Disusun Oleh:
Kelompok 5
MUHAMMAD FIRMANSYAH
02181161
WILDA SABIR
02181148
1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah swt, karna berkat,
rahmat dan nikmat serta hidayah-Nya sehingga terselesaikannya makalah ini yang
berjudul “Struktur Birokrasi dalam sekolah dan Hubungan Otoritas di Sekolah”,
Salawat dan Salam tak lupa teriring untuk sang pencerah zaman Nabiullah
Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan para umatnya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami membutuhkan saran dan kritikan dari pembaca yang dapat
meningkatkan kualitas penulisan makalah kami.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
C. Tujuan …………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur Birokrasi dalam Sekolah………………………………………. 3
B. Hubungan Otoritas di Sekolah …………………………………………. 6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 10
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, kita tidak
akan lepas dari yang namanya rantai birokrasi (struktur, aturan atau
kekuasaan). Birokrasi bertugas untuk menerjemahkan berbagai keputusan
politik ke dalam berbagai kebijakan publik, dan berfungsi melakukan
pengelolaan atas pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara operasional.
Birokrasi adalah faktor yang sangat mempengaruhi agenda pemerintahan,
termasuk dalam pengembangan sektor pendidikan Islam. Karena, birokrasi
memiliki peranan dalam perumusan, pelaksanaan dan pengawasan berbagai
kebijakan publik, serta evaluasi kinerjanya.
Sehubungan di atas, produk birokrasi bukan sekadar menghasilkan
perumusan sebuah kebijakan, namun mempengaruhi pola perilaku manusianya
serta nilai-nilai budaya organisasinya. Dalam kaitan ini, bahwa memahami
birokrasi dalam lembaga pendidikan Islam bukanlah suatu produk tunggal,
melainkan produk politik yang memiliki tujuan tertentu baik dalam
memajukan sistem kelembagaannya, ideologinya, maupun secara kolektif.
Birokrasi dalam pandangan Max Weber, sebagai bentuk tipe masyarakat
rasional yang memungkinkan setiap anggota dalam sebuah lembaga atau
kelompok mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab tertentu, yang
dapat memberikan sumbangsi bagi tercapainya tujuan suatu lembaga atau
organisasinya.
Mengacu pada konsepsi di atas, birokrasi dalam lembaga pendidikan
Islam, seharusnya menjadi sarana untuk mempermudah pembagian struktur
dan peran kinerja, membangun iklim kerja yang terarah dan jelas, serta
mampu membangun perilaku dan budaya kelembagaannya sesuai dengan visi
dan misi kelembagaan.
Dalam mewujudkan harapan dan tujuan tersebut, tentu tidak lepas dari
beberapa faktor seperti, peran seorang kepala sekolah sebagai pimpinan dan
pengambil kebijakan, bagaimana menggerakkan dan membangun sumber daya
manusianya (guru, staf dan seluruh warga sekolah), bagaimana membangun
relasi kerja (networking) dengan lembaga yang lainnya, serta memenuhi
sarana dan prasarana penunjang lainnya.
Otoritas (authority) dapat dirumuskan sebagai kapasitas atasan,
berdasarkan jabatan formal, untuk membuat keputusan yang mempengaruhi
perilaku bawahan. Banyak orang memahami bahwa otoritas adalah sebuah
bentuk kekuasaan seseorang atas diri orang lain. Pada waktu seseorang
memiliki otoritas, misalnya di dalam lingkup pekerjaan tertentu, maka
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur birokrasi dalam sekolah ?
2. Apa hubungan otoritas di sekolah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui struktur birokrasi dalam sekolah.
2. Mengetahui hubungan otoritas disekolah.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Djunawir Syafar, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 2,
Nomor 2, November 2017, H. 273
2
Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A, Administrasi Pendidikan, ( Medan :
Perdana Publishing, 2012 ) H. 44
3
Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A, Administrasi Pendidikan, H. 46
4
Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A, Administrasi Pendidikan, H. 46
3
4
5
Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A, Administrasi Pendidikan, H. 46
6
Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A, Administrasi Pendidikan, H. 44
4
5
KEPALA SEKOLAH
WAKIL KEPALA
SEKOLAH
BENDAHARA
GURU
PESERTA DIDIK
7
Dr. Yusuf Hadijaya, S.Pd., M.A, Administrasi Pendidikan, H. 45
5
6
Bukan hanya itu, otoritas di tangan orang yang tidak tepat, akan dapat
disalahgunakan untuk menjajah orang lain, mencari keuntungan sendiri dan
menghasilkan perlakuan atau tindakan semena-mena. Betapa baiknya otoritas
untuk tujuan yang baik dan betapa buruknya otoritas untuk tujuan yang
menyimpang. Otoritas haruslah berada di tangan orang yang tepat, yang
mampu menggunakannya secara bertanggung-jawab.
Otoritas yang baik dan benar yaitu, jika segala sesuatu berjalan
dengan baik, di dalam sebuah sistem pemerintahan, pekerjaan atau bahkan
lingkup pelayanan. Otoritas bermanfaat untuk membuat semua berada di
dalam lingkup kerja yang dinamis. Semua orang tunduk dan taat serta tidak
bisa bersikap semau-maunya sendiri. Aturan ditegakkan dan menjadi acuan
bersama. Pemimpin yang mengendalikan situasi, menggunakan otoritas
dengan bertanggung-jawab dan tidak menempatkan diri sebagai alat
kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain. Otoritas digunakan untuk
membuat semua sistem bekerja dengan baik dan mencapai tujuan sebagaimana
ditetapkan bersama. Dalam konteks ini juga berlaku seorang pemimpin diikuti
8
KKBI, Kamus Besar bahasa Indonesia (KKBI), 2019
6
7
7
8
8
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini,
masih terdapat kesalahan ataupun kekelliruan di dalamnya. Olehnya itu, kami
sangat mengharapkan kritik saran maupun masukan yang sifatnya membangun
dari teman-teman atau para pembaca demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat, khusunya bagi penulis serta
bagi para pembaca pada umumnya.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Hadijaya Yusuf , 2012, Administrasi Pendidikan, Medan : Perdana Publishing
10