Anda di halaman 1dari 13

DINASTI SHAFAWIYAH

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

HAFSAH

NIM : 80100219106

DOSEN PENGAMPUH

PROF. DR. H. ABD RAHIM YUNUS, M. A

DR. Hj. SYAMZAN SYUKUR, M. Ag

SEJARAH PERADABAN ISLAM

PPs UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesempurnaan ajaran Islam telah berhasil membuat perubahan besar badi

peradaban manusia. Sejarah mencatat, sejak ajaran Islam yang dibawa nabi

Muhammad tersebut disampaikan kepada umat manusia, mampu membuat kemajuan

di semua bidang kehidupan, bukan di bidang duniawi semata, tetapi juga dibilang

social budaya, mental dan spiristual.

Setelah khilafah Abbassiyah runtuh pada tahun 1258 M akibat serangan

tentara Mongol, kekuasaan politik Islam mengalami kemunduran seacara drastic.

Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil, seperti Daulah

Fatimiyah di Afrika Utara, Daulah Umayyah di Andalusia, Daulah Sumayyah di

Bukhara, Daulah Idrisiyah di Magribi (Maroka), Daulah Syafariyah di Afganista dan

India, serta daulah-daulah kecil lainnya yang satu sama lain bahkan saling

memerangi. Kekuatan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami

kemajuan setelah munculya kerajaan besar yaitu Utsmaniyah di Turki, Mughal di


India, dan Shafawiyah di Persia.1

Kerajaan Shafawi didirikan pada tahun 1501 M dan berhasil memajukan kembali

dunia Islam setelah serangan Mongol ke Baghdad, walaupun kemajuan tersebut tidak

sebanding dengan berbagai perkembangan peradaban yang pernah dicapai umat Islam

pada masa Dinasti Umawiyah di Spanyol dan Abbasiyah di Baghdad, khusunya di

bidang ilmu pengetahuan. Namun, dalam perkembangan pemikiran keagamaan,

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal. 129.
kerajaan Shafawiyah telah memberikan konstribusi besar dalam perkembangan ilmu

agama Islam dalam sejarah bahkan hingga sekarang. 2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalahnya

adalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya dinasti Shafawiyah?

2. Bagaimana masa kemajuan dinasti Shafawiyah?

3. Bagaimana keruntuhan dinasti Shafawiyah?

2
Munawiyah, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry,
2009), hal. 179-180
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Shafawiyah

Pada mulanya kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di

Ardabil, sebuah jota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Shafawiyah yang

diambil dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334), dan nama itu yang terus

dipertahankan sampai terekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, terus

dipertahankan hingga gerakan ini berhasil mendirikan Dinasti.3

Safi al-Din adalah seorang sufi yang beraliran syia’ah, gurunya bernama

Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahid sekaligus sebagai mertuanya, setelah gurunya wafat,

Safi al-Din diangkat sebagai penggantinya memimpin tarekat zahadiyah yang

didirikan gurunya. Di bawah kepemimpinannya tarekat ini beralih menjadi tarekat

shafawiyah. Dalam terekat ini, apabila terjadi pergantian pemimpin maka dilakukan

dengan penunjukan langsung, yaitu apabila seorang ayah wafat, pemimpin tarekat

selanjutnya diambil alih oleh putranya.4

Dalam perjalananya, terekat ini perlahan-lahan berubah dari gerakan tarekat


murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di

Persia, Syiria dan Anatolia (asia kecil) dan pengikutnya pun semakin bertambah.

Fanatisme terhadap tarekat ini yang menetang sikap orang yang tidk mengikuti

paham mereka, memotivasi terekat ini untuk masuk ke dalam gerakan politik. Hal ini

terwujud pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460). Shafawi mulai terlibat dalam

konflik-konflik dengan kekuatan politik yang ada di Persia. Ketika itu, terjadi konflik

3
Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam dirasah islamiyah ii, (jakarta,PT Raja Grafindo
persada.2006) hal 138
4
Harjoni Desky, Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul, kemajuan dan
kemunduran. (Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016) hal 123
dengan Kara Koyunlu, karena kegiatan politiknya ia mendapat tekanan dari Kara

Konyunlu dan berhasil diusir, sehingga ia diansingkan di Diyar Bakr. Di daerah

tersebut dia meminta suaka politik ke AK Koyunlu dan tinggal di istana Uzun Hasan,

seorang amir di daerah tersebut. Selama di istana tersebut Junaid tidak tingga diam, ia

mengumpulkan dan memperbanyak pengikutnya.5

Ketika Junaid wafat ia digantikan oleh putranya Haedar. Ketika itu Haedar

masih berusia 10 tahun, dia dididik oleh Uzun Hasan sampai ia dewasa dan sanggupu

memegang tampuk kekuasaan. Untuk mempererat hubungan dengan Uzun Hasan, ia

juga menikahi putrinya. Dari hasil pernikahannya lahir tiga orang putra yaitu Ali,

Ismail dan Ibrahim. Pada masa kekuasaannya ia membuat symbol baru utnuk

pengikutnya yaitu serban merah dengan 12 jambul dan pasukannya dikenal dengan

nama Qizilbasy (pasukan baret merah). Pada masa pemerintahan Haidar, ia

melanjutkan persekutuan ayahnya dengan AK Koyunlu demi melawan Kara

Konyunlu. Tapi setelah berhasil mengalahkan Kara Konyunlu, persekutuanya

berantakan dengan AK Konyunlu. AK koyunlu menganggapnya sebagai rival politik

sehingga diperangi dan Haedar pun terbunuh. Selepas kematiannya


kepemimpinannya digantikan oleh putranya Ali, tapi Alin tidak membawa

perubawahan yang lebih baik untuk gerakan Safawi.6

Kekuatan gerakan Shafawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin

Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. Pada saat tentara AK

Konyunlu menyerang Shafawi, Ismail berhasil meloloskan dirinya dan lari ke Ghilan.

5
Harjoni Desky, Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul, kemajuan dan
kemunduran. (Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016) hal 124
6
Harjoni Desky, Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul, kemajuan dan
kemunduran. (Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016) hal 125
Di tempat ini ia menghimpun kekuatan dan memelihara hubungan baik dengan

pengikutnya di Azerbijan, Syiria dan Anatolia. Selama 5 tahun, ia bersiap siaga

bersama pasukan Qizilbasynya yang bermarkas di Ghilan. Pada tahun 1501, ia

berhasil mengalahkan AK Konyunlu dan menguasai Tybriz. Di kota Tybrizlah ia

memproklamirkan dirinya sebagai Syah Ismail I, penguasa pertama dinasti Shafawi.7

Ismail berkuasa selama kurang lebih 23 tahun, pada 10 tahun pertama ia

berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapa membersihkan sisa-sia kekuatan

AK Koyunlu di Hamadan, mengusai provini Kaspia di Nazandaran, Gurgan, dan

Yazd, Diyar Bakr, Baghdad dan daerah Barat Daya Persia, Sirwan dan Khurasan.

Hanya dalam 10 tahun wilayah kekuasaannya telah meliputi seluruh Persia dan

bagian timur Bulan Sabir Subur.8

B. Kemajuan Dinasti Shafawiyah

Sama halnya dengan kerajaan-kerjan lainnya, dalam serjarah perjalanannya

Shafawi telah mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang antara laian,

politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta militer.

1. Bidang Politik

Dinasti Shafawi yang baru tumbuh, prioritas perhatian Ismail selaku

proklamator berdirinya dinasti tersebut, dalam bidang politik dan pemerintahan tidak

dapat diabaikan. Paling tidak untuk menetralisir dan mengamankan kekuasaan dan

politik di tangannya. Syah Ismail telah melakukan maksimal untuk mencapai

keamanan dalam negeri, karena begitulah keinginan untuk mewujudkan imperium


7
Harjoni Desky, Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul, kemajuan dan
kemunduran. (Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016) hal 124
8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Press,
2010), hal. 141
besar. Selama dinasti Shafawiyag berkuasa di Persia, tercatat 11 orang sultan yang

menempati kerajaan diawali dengan Syah Ismail I (1500-1524 M) dan diakhiri

dengan Syah Abbas III (1732-1736 M). Tapi hanya masa Syah Ismail I, Tahmasp I,

dan Abbas I kerajaan Shafawi mencapai kemajuan besar, termask sistem politiknya.9

Kemajuan di bidang politik ditandai dengan perluasan wilayah, ditambah pula

dengan dukungan militer yang militant yang merupakan factor penyebab dominannya

dalam perluasan wilayah dan stabilnya politik di Persia sehingga kokohnya

kekuasaan Shafawiyah. Adapun factor yang mendukung stabilnya politik dinasti

Shafawiyah sebagai berikut.

a. Besarnya kemauan para penguasan untuk mewujudkan imperium besar

dibawa aliran syi;ah

b. Menempuh suatu pendekatan propaganda mistik serta teologi syi;ah

untuk mewujudkan pemerintahan teokrasi.

c. Lemahnya control militer di derah-daerah yang berada di bawah

kekuasaan Turki Utsmani dan dinasti Mughal.10

2. Bilang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Dalam bidang ilu pengetahuan juga mengalami kemajuan. Tradisi keilmuan

bangsa Persia terus berlanjut hingga kerajaan Shafawi. Ada beberapa ilmuan yang

hadir di istana , seperti Baha al-Din al-Syirazi (generasi ilmu pengetahuan) Sadr al-

Din al-Syirazi (filosof), Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (sejarahwan,

teolog dan ilmuan). Dalam bidang pengkajian keislaman kaum syi’ah gemar

9
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1978),
hal. 85.
10
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1978),
hal. 86
melakukan ijtihad dan bagi mereka pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Dalam bidang

kebudayaan, kota Isfahan sebagai ibu kota dinasti Shafawi meupakan kota yang

sangat indah. Di kota ini terdiri bangunan-bangunanyang megah seperti mesjid,

sekolah-sekolah, rumah sakit, jembatan raksasa dan istana chihil sutun, dari segi

arsitekturnya nampak jelas keindahannya. Kota ini diperindah oleh taman wisata yan

ditata secara apik. Dan ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48

akademi, 1802 penginapan dan 273 permandian umum. Unsure seni lain terdapat pula

dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet permadani, pakaian tenunan,

tembikar dan lain-lain.11

3. Bidang Ekonomi

Keberadaan stabilitas politik dinasi Shafawi pada masa Abbas I ternyara telah

memacu perkembangan perekonomian. Terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasi

dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar

ini, maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang diperebutka oleh

Belanda, Inggris dan Prancis sepenuhnta menjadi milik dinasti Shafawi. Disamping

bidang perdagangan, dinasti Shafawi juga mengalami kemajuan di sector pertanian di


wilayah sabi subur.12

4. Bidang Militer
11
Harjoni Desky, Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul, kemajuan
dan kemunduran. (Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016) hal 129
12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Press,
2010), hal. 144
Demikian pula bidang militer ini sangat mewarnai sejarah perkembangan

dinasti shafawi. Mulai dari Safi al-Din hingga Abbas III. Pada masa Ismail I tentara-

tentara tersebut terbentuk dalam satu pasukan Qizilbasy yang bermarkas di Ghilan.

Pada masa Abbas I, dua orang Inggris Sir Antony dan saudaranya Sir Robert

Shearley, dating di kerajaan Shafawi untuk kerja sama dalam bidang ini. Keduanya

mengajarkan tentang ilmu perang supaya dapat melawan musuh kerajaan terutama

cara membuat meriam. Walaupun Inggris hanya memperalat Shafawi nuk melawan

Turki yang merupakan musuh nomor satunya saat itu. Dengan bekal ini, Abbas I

menyusun tentara sebagai pengawal pribadinya yang terdiri dari orang-orang Turki

yang tidak menyukai Utsmani, tentara ini dipesiapkan untuk menandingi tentara

inkisyariah milik Utsmani.13

C. Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Shafawi

Salah satu penyebab kehancuran Kerajaan Safawiyah adalah retak dan

patahnya pilar-pilar agung penopang kemajuan yang dimiliki Kerajaan Safawiyah

pada masa jayanya. Pilar-pilar agung tersebut retak satu demi satu dan akhirnya patah

sama sekali. Sehingga, kemunduran yang telah merayapi batang tubuh kerajaan itu
bertambah parah hingga mwmbawanya menjadi hancur berantakan.14

Prof. Dr. H. Abd Rahim Yunus dan Dr. Abu Haif, M.hum mempertegas hal

tersebut sebagaimana yang dikutip oleh Faisal Renaldi dkk. Bahwa bentuk-bentuk

institusi kenegaraan, kesukuan dan isntitusi kegamaan tersebut yang telah diciptaka

oleh Abbas I telah mengalami perubahan secara mencolok pada akhir abad ke-17 dan
13
Harjoni Desky, Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul, kemajuan
dan kemunduran. (Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016) hal 130s
14
Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan. (Bandung: Pustaka
Setia. 2013). hal 197
awal abad ke-18. Jika kecenderungan pada abad ke-16 memperkuat kekuasaan

Negara dan pembentukan keagamaan di kalangan syi’ah, maka pada periode

berikutnya mengantarkan pada sebuah kemunduran yang tajam bagi dinasti Shafawi,

kehancurannya yang parah terjadi pada pasukan kesukuan, dan penglepasan Islam

syi’ah dari kekuasaan terhadap Negara.15

Sebab lain kemunduran dan kehancuran dinasti Shafawi ialah konflik

berkepanjangan dengan Turki Utsmani. Bagi Turki Utsmani, berdirinya dinasti

Shafawi yang beraliran syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah

kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun

pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun,

tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat
dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.

Selain itu, dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan

Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, di

samping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-

haremnya selama tujuh tahun tanpa sekali pun menyempatkan diri menangani
pemerintahan. Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghulam (budak-

budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi

seperti Qizilbasy. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disipakan secara

terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohai seperti yang dialami oleh

Qizilbasy. Sementara itu, anggota Qizilbasy yang baru ternyata tidak memiliki

15
Faisal Renaldi dkk, Kemunduran dan Kehancuran Kejaraan Safawi, (Bandung, Makalah;
Fakultas Humaniora, 2016) hal. 8
militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbasy sebelumnya. Selain itu,
sering terjadi konflik internal perebutan tahta dalam keluarga istana.16

Kehadiran Kerajaan Safawi ke panggung sejarah dalam periode 1501-1736

M/907-1149 H memiliki arti sangat besar bagi umat Islam dan bangsa Persia sendiri.

Bagi umat Islam, kemajuan yang telah ditampilkan Safawi pada masa jayanya dapat

dimaknai sebagai kebangkitan kembali Islam di bidang politik, ekonomi, dan budaya,

setelah mengalami kemunduran beberapa abad lamanya. Adapun bagi bangsa Persia

sendiri, kehadiran Safawi telah memberikan semacam ‘negara nasional” kepada

bangsa Iran dengan identitas barunya, yaitu aliran Syi’ah, yang sampai sekarang

masih menjadi elemen nasionalisme mereka yang ampuh.17

PENUTUP

16
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Press,
2010), hal. 156-159

17
Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan. (Bandung: Pustaka
Setia. 2013). hal 202
A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersbut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Shafawi awalnya adalah gerakan tarekat murni bersifat lokal menjadi

sebuah gerakan politk yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria, dan

Anatolia. Perjuangan dalam dunia politik terus berlanjut ke beberapa

pemimpinnya hingga pada masa Islmail bin Haidar yaitu pada tahun 1501

M memperoleh kemenangan dalam melawan AK Koyunlu, lalu

memproklamirkan dinasti Shafawi di Persia

2. Dinasti Shafawi merupakan dinasti besar pada abad pertengahan selain

Mughal di India, Utsmani di Turki, adapun kemajuan dan perkembangan

dinasti Shafawi ditandai dengan kemajuan di bidang politik, ekonomi,

pengetahuan dan kebudayaan, serta di bidang militer.

3. Factor penyebab kemunduran kerajaan Shafawi adalah adanya konflik

berkepanjangan dangn Turki Utsmani, terjadi dekadensi moral para

pimimpin dinasti, menurunya kwalitas pasukan kerajaan dan ada konflik

internal perebutan tahta.

Daftar Pustaka
Desky,Harjoni Kerajaan Shafawi di Persia India di Mughal; Asal-usul,

kemajuan dan kemunduran. Sorong; TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM. 2016

Kusdiana Ading, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.

Bandung: Pustaka Setia. 2013

Nasution Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I Jakarta: UI

Press, 1975.

Renaldi, Faisal dkk, Kemunduran dan Kehancuran Kejaraan Safawi,

Bandung, Makalah; Fakultas Humaniora, 2016

Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II Jakarta:

Rajawali Press,

Anda mungkin juga menyukai