DisusunOleh :
RISKA MARISKA
VIKRI
SEMESTER : 2 – C EKSLUSIF
BINJAI
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk, pemimpin bangsa
mongol saat itu, juga menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.Keadaan politik
umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah dan berkembangnya tiga
kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India, dan safawi persia. Dimasa tiga kerjaan besar ini
kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Masjid-masjid yang didirikan
kerajaan ini masih dapat diihat di Istambul, Tibriz dan Isfaham serta kota-kota lain di Iran dan
Delhi. Perlu disadari, bahwa dari ketiga kerajaan besar ini, mempunyai keunikannya masing-
masing dalam perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
3.Rekontruksi Pendidikan Islam pada masa Dinasti Safawi untuk Pendidikan Islam di
Indonesia masa sekarang?
BAB II
PEMBAHASAN
Awalnya kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,
sebuah kota di Azerbaijan, Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyahyang diambil dari nama
pendirinya Safi Al-din (1252-1334 M),dan nama itu terus dipertahankankan sampai tarekat ini
menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil
mendirikan Kerajaan.
Menurut Harun Nasution, di Persia muncul suatu dinasti yang kemudian merupakan
suatu kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi bernama Syekh Ishak
Safiuddin dari Ardabila di Azerbaijan.Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penggagas awal
berdirinya Kerajaan Safawi adalah Syekh Ishak Safiuddin dari Ardabildi Azerbaijan atau dikenal
dengan Safi Al-Din, yang semula hanya sebagai mursyid tarekatdengan tugas
Dakwah agar umat Islam secara murni berpegang teguh pada ajaran agama.
Namun pada tahun selanjutnya setelah memperoleh banyak pengikut fanatik akhirnya aliran
tarekat ini berubah menjadi gerakan politik dan diteruskan mendirikan sebuah kerajaan.
Perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi, yang
dipelopori oleh Safi Al-Din sejak tahun 1252 hingga 1334 M. Kerajaan ini berdiri di saat Kerajaan
Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
Dalam dekade 1447 –1501 M Safawi memasuki tahap gerakan politik, sama halnya
dengan gerakan sanusiyah di Afrika Utara, Mahdiyah di Sudan dan Maturdiyah
serta Naksyabandiyah di Rusia. Kecenderungan memasuki dunia politik secara konkrit tampak
pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M).Dinasti safawi memperluas
gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatankeagamaan. Perluasaan
kegiatan ini ternyata menimbulkan konflik antara Juneid dengan kekuatan politik yang
ada di Persia waktu itu, misalnya konflik politik dengan kerajaan-kerajaan Kara Koyunlu (domba
hitam) salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa diwilayah itu yang bermahzhab Sunni di
bawah kekuasaan Imperium Usmani. Karena konflik tersebut maka ia mengalami kekalahan dan
diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr,
AK. Koyunlu (domba putih), jugasuatu suku bangsa Turki.Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang
ketika itu menguasai sebagian Persia.
Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah menghimpun kekuatan
untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Iajuga berhasil mempersunting
salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahu 1459 M,
Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut
Circassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri
terbunuh dalam pertempuran tersebut. Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan
dalam asuhan Uzun Hasan.Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa
diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun
Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan.Dari
perkawinan itu lahirlah Ismail, yang di kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi di
Persia.
Kemenangan AK-Koyunlu terhadap Kara Koyunlu tahun 1476 M, membuat gerakan militer
Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK-Koyunlu dalam
meraih kekuasaan yang selanjutnya. Padahal sebelumnya Safawi adalah sekutu AK Konyulu,
tetapi itulah politik.Ak Konyulu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti
Safawi.
Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK
Konyulu mengirim bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar
sendiri terbunuh dalam peperangan itu.Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentranya
untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Konyulu. Tetapi Ya’kub
pemimpin AK Konyulu ketika itu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama kedua
saudaranya Ibrahim dan Ismail beserta ibunya, di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M).
Mereka dibebaskan oleh Rustam, Putra Mahkota AK Konyulu, dengan syarat mau
membantunya memerangi saudara sepupunya.
setelah saudara sepupu Rustam itu dapat dikalahkan. Ali bersaudara (Ibrahim dan Ismail)
beserta ibunya kembali ke Ardabil, akan tetapi tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi
dan menyerang Ali bersaudara pada tahun 1494 M dan Ali terbunuh dalam serangan ini.
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada di tangan Ismail, yang saat itu
masih berusia 7 tahun.Selama 5 tahun Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan,
mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di
Azerbaijan, Syria, Anatolia.Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash.
Dalam sejarah islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban
tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi ketika
kepemimpinan Abbas I. Pada masa ini merupakan kebangkitankejayaan lama Persia. Pada
periode iniAbbas Iberhasil membuat stabilitas negara danmampu mengembangkan iklim yang
kondusif untuk mengembangkan perekonomian dan ilmu pengetahuan.Perkembangan ilmu
pengetahuan dapat dilihatmelalui banyaknya berdirinya perguruan tinggi atau lembaga
pendidikan dalam kerajaan Safawi ini.
Lembaga pendidikan yang ada pada masanya berjumlah 48, masjid yang berjumlah
162 dan 446 sekolah. Sejarah juga mencatat bahwa sekolah dan lembaga pendidikan, sebagian
besar didirikan atas inisiatif kerabat kerajaan,
dan sebagian lainnya didirikan oleh para hartawan atau orang kaya, yang dikenal dengan sebutan
madrasah beberapa diantaranya adalah
1. Madrasah yang pertama kali di Iran yaitu didirikan oleh Ali Karakhi (1465-1534).
3. Sekolah Chahar Bagh di Isfahan, yang bangunannya merupakan sebuah karya agung
seni islam.
4. Sekolah Khan di Shiraj (Iran Tenggara) yang terkenal tokoh pengajarnya yaitu Mulla
Sadra.
5. Sekolah nenek kecil (small grandmother)yang didirikan pada tahun 1645-1946 oleh
Dilaram Khanum ( nenek dari Syah Abbas II)
9. Madrasah yang didirikan oleh Qum hartawan Mirza Khan, bernama Mirza Husein pada
tahun 1687-1688 M.
Pendidikan dalam dinasti Safawi secara umum dapat digolongkan dalam tiga bentuk jenis
pendidikan yang dominan, yaitu pendidikan (pemikiran), estetika (seni), dan sains.
Ketiga jenis pendidikan ini nantinya menjadi bekal bagi kemajuan pendidikan dan
kemajuan pemerintahan yang ada, sehingga dapat mewujudkan suatu kerajaan dengan
arahan paham syiah yang kuat. Selain itu pendidikan yang ada juga akan memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan pemerintahan, kebudayaan, dan
keilmuan. Dengan demikian maka akan terwujudlah kebangkitan sebuah masyarakat islam
(syiah) untuk periode selanjutnya setelah kemundurannya dalam dinasti yang lain, inilah
maksud dari penanaman paham syiah yang begitu kental.
Dalam sejarah peradaban Islam sendiri Kerajaan Safawi mungkin dianggap sebagai
tonggak kebangkitan Islam kedua. Berbeda dengan persepsi kaum syi’i. mereka beranggapan
bahwa kerajaan Safawi merupakan kebangkitan kedua bagi kaum Syiah di atas pentas sejarah
politik Islam setelah kejayaannya semasa Dinasti Buwayhi (909-1171). Maka tampaklah sudah
bahwa penekanan pendidikan untuk menanamkan paham syiah adalah untuk menumbuhkan
kejayaan syiah kedua kalinya.
Ada beberapa ilmuwan yang muncul pada masa kerajaan Safawi, antara lain Sadar Al-Din Al-
Syaerazi seorang filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad seorang filosof, ahli
sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan obervasi mengenai kehidupan lebah-lebah.
Selain itu dalam bidang hukum fiqih yang terkenal pada masa itu Baharudi al-Amili. Dikarenakan begitu
besar kecintannya terhadap ilmu pengetahuan, Abbas I tidak segan mengadakan penyelidikan
sendiri tentang ilmu-ilmu, pengumpulan informasi, bahkan mengundang para intelektualis muslim
dari berbagai daerah.Karya intelektual yang dihasilkan pada masa ini dan terkenal diantaranya adalah
duabelas tulisan Sadr.Tulisan itu berisikan komentar dan saran terhadap Al-Quran yang disertai
dengan kehidupan tradisi, ceritacerita polemikdalam bidang teologi, metafisika dan catatan
perjalanannya. Selain itu juga hasil dari penyusunan konsep tentang filsafat ajaran Syiah yang
dilakukan oleh Mir Damad dan muridnya Mulla sadra. Cara penyusunan konsep ini adalah dengan
menyatukan antara keterangan yang terdapat pada kitab suci, teologi dan refleksi untuk merumuskan
sebuah versi Syi’i tentang sufisme.
2.Di dalam sejarah islam tercatat bahwa bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang
berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuansehingga pada masa kerajaan
Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.Hal ini dapat dilihat melalui upaya Mulla Sadra
yang yang berhasil mensintesiskan sufisme gnostik dengan filsafat yang dapat menjabarkan
ajaran Syi’ah Itsna Asy’ariyah dengan tujuan untuk membangun basis filsafat terhadap
kesadaran keagamaan secara individual dan menciptakanloyalitas umat syiah terhadap imamnya.
Hal di atas dapat di rekonstruksi ke dalam khazanah pendidikan islam di Indonesia. Dalam
mengkaji ilmu-ilmu agama dan menelaah pemikiran-pemikiran tokoh, pendalaman filsafat sangat
diperlukan sebagai upaya untuk membangun paradigma berfikir kritis sehingga umat islam
tidak terjebak pada mainstreamkejumudan berfikir yang akan menghalangi seseorang untuk
berijtihad yang berimplikasi pada kejumudan ilmu
pengetahuan.Sehingga tidak ada lagi yang berangapan bahwa filsafat adalah ilmu kafir.
3.Di dalam kemajuan peradaban dinasti syafawi terdapat ilmuan yang bernama Muhamad
Baqir Ibnu Muhammad Damad yang merupakan seorang filsuf, ahli sejarah, teolog yang
pernah mengadakan observasi atas kehidupan lebah. Hal ini dapat mengisnpirasi para cerdik
cendikia muslim di Indonesia untuk menggali dan mengembangkan potensi diri secara
maksimal sehingga seseorang tidak hanya mumpuni pada satu ilmu saja melain
kan memiliki keahlian dalam beberapa bidang ilmu. Selain itu hal ini juga menstimuli
ilmuwan, pendidik muslim di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Awalnya kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabila,
sebuah kota di Azerbaijan, Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, yang diambil dari nama
pendirinya Safi Al-din (1252-1334 M), dan nama itu terus dipertahankankan sampai tarekat ini
menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan
Kerajaan.Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban
tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Hal ini terjadi ketika kepemimpinan Abbas I. Pada masa ini merupakan kebangkitan kejayaan
lama Persia.Pada periode ini Abbas I berhasil membuat stabilitas negara dan mampu
mengembangkan iklim yang kondusif untuk mengembangkan perekonomian dan ilmu
pengetahuan.Keadaan pendidikan di zaman ini memiliki atmosfer akademik yang sangat
kental, ini semua dibuktikan dengan adanya toleransi dan kebebasan berpendapat Pendidikan
dalam dinasti Safawisecara umum dapat digolongkan dalam tiga bentuk
jenis pendidikan yang dominan, yaitu pendidikan (pemikiran), estetika (seni), dan
sains. Ketiga jenis pendidikan ini nantinya menjadi bekal bagi kemajuan pendidikan
dan kemajuan pemerintahan yang ada, sehingga dapat mewujudkan suatu kerajaan
dengan arahan paham syiah yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, M.A., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009.
Holt P.M, dkk (ed.), The Cambridge History of Islam, vol.IA, London : Cambridge University
Press, 1970.
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Bagaskara, 2011.
Maryam, Siti, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,Yogyakarta:
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Bebagai Aspek, Jakarta: UI-Press, 1985
Bulan Bintang, 1992.Nata ,Abudin, Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011.