Anda di halaman 1dari 4

Peraban Islam pada masa Dinasti Safawi

Pada awal abad ke-16, Iran bersatu di bawah Dinasti Safawi, yang merupakan dinasti
terbesar di era Islam. Kaum Safawi adalah keturunan sufi yang berasal dari Ardabil,
Iran bagian barat laut. Mereka didukung oleh suku Turkmenistan yang dikenal
sebagai Qizilbash, yang terkenal karena topi merah mereka. Pada tahun 1501, Isma'il
Safavi dan pasukan Qizilbash merebut kendali Azerbaijan dari kekuasaan Aq
Quyunlu. Pada tahun yang sama, Isma'il dinobatkan sebagai Syah Safawi pertama di
Tabriz. Setelah itu, Islam Syiah menjadi agama resmi negara Safawi, dan dalam
waktu sepuluh tahun, seluruh Iran berada di bawah kekuasaan mereka.

Kepemimpinan gerakan Safawi di tangan Isma’il, yang saat itu masih berusia 7 tahun.
Selama 5 tahun Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan,mempersiapkan
kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan,Syiria
dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah.) Di
bawah pimpinan Ismail pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan
mengalahkan AK Koyunlu di Sharur,dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha
memasuki, dan menaklukan Tabriz(ibu kota AK Koyunlu) yang akhirnya berhasil
merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan sebagai raja
pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I. Ismail I berkuasa selama lebih
kurang 23 tahun yaitu antara tahun 1501 sampai 1524 M. Pada sepuluh tahun pertama
ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-sisa
kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di
Nazandaran, Gurgan dan Yazd(1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M), Baghdad dan
daerah barat Persia(1508 M), Sirwan(1509 M) dan Khurasan (1510 M). Hanya dalam
waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan
bagian timur Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent) (Syukur, 2017, p. 140).

Kemajuan-kemajuan yang telah diukir dinasti ini tidak terbatas pada bidang politik,
tetapi bidang-bidang lain turut mengalami kemajuan, di antaranya:

 Bidang politik dan militer: Bidang ini mulai memberikan kontribusi yang
sangat besar pada masa rezim Ismail I mengadakan ekspansi wilayah
kekuasaan. Kemajuan dalam bidang ini sempat mandek pada masa
pemerintahan Tahmasp I. Ismail II dan Khudabanda. Kemandekan tersebut
segera teratasi ketika Abbas I mengambil alih pemerintahan dengan berusaha
mentransformasikan seluruh sistem politik melalui konsolidasi kekuatan
militer.
 Bidang ekonomi: Stabilitas politik Dinasti Safawi pada masa Abbas I ternyata
telah memacu perkembangan perekonomian Safawi. Ditambah lagi pelabuhan
Guman, diubah menjadi setelah kepulauan Humskandar, Perkembangan
Dakwah Islam a Bandar Abbas. Oleh karena itu. Safawiyah menguasai jalur
perdagangan antara Barat dan Timur. Selain sector perdagangan, Dinasti
Safawi juga mengalami kemajuan dalam bidang pertanian, terutama hasil
pertanian dari Sabit yang sangat subur.
 Bidang Pendidikan: Kemajuan ekonomi dalam negeri Safawi mengantar
mencapai kemajuan dalam pendidikan dan seni. Bangsa Persia, sepanjang
sejarah Islam dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berperan
dalam mengantar kemajuan ilmu pngetahuan pada masa Abbasiyah. Tidak
mengherankan apabila pada masa Dinasti Safawi tradisi ilmu pengetahuan
terus berkembang pesat. Sejumlah ilmuan yang dilahirkan Dinasti Safawi
antara lain; Baharuddin al-Syaroezi, Sadaruddin al-Syaroezi dan Muhammad
al-Baqir ibn Muhammad Damar, masing-masing sebagai ilmuwan dalam
bidang filsafat, sejarah, teologi dan ilmu pengetahuan umum.

Dalam perjalanannya, tarekat Safawi ini perlahan-lahan berubah dari gerakan tarekat
murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di
Persia, Syria dan Anatolia (Asia kecil) dan pengikutnya pun semakin bertambah.
Fanatisme terhadap tarekat ini yang menentang sikap orang yang tidak mengikuti
faham mereka, memotivasi gerakan ini memasuki dunia politik. Kecendrungan ini
terwujud pada masa kepemimpinan Junaid (1447- 1460). Safawi mulai terlibat dalam
konflik-konflik dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia ketika itu,
misalnya komflik dengan Kara Konyunlu yang bermazhab Syi’ah.

Dinasti Safawi adalah dinasti terbesar di Iran yang berhasil membangun negara yang
kuat dan bertahan lama, mengakhiri berabad-abad pemerintahan asing dan
fragmentasi politik. Mereka menghadapi tetangga-tetangga kuat seperti Ottoman,
Mamluk, dan Timurid, dan berhasil mempertahankan kemerdekaan Iran. Safawi
memperkenalkan Islam Syi'ah sebagai agama resmi, memperluas wilayah berdasarkan
sejarah, mengubah masyarakat nomaden menjadi agraris, dan membangun kerajaan
patrimonial dengan otoritas teritorial dan legitimasi agama. Warisan mereka masih
terasa dalam budaya dan politik Iran modern.

Islam Syiah dan Sunni Era Dinasti Safawiyah

Dinasti Safawi didirikan oleh Ismail, raja pertama mereka, yang secara resmi
mendapat gelar tersebut. Ismail membuat perubahan penting dalam kebijakan Dinasti
Safawi. Pertama, ia menjadikan Syiah sebagai ideologi resmi negara. Kedua, ia
melakukan ekspansi wilayah Dinasti Safawi dan memproklamirkan Syiah Itsna
Asyariah sebagai agama resmi kerajaan, menggantikan Sunni yang sebelumnya
dominan di Persia.

Ismail secara aktif mendatangkan ulama Syiah terkenal dari Irak, Bahrain, dan
Lebanon untuk memperkuat keyakinan Syiah di Persia. Dia mengubah masjid-masjid
dari Sunni ke Syiah, mengubah cara shalat Sunni menjadi madzhab Syiah, dan
meminta ulama untuk menyebutkan nama-nama 12 imam dalam ceramah shalat
Jumat. Meskipun terjadi penganiayaan terhadap mayoritas Sunni, terutama di
wilayah-wilayah luar Persia seperti Azerbaijan dan Irak, Safawi berhasil memperkuat
dominasi agama Syiah di wilayah mereka.

Namun, sejarawan masih bertanya-tanya apakah Ismail sendiri adalah penganut Syiah
atau apakah keyakinan Syiah sudah ada dalam keluarganya sebelumnya. Banyak
dokumen dan sumber tertulis berasal dari masa pemerintahan Safawi dan musuh-
musuh mereka, yang membuat sulit memahami situasi dengan jelas. Selain itu,
sinkretisme antara Syiah dan Sunni sudah ada sejak invasi Mongol, dan orang-orang
menerapkan taqiyja (menyembunyikan keyakinan) untuk melindungi diri mereka.
Oleh karena itu, karakter sebenarnya dari keyakinan Ismail dalam konteks agama
masih menjadi misteri.

Dalam hal ini, konflik ditubuh Islam yang cukup mencenangkan yakni antara Islam
Syiah dan Sunni. Dalam pendirian Dinasti Safawi, tidak terlepas dengan pengaruh
adanya bangsa Mongol yang berkuasa di kawasan Persia. Selain itu pula Kerajaan
Safawiyah dibangun kurang lebih sekitar tahun 1503 - 1722 M. Kerajaan Safawiyah
berangkat dari sebuah gerakan yang berdiri di Ardabil. Kota Ardabil merupakan
sebuah kota yang terletak di Azerbaijan. Tarekat tersebut diberi nama Safawiyah yang
diambil dari nama pendirinya yakni Safi al-Din dan nama tarekat safawi
dipertahankan hingga menjadi gerakan politik. Dalam gerakan politik inilah, gerakan
tersebut berdirilah suatu kerajaan atau Dinasti Safawi yang memproklamirkan Ismail I
menjadi Raja, dan kebijakannya mengkonversi dalam aspek apapun yang semula
Sunni menjadi Syiah. Hingga bahwa Rajai Ismail I dan pasukan sukunya merebut
Tabriz (kota yang terletak di Iran bagian barat laut) pada tahun 1501. Dalam waktu
kurang dari satu dekade menunjukkan bahwa pasukan Safawi telah merebut tanah
para penguasa di wilayah tersebut dan menciptakan satu entitas politik yang
mendominasi di Iran. Dan tidak terlepas dari kedatangan bangsa Mongol dan
penghancuran pusat-pusat utama kekuasaan politik Sunni di Asia Barat
memungkinkan Syi'ah berkembang di Persia.

DAFTAR PUSTAKA

Yalman, Suzan. Berdasarkan karya asli oleh Linda Komaroff. “Seni Safawi sebelum
tahun 1600.” Dalam Garis Waktu Sejarah Seni Heilbrunn . New York:
Museum Seni Metropolitan,
2000–. http://www.metmuseum.org/toah/hd/safa/hd_safa.htm (Oktober 2002).

Ismi Lathifah. (2021). Peradaban dan Pemikiran Islam Pada Masa Dinasti Safawi di
Persia. Islamic Education. Volume 1(2), page. 54-61.

Iskandar. Perkembangan Dakwah Islam di Iran. Sekolah Tinggi Agama Islan Negeri
(STAIN) Parepare.

Ridwan, Cahyono. 2022. Islam dalam Pusaran Politik: Syiah dan Sunni Era Dinasti
Safawi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai