Anda di halaman 1dari 26

Peradaban Islam

Masa Tiga Kerajaan


Turki, Safawi, dan
Mughal
Kelompok 8

Intan Salsabila. [211211110]


Edwin Soleh Jaya Kusuma [211211121]
Amirotul Lutfiyyah [211211127]
Kerajaan
Turki Usmani
Kerajaan turki usmani telah muncul pada
periode yang biasanya di sebut periode
mongol. Negara bagian yang di pimpin oleh
usman, pendiri dinasti di akhir abad ke-13,
pada awalnya hanyalah salah satu bagian
terkecil dari pemerintahan turkis dan
anatolia. Mereka masuk Islam sekitar abad
ke sembilan dan sepuluh, ketika mereka
menetap di asia Tengah .
Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13, mereka melarikan diri ke
daerah barat dan mencari tempat pengungisan di tengah-tengah saudara-saudara mereka,
orang-orang turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Disana, dibawah pimpinan Ertoghrul,
mereka mengabddikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Byzantium.
Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya,
Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaanUsmani. Usman
memerintah antara tahun 1290-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada
Sultan Alauddin dengan keberhasilanya menduduki bentengbenteng byzantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 , bangsa mongol meyerang kerajaan
Saljuk dan Sultan alauddin terbunuh. Kerajaan saljuk rum ini kemudian terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh
aatas daerah yang didudukinya. Sejak saat itulah kerajaan usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertamanya adalah usman yang sering disebut Usman I.
Kejayaan Turki Usmani
Pada masa Sulaiman bin Salim adalah puncak kejayaan Turki
Usmani. Wilayah Turki Usmani yang semula kecil meluas dengan
dukungan kekuatan militer. Sulaiman bin Salim mendapat gelar Al
Qanuni karena berhasil menyusun kembali sitem undang-undang
Turki Usmani, serta pelakasanaan yang teratur dan tanpa
kompromi.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki usmani
yang demikian luas dan berlangsung cepat diikuti pula oleh
kemajuan-kemajuan lain dalam bidang-bidang kehidupan yang
lain.
Sulaiman bin Salim
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Pada awal pemerintahan Turki Usmani dipimpin oleh orang-orang yang kuat, yang mengakibatkan lancarnya
ekspansi dan perluasan wilayah. Kekuatan militer Turki Usmani menguat untuk pertama kalinya setelah terjadi
kontak langsung dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik juga mendorong pada penguatan pemerintahan.
Pada masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab udang-undang (qanun). Kitab tersebit diberi nama Multaqa
al-Abhur, yag menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani hingga reformasi pada abad ke -19.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan budaya dari Persia, Bizantium, dan Arab. Dari Persia mereka
meneladani etika dan tata krama kerajaan. Dari Bizantium mereka meneladani kekuatan militer. Dari Arab
mereka mengambil keteladanan berupa prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, huruf, serta keilmuwan.
Dalam sejarahnya Turki tidak begitu menonjol dalam bidang keilmuwan. Mereka lebih menonjol dalam bidang
seni dan arsitektur.
3. Bidang Keagamaan
Masyarakat kala itu digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat, sehingga
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dalam kerajaan dan
masyarakat
Faktor Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
1. Wilayah Kekuasaan yang sangat Luas
Luasnya wilayah membuat proses administrasi pemerintahan menjadi rumit dan kompleks, ditambah lagi
kondisi administrasi kerajaan saat itu memang sedang tidak beres. Di sisi lain para penguasa
melambungkan ambisinya untuk menguasai wilayah kerajaan yang luas. Peperangan pun terus terjadi, hal
ini mengorbankan potensi kerajaan yang seharusnya bisa membangun negara.
2. Heterogenitas Penduduk
Wilayah yang luas tentunya dihuni oleh penduduk yang beragam pula, mulai dari etnis, agama, ras maupun
adat istiadat. Dengan kondisi yang demikian, tentu diperlukan pengorganisasian negara yang baik. Jiia
tidak, negara hanya akan menanggung beban, dan heterogenitas ini kerap menimbulkan perpecahan.
3. Kelemahan Para Penguasa
Sepeninggal sultan al qanuni kerajaan dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah. Akibatnya pemerintahan
menjadi kacau. Kekacauan yang terjadi tidak bisa diselesaikan dengan baik sehingga menjadi semakin
parah.
4. Budaya Pungli
Budaya pungli sudah umum di wilayah kerajaan Turki Usmani. Siapa yang ingin
menduduki kursi kekuasaan harus "dibayar" dengan sogokan kepada orang yang berhak
memberikan jawaban tersebut. Budaya ini mengakibatkan dekadensi moral yang
membuat pejabat semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Utsmani banyak ditemtukan oleh kekuatan tentara
Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini
memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi selama empat kali.
6 .Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian merosot. Pendapatan berkurang
belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan Ilmu dan teknologi,
karena hanya mengutamakaan pengembangan kekuatan Militer. Kemajuan militer yang
tidak diimbangi oleh kemajuan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup
menghadapi persentajaan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah
Ardabil kota Azerbaijan. Tarekat ini bernama safawiyah sesuai dengan nama
pendirinya yaitu Safi Al-Din.salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam
"Musa al-Kazim".
Tujuan awal tarekat ini adalah memerangi orang-orang yang ingkar dan ahli
bid'ah. Tarekat ini menjadi semakin penting ketika ia (tarekat safawiyah) merubah
bentuk pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan yang
memiliki pengaruh besar di Syiria, Persia, dan Anatolia
Dalam perkembangannya, para pengikut safawiyah ini sangat fanatik. Mereka
sangat berambisi untuk bisa berkuasa, dengan begitu mereka dapat dengan
mudah menjalankan ajaran Syiah yang mereka anut.
Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur,
fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Berawal dari para prajurit yang terjun ke dunia politik di masa kepemimpinan Juneid.
Dinasti Safawi kemudian memperluas gerakannya dan memasukkan politik dalam
kegiatan keagamaan.
Tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia
mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara
Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kemudian diganti oleh putranya,
Haidar pada tahun 1470M, yang kemudian menikah dengan cucu Uzun Hasan. Haidar
mempunyai anak bernama Ismail yang berikutnya menjadi pendiri kerajaan Safawiyah.
Menurut Ismail Syiah lah yang pantas menjadi madzhab kerajaan ini. Kerajaan safawi
dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran.
Pasukan militer Safawi dianggap sebagai rival politik Ak-Koyunlu. Saat militer
Safawi melakukan penyerangan kepada Sircassia dan pasukan Sirwan, Ak-
Koyunlu mengirim pasukan untuk menyerang pasukan Safawi. Pada akhirnya
Haidar terbunuh dalam pertempuran. Haidar kemudian digantikan oleh
putranaya yaitu Ali. Oleh rakyat Ali di desak untuk manuntut balas kematian
ayahnya. Sayanganya, Ali justru dipenjara bersama saudaranya oleh pimpinan
Ak-Koyunlu.
Ali kemudian bebas, dibebaskan oleh putra Ak-Koyunlu. Pembebasan Ali dan
sadara-saudaranya harus memenuhi syarat bahwa mereka bersedia menyerang
sepupu dari putra Ak-Koyunlu. Ali bersaudara berhasil melakukannya. Setelah
dibenaskan, ternyata putra Ak-Koyunlu kembali memusuhi Ali dan
menyerangnya, hingga Ali juga terbunuh.
Pada periode berikutnya, kepemimpinan berada di bawah tangan Ismail. Selama
lima tahun pusat pemerintahan berada di Gilan. Tujuannya adalah untuk
menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang dibentuk diberi nama Qizilbash
yang artinya baret merah.
Pasukan Qizilbash kemudian berhasil mengalahkan Ak-Koyunlu di Sharur dekat
Nakh Chivan. Qizilbash juga berhasil menaklukkan Tabriz, ibu kota Ak-Koyunlu.
Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti
Safawi. Ia disebut juga Ismail I. Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara
1501-1524 M.
Pemerintahan Ismail ini dalam waktu sepuluh tahun berhasil menunjukkan
kejayannya. Di bawah pemerintahan Ismail satu, wilayah Safawi meluas, sisa-sisa
kekuatan Ak-Koyunlu di Hamadan, menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran,
dan lainnya.
Ambisi politik mendorong Ismail I untuk terus memperluas wilayahnya hingga ke
Turki Usmani. Sayangnya dalam penaklukan ini justru Turki Usmani lah yang
memperoleh kemenangan, dan Safawi harus menerima kekalahannya. Kekalahan ini
menjatuhkan kepercayaan diri Ismail.
Akibatnya Ismail I jadi sering menyendiri. Hal ini berdampak pada kondisi kerajaan
yang jadi tidak stabil. Akhirnya banyak terjadi perselisihan untuk memperebutkan
kekuasaan. Antara pimpinan sukusuku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash.
Rasa permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I,
peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa
pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad
Khudabanda (1577-1567M).
Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Hal ini di
karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat,
juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Masa Kejayaan Safawi
Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja
Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh
oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:

1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan membentuk


pasukan baru dari budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan
Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani
Kemajuan kerajaan Safwi juga meliputi

1. Bidang Ekononmi Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan
Timur. Di samping sektor perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam
bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat
subur.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan Lahir para ilmuwan seperti Baha al-Dina al-Syaerazi,
generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-
Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah
pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.

3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai
dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai
ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang
memanjang di atas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah
dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat
sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.
Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan
benda seni lainnya.
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi,
yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini.
3. Pasukan ghulam(budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki
semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan
keluarga istana.
Kerajaan Mughal
Peletak dasar dinasti Islam di India adalah Kutbu’ddin Aibak
(1206-1211). Aibak mendirikan Kesultanan Delhi. Kesultanan ini
bertahan hingga 1290, dengan sultan terakhir yang memerintah
adalah Sultan Balban.Kesultanan Delhi selanjutnya diambil alih
oleh dinasti raja-raja keturunan Khilji (1290-1321), kemudian
dilanjutkan raja-raja keturunan Tughlak (1321-1399), dinasti para
Sayid (1414-1451), dan dinasti raja-raja keturunan Lodi (1451-1526),
kemudian yang terakhir adalah dinasti Dinasti Moghul.
Dinasti Mughal, atau disebut juga Mogul, dalam bahasa Persia disebut
Mughūl (“Mongol”). Merupakan dinasti Muslim asal Turki-Mongol yang
memerintah sebagian besar India utara dari awal abad ke-16 hingga
pertengahan abad ke-18. Dinasti ini terus berjaya hingga mulai
menunjukkan tanda-tanda kemunduran dan semakin melemah di
pertengahan abad ke-19. Dinasti ini tersohor eksistensinya, karena lebih
dari dua abad berkuasa di sebagian besar wilayah India. Dinasti Mughal
berhasil mempertahankan kekuasaannya selama tujuh generasi. Pada masa
itu Mughal yang merupakan dinasti Islam berusaha mengintegrasikan umat
Hindu dan Muslim ke dalam negara kesatuan India.
Pemerintahan Mughal
1. Pemerintahan Babur
Sultan Babur melakukan stabilisasi politik, serta mulai memperluas kekuasaannya.
Wilayah kekuasaan Moghul mulai dari Turkhestan hingga Teluk Bengala. Pada tahun
1529 di Ghaghara, dekat Varanasi, Bābur memenangkan pertempuran,tapi ekspedisi
yang dilakukan masih belum selesai. Karena kondisi kesehatannya yang semakin
memburuk, memaksanya untuk mundur. Sultan Babur meninggal di dekat Lahore pada
Desember 1530.
2. Pemerintahan Humayaun
Humayun merupakan putra Sultan Babur. Humayun naik tahta menggantikan ayahnya. Ketika
Humayun menjabat, banyak persoalan desintegrasi serta ancaman penggulingan
kekuasannya. Ancaman terberat berasal dari Afghanistan. Kekuatan besar disiapkan untuk
menghadapi Sher Khan (dari Afghanistan) yang berusaha merebut Agra. Humayun sempat
menyingkir dari Agra, dan dengan bantuan Shah Thomas dari Persia Humayun berhasil
menguasai Kabul kembali, kemudian Agra juga berhasil direbut tahun 1555.
3. Pemerintahan Akbar
Saat naik tahta, sultan Akbar masih berusia 13 tahun. Ia dibimbing oleh seorang wazir bernama
Bairam Khan. Setelah usianya 18 tahun, sultan Akbar mulai melepaskan segala bentuk
pengaruh dari keluarganya dalam memimpin kerajaan. Kondisi India cukup berantakan ketika
Sultan Akbar naik takhta. Meski demikian tidak menyurutkan kecakapannya dalam berkuasa.
Sultan Akbar melakukan ekspansi dan perluasan wilayah selama bertakhta. Sultan Akbar juga
berhasil melakukan akomodasi terhadap masyarakat Hindu. Beberapa kebijakan ditempuh,
seperti penghapusan Jizya dan Djazia, pelarangan penyembelihan sapi, hingga mengangkat
beberapa orang Hindu untuk duduk di kursi pemerintahan dan pimpinan pasukan.
5. Pemerintahan Jahangir
Jahangir melanjutkan sistem administrasi ayahnya dan kebijakannya yang toleran
terhadap agama Hindu. Pencapaiannya yang paling signifikan dalam dirinya sendiri
adalah penghentian konflik dengan Mewar, kerajaan Rajput yang lolos dari penaklukan
Akbar.
6. Pemerintahan Shah Jahan
Ketika memerintah Shah Jahan juga melakukan banyak perluasan wilayah serta
meredam konflik-konflik yang masih kerap muncul. Pada masa perluasan wilayah, istri
Shah Jahan, Mumtazmahal meninggal dunia. Sebagai bentuk tanda cintanya sekaligus
untuk mengenangnya, Shah Jahan membangun Tajmahal. Pemerintahan Shah Jahān
juga merupakan periode aktivitas sastra yang hebat, serta seni lukis dan kaligrafi.
Istananya sangat megah, koleksi perhiasannya mungkin yang paling megah di dunia.
6. Pemerintahan Aurangzeb
Pada masa pemerintahannya, semakin banyak wilayah yang masuk ke dalam
kekusaannya. Tahun 1685 kerajaan Bijabur tunduk, disusul Golkonda pada 1687, Tanjore
dan Trichinopoly di tahun 1689. Aurangzeb berhasil memperluas kekuasaan di India secara
utuh melebihi daerah yang berhasil ditaklukan Sultan Akbar. Tinggal bangsa Maratha
yang belum benar-benar bisa ditaklukan Aurangzeb.

Bangsa Maratha adalah ancaman terberat pemerintahan Aurangzeb. Hingga wafat (1707),
Bangsa Maratha melakukan perlawanan hebat kepada kesultanan Mughal. Kekuasaan
Aungrazeb merupakan antiklimaks pemerintahan Moghul di India. Masa sesudahnya,
kekuasaan Moghul terus mengalami kemunduran. Konflik saudara yang terjadi di antara
anak-anak Aungrazeb menyebabkan kekuatan negara semakin rapuh.
Kemajuan Kesultanan Mughal
1. Bidang Ekonomi→sektor ekonomi Mughal kala itu adalah pertanian..Para
petani ini dipimpin oleh para Mukaddam yang terhubung langsung kepada
pemerintah. Dengan begini komunikasi berjalan dengan baik, sehingga sektor
ekonomi pun berjalan dengan baik pula.

2. Seni Budaya Penyair yang termasyhur kala itu adalah Muhammad Jayazi,
merupakan sastrawan sufi dengan karya besarnya yang berjudul Padmayat.

3. Kemajuan Kekuasaan kekuatan militer yang dimiliki, serta kekuatan
ekonominya berhasil membawa India menjadi negara adikuasa yang sulit
ditaklukkan.
Faktor Kemunduran Kesultanan Mughal

1. Sultan-sultan setelah Aurangzeb adala pemimpin yang


lemah, tidak mampu membenahi pemerintahan.
2. Kemorosotan moral
3. Hidup bermewah-mewah dikalangan elite politik yang
menyebabkan pengeluaran negara membengkak.
Terimakasih
:)

Anda mungkin juga menyukai