Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Publik

BIROKRASI DAN PELAYANAN PUBLIK

Dosen Pengampu : Teuku Alfiady S.Sos.,MSP

Di Susun Oleh : Kelompok VIII

DHEILLA SULNIA (190210065)


BILQIS (190210061)
YANDA SYAHPUTRA (190210064)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunianya kepada Penulis, sehingga penulis dapat
merampungkan makalah ini yang berjudul Birokrasi Pelayanan Publik.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat lebih mengembangkan kajian makalah
ini sekaligus dapat lebih memenuhi kebutuhan para pembaca. Namun demikian penulis
menyadari bahwa sebagai karya manusia, tentu masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan.
Untuk itu dengan rendah hati dan penuh harapan, penulis mengharapkan kritikan dan
saran-saran dari pembacanya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca
untuk menyampaikan bahan input atau kritikan-kritikan yang sangat berharga bagi penulis,
guna perbaikan dalam makalah berikutnya.

Lhokseumawe, Mei 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1

a. Latar Belakang.......................................................................................................................1

b. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................3
a. Birokrasi.................................................................................................................................3
b. Karakteristik birokrasi............................................................................................................3
c. Tipe ideal birokrasi................................................................................................................4
d. Pelaksanaan etika birokrasi....................................................................................................
e. Pelayanan publik....................................................................................................................
f. Penyelenggaraan pelayanan publik........................................................................................
g. Undang – undang pelayanan publik.......................................................................................
h. Fungsi birokrasi sebagai pelayanan.......................................................................................
BAB III ..............................................................................................................................................
a. Kesimpulan............................................................................................................................
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang berazaskan pancasila dan memiliki sumber
hukum yaitu UUD 1945. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara diatur oleh hukum dan berbagai macam peraturan baik itu undang-
undang , perpres, perpu, peraturan pemerintah, perda dan lain sebagainya.
Indonesia telah mengalami berbagai macam peristiwa yang menyangkut sistem
pemerintahan. Kini Indonesia memasuki masa reformasi, masa dimana demokrasi dan
kebebasan berpendapat menjadi yang utama dinegeri ini. Sistem pemerintahan Indonesia dari
waktu ke waktu semakin berkembang. Sampai sekrang sudah terjadi banyak sekali perubahan
yang berarti dari dalam sistem pemerintahan Indonesia, salah satunya adalah perubahan
dalam sistem birokrasi.
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas.
Dalamkehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai
pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk
pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utlilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan
reformasi publik ( publicreform) Yang dialami negara-negara maju pada awal tahun 1990-an
banyak diilhami olehtekanan masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan
publik yang diberikan oleh pemerintah.
Di Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama
dilaksanakanoleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang
PedomanPenyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan
denganSurat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993
tentangPedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Untuk lebih mendorong komitmen aparatur
pemerintah terhadap peningkatan mutu pelayanan, maka telah diterbitkan pula Inpres No.
1Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur
PemerintahKepada Masyarakat. Pada perkembangan terakhir telah diterbitkan pula
Keputusan Menpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
PelayananPublik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian, karakteristik, tipe serta etika pelaksanaan birokrasi ?


2. Bagaimana pengertian pelayanan publik, penyelenggaraan pelayanan publik, serta
undang-undang pelayanan publik ?
3. Apa yang dimaksud dengan fungsi birokrasi sebagai pelayanan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Birokrasi
Secara etimologi istilah birokrasi berasal dari kata bureau (bahasa Perancis) yang berarti
“meja tulis” dan kratos (bahasa Yunani) yang berarti “pemerintahan”. Dapat dipahami bahwa
birokrasi adalah orang- orang yang bekerja di balik meja tulis di kantor-kantor. Dan pengertian
tersebut kemudian makin berkembang. Dalam konteks politik birokrasi diartikan sebagai wujud dari
aparat pemerintahan negara dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut melalui serangkaian
tahapan atau biro-biro yang masing-masing diberi mandat atau dalam menentukan suatu tahap
kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tentang kasus yang dihadapi.
Untuk memahami apa itu birokrasi mari kita mencermati pendapat para ahli mengenai apa
sebenarnya yang dimaksud dengan birokrasi :
1. Menurut Max Weber pengertian birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang
penerapannya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai, birokrasi ini
dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkansecara rasional oleh berbagai
macam peraturan. Birokrasi ini dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur suatu
pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang.
2. dari definisi birokrasi menurut Blau dan Page menunjukkan bahwa birokrasi tidakhanya
dikenal dalam organisasi pemerintah, akan tetapi juga pada semua organisasi besar,
seperti organisasi militer dan organisasi-organisasi niaga. Dengan demikian, birokrasi
dapat dilihat pada setiap bentuk organisasi modern yang dihasilkan oleh proses
rasionalisasi.
3. Menurut Fritz Morstein Marx Pengertian Birokrasi adalah suatu tipe organisasiyang
dipergunakan pemerintah modern untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat
spesialis, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur
pemerintah.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa birokrasi adalah suatu
prosedur yang efektis dan efesien yang didasrkan oleh teori dan aturan yang berlaku sertamemiliki
spesialisasi menurut tujuan yang telah di tetapkan oleh organisasi atau instansi.

B. Karekteristik birokrasi
Karakteristik birokrasi yang umum diacu adalah yang diajukan oleh Max Weber.
MenurutWeber, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:
1. Organisasi yang disusun secara hirarkis
2. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.
3. Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang diangkat, bukan dipilih,di
mana pengangkatan tersebut didasarkan kepada kualifikasi kemampuan, jenjang
pendidikan, atau pengujian (examination).
4. Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi.
5. Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.
6. Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka.

2
7. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.
8. Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior’s judgments).
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal
yangideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang
seharusnyadidasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini
diakibatkanmasih berlangsungnya pola pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.

C. Tipe Ideal Birokrasi


Max Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia
menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagailandasan untuk
berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar.Teorinya tersebut
menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.Max Weber lahir 1864, di
tengah-tengah keluarga profesional Prussia kelas menengah. Ia belajar pada beberapa universitas di
Jerman seperti Heidelberg, Goettingen, dan Berlin.Kemudian studinya dilanjutkan setelah dia
bekerja sebagai hakim di pengadilan Berlin. Iamemperoleh penghargaan tertinggi akademik sebagai
profesor penuh di bidang ekonomi dariuniversitas Freiburg ketika berusia 30 tahun.
Gelar profesor di Jerman kala itu dihargai amattinggi dibandingkan penghargaan yang
diberikan oleh negara manapun. Weber mampumeraih penghargaan tertinggi tersebut pada usia
begitu muda pada jamannya. Max Webermenulis pada permulaan abad 19 dan telah
mengembangkan sebuah model struktural yang iakatakan sebagai alat yang paling efisien bagi
organisasi-organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Ia menyebut struktur ideal ini sebagai
birokrasi. Struktur tersebut ditandakandengan adanya pembagian kerja, sebuah hirarki wewenang
yang jelas, prosedur seleksi yangformal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan
hubungan pribadi(impersonal). Gambaran Weber tentang birokrasi telah menjadi prototipe
rancangan bagikebanyakan struktur organisasi yang sekarang ada.
Weber mengemukaakan pokok-pokok pikirannya tentang birokrasi dalam organisasi modern
sebagai suatu tipe khusus sebuah struktur sebagai berikut :
1. Pemerintahan yang bersih atau memiliki aturan kegiatannya atau aktivitasnyadilakukan
secara khusus atau spesialisasi staf administrasi (tidak sama seperti bentuktradisional
dimana penyerahan tugas-tugas dilakukan oleh pemimpin dan dapatdirubah kapan saja).
2. Organisasi mengikuti prinsip hirarki, sub-ordinat taat terhadap tata tertib ataukekuasaan,
tetapi memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat (berbeda denganotoritas dalam
struktur tradisional).
3. Maksud (intensial), keputusan yang mengatur aturan yang abstrak, tindakan,
dankeputusan selalu stabil, mendalam, dan dapat dipahami. Ketetapannya terarsipakan
secara permanen (di dalam bentuk tradisional hukum bersifat kurang tegas atau
tidakdirekam secara tertulis).
4. Pengertian produksi atau administrasi adalah sebagai akktifitas perkantoran.Kepemilikan
pribadi terpisah dari kepemilikan kantor (dinas).
5. Pegawai diseleksi berdasarkan tehnik kualifikasi bukan dipilih begitu saja
tanpaspesialisasi yang jelas. Mereka diberi kompensasi berupa imbalan dan penalti
sesuaiaturan.
6. Jabatan pada organisasi merupakan suatu karier yang permanen. Pegawai merupakan
pekerja full-time dan berpandangan ke depan suatu kehidupan karier yang panjang.
Sesudah beberapa periodmereka mendapatkan kenaikan atau promosi jabatan dan

3
dilindungi dari pemecatan yang sewenang-wenang.
Gambaran tersebut di atas menurut Weber merupakan tipe ideal dari birokrasi sebagai
suatumodel yang disederhanakan (bukan suatu model yang dilebih-lebihkan) yang di fokuskan pada
sisi yang paling penting. Tho(1967) mendukung pendapat Weber dengan berpendapat bahwa tujuan
hakiki dari administrasi adalah mengurangi ketidak pastian, tetapi tidak pula mengurangi fleksibilitas
organisasi. Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasiyang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia
menggambarkan tipe organisasi tersebut denganmaksud menjadikannya sebagai landasan untuk
berteori tentang bagaimana pekerjaan dapatdilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut
menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.

D. Pelaksanaan Etika Birokrasi


Dari paparan tersebut di atas maka dapat pula dikatakan bahwa etika sangatdiperlukan
dalam praktek administrasi publik untuk dapat dijadikan pedoman, referensi, petunjuk
tentang apa yang harus dilakukoleh administrasi publik. Disamping itu perilaku birokrasi tadi
akan mempengaruhi bukan dirinya sendiri, tetapi juga masyarakat yangdilayani. Seperangkat
nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,referensi, penuntun bagi
birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya antara lain adalah:
1. Efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik
dikatakan baik jika mereka efisien.
2. membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor
tidakdigunakan untuk kepentingan pribadi
3. impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama antara orang
yangsatu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan
secara formal,maksudnya hubungan impersonal perlu ditegakkan untuk
menghindari urusan perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas dan
tanggujawab berdasarkan peraturan yang ada dalam organisasi
4. meytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai,
artinyadalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak di dasarkan atas
kekerabatan,namunberdasarkan pengetahuan (knowledge), keterampilan(skill),
sikap(attitude), kemampuan (capable), dan pengalaman(experience).
5. Accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif, sebab
birokrasi dikatakan akuntabel bilamana mereka dinilai obyektif oleh
masyarakatkarena dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan dan
sikap.
6. Responsiveness,artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap
keluhan,masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan berusaha
memenuhi,tidak suka menunda-nunda waktu atau memperpanjang alur pelayanan.

E. Pelayanan Publik
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa publik ypada prinsipnyamenjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dandi lingkungan
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangkaupaya pemenuhan

4
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan,perundang-
undangan.Pengertian berdasarkan UU Pelayanan Publik Dalam Undang-Undang Pelayanan
Publikterdapat pengertian Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalamrangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagisetiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yangdisediakan oleh penyelenggara pelayanan public.

F. Penyelenggaraan pelayanan publik


Penyelengga Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang terbagi ke dalamunit-
unit pelayanan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Ukurankeberhasilan pelayanan akan tergambar pada indeks kepuasan masyarakat yang
diterima oleh para penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang
sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama dengan pihak swasta
ataudiserahkan kepada swasta apabila memang dipandang lebih efektif dan sepanjang
mampumemberikan kepuasan maksimal kepada masyarakat.Setiap pelayanan publik harus
memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi
penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuranyang harus dimiliki dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberidan penerima pelayanan.
Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :
1. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur
pelayananharus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk
pengaduan sehinggatidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan
harus ditetapkan melaluistandar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan
dapat memahami mekanismenya.
2. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu
penyelesaianyang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan
penyelesaian pelayanantermasuk pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian
pelayanan, maka akan semakinmeningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan
yang diberikan.
3. Produk Pelayanan
Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil
pelayanan akanditerima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk
pelayanan harus dipahamisecara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi
kepada masyarakat.
4. Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya
pelayanantermasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada
diskriminasi,sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada
pemberi pelayanan.Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan
diberikan kepadamasyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya
kepada pihak ataumasyarakat yang kurang mampu

5
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.
Penyediaan saranadan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan
publik sangatmenentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan
publik.kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku ydibutuhkan agar
pelayananyang diberikan bermutu.

G. Undang-undang pelayanan public


Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-UndangNomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah undang-undang yang mengaturtentang prinsip-
prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu
sendiri. perlayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasiyang efektif dapat
memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikankemakmuran ekonomi,
kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindunganlingkungan, bijak dalam
pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan
administrasi publik. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk
memenuhi hak dankebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan
amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun
kepercayaan masyarakatatas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan
publik merupakan kegiatanyang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh
warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya untuk
mempertegas hak dankewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya
tanggung jawab negara dankorporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan
norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasiyang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga
negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan
public.

H. Fungsi Birokrasi Sebagai Pelayanan


Menurut Kumorotomo (1996) indikator untuk menilai kinerja organisasi publik,antara
lain, yaitu : efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap. Indikator-indikator
yangdigunakan untuk menilai kinerja organisasi sangat bervariasi. Secara garis besar,
berbagai parameter yang dipergunakan untuk melihat kinerja pelayanan publik dapat
dikelompokkanmenjadi dua pendekatan. Pendekatan yang pertama melihat kinerja pelayanan
publik dari perspektif pemberi layanan dan pendekatan kedua dari perspektif pengguna jasa.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam penyelanggaraan pelayanan publik adalah suatu ukuran
yangmenunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan
ukuran-ukuran atau nilai-nilai dalam atau norma eksternal yang ada di masyarakat atau

6
yang dimilikioleh para stakeholders.
Rendahnya tingkat akuntabilitas aparat birokrasi dalampemberian pelayanan publik
eratkaitannya dengan pula dengan persoalan struktur birokrasi yang diwarisi semenjak
masa orde baru berkuasa. Prinsip loyalitas kepada atasan lebih dikenalkan daripada
prinsip loyal kepada publik. Birokrasi di Indonesia tidak pernah diajarkan untuk
mempunyai pemikiran bahwakedaulatan berada pada publik, artinya bahwa eksistensi
pelayanan birokrasi akan sangatditentukan oleh pertanggungjawaban birokrasi terhadap
publik.
2. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat,menyusun kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat
dikatakan bahwaresponsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan,
keinginan dan aspirasi,serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas sangat dibutuhkan
dalam pelayanan publikkarena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi
untuk mengenali kebutuhanmasyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta
mengembangkan program- program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat (Dilulio, 1994).Organisasi yang memiliki responsivitas rendah
dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga (Osborne dan Plastrik, 1997).
3. Orientasi pada Pelayanan
Orientasi pada pelayanan menunjuk pada seberapa banyak energi birokrasi
dimanfaatkan untuk penyelenggarakan pelayanan publik. Sistem pemberian pelayanan
yang baik dapatdilihat dari besarnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh birokrasi
secara efektifdidayagunakan untuk melayani kepentingan pengguna jasa. Idealnya,
segenap kemampuandan sumber daya yang dimiliki oleh aparat birokrasi hanya
dicurahkan atau dikonsentrasikanuntuk melayani kebutuhan dan kepentingan pengguna
jasa. Kemampuan dan sumber dayadari aparat birokrasi sangat diperlukan agar orientasi
pada pelayanan dapat dicapai.

4. Efisiensi Pelayanan
Efisiensi pelayanan adalah perbandingan terbaik antara input dan output pelayanan.
Secaraideal, pelayanan akan efisien apabiila birokrasi pelayanan dapat menyediakan
input pelayanan, seperti biaya dan waktu pelayanan yang meringankan masyarakat
pengguna jasa.Demikian pula dalam sisi output pelayanan, birokrasi, birokrasi secara
ideal harus dapatmemberikan produk pelayanan yang berkualitas, terutama dari aspek
biaya dan waktu pelayanan. Efisiensi pada sisi input dipergunakan untuk melihat
seberapa jauh kemudahanakses publik yang ditawarkan. Akses publik terhadap
pelayanan dipandang efisien apabila publik memiliki jaminan atau kepastian menyangkut
biaya pelayanan.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Birokrasi adalah suatu prosedur yang efektis dan efesien yang didasrkan oleh teori
danaturan yang berlaku serta memiliki spesialisasi menurut tujuan yang telah di tetapkan oleh
organisasi atau instansi. publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnyamenjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di
Daerah, dandi lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangkaupaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan,perundang-undangan.
Untuk menilai kinerja organisasi publik, antara lain, yaitu : efisiensi, efektivitas,
keadilan,dan daya tanggap. Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kinerja
organisasisangat bervariasi. Secara garis besar, berbagai parameter yang dipergunakan untuk
melihatkinerja pelayanan publik dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan. Pendekatan
yang pertama melihat kinerja pelayanan publik dari perspektif pemberi layanan dan
pendekatankedua dari,perspektif,pengguna,jasa.

B. SARAN

Dengan selesainya makalah ini penulis memberikan saran sebagai berikut.


Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah saat ini msih
belum sempurna membuat kualitas pelayanan publik meningkat, maka dari itu kami
menyarankan agar upaya peningkatan dapat dilakukan dengan berbagai strategi, diantaranya
perluasan institusional dan mekanisme pasar, penerapan manajemen publik modern, dan
perluasan makna demokrasi.

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Pertimbangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang


PelayananPublik

Ramli.A,Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007

Rahardjo,Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Makassar:PPKED,


2009

Birokrasi dan pelayanan publik


(https://inspirasi2016.wordpress.com/2016/01/16/birokrasi-dan-pelayanan-publik/, diakses 30
mei 2022)

iv

Anda mungkin juga menyukai