagai
suatu kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar menawar
dan negosiasi untuk merumus isu- isu dan metode implementasinya”.
Implementasi Kebijakan Publik Implementasi kebijakan publik
sebagai salah satu aktivitas dalam proses kebijakan publik, sering
bertentangan dengan yang diharapkan, bahkan menjadikan produk
kebijakan itu sebagai menjadi batu sandungan bagi pembuat kebijakan itu
sendiri. Itulah sebabnya implementasi kebijakan publik, diperlukan
pemahaman yang men- dalam tentang studi kebijakan publik, yang
menurut Djadja Saefullah dalam prakatanya pada buku Tachjan (2006:ix)
bahwa studi kebijakan publik tersebut dapat dipahami dari dua perspektif,
yakni; Pertama, perspektif politik, bahwa kebijakan publik di dalamnya
perumusan, implementasi, maupun evaluasinya pada hakekatnya
merupakan pertarungan berbagai kepen- tingan publik di dalam
mengalokasikan dan mengelola sumber daya (resources) sesuai dengan
visi, harapan dan prioritas yang ingin diwujudkan. Kedua, perspektif
administratif, bahwa kebijakan publik merupakan ikhwal berkaitan dengan
sistem, prosedur, dan mekanisme, serta kemampuan para pejabat public
(official officers) di dalam menterjemahkan dan menerapkan kebijakan
publik, sehingga visi dan harapan yang diinginkan dicapai dapat
diwujudkan di dalam realitas. Memahami kebijakan publik dari kedua
perspektif tersebut secara berimbang dan menyeluruh akan membantu kita
lebih mengerti dan maklum mengapa suatu kebijakan publik tersebut
meski telah dirumuskan dengan baik namun dalam implementasi- nya sulit
terwujudkan.

5
Menurut Utomo (2006) formulasi dan implementasi otonomi
daerah tidak menyimpang dari makna dan the ultimate goal, akan
memberikan warna good governance bagi pemerintahan di daerah.
Maksud- nya bahwa pemerintahan yang penuh dengaqn kom- patibilitas
antar komponen, responsif, responsible, akuntabel dan transparans
terhadap keberadaan, keinginan, tantangan dan tuntutan daerah. Dengan
demikian pemerintah daerah dapat menjamin bahwa kemandirin daerah
dan masyarakat akan segera dapat cepat terealisir. Berdasarkan uraian di
atas tentang transparansi, hal ini memberikan asumsi bahwa masalah
transparansi merupakan sesuatu hal yang perlu dilakukan dalam rangka
mewujudkan good governance.
Transparansi harus menjadi komitmen dari seluruh elemen
sehingga tujuan tersebut dapat dicapai. Transparansi yang telah di
perdakan di Kota Gorontalo, merupakan komitmen bersama antara leg-
islative dan pemerintah kota dalam mewujudkan good governance itu
sendiri. Oleh sebab itu konsep transpa- ransi menurut Perda No. 3 tentang
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan di Kota Gorontalo
berdasarkan pasal I adalah keadaan dimana setiap orang dapat mengetahui
proses pembuatan dan pengambilan keputusan di pemerintahan umum

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah utama pada kasus ini yaitu Proses Implementasi Kebijakan


Transparansi Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo

1.3 Rumusan Masalah

Pemerintah merupakan organisasi atau alat organisasi yang menjalankan


tugas dan fungsi. Sedangkan, pemerintahan merupakan fungsi dari pemerintah.
Pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah lembaga negara terorganisasi yang
menunjukkan dan menjalankan wewenang atau kekuasaannya. Berdasarkan latar

6
belakang diatas dapat di rumuskan masalah yaitu bagaiman Proses Implementasi
Kebijakan Transparansi Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo?

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:


a. untuk mengetahui dan memahami Proses Implementasi Kebijakan
Transparansi Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah untuk penulis adalah meningkatkan pemikiran


kritis,berpikir sistematis dan menambah pengetahuan tentang Proses Implementasi
Kebijakan Transparansi Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo

7
BAB II
METODELOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

Penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis tentang proses


implementasi kebijakan transparansi manajemen pemerintahan kota
Gorontalo. Pemilihan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data
dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian
data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari
skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi


pustaka yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan
untuk penulis mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang
tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang
diperoleh, diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan,
dimana data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari
kesatuan materi sehingga diperoleh suatu kesimpulan dari berbagai
sumber yang telah penulis rangkum.

Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan


data, kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder kemudian data diolah melalui komputer dengan
Ms. Word 2010

8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penulisan

Kota Gorontalo wilayah geografisnya terletak di antara 000281 7"–


0003556 Lintang Utara dan 122°59’44"–123°05’59" Bujur Timur dengan luas
64,79 km2 atau sekitar 0,53 % dan luas Provinsi Gorontalo yang terletak pada
ketinggian antara 0– 500 meter diatas permukaan laut dengan kondisi
permukaan tanah relatif datar dan dipinggiran bagian selatan dikelilingi
pegunungan kapur. Kota Gorontalo dilalui tiga buah sungai yaitu Sungai
Bone, Bolango dan Sungai Tamalate yang ber- muara di Teluk Tomini. Iklim
wilayah umumnya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Kondisi curah hujan rata-rata berkisar 0 mm sampai 175 mm
dengan kecepatan angin berada pada kisaran antara 1 sampai 4 meter/detik.
Daerah ini secara administratif terdiri dari 3 kecamatan yang kemudian sejak
tahun 2001 sampai dengan 2004 berkembang menjadi 6 kecamatan dengan 49
kelurahan.
Selama kurun waktu 4 tahun jumlah penduduk Kota Gorontalo mengalami
peningkatan dan 148 080 jiwa pada tahun 2004 menjadi 173 867 jiwa di
Tahun 2008 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,34% per tahun dan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 2,201 jiwa/Km2. Perkembangan
penduduk Kota Gorontalo dalam kurun waktu dari tahun 2004-2008 rata–rata
2,44% pertahun, yaitu dari jumlah 148 080 Jiwa pada Tahun 2004 manjadi
173 867 Jiwa pada Tahun 2008. Kelembagaan Pemerintahan Untuk
memenuhi berbagai aspirasi dan kebutuh- an daerah terhadap keberadaan
kelembagaan daerah, maka sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah
Pemerintah terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan sehingga dengan

9
lahirnya Undang- Undang 32 Tahun 2004 yang secara operasional dijabarkan
dalam Peraturan Pemenintah Nomor 8 Tahun 2004 kemudian diganti dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Tata Kerja
Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota menindaklanjuti
peraturan peme- rintah tersebut melalui Perda tentang Tata Kerja Organisasi
Pemerintah Kota Gorontalo dengan Kelembagaan Daerah yang sekarang
dikenal dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Tata Kerja Pemerintah Kota Gorontalo meliputi Walikota dan Wakil
Walikota, Sekretaris Daerah yang membawahi 3 Asisten; Sekretaris Dewan;
10 Badan; 10 Dinas; 5 Kantor; 6 Kecamatan; 46 Kelurahan yang kemudian
terjadi pemekaran menjadi 49 Kelurahan; dan 3 UPTD. 10 (sepuluh) Badan
yang ada adalah: Badan Pengelolaan RSUD, Badan Kepegawaian Daerah dan
Diklat, Badan Perencana Pembangunan dan Penanaman Modal, Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Lingkungan Hidup, Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Badan Pember- dayaan Masyarakat,
Perempuan dan KB, Badan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah, Badan
Narkotika, Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Sedangkan yang
dimaksud dengan 10 Dinas masing-masing adalah: Dinas Tata Kota dan
Pertamanan, Dinas Perindag, Koperasi dan UKM Menengah, Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja, Dinas Perhubungan Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian,
Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pemuda
dan Olah raga dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan.
Sementara 5 (lima) buah kantor masing-masing: Kantor Pariwisata, Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu, Kantor Pengelola data dan Elektronika dan
Perpustakaan, Kantor Pengelola Pasar, Kantor Kesatuan Polisi Pamong Praja.
Kota Gorontalo memiliki 6 Kecamatan yakni : Kecamatan Kota Barat terdiri
atas 7 kelurahan, Kecamatan Kota Selatan terdiri atas 10 Kelurahan,
Kecamatan Kota Utara terdiri atas 10 Kelurahan, Kecamatan Dungigi terdiri
atas 5 Kelurahan, Kecamatan Kota Tengah terdiri atas 11 Kelurahan,
Kecamatan Kota Timur terdiri dari 6 kelurahan. Dalam mewujudkan Good

10
Governance kota Goronatalo memiliki visi dan misi yaitu Pemerintah Kota
Gorontalo 2008-2013 adalah: ”Kota Entrepreneur”
Visi yang ditetapkan sebagai cita-cita yang ingin dicapai Pemerintah Daerah
dalam tahun 2008–2013 ini merupakan upaya mewujudkan vlsi jangka
panjang Kota Gorontalo 2008–2027, yaitu: ”Terwujudnya Masyarakat yang
Berkualitas, Maju dan Sejahtera”.

3.2 Pembahasan

Proses Implementasi Kebijakan Transparansi Manajemen Pemerintahan


Kota Gorontalo Sebagai bentuk tanggungjawab dalam menjalan- kan tugas-
tugas pemerintahan, maka pemerintah daerah bersama DPRD Kota Gorontalo
mewujudkan komitmennya dalam menyelenggarakan tata kelola pemerintahan
daerah yang transparan dan bertang- gungjawab melalui pembentukan
Peraturan Daerah Nomor: 3 Tahun 2002 tentang Transparansi
Penyelenggaraan Pemerintahaan Kota Gorontalo. Kebijakan transparansi
sebagaimana disebutkan di atas, proses implementasinya telah melalui
tahapan-tahapan yang sistematis dan terukur berdasarkan aturan- aturan yang
berlaku dan disepakati oleh pemerintah daerah dan DPRD kota Gorontalo.
Untuk menganalisis proses implementasi kebijak- an transparansi dimaksud,
maka perlu ditelaah hal- hal sebagai berikut yaitu: 1) Substansi Kebijakan
(Perda No. 3 tahun 2002 tentang Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan
Kota Gorontalo). 2) Organisasi Pelaksana Kebijakan Transparansi. 3) Target
Group/Sasaran Kebijakan Transparansi.
Substansi Kebijakan (Perda No. 3 tahun 2002 tentang Transparansi
Penyelenggaraan Peme- rintahan Kota Gorontalo) Perda No. 3 tahun 2002
tentang Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Gorontalo
Transparansi sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa Perda dibentuk
oleh DPRD Kota Gorontalo yang dibahas bersama Kepala Daerah dalam hal
ini Walikota dan Wakil Walikota Gorontalo untuk memperoleh persetujuan
bersama. Dalam konteks ini, pembahasan dan persetujuan bersama atas Perda

11
transparansi yang dibentuk itu berlangsung melalui pemandangan umum
fraksi-fraksi di DPRD kota Gorontalo. Pembentukan Perda Transparansi
tidaklah terjadi begitu saja, melainkan telah melalui tahapan- tahapan yang
panjang berdasarkan aturan perundang- undangan yang berlaku sehingga
terbentuknya Perda No. 3 tahun 2002 tentang transparansi penyeleng- garaan
pemerintahaan kota Gorontalo. Untuk menganalisis substansi Kebijakan yakni
Perda No. 3 tahun 2002 tentang Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan
Kota Gorontalo, maka peneliti melakukan telaah hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan Perda Transparansi
b. Ruang lingkup Perda Transparansi dan
c. Manfaat Perda Transparansi. Ketiga indikator tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Tujuan Perda Trasparansi No. 3 tahun 2002 Sebagai bentuk
tanggungjawab dalam menjalan- kan tugas-sistemik pemerintahan
daerah sebagai- mana disebutkan diatas, maka pemerintah daerah
bersama DPRD Kota Gorontalo mewujudkan komitmennya dalam
menyelenggarakan tata kelola pemerintahan daerah yang transparan
dan bertanggung jawab melalui pembentukan Peraturan Daerah Nomor
3 Tahun 2002, pada hake- katnya mengatur tentang Transparansi
Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Gorontalo. Salah satu
pertimbangan diwujudkannya Perda terse- but adalah dalam rangka
memenuhi berbagai tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
Pemerintahan diberbagai bidang pembangunan di wilayah Kota
Gorontalo. Ini berarti bahwa tujuan dibentuknya perda transparansi di
kota Gorontalo adalah karena berubahnya paradigma baru dalam
tatanan sistem pemerintahan dimana sebelumnya yang digunakan
dalam sistem pemerintah daerah UU No. 5 tahun 1974 telah dirubah
dengan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan
UU No. 32 tahun 2004. Perubahan yang signifikan adalah perlu adanya

12
transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan terutama
dalam hal pelayanan publik.
2. Ruang Lingkup Perda No. 3 tahun 2002 tentang Transparansi
Perda No. 3 tentang Transparansi secara friloso- fis menciptakan dan
menjamin dinamika tata kelola pemerintahan daerah yang dalam setiap
kebijakannya menghendaki keterlibatan langsung dari masyarakat.
Kesemuanya itu sebagai bukti konkrit dari pemerintah daerah kota
Gorontalo dalam mengaktualisasikan prinsip good gover- nance, yaitu
transparansi yang bertanggung- jawab. Secara teknis kebijakan
transparansi tersebut, mendisain beberapa aspek yang wajib
disampaikan oleh Pemerintah Kota Gorontalo dan diakses dengan
mudah oleh masyarakat. Selanjutnya berdasarkan hasil telaah penulis
terhadap dokumen perda transparansi, perda tersebut mendesain
kewajiban dan hak yang menguraikan tentang kewajiban yang
menyang- kut tentang informasi, prosedur maupun proses pengambilan
kebijakan sebagai berikut:
a) Informasi berkaitan dengan seluruh proses perencanaan
pembangunan baik visi/misi/ strategi pembangunan kota,
perencanaan tahunan mulai dari tingkat kelurahan, keca- matan,
maupun kota.
b) Khusus untuk informasi APBD mulai dari hasil pembahasan di
tingkat kota, proses penganggaran sampai penetapan APBD.
Informasi perencanaan tata ruang mulai dari awal pelaksanaan
sampai pada hasil pene- tapan tata ruang.
c) Pelaksanaan proyek pembangunan baik fisik maupun non fisik
dari hasil pengalokasian kegiatan, penunjukan panitia lelang
sampai pada pemenang disampaikan kepada masyarakat.
d) Proses pengawasan di mulai dari rencana obyek yang
diawasi,pengawasan serta hasil audit.

13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup perda
No. 3 tahun 2002 tentang transparansi penyelenggaraan
pemerintahan kota Gorontalo adalah mendesain tentang informasi
yang wajib disampaikan oleh pemerintah, tugas dan fungsi komisi
trans- pransi, serta sanksi dan denda bagi SKPD atau badan publik
yang tidak memberikan informasi.
e) Manfaat Kebijakan Transparansi Penyelengga- raan Pemerintahan
Kota Gorontalo
Sebagai warga negara yang baik tak ada harapan yang lebih positif
terhadap pemerintah selain memberikan layanan yang optimal. Tak ada satu
masyarakat di daerah yang tidak membutuhkan pelayanan pemerintah, namun
kadang seiring dalam berjalannya tugas tak sedikit masyarakat yang menilai
bahwa pelayanan publik di daerah masih rawan dengan korupsi dan cenderung
tertutup. Tertutup artinya pelayanan tersebut seringkali tersembunyi atau
sengaja disembunyi- kan, dimanipulasi jauh dari sikap terbuka, transparansi
dan akuntabel. Disamping wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam
menjaring dan mendalami manfaat kebijakan transparansi penyelenggraan
Pemerintah Kota Gorontalo, peneliti telah melakukan Forum Group
Discussion (FGD) pada hasi Sabtu tanggal 02 Januari 2010 .
Tujuan diskusi adalah untuk memperoleh penje- lasan yang lebih
mendalam tentang proses impele- mentasi kebijakan transparansi
penyelenggaran pemerintahan di Kota Gorontalo. Dalam diskusi terse- but
diperoleh kesimpulan bahwa Perda No. 3 tahun 2002 tentang transparansi
penyelenggaraan pemerin- tahan kota Gorontalo memberikan banyak manfaat
bagi penyelenggaraan pemerintahan di kota Gorontalo. Manfaat bagi
pemerintah kota Gorontalo adalah sebagai wujud pertanggungjawaban
pemerintah kepada publik serta upaya peningkatan manajemen pengelolaan
pemerintahan yang baik dalam mengu- rangi kesempatan kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN).

14
Manfaat bagi masyarakat adalah masyarakat dapat berpartisipasi langsung
terhadap proses kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Kebebasan
memperoleh informasi terhadap kebijakan yang dilakukan memiliki dampak
yang signifikan terhadap demokratisasi dan upaya membangun
penyelengaraan pemerintahan yang baik (good governance). (Sumber FGD, 2
Januari 2010). Menurut beberapa responden yang hadir dalam Forum Group
Discussion yang dilaksanakan tanggal 2 Januari 2010 bahwa keseriusan
pemerintah kota Gorontalo dalam melaksanakan prinsip good gover- nance
nampak dengan dibuatnya Peraturan Daerah kota Gorontalo Nomor 03 tahun
2002 tentang transparansi penyelenggaraan pemerintahan kota Gorontalo.
Dalam Forum Group Discussion diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Bahwa kebijakan transparansi di Kota Gorontalo berjalan cukup efektif,
dan publik diberikan kesempatan untuk mengakses informasi langsung ke
pemerintahan Gorontalo baik melalui web site www.gorontalo.kota.co.id
maupun melalui berbagai media yang ada di Kota Gorontalo.
b. Bahwa kebijakan walikota Gorontalo terkait dengan transparansi
penyelenggaraan pemerin- tahan dimana publik dapat mengetahui perkem-
bangan saldo keuangan daerah setiap hari di media cetak Gorontalo Post.
c. Bahwa Komisi Transparansi selama ini tidak efektif lagi menjalankan
tugas dan fungsinya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Sebahagian besar personil komisi transpa- ransi telah menjadi anggota
partai politik
2. Pemerintah belum melakukan resafel kem- bali Komisi Transparansi
- Bahwa tugas dan fungsi komisi transparansi secara tidak langsung
berada di bawah SKPD masing-masing.
- Bahwa sebagai implementor dari kebijakan trans- paransi selain
Komisi Transparansi adalah Badan Publik atau SKPD masing-
masing
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ke- beradaan Perda No. 3
tahun 2002 tentang transparansi penyelenggaraan pemerintahan kota

15
Gorontalo, bukan saja memberikan manfaat dalam menciptakan pemeritahan
yang baik (good governance) dan sekaligus dapat mencegah praktek KKN,
namun juga

dapat meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat dalam perumusan


kebijakan serta pengawasan atas pelaksanaannya. Organisasi Pelaksana
Kebijakan Transparansi Salah satu dimensi proses implementasi kebijakan
adalah organisasi pelaksana. Terkait dengan proses implementasi kebijakan
transparansi penyelenggaraan pemerintahan Kota Grontalo, maka organisasi
pelaksana sebagai diatur dalam Perda No. 3 tahun 2002 tentang transparansi
penyelenggaraan peme- rintahan kota Gorontalo, adalah Komisi Transparansi.
Komisi transparansi adalah lembaga yang ber- sifat independen yang
mempunyai tugas berfungsi dan berwewenang menyelesaikan sengketa
masaalah yang berkaitan dengan transparansi di lingkungan
pemerintahan kota Gorontalo.
Target Group/Sasaran Kebijakan Transparansi adalah merupakan salah
fokus masalah dari pada proses implementasi kebijakan transparansi,
penyelenggaran pemerintahan di kota Gorontalo yang menjadi kajian disertasi
ini. Sebagai pembuat kebijakan atau aktor kebijakan dalam kebijakan
transparansi penyelenggaraan peme- rintahan di kota Gorontalo adalah
Walikota Gorontalo, sedangkan pejabat pelaksana di lapangan adalah komisi
transparansi berdasarkan surat keputusan Walikota Gorontalo Nomor 1161
tahun 2003 tanggal 15 Agustus 2003 yang direvisi kembali dengan surat
keputusan Walikota nomor 667 tahun 2004 tanggal 2 Juli 2004 tentang
penetapan kembali susunan dan anggota komisi transparansi, dan sebagai
kelompok target adalah masyarakat kota Gorontalo yang membutuhkan
layanan informasi.
Pada prinsipnya tujuan awal dibentuknya Perda No. 3 tahun 2002 adalah
disamping karena lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah di
mana konsekwensinya adalah semakin meningkatnya tuntutan masyarakt

16
untuk terlibat dalam proses pem- bangunan. Disisi lain adanya desakan yang
kuat dari berbagai elemen masyarakat di kota Gorontalo agar pelaksanaan
pembangunan lebih transparan kepada publik. Dengan demikian yang menjadi
kelompok target pada Perda No. 3 tahun 2002 tentang transparansi
peneyelenggaraan pemerintahan kota Gorontalo adalah masyarakat Gorontalo
yang membutuhkan layanan informasi.
Melalui kegiatan Musrembang yang dilakukan setiap tahun disetiap
tingkatan pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan sampai pada
tingkat kota Gorontalo, merupakan wahana pemerintah dan masyarakat dalam
menyampaikan berbagai isu-isu aktual untuk nantinya dapat dijadikan dasar
dalam proses pembangunan ke depan. Ini berarti dalam proses pembangunan
masyarakat harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa dalam proses Good Governance,
keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat adalah bagian yang
tidak bisa dipisahkan dalam proses tersebut. Gover- nance yang baik hanya
dapat tercipta apabila dua kekuatan saling mendukung, warga yang
bertanggung jawab, aktif dan memiliki kesadaran, bersama dengan pemerintah
yang transparan, tanggap, mau mende- ngar, dan mau melibatkan (inklusif).
Dalam menyikapai hal tersebut Pemerintah Gorontalo selain menetapkan
kebijakan transparansi juga menetapkan pula suatu kebijakan tentang
perencanaan pembangunan berbasis masyarakat dengan ditetapkannya Perda
Nomor 2 tahun 2002. Begitu besar perhatian pemerintah terkait dengan
pelibatan masyarakat sebelum pengambilan keputus- an. Hal ini dilakukan
guna meminimalisir munculnya konflik di tengah-tengah masyarakat. Inilah
merupa- kan salah satu bukti penerapan prinsip-prinsip keter- bukaan
penyelenggaraan pemerintahan di Kota Gorontalo yang mengharuskan
penyelenggara pemerintahan membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskkriminatif dalam
penyelenggaraan negara. Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa walikota

17
sebagai aktor kebijakan selamanya melibatkan masyarakat sebelum
mengambil kebijakan.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bertolak dari uraian sebelumnya tentang hasil penelitian proses


implementasi kebijakan transparansi penyelenggaraan pemerintahan di kota
Gorontalo, maka disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan
transparansi telah melalui berbagai tahapan dilihat dari dimensi substansi
kebijakan, organisasi pelaksana dan sasaran kebijakan berjalan efektif dalam
tata kelola pemerintahan di kota Gorontalo, dimana tujuan kebijakan
transparansi yaitu terciptanya aksesbilitas informasi yang dapat diakses oleh
masyarakat.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan pembahasan di
atas adalah:
1. Saran bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah informasi pembaca mengenai Implementasi
Kebijakan Transparansi Manajemen Pemerintahan Kota Gorontalo
2. Saran bagi Penulis Selanjunya
Diharapkan dapat menambah referensi dan melakukan penulisan makalah
berikutnya dengan lebih banyak sumber lagi

19
DAFTAR PUSTAKA

Bouty, Abd Aziz, Moh Hidayat Koniyo, and Dian Novian, ‘EVALUASI SISTEM
PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK MENGGUNAKAN E-
GOVERNMENT MATURITY MODEL ( KASUS DI PEMERINTAH
KOTA GORONTALO ) THE EVALUATION OF ELECTRONIC BASED
GOVERNMENT SYSTEM USING E-GOVERNMENT MATURITY
MODEL ( CASE IN GOVERNMENT OF GORONTALO CITY )’, 2019

Dumbi, Risliansyah, and Swastiani Dunggio, ‘Pengaruh Penerapan Good


Governance Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Bulila
Kabupaten Gorontalo The Effect of Good Governance Implementation on
Employee Performance at the Bulila District Office , Gorontalo Regency’,
01, 92–102

Effendy, M. Taufiq, ‘Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi


Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah (’, 2010

Ejiawan, ‘Strategi Badan Pengelolalaan Keuangan Dan Aset Daerah Dalam


Meningkatkan Pendapatan Daerah Di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa
Barat Author : Affiliation : Abstrak’, 1 (2020), 21–40

Ismet Sulia, ‘Inovasi Manajemen Layanan Publik Dalam Upaya Meningkatkan


Investasi Ekonomi Di Daerah’, Ilmu Pemrintahan, 1 (2019), 1–13

Junus, Dikson, Muten Nuna, Nirmala A Sahi, Nur Istyan Harun, Sri Logita
Purnamasari, and Universitas Gorontalo, ‘ANALISIS CITIZEN CHARTER
PADA DINAS KEPENDUDUKAN CITIZEN CHARTER ANALYSIS AT
THE POPULATION AND CIVIL REGISTRATION OFFICE OF
GORONTALO REGENCY’, 13.1 (2023), 98–112

20
Kamuli, Sukarman, ‘Evaluasi Kemajuan Penerapan Penyelenggaraan’,
5.September (2008), 136–61

Mustanir, Ahmad, Universitas Muhammadiyah, Sidenreng Rappang, and


Kamaruddin Sellang, ‘Democratic Model On Decision-Making At
Deliberations Of Development THE EMPOWERED ANALISIS OF THE
LOCAL GOVERNMENT ACHIEVE GOOD GOVERNANCE IN THE
Dikson Junus Nirmala Afrianti Sahi Suaib Napir Atika Marzaman’, April
2018, 2019

Napir, Suaib, ‘Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Gorontalo’, 247,


109–16

Napir, Suaib, and Dikson Junus, ‘Penguatan Program Prioritas Pemerintah Daerah
Dalam Mewujudkan Good Governance Di Kabupaten Gorontalo Program
For Strengthening Regional Government Priorities In Realizing Good
Governance In Gorontalo District’, 1.April 2019 (2021), 34–38

Nurwita Ismail, ‘Merit System Dalam Mewujudkan Transparansi Karir Sipil


Negara’, X (2019), 33–42

Sari, Dian Cita, Robert Tua Siregar, Marto Silalahi, Marisi Butarbutar, Hery
Pandapotan Silitonga, Heldy Vanni Alam, and others, Manajemen
Pemerintahan, 2019

Syaiful, ‘Perda Nomor 3’, 2016, 1–17

Tahir, Arifin, ‘Proses Implementasi Kebijakan Transparansi Manajemen


Pemerintahan Kota Gorontalo’, 34 (2013)

Weny A. Dungga, Abdul Hamid Tome, Apriyanto Moha, ‘NPenerapan Prinsip


Good Governance Di Gorontalo’, 2014, 1–15

21

Anda mungkin juga menyukai