Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Djam’an Satori.,M.A.
Bureucracy
( BIROKRASI )
Oleh :
1. Yuni Arkhiansyah ( 2086031021 )
2. Siti Romlah ( 2086031016 )
Halaman
HALAMAN JUDUL
A. PENDAHULUAN …………………..………………………………………………………………. 3
D. PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………. 10
E. KESIMPULAN…………………………………………………………………………….………… 17
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Birokrasi tentu sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat terutama dalam
penyediaan pelayanan publik atau bahkan birokrasi diidentikkan dengan sesuatu yang
lama, bertele-tele, dan rigid (kaku). Hal tersebut karena birokrasi terikat oleh peraturan
atau perundang-undangan yang berlaku. Meskipun begitu, birokrasi merupakan alat
pemerintah untuk menyediakan pelayananan publik dan perencana, pelaksana, dan
pengawas kebijakan.
Birokrasi itu sendiri berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau +
cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan
bentuk piramida, di mana lebih banyak orang berada ditingkat bawah daripada tingkat
atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya sipil maupun militer. Dalam KBBI,
birokrasi didefinisikan sebagai: sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai
pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Vincent de
Gournay (1712-1759), seorang ilmuwan yang banyak menerjemahkan karya-karya
besar zaman Yunani Kuno, ke dalam bahasa Perancis, pada waktu itu. Pada saat itu
birokrasi adalah yang lembaga yang di dalamnya duduk para pejabat, juru tulis,
sekretaris, inspektur, dan manajer, diangkat bukan untuk melayani kepentingan umum,
tetapi untuk mengabdi kepada raja (penguasa). Birokrasi sebagai organisasi modern
yang konsep dasarnya dikembangkan pertama kali oleh Max Weber merupakan bentuk
organisasi rasional yang ideal, yang sepenuhnya diserahkan kepada para aparat
pemerintah yang memiliki syarat-syarat tertentu bagi bekerjanya sistem administrasi
pemerintahan. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa birokrasi merupakan
bagian-bagian dari kepengurusan ataupun pengaturan administrasi atau pelayanan yang
terbagi-bagi dalam bagian-bagian khusus, dan memiliki jenjang jabatan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas penulis pada mata kuliah dinamika
organisasi pendidikan, oleh karena itu penulis membatasi pembahasan pada birokrasi
pendidikan. Dalam dunia pendidikan, sebuah organisasi sangat diperlukan dalam
rangka memperlancar fungsi dan proses pendidikan. Dalam menjalankan fungsi
organisasi pendidikan tidaklah dapat dipisahkan dengan birokrasi. Pada dasarnya,
birokrasi ini hakikatnya adalah salah satu perangkat yang fungsinya untuk memudahkan
pelayanan publik. Birokrasi digunakan untuk dapat membantu mempermudah dalam
memberikan layanan pendidikan yang pasti akan mempengaruhi dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan. Birokrasi merupakan instrumen pembangunan
pendidikan. Kekuatan birokrasi Indonesia sebetulnya bisa menjadi mesin penggerak
yang luar biasa apabila mampu didayagunakan untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Jika birokrasi dijalankan dengan benar, konsisten dan bertanggungjawab, maka kualitas
pendidikan akan maju. Singapura, Hongkong, Malaysia dan Thailand merupakan
contoh nyata negara yang menerapkan birokrasi dengan baik, sehingga pendidikan
mereka mempunyai kualitas lebih baik dikarenakan birokrasinya yang profesional,
tegas dan efisien.
Penjelasan berikut mengenai birokrasi yang disampaikan oleh Weber diharapkan akan
memperjelas pemahaman Anda mengenai birokrasi.
Weber tidak pernah mendefinisikan birokrasi secara jelas berdiri sendiri, tetapi hanya
mengemukakan ciri-ciri, gejala-gejala, proposisi-proposisi dan dari pengalaman yang
ia lihat sehari-hari. Dari kesemuannya ini pengertian birokrasi yang dimaksudkan oleh
Weber, termasuk karakteristiknya yang khusus, dipandang sebagai bentuk birokrasi
yang paling rasional. Konsep umum birokrasi yang dikemukakan oleh Weber dibentuk
melalui kesimpulan dari sejumlah besar bagian-bagian kiasan yang dibuatkannya
untuk itu. Salah satu petunjuk bagi konsep umum Weber tampak dalam identifikasinya
terhadap jenis birokrasi patrimonial, di samping jenis birokrasi lain, yaitu birokrasi
rasional.
Weber banyak sekali menulis tentang kedudukan pejabat dalam masyarakat modern.
Baginya pejabat merupakan sebuah tipe peranan sosial yang makin penting. Weber
mengatakan ada ciri-ciri peranan yang terkait sama lain. Pertama, bahwa seseorang
mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilakukan; kedua, fasilitas dan sumber
yang diperlukan untuk melakukan/memenuhi tugas-tugas atau peran itu, yang
diberikan oleh pihak lain, bukan oleh pelaku peran itu sendiri. Dalam keadaan seperti
ini pejabat memiliki posisi yang sama dengan pekerja pabrik, tetapi pejabat memiliki
ciri-ciri yang membedakan dengan pekerja pabrik, yaitu pejabat memiliki otoritas,
sedang pekerja pabrik tidak demikian. Kesamaannya adalah mereka sama-sama terikat
dengan kontrak dan diangkat, bukan atas dasar pilihan oleh orang banyak
(masyarakat). Dengan demikian, Weber tidak memasukkan semua pejabat yang ada
termasuk dalam konsep birokrasinya. Ciri pokok yang menonjol dari konsep birokrasi
Weber adalah ia merupakan orang yang diangkat oleh pejabat yang berwenang.
Sebagai bukti bahwa ia diangkat adalah melalui Surat Keputusan (SK) dari pihak yang
mengangkatnya sebagai pejabat. Di dalam surat keputusan itu sudah tertera hak-hak
dan kewajibannya serta upah yang diberikan sebagai kontrak yang sudah disepakati
oleh yang mengangkat dan yang diangkat, sebagai kontrak antara keduanya (Albrow,
31: 1989).
Walaupun Weber tidak mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi tetapi dari ciri-
ciri yang dikemukakan pada berbagai kesempatannya dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. “Birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat,
dan membentuk hubungan kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok
tertentu yang berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi
tertentu, khususnya menurut prosedur pengangkatannya”. Dengan demikian, berarti
bahwa dalam konsep umum tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari gagasan
tertentu tentang kelompok, tetapi juga gagasan tentang bentuk-bentuk tindakan yang
berbeda dalam kelompok tertentu itu.
C. CIRI-CIRI BIROKRASI
7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokoknya.
Maksudnya adalah pejabat itu seharusnya menekuni dan bekerja dengan sungguh-
sungguh agar tujuan organisasi tercapai secara optimal dan efisien. Di samping itu,
jabatan itu merupakan ladang atau sumber penghasilan utama keluarga si pejabat
tersebut, di mana ada kemungkinan pekerjaan di luar jabatan itu sebagai pekerjaan
sampingan yang harus dinomorduakan. Hal yang utama adalah pekerjaan yang
mereka jabat sekarang sebagai anggota organisasi birokrasi. Inti dari keterangan ini
adalah, siapa pun yang diberi jabatan sebagai birokrat harus bekerja dengan
sungguh-sungguh, tidak sekadarnya, harus ada rasa ikut memiliki dan bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap yang dilakukan sehubungan dengan tugas, pekerjaan,
dan tanggung jawab yang diembannya.
D. PEMBAHASAN
Pendidikan dalam arti luas adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung
disegala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup yang kemudian mendorong
pertumbuhan segala potensi yang ada dalam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran
seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa,
cerdas dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan sistem proses perubahan
menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Pada dasarnya pendidikan adalah
wajib bagi siapa saja dan kapan saja dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas dan
matang adalah hak asasi manusia pada umumnya. Sedangkan dalam arti sempit,
pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi
terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam system pengawasan dan diberikan
evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan.
Birokrasi pendidikan nasional di negara kita Indonesia adalah pemerintah pusat yang
dikepalai oleh menteri pendidikan dan kebudayaan RI, dan mempunyai tugas pokok
menetapkan dan mengelola standar pendidikan sebagaimana ditegaskan dalam UUSPN
No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 2 menyatakan pemerintah menentukan kebijakan nasional
dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Kebijakan
standarisasi ini khususnya berkaitan dengan kurikulum dalam bentuk garis-garis besar
program pengajaran (GBPP), ketenagaan yaitu menentukan persyaratan pendidikan dan
pembinaan lanjutan untuk memenuhi profesionalisme kependidikan, kesiswaan pada
semua jenjang dan jenis pendidikan, kelembagaan, mutu pendidikan melalui evaluasi hasil
belajar, sarana dan prasarana pendidikan yang diisyaratkan untuk pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan sebagainya.
Tingkat berikutnya adalah Satuan pendidikan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003
adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, non formal, dan informal pada jenjang dan jenis pendidikan. UUSPN tersebut
menegaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Birokrasi pada satuan pendidikan tidak sama dengan
birokrasi pada dinas pendidikan yang terikat dengan eselonering dan struktur birokrasi,
pada satuan pendidikan struktur organisasi ditentukan atas tuntutan kebutuhan profesional
kependidikan yang mengacu pada standar tertentu yang ditentukan pemerintah. Hal ini
ditegaskan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 51 ayat 1 menyatakan pengelolaan
satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah. Dengan demikian jelaslah, bahwa satuan pendidikan sebagai suatu
organisasi pendidikan memiliki ciri khas tersendiri yang diberi ruang kreatif dan inovasi
atas kebutuhan profesional dan pemberdaya pendidikan.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tingkatan birokrasi pendidikan di
Indonesia pada tingkatan tertinggi adalah Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI,
kemudian di tingkat Provinsi adalah Dinas Pendidikan provinsi dan ditingkat kota adalah
dinas pendidikan kota dan level akhirnya adalah masing-masing satuan pendidikan.
1. Menjalankan program atau kegiatan agar tercapainya visi dan misi pemerintahan
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melakukan pembangunan secara
netral serta profesional.
3. Mengaplikasikan seluruh aspek manajemen pemerintahan. Mulai dari aspek
perencanaan, koordinasi, pengawasan, prefentif, represif, evaluasi, dan lain lain.
4. Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses setiap layanan dan
perlindungan.
5. Memberikan jaminan atas keberlangsungan sistem pemerintahan pada suatu
negara.
6. Mendukung, mempermudah, mempercepat, meningkatkan efektifitas, serta
efisiensi pencapaian dari beragam tujuan pemerintah.
Positif Negatif
Efisien Waktu lama/biaya tinggi
Responsif Kurang peduli/sombong
Sistematis Berbelit-belit
Impersonal Personal
Legal-formal KKN
Kontrol ketat Kontrol lemah/longgar
Menerapkan manajemen ilmiah/modern Tidak akomodatif terhadap perubahan
Latar belakang lahirnya Persepsi –persepti negative seperti yang tersebut diatas akibat
dari ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayaan birokrasi seperti, lambatnya proses
penyelesaian, alasan kekurangan dokumen pendukung kurang lengkap, keterlambatan
pengajuan permohonan, menunggu persetujuan pimpinan , sulit dihubungi, sedang proses
dan sebagainya. Fenomena tersebut dipengaruhi oleh Budaya dan sistem sosial terhadap
bentuk, struktur, kinerja, dan sistem nilai birokrasi di suatu Negara, seperti budaya
feodalistik yang masih terasa; kebiasaan menunggu petunjuk atau pengarahan; loyalitas
kepada atasan dan bukan pada tugas organisasi;belum berorientasi pada prestasi;einginan
untuk melayani masih rendah; belum ditopang teknologi secara menyeluruh; budaya
ekonomi biaya tinggi; dan jumlah pegawai negeri relatif banyak tetapi kurang berkualitas.
E. KESIMPULAN
Dari pemaparan tentang birokrasi khususnya birokrasi pendidikan dapat penulis simpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Birokrasi pada hakikatnya adalah salah satu perangkat yang fungsinya untuk
memudahkan pelayanan publik. Birokrasi pendidikan diharapkan dapat
mempercepat peningkatan mutu pendidikan.
2. Pada faktanya birokrasi pendidikan saat ini belum begitu baik hal ini dapat
diamati dari fenomena-fenomena adminitrasi yang terselenggara terkesan bertele
tele, belum sepenuhnya efektif dan efesien.
3. Birokrasi akan berjalan efektif, jika strukturnya ramping. Namun sebaliknya, jika
strukturnya gemuk, maka pelayanannya akan semakin lambat, bertele-tele dan
tidak profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Albrow, Martin. (1989). Birokrasi. alih bahasa M Rusli Karim dan Totok Daryanto.
Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Tony Bush & Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan.
Yogyakarta: Ircisod.
Usman, Husaini. 2006. Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
https://www.dosenpendidikan.co.id/birokrasi-adalah/
http://journal.upgris.ac.id/index.php/jmp/article/view/407/370