Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN SOAL ISIP 4131

Jawaban Soal Nomor 1:


Pluralisme hukum adalah munculnya suatu ketentuan atau sebuah aturan hukum yang lebih
dari satu di dalam kehidupan sosial. Pluralisme hukum masih diberlakukan di Indonesia
dengan tujuan agar terciptanya masyarakat yang rukun dan dapat menyesuaikan penyelesaian
masalah berdasarkan aliran hukum yang berlaku di masyarakat itu sendiri. Hal tersebut
didasarkan pada beberapa faktor, yakni faktor historis bangsa Indonesia yang memiliki
keragaman suku, bahasa, budaya, dan ras. Didalam tujuan pluralisme hukum yang terdapat di
indonesia memiliki satu cita-cita yang sama yaitu keadilan dan kemaslahatan bangsa.
Indonesia menganut tiga sistem hukum yakni sistem hukum Adat, sistem hukum Islam dan
hukum Barat, ketiga hukum tersebut saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain
mereka saling beriringan menggapai tujuan yang sama, namun di dalam perjalananya mereka
mengikuti aturan yang terdapat di dalam hukum tersebut. Sebagai contoh bentuk pluralisme
dalam hukum seperti peraturan dalam hukum warisan, dimana terdapat tiga sistem hukum
yang mengatur mengenai hukum waris yaitu sistem hukum adat, sistem hukum islam dan
sistem hukum barat. Pada prinsipnya ketiga hukum waris ini sama yaitu sama-sama mengatur
peralihan hak atas harta benda pewaris kepada ahli waris dari si-pewaris. Walaupun dalam
prakteknya terjadi perbedaan karena hukum Islam dan hukum waris barat (BW) menentukan
syarat adanya kematian, sedangkan hukum adat berdasarkan sistem keturunan. Dalam hukum
Islam dan hukum waris barat (BW) pembagian harta warisan dapat dilakukan setelah pewaris
meninggal dunia, sedangkan hukum adat, pembagian harta warisan dapat dilakukan selagi
pewaris masih hidup.

Jawaban Soal Nomor 2 :


a. Pada dasarnya tujuan dilakukan penegasan hierarki dimaksudkan agar tidak terjadi
tumpang tindih antara peraturan perundang-undangan yang dapat menimbulkan
ketidakpastian hukum. Berdasarkan hirarki Peraturan Perundang-Undangan pada Pasal 7
ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi, apabila ada peraturan yang lebih rendah bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi maka peraturan yang lebih rendah itu dapat dilakukan
uji materi (judicial review) untuk dibatalkan seluruhnya atau dibatalkan sebagian.
b. Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Perundang-undangan oleh Mastorat, materi muatan
Peraturan Pemerintah dijelaskan di pasal 10 UU No.10 Tahun 2004 yang berbunyi
"materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya". Adapun maksud kalimat "sebagaimana mestinya" diartikan
bahwa materi muatan dalam Peraturan Pemerintah tidak boleh menyimpang dari materi
yang diatur dalam Undang Undang yang bersangkutan. Peraturan Pemerintah juga tidak
boleh memuat sanksi pidana atau pemaksa. Hal ini termaktub dalam pasal 14 UU No 10
Tahun 2004 yang berbunyi "Materi muatan ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
Undang-undang dan Peraturan Daerah). Itu berarti peraturan pemerintah hanya berisi
materi untuk menjalankan undang-undang saja dan selebihnya mengenai sanksi-sanksi
hanya boleh dimuat dalam undang-undang. Hal ini dikarenakan undang-undang memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari pada peraturan pemerintah.

Jawaban Soal Nomor 3 :


a. Berdasarkan kasus tersebut dapat diketahui bahwasanya masing-masing status pelaku
dari kasus tersebut adalah Palu dan Paku termasuk kedalam golongan Pembuat (Dader)
dimana menurut pasal 55 KUHP yang termasuk kedalam pembuat (Dader) adalah pelaku
(planger), yang menyuruh melakukan (doenplenger), yang turut serta (medeplenger) dan
penganjur (uitlokker). Dalam hal ini Palu termasuk kedalam golongan penganjur
(uitlokker) yaitu Orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu
perbuatan. Dalam praktiknya penganjur berbeda dengan yang menyuruh lakukan.
Penganjur menggerakan orang lain menggunakan sarana yang ditentukan oleh undang-
undang secara limitatif sedangkan menyuruhlakukan menggerakan orang lain
menggunakan sarana yang tidak ditentukan. Pada hal penganjuran yang menjadi pembuat
materiel dapat dimintai pertanggungjawaban sedangkan pada yang menyuruhlakukan
tidak dapat dimintai pertanggungjawaban. Sarana-sarana penganjuran seperti dengan
memberikan sesuatu, dengan menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan,
dengan menyalahgunakan martabat, dengan menggunakan kekerasan, dengan
menggunakan ancaman, dengan menggunakan penyesatan, dengan menggunakan
kesempatan dan dengan memberi sarana. Dalam kasus tersebut sarana yang diberikan
oleh palu adalah dengan menjanjikan imbalan sebesar 20jt untuk membunuh Badut.
Sedangkan Paku termasuk dalam golongan orang yang turut serta (Medeplenger) yaitu
orang yang dengan sengaja ikut serta melakukan suatu perbuatan. Syarat medepleger
yaitu : (1) Secara sadar melakukan kerjasama melakukan tindak pidana, (2) Kerjasama
perbuatannya untuk melakukan hal yang dilarang oleh undnag-undang, (3) Pelaksanaan
perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama menimbulkan telah selesainya delik yang
bersangkutan. Dalam hal tersebut paku sengaja melakukan kerja sama untuk
menjalankan tindak pidana karena ingin mendapatkan imbalan uang.
Dilain sisi Skrup termasuk kedalam golongan pembuat pembantu kejahatan
(Medeplichtige) dimana menurut pasal 56 KUHP yaitu pembantu saat dilaksanakan
kejahatan dan pembantu sebelum dilaksanakan kejahatan. Pembantu sebelum
dilaksanakannya kejahatan dapat memberikan bantuan melalui cara-cara dengan
memberi kesempatan, memberi sarana, memberi keterangan. Dalam kasus tersebut Skrup
membantu memberikan keterangan tentang badut sebelum dilaksanakan kejahatan.
b. Dalam Pasal 56 KUHP yang mengatur bahwa seseorang dapat dipidana sebagai
pembantu kejahatan apabila mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu
kejahatan dilakukan atau mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau
keterangan untuk melakukan kejahatan. Dalam kasus tersebut Skrup termasuk kedalam
golongan pembantu kejahatan (Medeplichtige)

Jawaban Soal Nomor 4 :


a. Kompentesi Absolut diartikan kewenangan pengadilan mengadili suatu perkara/sengketa
yang didasarkan kepada “objek atau menteri pokok perkaranya”. Untuk melihat lebih
jauh terkait kompentensi absolut tersebut dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 10 ayat (1)
UU No. 14 Tahun 1970 (saat ini telah diubah menjadi UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman) yaitu sebagai berikut:
 Didasarkan pada lingkungan kewenangan;
 Masing-masing lingkungan memiliki kewenangan mengadili tertentu (diversity
jurisdiction);
 Kewenangan tertentu tersebut menjadi kewenangan absolut (absolute jurisdiction)
pada masing-masing lingkungan peradilan sesuai dengan subjek/materinya;
Oleh karena itu masing-masing lingkungan pengadilan hanya berwenang mengadili
perkara/kasus yg dilimpahkan UU kepadanya. Setidaknya terdapat 4 (empat) jenis
pengadilan apabila ditinjau dari aspek kompetensi absolutnya, yaitu :
 Pengadilan Umum, yaitu pengadilan yang berwenang untuk memeriksa, mengadili
dan memutus perkara pidana (umum dan khusus) serta perkara perdata (umum dan
khusus);
 Pengadilan Tata Usaha Negara, yaitu pengadilan yang berwenang memeriksa,
mengadili dan memutus perkara yang objeknya keputusan (beschikking) yang
bertentangan dengan peraturan-perundang-undangan dan asas-asas umum
pemerintahan yang baik (AAUB);
 Pengadilan Agama, yaitu pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili dan
memutus perkara berhubungan dengan : perkawinan, waris, hibah, wakaf, zakat,
shadaqah dan ekonomi syari’ah;
 Pengadilan Militer, yaitu pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili dan
memutus perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit TNI.
Berdasarkan kasus tersebut maka, kompetensi absolut dasar tersebut berada di
pengadilan umum, karena kasus yang terjadi diatas termasuk perkara perdata.
b. Kompetensi relatif merupakan kewenangan pengadilan untuk menangani perkara
sesuai dengan wilayah hukum (yurisdiksi) yang dimilikinya. Oleh karena itu, para
pihak dalam mengajukan gugatan untuk memperhatikan dimana
tempat/lokasi/domisili para pihak serta objek yang disengketakan, dengan tujuan
kompentesi relatif dari gugatan yang diajukan dapat diterima, diperiksa serta diadili
oleh hakim. Karena dalam kasus tersebut tergugat lebih dari satu, maka gugatan
diajukan disalah satu pengadilan tempat tergugat yang domisili atau tempat tinggalnya
paling jauh dengan tetap menarik tergugat yang lain. Hal ini sesuai dengan asas-asas
untuk menentukan kompetensi relatif.

Anda mungkin juga menyukai