Anda di halaman 1dari 7

A.

PENDAHULUAN

kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara drastis, Setelah Khilafah
Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara mongol.

Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan
berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia.
Kerajaan Usmani di Turki merupakan kerajaan yang pertama berdiri, dan juga yang terbesar dan paling
lama bertahan di banding dua kerajaan lain yaitu Mughal dan Safawi. Kerajaan Turki Usmani inilah yang
menjadi sebuah pioner dalam perkembangan dunia Islam pada massanya dan juga kehancurannya
menjadi sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia Islam.

Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri.
Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya kerajaan ini sering bentrok dengan
kerajaan Usmani. Karena kerajaan Safawi berbeda dengan kerajaan Usmani dan Mughol. Kerajaan ini
menyatakan Syi’ah sebagai madzab negara. Maka, kerajaan Safawi dapat dianggap sebagai peletak
pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini.

B. PEMBAHASAN

Dinasti safawi di persia

Asal Usul Dinasti Safawi

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarikat yang berdiri di Ardabil,sebuah kota di Azerbaijan.
Tarekat ini di beri nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu hampir sama dengan berdirinya
kerajaan Usmani.Nama Safawiyah, di ambil dari nama pendirinya, Safi al-Din (1252-1334 M),dan nama
Safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus
dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan[1]

Amir Ali berpendapat bahwa Safawi berasal dari “shafi” yaitu gelar nenek monyang raja-raja Safawi, Shafi
al-Din Ishak al-Ardabily (1252-1334 M), pendiri dan pemimpin tarekat Safawi. Adapun Negara Safawi
secara resmi berdiri di Persia pada tahun 1501 M, yaitu ketika Ismail I dengan pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan Ak-Koyunlu di Shapur,dekat Nakhechivan,yaitu ibukota Ak-Koyonlu.Ismail
berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota inilah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja yang
pertama dinasti Safawi.[2] Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali
menimbulkan keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan
murid-murid tarekat safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan
menentang setiap orang yang bermazhab selain syi’ah.[3]

Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri.
Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering bentrok
dengan Turki Usmani.

Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya(Usmani dan mughal),kerajaan safawi menyatakan Syi’ah
sebagai mazhab Negara.Karena itu,kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar
terbentuknya Negara Iran dewasa ini.[4]

Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia
keturunan dari imam syi’ah yang keenam, musa Al-Khazim, gurunya bernama syaikh taj Al-Din Ibrahim
zahidi (1216-1301M) yang dikenal dengan julukan zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya
dalam kehidupan tasawuf, safi Al-Din diambil menjadi menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din
mendirikan tarekat safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun
1301 M. Pengikut terkat ini sangat teguh dalam memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan
tasawuf safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang
mereka sebut “ahli-ahli bid’ah”. Tarekat yang dipimpin safi al-din ini semakin penting, terutama setelah ia
mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan
keagamaan yang besar pengaruhnya di persiaa, syria, dan anatolia. Di negri-negri diluar ardabil safi Al-
Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar ”khalifah”.

Kecendrungan memesuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya pada masa kepemimpinan juneid
(1447-1460M). Tarekat safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada
kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara juneid dengan penguasa kara
koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik
tersebut, juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini dia mendapat perlindungan
dari penguasa diyar bakr, ak-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa turki. Ia tinggal di istana Uzun
hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar persia.

Selama dipengasingan, juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian
beraliansi secara politik dengan uzun hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara
perempuan uzun hasan. Pada tahun 1459M. Juneid mencoba merebut ardabil tetapi gagal. Pada tahun
1460M, ia mencoba merebut sircasia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara sirwan. Ia
sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Ketika itu anak juneid, haidar, masih kecil dan dalam asuhan uzun hasan. Karena itu kepemimpinan
gerakan safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470M. Hubungan haidar dan
uzun hasan semakin erat setelah haidar mengawini salah seorang putri uzun hasan. Dari perkawinan itu
lahirlah ismail yang dikemudian hari menjadi pendiri kerajaan safawi di persia.

Kemenangan AK koyunlu tahun 1476M terhadap kara koyunlu, membuat gerakan militer safawi yang
dipimpin oleh haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK koyunlu dalam meraih kekuasaan
selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, safawi adalah sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu
berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan safawi karena itu, ketika safawi menyerang
wilayah Sircassia dan pasukan sirwan. AK koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada sirwan, sehingga
pasukan haidar kalah dan haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.

Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian
ayahnya, terutama terhadap AK koyunlu, tetapi ya’kub pemimpin Ak koyunlu dapat menangkap dan
memenjarakan Ali bersama saudaranya ibrahim dan ismail serta ibunya, di fars selama empat setengah
tahun (1489-1493M). Mereka dibebaskan oleh rustam, putra mahkota ak koyunlu, dengan syarat mau
membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu rustam dapat dikalahkan. Ali
bersaudara kembali ke ardabil. Akan tetapi, tidak lama kemudian rustam berbalik memusuhi dan
menyerang ali bersaudara, dan ali terbunuh dalam serangan ini (1494M.

Kepemimpinan gerakan safawi, selanjutnya berada di tangan ismail, yang saat itu masih berusia tujuh
tahun, selama lima tahun ismail beserta pasukannya bermarkas di gilan, mempersiapkan kekuatan dan
mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, syria, dan anatolia. Pasukan yang
dipersiapkan itu dinamai qizilbash (baret merah).

Dibawah pimpinan ismail, pada tahun 1501 M, pasukan qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak
koyunlu di sharur, dekat nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu
kota AK koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini ismail memproklamirkan dirinya
sebagai raja dinasti safawi dengan ini resmilah berdiri sebuah dinasti baru ditanah persia.[5]

Masa Kemajuan Dinasti Safawi


Pada tahun 1502 M,Syah Ismail berhasil mengalahkan Sirwan,Azerbaijan dan Irak.Pada tahun 1503 M,Ia
berhasil menghancurkan sisa-sisa tentara Ak-Koyunlu di Hamdan.Tahun 1504 M,Ia berhasil menundukan
daerah Kasfia dari Mazandaran dan dan Churgan selanjutnya ia dapat mengalahkan Diyarbakr pada
tahun 1505 M.Demikian pula kota kota Baghda jatuh ketangannya pada tahun 1508 M dan pada tahun
1510 M ia berhasil menguasai daerah Khurasan.

Ismail dianggap oleh pengikutnya Qizilbash sebagai raja yang mengandung unsur ketuhanan dan pernah
dirinya menganggap sebagai “manifestasi tuhan”.Hal ini menjadi kendur ketika ia mengalami kegagalan
pertempuran dengan Turki Usmani.[6]

Ismail 1 berkuasa kurang lebih 23 tahun,yaitu antara tahun 1501-1524 M.Peperanga dengan Turki
usmani terjadi tahun 1514 M di Chaldiran,dekat Tabriz.Karna keunggulan organisasi militer kerajaan
Usmani,dalam peperangan ini Ismail 1 mengalami kekalahan,malah Turki Usmani dibawah
kepemimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz.Kerajaaan Safawi terselamatkan karna pulangnya
Sultan Usmani ke Turki karna terjadi perpecahan di kalangan militer turki di negrinya.[7]

Kekalahan Syah Ismail oleh Turki Usmani di Chaldiran,membuatnya kecewa,sedih dan akhirnya
mengurung diri dan tenggelam dalam minuman yang memabukan dan berburu.Kemudian mitos
Keilahianya menjadi goyah serta hubunganya dengan Qizibash menjadi renggang,Ismail tidak lagi
membawa tentaranya kemedan pertempuran sampai ia meninggal.

Setelah Syah Ismail meninggal dunia pada tahun 1524 M, naik tahta beberapa orang syah kerajaan
Safawi sampai pada seorang syah yang terkenal yakni Syah Abbas dan membawa kerajaan Safawi ke
puncak kejayaan. [8]

Usaha-Usaha Syah Abbas Untuk Mengembalikan Dinasti Safawi

Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja safawi kelima,Abbas 1,naik tahta.Ia memerintah
dari tahun 1588 sampai tahun 1628 M.Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas 1 dalam memulihkan
kerajaan Safawi ialah pertama:berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi
dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak,berasal dari tawanan
bangsa Georgia,Armenia,dan Sircassia yang telah ada sejak raja Thamsap 1.Kedua:Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani.Untuk mewujudkan perjanjian ini Abbas 1 terpaksa harus
menyerahan wilayah Azerbaijan,Georgia,dan sebagian wilayah Luristan.Di samping itu,abbas berjanji
tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam dalam Khutbah-Khutbah jumat.Sebagai jaminan
atas syarat-syarat itu,ia menyerahkan saudara sepupunya,Haidar Mirza sebagai Sandra di Istanbul.

Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.Secara politik ia mampu
menyelesaikan bebagai kemelut didalam negri yang mengganggu stabilitas Negara dan merebut kembali
wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya.[9]

Pada masa Abbas,kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah sebelumnya yang
senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara,tetapi ia menanamkan sikap
toleransi.Menurut Hamka,terhadap politik keagamaan beliau tanamkan paham toleransi atau lapang
dada yang amat besar.Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan,bahkan orang Sunni dapat hidup bebas
mengerjakan ibadahnya.Bukan hanya itu, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan mengembangkan
ajaran agamanya dengan leluasa sebab banyak bangsa Armenia yang menjadi penduduk setia di kota
Isfahan.[10]

Kemajuan-Kemajuan Pada Masa Syah Abbas

Dalam bidang politik

Dalam hal ini,langkah pertama yang diambil oleh Syah Abbas adalah membangun angkatan senjata yang
kuat dan besar bagi kerajaan Safawi.Dengan kekuatan militer yang tangguh ,usaha-usaha yang dilakukan
Syah Abbas untuk membuat kerajaan Safawi kuat serta merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaanya
yang hilang akhirnya tercapai.Hal ini dapat dibuktikan dengan direbutnya kembali Hearat pada 1598 M
dan dapat melanjutkan kembali serangan-serangan sehingga dapat merebut Marw dan Balk.

Dalam bidang ekonomi

Pada masa Syah Abbas ,kerajaan Safawi dapat mengusai Harmuz dan pelabuhan Gumrun di ubah
menjadi Bandar Abbas.Kerajaan Safawi juga menjalin hubungan perdagangan dengan Rusia di sekitar
laut Kaspia.

Dalam bidang ilmu pengetahuan

Pada masa kerajaan Safawi di Persia ,filsafat dan ilmu pengetahuan bangkit kembali di dunia
Islam,khususnya di kalangan orang-orang Persia.Tokoh-tokoh dalam ilmu pengetahuan yang lahir pada
masa ini seperti Mir Daud alias Muhammad Baqir Daud (w 1631 M).Ia dianggap sebagai guru ketiga di
bidang filsafat setelah Aristoteles dan al-Faraby.Ia mempunyai banyak karya tulis dalam berbagai bidang
seperti Fiqh,theology,dan filsaat yang ditulis dalam bahasa Persia dan Arab.

Kemajuan dalam bidang pembangunan fisik dan seni

Adapun pembangunan fisik yang terkenal pada saat iti ialah pembangunan kota Isfahan,yang dijadikan
ibukota kerajaan Safawipada masa abbas.sedangkan ibukota sebelumnya adalah Tabriz pada masa Ismail
jatuh ke tangan Usmani dan pada masa Thamsah dipindahkan ke kota Qizwin,lalu pada masa Abbas
dipindahkan lagi ke Isfahan.

Di bidang seni,kemjuan yang dicapainya adalah di bidang arsitektur pada bangunan mesjid yang indah di
Isfahan yang di bangun pada masa Abbas.Selain itu juga dijumpai hasil industry seperti keramik-keamik
yang indah dan karpet dengan berbagai corak motifnya.

Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi

Setelah Syah Abbas meninggal pada tahun 1629 M,kerajaan Safawi mengalami kemunduran.[11]

Sepeninggal Abbas 1 kerajaan Safawi berturut-berturut di perintah oleh enam raja,yaitu Safi Mirza(1628-
1642 M),Abbas II (1642-1667 M),Sulaiman (1667-1694 M),Husain (1694-1722 M),Tahmasp II (1722-1732
M),dan Abbas III (1733-1736 M).Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukan
grafik naik dan berkembang,tetapi justru memperlihatkan kemunduran dan akhirnya membawa kepada
kehancuran.[12]

Pada masa Syah Hussein,karna kelemahanya,pemerintahan banyak diserahkan kepaa ulama Syi’ah yang
sangat fanatik,sehingga ulama tersebut banyak melakukan kekejaman terhadap rakyat yang beraliran
Sunni serta pembunuhan terhadap ulama-ulama Sunni.

Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi

Faktor Intern

Timbulnya perselisihan yang berkepanjangan antara kerajaan Safawi dan kerajaan Usmani.

Kerusakan moral yang melanda sebagian penguasa kerajaan Safawi disebabkan oleh minuman yang
memabukan dan candu narkotika seperti Syah Sulaiman dan Syah Hussen.
Pasukan Ghulam yang telah di bentuk oleh Syah Abbas I,tidak memiliki semangat berperang lagi
sebagaimana pasukan Qizilbash.Hal ini disebabkan pasukan Ghulam tidak disiapkan secara terlatih dan
tidak dibekali secara mantap dengan pendididkan rohani.

Timbulnya konflik intern dalam perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

Faktor Ekstern

Dalam keadaan lemah demikian,kerajaan Safawi mendapat serangan dari raja Afghan,Mir Mahmud yang
berlainan paham dengan syah-syah Safawi yakni penganut paham Sunni.Pada tahun 1721 M,Mir
Mahmud mulai melakukan penyerangan ke Isfahan dan selama peperangan Isfahan tersebut rakyat dan
penduduk mengalami penderitaan.[13]

Anda mungkin juga menyukai