Anda di halaman 1dari 15

JAWABAN SOAL

1. Pada awalnya, di Persia terdapat sebuah gerakan tarekat yang bertujuan untuk
memerangi orang-orang ingkar dan ahli bid’ah. Tarekat ini berdiri pada tahun 1301 di
Ardabil, dan diberi nama Tarekat Shafawi. Nama Shafawi diambil dari tokoh
pendirinya, yaitu Syekh Ishak Safiuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Shafi
al-Din, seorang Sufi Sunni yang menjadi guru agama yang lahir dari sebuah keluarga
Kurdi di Iran Utara. Setelah kematian Safi Al-Din tarekat safawiyah di teruskan oleh
putranya Sadr Al-Din. Penerus Syekh Sadr al-din adalah puteranya, Khawajah Ali
(1391-1427). Pengikut tarekat Shafawi perlahan-lahan semakin banyak, sehingga
berkembang menjadi gerakan keagamaan besar, yang tidak hanya berkembang di
Persia, namun juga Syiria dan Anatolia. Berikutnya, Dinasti ini dipimpin oleh Syekh
Ibrahim, putera Khawajah Ali. Kepemimpinannya dianggap sebagai masa terakhir
gerakan Syafawiyah yang bercorak keagamaan dan keruhanian murni. Karena baru
pada periode Syekh Junayd (1447-1460) gerakan Syafawiyah ini mencapai
konkretnya, dan berubah menjadi gerakan politik yang berorientasi pada kekuasaan
karena menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Ambisi politik
tersebut membawanya dalam sebuah konflik dengan penguasa Qara Qoyunlu. Dalam
usahanya melawan Qara Qoyunlu, tarekat Shafawi mendapat bantuan dari penguada
Aq-Qoyunlu. Setelah merasa kuat dan mendapat dukungan, Junayd ingin merebut
kembali Ardabil dari tangan Qara Qoyunlu. Akan tetapi, dalam pertempuran melawan
Shirwanshah di lembah Karahsu pada tahun 1460 M Junayd tewas. (Rita Melutami,
2015).
Sepeninggal Junayd, anaknya, Haydar menggantikannya. Haydar mampu menyusun
kembali pengikut tarekatnya dan menggunakan sorban merah sebagai identitas
mereka. Orang Turki menjuluki mereka Qizil-Bash (si kepala merah). Menyadari
kehebatan pasukan Qizilsbash, Aq-Qoyunlu berbalik melawan pasukan Shafawi
karena khawatir posisinya akan di lenyapkan seperti Qara Qoyunlu. Pemimpin tarekat
Shafawi, Haydar terbunuh dalam pertempuran dengan Aq-Qoyunlu. Ismail, putera
Haidar, menuntut balas atas kematian ayahnya. Ismail bersembunyi dengan
pasukannya selama bertahun-tahun untuk mempersiapkan kekuatan. Barulah pada
tahun 1501, pasukan Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang dan
mengalahkan Aq-Qoyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash
terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota Aq-Qoyunlu dan
akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan
dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. la disebut juga Ismail I. Ia menggunakan
gelar "Syah" dan menjadi raja Syafawi yang pertama. Isma'il adalah orang yang
sangat berani dan berbakat. Ambisi politiknya mendorong untuk menguasai negara
lain sampai Turki Usmani. Namun dalam peperangan ia dikalahkan pasukan militer
Turki yang lebih unggul dalam kemiliteran. Karena keunggulan militer kerajaan
Usmani, dalam peperangan ini Isma'il mengalami kekalahan, malah Turki Usmani
dibawah. pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi
terselamatkan oleh pulangnya sultan Salim ke Turki karena terjadi perpecahan
dikalangan militer Turki di negerinya. Kekalahan akibat perang dengan Turki Usmani
ini membuat Isma'il frustasi. la lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-
hura dan berburu. Keadan itu berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan pada
akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan
Safawi antara suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash. (Sufyan
Syafi’i : 2020)
Sepeninggal Ismail I, kekuasaan Dinasti Safawiyah dilanjutkan oleh Tahmasp I
(1524-1576 M), lalu setelah itu dilanjutkan oleh Ismail II (1576-1577 M) dan
Muhammad Khubanda (1577-1587 M). Namun, pada pemerintahan ketiga sultan
tersebut Dinasti Safawiyah mengalami kemunduran. Kemunduran tersebut terus
berlangsung sampai pada akhirnya Abbas I naik tahta. Pada masa Abbas I, Dinasti
Safawiyah perlahan-lahan mengalami kemajuan. Langkah-langkah yang ditempuh
Abbas I dalam memajukan dinasti Safawiyah diantaranya adalah : (Machfud
Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 216.)
1) Berusaha menghilangkan dominasi Qizilbash atas Dinasti Safawiyah dengan cara
membentuk pasukan-pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang
berasal dari tawanan-tawanan bangsa Georgia, Armania, dan Sircassia yang ada
sejak pemerintahan Tahmasp I.
2) Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani. Di samping itu, Abbas I
berjanji untuk tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam yaitu Abu
Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan dalam khutbah-khutbah Jum’at.
Sebagai jaminan atas syarat-syarat tersebut, Abbas I menyerahkan saudara
sepupunya yaitu Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.
Setelah Dinasti Safawiyah menjadi kuat kembali, Abbas I mulai melakukan ekspansi
dan merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang telah hilang. Abbas I juga
melakukan penyerangan kepada Turki Utsmani. Pada saat itu Turki Utsmani dibawah
kepemimpinan Sultan Muhammad II, Abbas I menyerang Turki Utsmani dan berhasil
menaklukan wilayah Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Seterlah itu Abbas I juga berhasil
menguasai kota Nakhchivan Erivan, Ganja dan Tiflish pada tahun 1605-1606 M. Pada
tahun 1622 M, Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan
Gumrun menjadi pelabuhan Abbas. Pada pemerintahan Abbas I merupakan puncak
kejayaan Dinasti Safawiyah. Secara politik Abbas I dapat mengatasi berbagai kemelut
di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali
wilayah-wilayah yang dulu pernah direbut dinasti lain pada pemerintahan sultan-
sultan sebelumnya. Kemajuan lain yang dicapai Dinasti Safawiyah diberbagai bidang
yautu bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang pembangunan fisik tata kota dan
seni. (Rifa’i Sodiq Fathoni : 2016 ).

2. Masuknya Muslim ke anak benua India terjadi dalam tiga gelombang yang terpisah.
Orang-orang Arab masuk pada abad ke-8, orang-orang Turki pada abad ke-12, dan
orang-orang Afghanistan pada abad ke-16. Jauh sebelum Kerajaan Mughal berdiri,
sebenarnya sejak abad ke-1 Hijriyah, Islam telah masuk India ketika Umar bin
Khattab memerintahkan ekspedisi. Pada 643 M, setelah Umar wafat, orang-orang
Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah,
Islam melanjutkan ekspedisi (futuhat) ke sana di bawah Panglima Muhammad bin
Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan mulai 871 M orang-orang Arab telah
menjadi penghuni tetap di sana. Mahmud Gaznawi pada 1020 berhasil menaklukkan
raja-raja Hindu di wilayah India dan mengislamkannya. Setelah Dinasti Gaznawi
runtuh, muncullah dinasti kecil, seperti Mamluk, Khalji, Tugluq, dan yang terakhir
Dinasty Lody yang didirikan oleh Bahlul Khan Lody. Ketika terjadi kekacauan di
negerinya, ia mengundang Muhammad Babur dari Kabul yang kemudian berhasil
mendirikan Kerajaan Mughal. (Agung Sasongko, 2018)
Terbentuknya Kerajaan Mughal di India ini melalui proses panjang sehingga menjadi
kerajaan yang sangat kuat. Sebelum berdirinya Kerajaan Mughal, di India sudah
berdiri beberapa kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut silih berganti melancarkan
usaha yang berkelanjutan untuk memusatkan kekuasaan negara, tetapi tidak satu pun
dari mereka mencapai kekuasaan politik yang absolut, masing-masing menghadapi
problem pembentukan negara Islam di dalam sebuah daerah yang sangat menonjol
kultur Budha dan Hindunya. Kerajaan Mughal berasal dari tentara nomadik
(penjelajah) dari Afghanistan sehingga pemerintahan dijalankan oleh elit militer dan
politisi. Mereka terdiri dari para pembesar Iran, Afghanistan, Turki dan India.
Kerajaan ini berpusat di India dengan ibukota pemerintahan di Delhi dan merupakan
kelanjutan dari Kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang
untuk membentuk sebuah kerajaan India yang memusat, puncak dari usaha untuk
membentuk sebuah kultur Islam yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan
bangsa Persia dan bangsa India, dan puncak dari pergumulan antara identitas Persi-
Indian dan identitas Islam bagi negara dan masyarakat (Ira M Lapidus, 1999:964). Di
bawah Kerajaan Mughal inilah pemerintahan muslim di India akhirnya diperkokoh.
Walaupun ada penaklukan baru di daerah Selatan, pusat kekuasaan Mughal tetap di
Utara, karena mereka datang dari Asia Tengah ialah daerah seedaran pengaruh
kebudayaan Turki-Iran. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum
menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.
Sejak berdirinya kerajaan Mughal, Islam mulai membangun peradaban yang agung
dan mengesankan.Peradaban ini tercermin dari perkembangan dalam berbagai bidang
seperti bidang sastra, seni lukis, seni musik, seni bangunan (arsitektur), dan ilmu
pengetahuan. Dalam bidang lain yang tak kalah maju yakni dari segi ekonomi, dan
politik serta militernya. Kesusastraan berkembang di Mughal, hal ini terbukti dengan
adanya penyair-penyair yang dipekerjakan oleh istana. Salah seorang sastrawan sufi
yang terkenal adalah Muhammad Jayazi dengan karyanya yang terkenal yakni
Padmavat. Karya tersebut merupakan sebuah karya alegoris yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia. Seni lukis juga menjadi salah satu bidang kesenian yang
berkembang pada masa Mughal, hal ini terbukti ketika Raja Babur berkuasa.
Sementara pada masa Akbar dibentuklah sebuah lembaga bagi para pelukis yang
salah satu agendanya mengundang pelukis seluruh dunia tanpa membedakan agama
dan ras untuk bersama-sama menciptakan berbagai lukisan. Selain itu banyak juga
pelukis terkenal pada masa Jahangir, yakni Farukh Beg, Muhammad Nadir Khan, Aqa
Reza, dan yang lainnya.Namun sayang pada masa Aurangzeb, para pelukis istana
diusir karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
Seni musik merupakan salah satu kesenian yang menarik perhatian para raja
Mughal.Pada masa Humayun terdapat seorang penyanyi yang terkenal yakni Baccu.
Sementara pada masa Akbar tercatat ada 36 penyanyi istana yang berasal dari
berbagai daerah seperti Iran, Kashmir, dan Asia Tengah.Raja-raja lain seperti Jahangir
dan Syah Jehan juga memiliki kesamaan yakni menyukai seni musik sehingga istana
selalu dihiasi dengan suara-suara merdu dari penyanyi istana. Namun Raja Aurangzeb
sangat bertolak belakang,Iabahkan mengusir para penyanyi istana karena dianggap
bertentangan dengan ajaran Islam.
Tingginya peradaban Islam di India masih terlihat jelas terutama dari seni bangunan
yang sampai saat ini pun masih berdiri kokoh. Ketika Babur berkuasa,ia lebih banyak
membangun gedung yang memiliki corak bangunan Iran. Hal ini dikarenakanIatidak
menyukai corak bangunanIndia. Bangunan yang dibangun pada masanya yakni
sebuah masjid di Kabul Bagh, di Panipat, dan masjid Agung di kota Sanbhal.
Arsitektur yang indah juga dapat dilihat dari Istana Agra dan Fatehpur Sikri. Kedua
bangunan ini dibangun pada masa Akbar dengan menggunakan corak Hindu-
Islam.Selain bangunan masjid dan istana, terdapat juga bangunan yang berupa
benteng seperti Benteng Agra, Lahore, Attak, dan Skandarah.Ada juga bangunan
makam yang terkenal yakni makam Jahangir dan ayah mertuanya di
Syahidarah.Makam tersebut dihiasi dengan ukiran ayat-ayat Alquran.
Hal lain yang menarik ialah bahwa Raja Syeh Jehan mendapat gelar bapak
pembangunan karena banyaknya bangunan yang dibangun pada masanya, seperti Taj
Mahal, Masjid Agung Delhi, dan bangunan lainnya. Dinasti Mughal juga banyak
memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan.Sejak berdirinya, banyak
ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu.Hal ini karena adanya dukungan
dari penguasa dan bangsawan serta ulama.Pada masa Aurangzeb misalnya,
memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di
Lucknow.
Masjid dijadikan lembaga pendidikan dasar.Pada masa Syeh Jehan didirikan sebuah
perguruan tinggi di Delhi. Tokoh yang muncul dari bidang keilmuan sejarah yakni
Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari. Dalam karyanya
tersebut, Abu Fadl memaparkan sejarah Dinasti Mughal berdasarkan figur
pemimpinnya.
Para penguasa Mughal juga memberi perhatian dalam pembuatan karya-karya yang
berkaitan dengan keagamaan. Misalnya pada masa Akbar ada sejumlah buku yang
sangat popular yakni Tuzk-i Baburi, Tarikh-i Alfi, Akbar Nameh, Ain-i Akbari, dan
beberapa karya lainnya. Pada masa Alamgir, terdapat buku keagamaan yang sangat
popular yakni Fatawa-i Alamgiri.Karya ini berisi fatwa, perintah, atau seruan
Alamgir.Selain itu Alamgir juga menulis sebuah karyanya sendiri yang berjudul
Ruqaat-i Alamgiri, yang isinya juga berupa fatwa-fatwanya sendiri.Karya-karya
tersebut menjadi salah satu koleksi yang disimpan dalam perpustakaan yang dibangun
oleh Mughal.Misalnya saja tahun 1641, terdapat perpustakaan di Agra yang
mengoleksi sekitar 20.000 buku.
Kemajuan Dinasti Mughal juga dapat dilihat dari bidang ekonomi yakni majunya
pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau, dan
kapas.Pemerintah membangun lembaga khusus untuk mengelola pertanian. Dibentuk
pula komunitas-komunitas pertanian yang dipimpin oleh seorang mukaddam.Melalui
mukaddam inilah pemerintah dapat berhubungan dengan petani.
Sementara bidang industri yang terkenal adalah industri tenun yang sudah diekspor
hingga ke Eropa, Arab, Asia Tenggara, dan sekitarnya. Selain itu ada sekitar 70
pabrik yang didirikan demi memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya pabrik uang,
pabrik peralatan dapur, pabrik wangi-wangian, pabrik amunisi, dan lain sebagainya.
Bidang politik yang menonjol adalah sistem politik Silh-e-Kulatau toleransi
universal.Sistem ini dianggap tepat karena mayoritas masyarakat
IndiaberagamaHindu sedangkan Mughal adalah dinasti Islam.Di bidang militer,
Mughal terkenal memiliki pasukan yang kuat.Mereka terdiri dari pasukan gajah,
berkuda, dan meriam.Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik dan setiap distrik
dipimpin oleh sipah salar.Sementara sub distrik dipimpin oleh faudjar. Melalui sistem
inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya. (Rifai
Sidiq Fathoni : 2016)

3. Bersamaan dengan kemunduran dunia Islam, dunia Barat mengalami kemajuan pesat
terutama pada abad ke 16 M serta bangkit dari segala ketertinggalannya. Orang-orang
Barat bangkit menyelidiki alam semesta, menaklukan lautan dan menjelajah benua
yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Dunia Barat membuat penemuan baru
dalam segala lapangan ilmu dan seni dalam setiap kehidupan.5 Dunia Barat juga maju
dalam bidang perdagangan, sebagaimana L. Stoddard menggambarkan dalam sekejap
mata, dinding laut berubah menjadi jalan raya dan Barat yang semula terpojok segera
menjadi daerah yang dipertuankan di laut dengan demikian dipertuankan juga oleh
dunia. Perekonomian bangsa–bangsa Barat pun semakin maju karena daerah–daerah
baru terbuka baginya.6 Kemajuan Barat telah melampaui kemajuan Islam yang telah
mengalami kemunduran. Kemajuan Barat itu dipercepat oleh penemuan dan
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti penemuan mesin uap yang
kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa dan semakin memantapkan kemajuan
dunia Barat. Demikian juga dengan teknologi perkapalan dan militer yang
berkembang dengan pesat. Portugal dan Spanyol mulai menguasai sejumlah wilayah
strategis umat Islam di Afrika Utara dan pesisir Samudra Hindia. Saat itu, kekuatan
Muslimin yang paling head to head terhadap Eropa ialah Kesultanan Utsmaniyyah.
Kemunduran peradaban Islam disebabkan karena invansi Kristen di Eropa tepatnya di
Spanyol. Kekuasaan Muslim di Spanyol, yang berlangsung selama beberapa ratus
tahun, berhasil diruntuhkan oleh pasukan Kristen. Setelah runtuhnya Kekhalifahan
Bani Umayyah di Spanyol, muncul berbagai keamiran atau provinsi kecil dan terjadi
perpecahan di kalangan umat Islam. Setelah itu, umat Muslim di Semenanjung Iberia
banyak yang masuk Kristen dan sebagian lainnya dibiarkan menjadi Islam minoritas.
Pengaruh Islam di Spanyol semakin meredup setelah terjadi peristiwa Pengusiran
Morisco pada 1609 oleh Raja Phillip III. Disamping itu Kemajuan Eropa yang terus
berkembang hingga saat ini telah berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan
Islam yang berkembang di periode klasik (Nasution, 1996: 52). Memang banyak
saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang
Salib, tetapi salah satu saluran terpenting adalah Spanyol Islam. Spanyol merupakan
tempat yang utama bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk
hubungan politik sosial, maupun perkonomian, dan peradaban antar negara.
Masyarakat Eropa menyaksikan sebuah kenyataan bahwa Spanyol saat berada di
bawah kekuasaan Islam telah berhasil berkembang pesat meninggalkan negara-negara
tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping
bangunan fisik. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga timbul gerakan
Averroism (Ibnu Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berpikir. Meskipun begitu,
pihak gereja tetap bersikeras menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan
Averroisme ini. Gerakan Averroisme di Eropa telah melahirkan gerakan reformasi
pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh peradaban Islam,
termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya
pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas-universitas Islam di
Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam di Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12
M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) peninggalan
pemikiran Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di
Eropa kali ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya harus pergi
meninggalkan negeri Spanyol dengan cara yang menyakitkan, Islam telah membidani
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali
kebudayaan Yunani Klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia,
kemudian gerakan reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M,
serta disusul dengan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M (Yatim, 1994: 108-
110). Dengan demikian, peran Islam tetap terasa meski tidak lagi dalam bentuk
sebuah agama melainkan dalam bentuk peradaban yang tinggi (Sudirman, 2011).
Bangsa eropa juga maju dalam bidang perekonomian, mereka dapat memperoleh
kekayaan yang tidak terhingga untuk menigkatkan kesejahteraan negerinya. Mulailah
bangsa barat menandingi kemajuan umat islam yang telah sejak lama berangsur
angsur mengalami kemunduran. Kemajuan bangsa barat semakin pesat, oleh
penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi perkapalan
serta militer berkembang dengan pesat. mereka menemuakan mesin uap yang
kemudian melahirkan mesin industri sehingga membuat mereka semakin maju. Eropa
dengan sekejap menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan
perdagangan keseluruh dunia tanpa mendapat hambatan bahkan satu persatu negeri
islam jatuh kebawah kekuasaannya sebagai negeri taklikan dan jajahan.

4. Faktor utama negara Eropa melakukan imperialisme di negeri-negeri muslim adalah


mengambil alih kekuatan ekonomi umat islam yang saat itu menguasi sistem ekonomi
dunia. Kelemahan kerajaan kerajaan islam itu menyebabkan eropa dapat menguasai
dan menjajah negeri negeri islam dengan mudah. Satu demisatu negeri negeri islam
dapat ditundukan dan dijajah oleh bangsa Barat. Namun sebenarnya bangsa bangsa
eropa masih menghadapi tantangan yang sangat berat pada awal kebangkitannya . Di
hadapan bangsa eropa masih banyak kekuatan angkatan perang islam yang sulit
dikalahkan, terutama kerajaan usmani yang berpusat diturki. Meskipun begitu, pada
akhirny turki ustmani tetap mengalami kekalahan akibat dari imperialisme eropa.
Negeri-negeri yang pertama kali jatuh kebawah kekuasaan eropa adalah negeri negeri
yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan usmani. Karena pada dasarnya meskipun
terus mengalami kemunduruan namun kerajaan usmani masih disegani dan dipandang
masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer eropa. Negeri negeri
islam pertama yang dapat dikuasi barat juga adalah negeri negeri islam di Asia
tenggara dan di anak benua india. Sementara negeri-negeri islam di timur tengah yang
berada dibawah kekuasaan kerajaan usmani, baru diduduki eropa pada masa masa
berikutnya. Kelemahan dan kemunduran dunia islam dimanfaatkan oleh bangsa-
bangsa barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara islam serta
menguasai dan menjajahnya. Motivasi mereka datang ke negara-negara islam adalah
motivasi ekonomi, politik dan agama. Hal tersebut dapat terlihat dari cara-cara
mereka datang untuk pertama kali ke negara-negara islam. Mereka datang dengan
dalih untuk berdagang atau mencari rempah-rempah di timur. Akhirnya mereka
terangsang oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat, sehingga munculah
keinginan untuk menguasai semua sistem ekonomi dan politik negara-negara islam
yang dikuasainya.
Dari uraian penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan
bangsa Eropa melakukan imperialisme adalah :
1) Gold (mencari kekayaan): Sejalan dengan paham Merkantilisme yaitu teori
ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh
banyaknya aset berupa emas.
2) Glory (mencari kejayaan): Faktor utama lainnya adalah mencapai kejayaan
sebagai bangsa (Glory). Penjelajahan samudera dipelopori oleh dua bangsa yaitu
Portugis dan Spanyol. Sebagai sebuah bangsa Portugis ingin membuktikan
kepada bangsa-bangsa lainnya bahwa Portugis mampu membangun bangsanya
menjadi bangsa yang besar.
3) Gospel: Keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani (Kristen) ke seluruh dunia.
Portugis dan Spanyol adalah negara yang dilandasi agama Katolik. Raja-raja
sangat taat terhadap Paus, pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia. Bagi mereka
taat kepada Paus adalah hal yang terkait dengan politik (kekuasaan), dan hal ini
dianggap identik taat dengan Tuhan.
Sedangkan negara-negara muslim dapat dengan mudah mengalami imperialisme di
negara-negara Eropa itu dikarenakan :
1) Bidang Politik. Kemunduran di bidang politik ditandai dengan mundurnya tiga
kerajaan besar yaitu daulah Usmaniyah, Shafawiyah dan Mughal di India.
Kemunduran daulah Usmaniyah diawali dengan dikalahkannya tentara
Utsmaniyah di benteng Wina pada tahun 1683. Daulah Usmaniyah harus
menyerahkan Hongaria kepada Austria, daerah Posolia kepada Polandia dan Arov
kepada Rusia. Sedangkan Mughal di India mengalami kemunduran pada
permulaan abad 18M. Hal ini terjadi eekarena adanya perebutan kekuasaan di
antara putra-putra raja, sehingga daulah ini tidak bisa mempertahankan kekuasaan
yang dirintis oleh nenek moyangnya.2
2) Bidang Ekonomi. Kemunduran di bidang politik, diikuti pula oleh kelemahan
dunia Islam di bidang ekonomi. Kelemahan ekonomi dimulai sejak bangsa
Portugis menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Pengharapan sehingga
semua hubungan perdagangan antara Timur dan Barat dipindahkan melalui jalan
tersebut. Perpindahan ini menghilangkan sumber ekonomi daulah Usmaniyah
yang menjadi urat nadi segala pembiayaan kekayaan daulah.
3) Bidang Intelektual dan Keagamaan. Pada zaman daulah Usmaniyah, Safawiyah
dan Mughal adalah kemajuan pada bidang militer. Tiga kerajaan ini sangat
memprioritaskan militeristik, sehingga mengabaikan intelektualisme.
Kepercayaan terhadap takhayul dan kekuatan ghaib, berpadu dengan kejayaan
kelompok ortodoks garis keras, menghalangi berkembangnya ilmu pengetahuan.
Pada masa ini, tidak ada kegiatan intelektual yang bisa diharapkan muncul.
Kenyataannya, seluruh dunia Arab sejak awal abad 13 telah kehilangan
hegemoninya dalam bidang intelektual yang telah dibangun dan dipelihara sejak
abad ke 8 M. Kepenatan mental yang menimpa seluruh Arab selama beberapa
generasi, ditambah tiadanya usaha, dan kemalasan mereka sebagai akibat dari
berlimpahnya kekayaan dan kekuasaan, hampir merata di semua pelosok negeri.3
Musyrifah Sunanto menuliskan 3 (tiga) ciri kemunduran umat Islam di bidang
intelektual dan keagamaan. (1) pintu ijtihad seakan-akan tertutup sehingga ruh
taqlid menggerogoti mental umat Islam. (2) putusnya hubungan antara ulama,
sehingga ikatan persaudaraan para ulama tidak ada lagi dan para ulama hanya
mencukupkan diri dengan belajar di kampung sendiri yang menyebabkan
sempitnya pola pikir ulama pada masa itu. (3) zaman ikhtisar dan syarah, yaitu
kreatifitas ulama hanya sebatas memberi komentar atau meringkas karya ulama
terdahulu sehingga sedikit sekali karya besar yang muncul dari kreatifitas ulama.

5. Adapun bentuk imperialisme negara-negara Eropa terhadap masyarakat muslim


yaitu :
a. Penjajahan dunia Barat terhadap dunia Islam di Anak Benua India dan Asia
Tenggara
India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil
pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk
berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai
menginjakkan kaki di India. Pada tahun 1611M, Inggris mendapat izin
menanamkan modal; dan pada tahun 1617M Belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha
menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa
setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris.
Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803
M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah
bayang-bayang kekuasaan Inggris. Pada tahun 1842M, Keamiran Muslim Sind di
India dikuasai. Tahun 1857M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja
yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah
kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun
1879M, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899M,
Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, yang merupakan
daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan
negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan
kekuasaannya di negeri ini. Hal itu mungkin karena, dibandingkan dengan
Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan
mudah dapat ditaklukkan. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-
15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di
Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511M.
Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya
menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol
berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam,
seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16
M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara.
Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai negeri di Asia Tenggara
dan hanya datang untuk berdagang. Belanda dating tahun 1592 M dan dengan
segera dapat memonopoli perdaganagn di kepulauan Nusantara. Sedangkan
kekuasaan Inggris tertancap di Semenajung Malaya, termasuk Singapura
sekarang, dan Kalimantan Barat, termasuk Brunai. Inggris bahkan sempat
menguasai seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama di awal
abad ke-19 M. Sebagaimana di India, di Asia Tenggara politik negara-negara
Eropa itu berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20 M.

b. Ekspansi Barat ke Timur Tengah


Ketika Perang Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang kemudian
mengalami kekalahan. Akibatnya, kekuasaan kerajaan Turki Usmani semakin
ambruk. Peperangan-peperangan melawan Barat di Eropa Timur terus
berkecamuk, memakan dan menguras tenaga, yang berakhir dengan kekalahan di
pihak Turki. Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang
sebelumnya dikuasai Turki Usmani, melepaskan diri dari Konstantinopel. Dari
sekian banyak faktor yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani itu, yang tak
kalah pentingnya ialah timbulnya perasaan nasionalisme pada bangsa-bangsa yang
berada di bawah kekuasaannya. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama
Kristen berpaling ke Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah
airnya. Bangsa Kurdi di pegunungan dan Arab di padang pasir dan lembah-
lembah juga bangkit untuk melepaskan diri dari cengkeraman penguasa Turki
Usmani.
Demikianlah, keadaan dunia Islam pada abad ke19 M, sementara Eropa sudah
jauh meninggalkannya. Eropa dipersenjatai dengan ilmu modern dan penemuan
yang membuka rahasia alam. Satu demi satu negeri-negeri Islam yang sedang
rapuh itu jatuh ke tangan Barat. Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan-kerajaan
besar Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia Islam. Inggris merebut India dan
Mesir. Rusia menyeberangi Kaukasus dan menguasai Asia Tengah. Perancis
menaklukkan Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Eropa lainnya mendapat
bagiannya dari warisan itu. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis,
yang memang sudah bersaing. Inggris terlebih dahulu menanamkan pengaruhnya
di India. Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris
di Barat dan India di Timur. Oleh Karena itu pintu gerbang ke India, yaitu Mesir
harus berada di bawah kekuasaannya. Mesir dapat ditaklukkan Perancis tahun
1987M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-
hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat
menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria
hingga ke timur jauh.
Respon masyarakat Muslim dalam menanggapi praktik-praktik imperialisme
tersebut yaitu sebagian masyarakat Muslim merasa bahwa di bawah penetrasi dan
kolonialisasi Barat ternyata tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif kepada
umat Islam. Ada pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam dari
persinggungannya dengan peradaban Barat yang sedemikian maju, dari sinilah
gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan sintesa antara Islam dengan
peradaban modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan
menafsirkannya dengan interpretasi baru. Selain itu, semangat umat Islam untuk
mengobarkan kebudayaan Islam yang pernah jaya mulai bangkit kembali, dengan
mencoba merubah paradigma berpikir.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kebangkitan Islam adalah kristalisasi
kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang
berdasar atau yang sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi
kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik
di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Usaha untuk memulihkan kembali
kekuatan Islam dikenal dengan sebutan gerakan pembaharuan. Upaya
pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada beberapa pola dalam pembaharuan
yang dilakukan oleh umat Islam.
Ada kelompok yang lebih dikenal sebagai kelompok modernis, karena mereka
berusaha untuk meniru pola dan sistem pendidikan modern ala Barat dalam
rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya pola ini
berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kemajuan Barat disebabkan oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun beberapa tokoh pelopor
gerakan pembaharuan model ini adalah Sultan Mahmud II dari Turki Usmani. Ia
mendirikan sekolah-sekolah model Barat dan mengirim siswa-siswa ke Eropa
untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern langsung dari
sumbernya. Sir Sayyid Ahmad Khan dari India,ia mencoba mendirikan
pendidikan berdasarkan model Barat untuk memperbaiki posisi kaum muslimin di
bawah kekuasaan Inggris. Dia merupakan seorang modernis dalam interpretasinya
terhadap al-Qur’an dan ajaran wahyu Islam. Muhammad Ali Pasya di Mesir, ia
menciptakan gagasan dualism system pendidikan yang kemudian menjadi acuan
kebanyakan lembaga pendidikan Islam. Dualisme yang dimaksud adalah dengan
penggabungan antara sekolah-sekolah model barat yang terintegrasi dengan
madrasah bercorak tradisional.
Ada pula kelompok penggagas pembaharuan yang meyakini bahwa penyebab
kemunduran umat Islam adalah karena mereka meninggalkan ajaran Islam yang
merupakan sumber kemajuan dan kekuatan budaya, dan sebaliknya, umat Islam
lebih memilih untuk mengikuti ajaran-ajaran yang telah bercampur dengan
ideologi non-Islam. Selain itu, ditinggalkannya pola pikir rasional dan ditutupnya
pintu ijtihad juga diyakini sebagai penyebab kemunduran Islam. Oleh karena itu,
kelompok pembaharuan tipe ini mengajak umat Muslim untuk kembali pada al-
Qur’an dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa
diperlukan sebagai upaya penyesuaian ajaran Islam dengan perkembangan zaman
yang tentunya penuh dengan berbagai problematika. Adapun beberapa tokoh yang
mempelopori pembaharuan pola ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab,
Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
Di sisi lain, muncul gagasan pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini
berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang
hidup dalam daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda, sehingga
memerlukan usaha pengembangan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi
masing-masing. Meskipun pada dasarnya ide nasionalisme berasal dari dunia
Barat, namun hal tersebut dianggap tidak bertentangan dengan Islam. Akhirnya
gerakan nasionalisme muncul di berbagai wilayah seperti Mesir, Tunisia, Aljazair,
dan kesemuanya tidaklah sama. Negara-negara tersebut dihadapkan dengan
permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan peduli terhadap
permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan berupaya bebas dari
kolonialisme bangsa Eropa.
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai
politik merupakan model utama umat Islam untuk memperjuangkan
kemerdekaannya. Adapun negara mayoritas muslim yang pertama kali
memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada
tahun 1946, Syiria, Jordania, dan Libanon telah mengumumkan kemerdekaannya.
Selanjutnya adalah Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951,
Libya memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar
merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan), meskipun
sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun 1922. Sudan dan Maroko
merdeka pada tahun 1956, Malaysia (termasuk Singapura) merdeka dari Inggris
pada tahun 1957, Irak baru merasakan atmosfer kemerdekaan pada tahun 1958,
sedangkan Aljazair pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada
tahun 1984. Selain itu, negara-negara Islam yang dulunya bersatu dengan Uni
Soviet seperti Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan,dan
Azerbeijan, baru mendapat kemerdekaan pada tahun 1992, demikian halnya
dengan Bosnia yang juga baru mendapatkan kemerdekaan dari Yugoslavia pada
tahun yang sama.

Anda mungkin juga menyukai