Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG

BIROKRASI DALAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ ADMINISTRASI PENDIDIKAN “

Dosen Pengampu : SATRIYADI. M.PD.

Disusun Oleh :

Kelompok 3 ( PAI 2C Eklusif )

M. RIFQI SYAHREZA

M. BAYU AFDILLAH

SELLA AMELIA

SINTA NUR HILALYAH

SOFI ARLINA

SEKOLAH TINGNGI AGAMA ISLAM SYEKH H. ABDUL


HALIMHASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
T.A. 2022-2023
KATA PENGANTAR

 Assalamualaiku Wr.Wb    

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya hingga dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdullilah
tepat pada   waktunya dengan tema Birokrasi dalam Administrasi Pendidikan. Makalah ini
berisikan tentang elemen-element birokrasi dan kecenderungannya di sekolah serta
hubungan antar manusia dalam administrasi pendidikan.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan , dorongan , bimbingan dan arahan kepada penyusun . Ucapan
terimakasih tersebut kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya makalah ini

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih . Semoga Allah senantiasa meridhai usaha kami,
Amin.

Waalaikumsalam Wr.Wb
I

DAFTAR ISI

                                               

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... iii   

a. Latar Belakang Masalah......................................................................... iii


b. Rumusan Masalah................................................................................. iii
c. Tujuan Penulisan .................................................................................. iii

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 1

A. Pengertian Birokrasi.............................................................................. 1
B. Elemen-elemen Birokrasi dan kecenderungannya di Sekolah..................... 4
C. Hubungan antar Manusia dalam Administrasi Pendidikan.......................... 8

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 9 

1. Kesimpulan........................................................................................... 9
2. Saran.................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
ii

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sekolah sebagai organisasi didalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling
berkaitandan saling menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah memiliki karakter
tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar,tempat terselenggaranya pembudayaan
kehidupan manusia

Kebanyakan orang berpendapat bahwa administrasi hanya dianggap sebagai kegiatan tulis-
menulis dan pembukuan keuangan. Pandangan tersebut kadang-kadang ada benarnya juga
dan bukan tidak beralasan. Secara fisik dan kenyataannya kegiatan admninistasi memang
dilakukan dalam praktek tulis menulis, baik menggunakan tangan, alat tulis, mesin ketik atau
komputer. padahal secara teoritis kegiatan administrasi lebih luas dari pada itu. Bukan saja
sebagai kegiatan pendukung dalam melengkapi kegiatan yang ada di lapangan. Pandangan
demikian itu tidak sepenuhnya juga benar.

b. Rumusan Masalah
1. Pengertian Birokrasi ?
2. Elemen-elemen Birokrasi dan kecenderungannya di Sekolah ?
3. Hubungan antar Manusia dalam Administrasi Pendidikan ?

c. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian birokrasi
2. Menjelaskan Elemen-elemen Birokrasi dan kecenderungannya di Sekolah
3. Mengetahui Hubungan antar Manusia dalam Administrasi Pendidikan
iii

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Birokrasi
Birokrasi adalah kekuasaan. Pengaruh dan para kepala dan staf biro pemerintahan, sejalan
dengan itu ditegaskan Albrow (1989) birokrasi ialah suatu badan administrative tentang
pejabat yang diangkat sesuai prosedur administrasi, aspek institusional dan asosiasonal yang
mampu membedakan hal-hal spele tetapi penting karena akan menjadi dasar analisis
pemikiran sosiologis untuk melakukan tindakan dan analisis kebijaksanaan.

Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), diartikan sebagai
suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih
banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi
yang sifatnya administratif maupun militer

Pada rantai komando ini setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya dideskripsikan dengan
jelas dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur ketat sehingga
cenderung kurang fleksibel. Ciri lainnya adalah biasanya terdapat banyak formulir yang
harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang harus dilakukan sesuai dengan hirarki
kekuasaan.

1
B. Elemen-elemen Birokrasi dan kecenderungannya di Sekolah
Birokrasi adalah kekuasaan, pengaruh dari kepala dan staf biro pemerintah . Sejalan
dengan itu ditegaskan Albrow (1989) birokrasi ialah suatu badan administratif tentang
pejabat yang diangkat sesuai prosedur administrasi, aspek institusional dan asosiasional
yang mampu membedakan hal-hal sepele tetapi penting karena akan menjadi dasar analisis
kebijaksanaan. Birokrasi menurut Webber (1947) dicirikan oleh: (1) divisi pekerjaan dan
alokasi tanggung jawab yang spesifik; (2) adanya level hierarki otoritas; (3) adanya kebijakan
peraturan, dan regulasi tertulis; (4) impersonal yaitu birokrasi ada pada lingkungan yang
universal atau berlaku pada organisasi apapun; dan (5) pengembangan dan perpanjangan
karier administratif. Kelima karakteristik birokrasi ini juga mencirikan birokrasi dalam
administrasi pendidikan baik dalam sistim pemerintahan maupun dalam persekolahan.

Sistem administrasi pendidikan khususnya pada pemerintah yang diperankan oleh


departemen departemen pendidikan nasional, pemerintah provinsi yang di perankan oleh
dinas pendidikan provinsi, pemerintah kabupaten/kota yang diperankan oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota, serta satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang yang
menyelenggarakan program pembelajaran.

Khusus pada sistem administrasi pendidikan di sekolah kegiatannya dilaksanakan oleh


para profesional kependidikan dibawah koordinasi kepala sekolah seperti guru, konselor,
ahli kurikulum, dan profesional dibidang kependidikan, sebagai organisasi profesional pada
lembaga sekolah tidak ada jabatan struktural yang mengacu pada sistem eselonering.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah bukan jabatan struktural, tetapi salah satu
anggota profesional kependidikan diberi tugas untuk memimpin dan melaksanakan sistem
administrasi sekolah dengan fokus kegiatan pada pembelajaran.

Birokrasi departemen pendidikan nasional atas nama pemerintah pusat mempunyai


tugas pokok menetapkan dan mengelola standar pendidikan sebagaimana ditegaskan dalam
UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 2 menyatakan pemerintah menentukan kebijakan
nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
Kebijakan standarisasi ini khususnya berkaitan dengan kurikulum dalam bentuk garis-garis
besar program pengajaran (GBPP), ketenagaan yaitu menentukan persyaratan pendidikan
dan pembinaan lanjutan untuk memenuhi profesionalisme kependidikan, kesiswaan pada
semua jenjang dan jenis pendidikan, kelembagaan, mutu pendidikan melalui evaluasi hasil
belajar, sarana dan prasarana pendidikan yang diisyaratkan untuk pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan sebagainya. Pendapat ini sesuai dengan PP No.
2
25 tahun 2000 pasal 2 ayat 11 bidang pendidikan menyatakan bahwa pemerintah
mempunyai kewenangan menetapkan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta
pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman
pelaksanaannya.

Hal ini sejalan dengan UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 yang menyatakan
bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiyaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Unsur-unsur penting
dalam pengelolaan tersebut diberi tanggung jawab kepada pejabat birokrasi seperti
sekertaris jendral, direktorat jendral, direktur, dan pejabat struktural lainnya, semua pejabat
birokrasi dan untuk membantu menentukan kebijakan dibantu oleh lembaga penelitian dan
pengembangan depdiknas. Mereka para pejabat birokrasi ini muara kebijakan dan sasaran
kerjanya adalah satuan pendidikan dibawah tanggung jawab menteri. UUSPN No. 20 tahun
2003 pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa pengelolaan sistem pendidikan nasional
merupakan tanggung jawab menteri. 

Birokrasi pada pemerintahan provinsi yang diperankan oleh dinas pendidikan


provinsi. PP No. 25 tahun 2000 pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa kewenangan provinsi
sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat
lintas kabupaten/kota serta kewenangan dalam bidang tertentu lainnya.

Kewenangan provinsi dalam bidang pendidikan menurut PP No. 25 tahun 2000


adalah: (1) penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat
minoritas, terbelakang, dan atau tidak mampu; (2) penyediaan bantuan pengadaan buku-
buku taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan luar sekolah; (3)
mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain pengaturan kurikulum,
akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis; (4) pertimbangan pembukaan dan
penutupan perguruan tinggi; (5) penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan
dan/atau penataran guru; (6) penyelenggaraan museum, provinsi, suaka peninggalan
sejarah, kepurbakalaan, kajian sejarah dan nilai tradisional dan pengembangan bahasa dan
budaya daerah.

Kewenangan provinsi ini diperkuat oleh UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3
menyatakan pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan
pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah.

3
Birokrasi pada pemerintah kabupaten/kota yang diperankan dinas pendidika
kabupaten/kota. UU No.22 tahun 1999 pasal 11 ayat 1 menyatakan kewenangan daerah
kabupaten dan kota mencakup semua kewenangan pemerintah selain kewenangan yang
dikecualikan. Selanjutnya pada ayat 2 menyatakan bidang menyatakan bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota antara lain
bidang pendidikan dan kebudayaan. Karena itu pemerintah daerah kabupaten/kota
mempunyai kewenangan yang cukup memadai dalam penyelenggaraan pendidikan di
daerahnya masing-masing, khususnya menyediakan tenaga kependidikan, anggaran, dan
bahan-bahan yang diperlukan sekolah. Hal ini ditegaskan kembali pada UUSPN No. 20 tahun
2003 pasal 50 ayat 5 menyatakan pemerintahan kabupaten/kota mengelola pendidikan
dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidika yang berbasis keunggulan lokal.

Satuan pendidikan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal
pada jenjang dan jenis pendidikan. UUSPN tersebut menegaskan bahwa jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Birokrasi
pada satuan pendidikan tidak sama dengan birokrasi pada dinas pendidikan yang terikat
dengan eselonering dan struktur birokrasi, pada satuan pendidikan struktur organisasi
ditentukan atas tuntutan kebutuhan profesional kependidikan yang mengacu pada standar
tertentu yang ditentukan pemerintah. Hal ini ditegaskan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003
pasal 51 ayat 1 menyatakan pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian jelaslah, bahwa
satuan pendidikan sebagai suatu organisasi pendidikan memiliki ciri khas tersendiri yang
diberi ruang kreatif dan inovasi atas kebutuhan profesional dan pemberdayaa pendidikan.

Birokrasi dalam administrasi pendidikan sebagai suatu organisasi pada semua tingkatan
tersebut . Menurut sergiovani dan starratt mengambarkan karakteristik: (1) organisasinya
dipengaruhi oleh spesialisasi dan pembagian tugas, (2) hierarki otoritas yang kaku dan jelas
dirumuskan; (3) menitikberatkan pada penggunaan peraturan umum untuk mengontrol
perilaku anggotanya; (4) impersonalitas dalam hubungan organisasi; (5) pekerjaan dalam
organisasi pendidikan didasarkan pada kompetensi teknikal. Karakteristik ini memperjelas
bahwa ada perbedaan yang mendasar antara organisasi pemerintah dengan organisasi
sekolah mengurus pendidikan.

4
C. Hubungan antar Manusia dalam Administrasi Pendidikan
Pada dasarnya administarasi pendidikan memiliki kepentingan tertentu terhadap
manusia. Manusia adalah mahluk psiko-fisik yang berkembang kearah kematangan secara
integral dalam keseluruhan organ-organnya. Secara simultan, fungsi-fungsi psikis dan
fisiknya berkembang dalam suatu pola keseimbangan yang bersipat “homeostatis” yaitu
terwujudnya kondisi kehidupan dalam diri manusia yang tetap berada dalam keserasian dan
keselarasan gerak dan fungsi-fungsi organ-organ psikis dan fisiknya. Faktor manusia (Human
Fector) yang berhubungan dengan sumber daya manusia (SDM) mengandung makna
mendalam atas semua potensinya, sehingga manusia tumbuh dan berkembang untuk
mengatasipermasalahan manusia itu sendiri.

Salah satu permasalahan manusia adalah kualitas, kualitas manusia tampak pada
kemempuannya secara fungsional untuk mendorong pertumbuhannya yang memilioki nilai
tambah. Oleh karena itu, Membangun SDM adalah pola-pola untuk mengeloloa, mengurus,
dan meningkatkan kualitasnya.

Keperluan manusia adalah memenuhi kebutuhan hidupnya yang di tampakkan pada


kemampuan poduktifnya, dalam konsep ekonomi SDM di katakan produktif jika
menghasilkan sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi.

Mengangap manusia sebagai sumber daya semata-mata adalah berbahaya, karena


manusia mempunyai feeling, hati nurani, rasa cinta, persahabatan, loyalitas, taat, kejujuran,
etos kerja, dan sebaginya yang menjadikan manusia secara total dan utuh.

Dilihat dari sudut administrasi pendidikan akan ditemui dua tataran yaitu :

1. Pada suatu pendidikan seperti administrasi sekolah dasar, sekolah menengah,


perguruan tinggi serta kursus-kursus.
2. Administrasi pendidikan pada pemerintahan seperti tinggkat kecamatan, pemerintah
kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat pada tingkat nasional.

Dengan demikian administrasi pendidikan adalah mencakup semua kegiatan yang di


jalankan pada semua tataran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah di
tentukan.

5
Bagi orang-orang tertentu oleh orlosky keseluruhan “mosaic” administrasi ini di
sebut sebagai tingkatan tertinggi aktipitas manusia (the highest order of human actifiti by
some). Unsure-unsur manusia atau (human elements) yang berhubungan dengan
administrasi pendidikan ialah anak didik, orang tua siswa, guru, konselor, kepala sekolah,
supervisor, petugas-petugas lainnya, pejabat dan pegawai kantor urusan pendidikan pada
pemerintahan secara vertikal dan horizontal pada pemerintahan daerah dan pemerintahan
pusat, masyarakat yang berkepentingan persekolahan dan sebagainya.

Hubungan antar manusia dalam administrasi pendidikan sebagai system dapat


dilihat dari hubungan bagian-bagian dari system itu (komponen) secara fungsional dan
interaksinya satu sama lain. Dengan meninjau komponen-komponen dan hubungan satu
dengan yang lainnya, akan dapat di temukan kekurangan dan kelemahan system organisasi
dan system pelayanan sehingga dapat menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk
memperbaiki system atau pengembangan system administrasi. Hubungan antar manusia
dalam administrasi sekolah merupakan bentuk kerja sama personal sekolah untuk mencapai
tujuan sekolah.

Tujuan umum yang akan di capai dalam kerja sama itu adalah pembentukan
kepribadian murid sesuai tujuam pendidikan nasional dan tingkat perkembangannya, tujuan
instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus yang pencapaiannya melalui proses
penguasaan materi pelajaran. Sedangkan administrasi sekolah merupakan suatu proses atau
siklus pengelolaan penyelenggaraan sekolah mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.

Suatu manajemen dapat bekerja secara episien dan tetap hidup jika tujuan
organisasi itu juga seimbang, pengalaman kerja dan hasil kerja studi dalam bidang social dan
filsafat untuk merumuskan teori-teorinya mengenai kehihidupan organisasi.

Hubungan manusia dalam organisasi dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Hubungan manusia dalam organisasi pormal yang terdiri dari kumpulan interaksi
social yang di koordinasikan secara sengaja dan yang mempunyai tujuan bersama.
Organisasi formal tidak dapat berlangsung kalau tidak ada orang-orang yang dapat
saling berkomunikasi, mau menyumbang pada kegiatan kelompok, dan sadar
mempunyai tujuan umum.
2. Hubungan manusia dalam organisasi informal yaitu interaksi-interaksi social tampa
tujuan bersama yang imum atau tidak dikoordinasikan secara sengaja. System
informal amat penting dalan organisasi, dan peranan administrator dalam
memelihara system interaksi itu, peranan informal dapat mendukung proses
pembuatan keputusan yang bersifat formal.

6
Ada lima kegiatan pokok manajemen kaitannya dengan hubungan antar manusia dalam
administrasi yaitu :

1. Menentukan apa yang akan di jadikan sasaran oleh organisasi, menentukan tujuan
dan sasaran tiap bidang, menentukan apa yang harus dilakukan manusia dalam
administrasi untuk mencapainya dan menjadikan sasaran itu efektif dengan
membicarakannya bersama anggota organisasi.
2. Mengorganisir seluruh kegiatan manusia dalam administrasi termasuk
menggolongkan, membagi pekerjaan, membentuk struktur tugas-tugas organisasi.
3. Memotivasi dan berkomunikasi antar manusia dalam segala hal pelaksanaan
kegiatan.
4. Melakukan pengukuran tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam organisasi,
termasuk menganalisis, menilai, dan menapsirkan hasil kerja baik secara individu
maupun kelompok dalam organisasi secara keseluruhan dan.
5. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan orang-orang dalam organisasi itu
termasuk manajernya sendiri.

Menurut J.W getzels (1958), hubungan manusia dalam suatu system adalah sekelompok
bagian atau badan yang membentuk suatu keseluruhan yang di persatukan, karakteristiknya
yang paling umum adalah interdependensi bagian-bagiannya dan variabl-variabelnya.

Namun secara factual menunjukkan, hubungan antar manusia dalam system


administrasi di Indonesia secara umum terikat pada budaya organisasi yang feodalistik.
Dimana budaya fiodal ini menanamkan sikap rukun antar sesama bawahan, dan sikap
hormat bawahan pada atasan meskipun atasan itu melakukan kekeliruan, tetapi sebagai
bawahan harus tetap hormat kepada atasan, atasan itu dikarenakan kedudukannya tetap
pada posisi benar.

Sedangkan posisi bawahan adalah menerima apasaja yang menjadi keputusan atasan.
Tidak ada instumen yang memungkinkan pada bawahan itu menunjukkan kebenarannya.
Satu-satunya yang dapat di lakukan oleh bawahan tersebut adalah bersabar dan berdoa
kepada tuhan yang maha esa agar ia di beri ketabahan atas perlakuan atasanya itu inilah
budaya organisasi yang sudah lama tertanam dalam birokrasi Indonesia.

7
Administrasi Negara tersebut dijalankan oleh para pejabat pemerintah yang merangkap
sebagai pejabat administrasi (Negara) dengan memimpin pejabat-pejabat pemerintah atas
dasar hicrarkhi mengunakan wibawa dan wewenang pemerintah yang bersipat politik,
pejabat-pejabat administarsi “murni” (tampa wewenang pemerintah), dan pejabat-pejabat
teknis mengunakan wibawa dan wewenang administrasi yang bersipat teknis
penyelengaraan.

Birokasi merupakan usaha untuk menghilangkan tradisi organisasi yang membuat


keputusan secara emosional, atau berdsasarkan ikatan kekeluargaan sehingga
mengakibatkan organisasi tidak epektif. Pada prinsipnya, uraian di atas mengambarkan
bahwa hubungan antar manusia dalam administarsi pendidikan merupakan bentuk
kerjasama orang-orang yang menduduki jabatan biokrasi pada kantor pemerintahan dan
juga jabatan fungsional kependidikan sesuai properi masing-masing pada satuan pendidikan
merika ini semua adalah sebagai personal institusi pendidikan yang di beri tanggung jawab
untuk mencapai tujuan pendidikan.

8
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada dasarnya, birokrasi ini hakikatnya adalah salah satu perangkat yang fungsinya untuk
memudahkan pelayanan publik.

Sekolah termasuk jenis otoritas legal. Kepala sekolah ditetapkan berdasarkan aturan yang
ada dan dibatasi periode atau waktunya. Ketaatan guru pegawai tidak semata-mata pada
kepala sekolah tapi juga pada aturan yang sudah ditetapkan

2. Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya harapkan saran dari pembaca
agar kedepannya dapat menyempurnakan makalah ini. Agar dapat memberikan informasi
dan tambahan sumber belajar yang dapat diterima dengan baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

www.warnetgadis.com/makalah-birokrasi-dalam -administrasi-pendidikan/

Ir. Syarifuddin, M.Si, Peran Birokrasi dalam Meningkatkan Pelayanan Publik: (Berita Opini).
Media cetak Radar Sulteng Online, Rabu, 5 November 2008.

Wjs, poerwadarminta, 2007, kamus umum bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Martin albrow, birokrasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, cet.3, 2004)

10

Anda mungkin juga menyukai