Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Oleh bangsa Iran dipandanglah bahwasanya Kerajaan Shafawiyah ini sebagai peletakan batu pertama sejarah kebangsaan Iran. Tetapi kalau kita periksa dengan teliti kata-kata kebangsaan dengan arti yang umum dijaman sekarang belum juga dapat diletakkan kepada bangsa Iran sebagai suatu bangsa. Sebelum Daulat Shafawiyah tetap ada perasaan memisahkan diri daripada bangsa pemeluk islam yang lain. Tetapi untuk menyisihkan lantaran darah dan keturunan adalah suatu hal yang sulit. Sebab sesudah jatuhnya Kerajaan Iran keturunan Sasan kedatangan kaum muslim, boleh dikatakan darah bangsa tersebut telah bercampur aduk. Oleh sebab itu, keistemawaan bangsa Iran hanya dapat diambil dari jalan yang lain, yaitu jalan faham agama. Seluruh negeri-negeri islam pada umumnya memeluk faham Ahli-Sunnah. Meskipun ada faham Khawarij, namun itu hanya sedikit saja. Mereka itupun adalah keturunan Arab belaka, yang teguh memegang sejarah nasabnya. Di zaman Khalifah-khalifah Bani Abbas yang bermazhab Ahli-Sunna, sekali kaum Syiah telah dapat merebut kekuasaan tertinggi, yaitu Bani Buaihi. Tetapi kekuasaan yang menggantikannya, yaitu Bani Saljuk dari keturunan Turki adalah pembela mazhab Sunnah pula. Itulah sebabnya maka orang Iran memandang bahwa Kerajaan Shafawiyah berjasa besar menentukan jorak kebangsaan Persia, sehingga dapat memisahkan diri daripada kaum Muslim yang lain dan berdiri sendiri. Karena Kerajaan Shafawiyah sendiri menyatakan dengan resmi bahwa mazhab bangsa Iran ialah Syiah.

B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini rumusan masalah yang akan kami bahas diantaranya adalah : 1. Peradaban Persia sebelum islam 2. Asal-usul Dinasti Safawiyah 3. Kemajuan peradaban Dinasti Safawiyah 1

4. Kemunduran dan kehancuran Dinasti Safawiyah

C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui peradaban Persia sebelum islam 2. Mengetahui asal usul Dinasti Shafawiyah 3. Mengetahui kemajuan pada peraban Dinasti Shafawiyah 4. Mengetahui kemunduran dan kehancuran peradaban Dinasti Shafawiyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peradaban Persia Sebelum Islam Kerajaan Persia merupakan saingan dari kerajaan Romawi Timur, dimana diantara kedua kerajaan tersebut terus-menerus terjadi peperangan karena masingmasing ingin merebut daerah kekuasaan dan pengaruh. Pada waktu Yustianis menjadi Maharaja Romawi Timur, Kerajaan Persia berada dibawah Maharaja Anusyarwan dari Dinasti Sassanid (Sasaniyah) yang terkenal sangat adil. Anusyarwan dengan pasukan berkuda dan pejalan kaki menyerbu daerah-daerah Romawi Timur sehinggah jatuh satu persatu, sedangkan Yustianus mengadakan perlawanan seru dibawah panglimanya, Belisarius, sehingga terjadilah perang selama dua puluh tahun (541-461 M), dan berakhir dengan suatu perdamaian, dimana Yustianus harus membayar upeti kepada Anusyarwan tiap tahun sebanyak 30.000 dinar. Sejak itu pada hakikatnya, permusuhan kedua kerajaan terus berlangsung sehingga keduanya mengalami kemunduran dan kehancuran. Hal tersebut berlangsung sampai dengan datangnya agama islam, di mana akhirnya kedua super power pada waktu itu menyerah kalah kepada kebenaran islam. 1. Agama Masyarakat Persia lama cenderung menyembah berbagai alam nyata, seperti langit biru, cahaya, api, udara, air, dan sebagainya, yang semua makhluk itu mereka pandang sebagai tuhan. Ada alam yang merupakan tuhan baik dan ada pula alam yang merupakan tuhan jahat. Antara tuhan baik dan jahat selalu terjadi permususah dan perkelahian. Api (cahaya) adalah lambang dari tuhan baik sehingga menyebabkan mereka menyembah api sebagai tuhan, yang selalu mereka nyalakan dalam rumah-rumah ibadah mereka. Api sebagai tuhan mereka, menjadi sumber ilham bagi para penyair. 2. Bahasa

Pada waktu pemerintahan Dinasti Sassanid yang menjadi bahasa Persia resmi adalah bahasa Pahlawi, dan juga bahasa kitab suci mereka, Avesta. Oleh karena itu pengaruh kitab agama ini dalam memelihara dan mengembangkan bahasa Pahlawi sangat besar sekali. Sastra Persia dalam bahasa Pahlawi sedikit sekali yang masih tersisa, karena sastranya pada umumnya bersemangat agama yang berkeyakinan dua tuhan. Karena itu islam telah menggantikan bahasa dan huruf Pahlawi dengan bahasa dan huruf Arab. Yang masih tersisa dari huruf dan bahasa Pahlawi hanya batu-batu tertulis, sejumlah peraturan dari Kerajaan Sassanid mengenai perkawinan, perbidakan dan lain-lain. 3. Kesenian Hasil seni Persia yang paling kuno adalah keramik, patung-patung, berbagai perabot dari perunggu dan lain-lain, seni lukis dan arsitektur. Masa-masanya dapat dibagi sebagai berikut : a. Masa Dinasti Akhaeminid (sampai tahun 350 SM). Sisa

peninggalannya tampak pada runtuhan-runtuhan istana di Babilon, Susa, Persepolis, pusara-pusara dalam bukit batu, gambar timbul berwarna di Persepolis, batu ubin bergaris glasir di Susa. b. Masa Dinasti Seleukos dan Arsacid (sampai kira-kira 250 SM). Diantara sisa-sisa peninggalannya yaitu runtuhan Assyria, tugu peringatan Antochus, istana-istana bergaya iwan dan lain-lain. c. Masa Dinasti Sassanid (kira-kira tahun 650 M). Di antara sisa-sisa peninggalannya, yaitu istana bergaya iwan, yang dibelakang iwan utama didirikan balairung berkubah, jembatan-jembatan dengan busur beruncing, gambar-gambar timbur pada bukit berbatu, barangbarang perak anggun, beberapa tenunan dari sutera dan lain-lain.

B. Asal Usul Dinasti Shafawiyah Dinasti Shafawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502 1722 M, Dinasti Shafawiyah merupakan kerajaan islam di Persia yang cukup besar. Pada awalnya Kerajaan Shafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah 4

kota di Azaerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Shafawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, yaitu Shafi Ad-Din (1252-1334 M), dan nama Shafawi sendiri itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, yakni kerajaan Shafawi. Shafi Ad-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Shafi Ad-Din merupakan keturunan dari Imam Syiah yang keenam, Musa Al-Kazim. Gurunya bernama Syaikh Tajuddin Ibrahim Zahidin (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Dikarenakan prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Shafi Ad-Din di ambil menantu oleh gurunya tersebut. Shafi Ad-Din mendirikan tarekat shafawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekligus mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajran agama. Pada mulanya gerakan Shafawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut dengan ahli-ahli Bidah. Tarekat yang dipimpin oleh Shafi Ad-Din semakin penting terutama setelah kemudian ia merubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiriah, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya. Wakil tersebut diberi gelar Khalifah. Kerajaan ini mengatakan Syiah sebagai mazhab negaranya. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali menimbulkan keinginan di kalangan ajaran itu untuk berkuasa. Oleh karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Shafawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiaah, meskipun islam juga sama dengan kebenciannya seperti kepada orang-orang Nasrani sendiri. Kian lama mereka kian mengatur kekuasaan dan disiplin, sehingga menimbulkan curiga pada pihak kerajaan yang berkuasa. Melihat bahaya ini, maka pada tahun 1360 M, pemimpinnya Syeh Shadruddin bin Syeh Shafiuddin ditangkap dan dipenjarakan. Setelah itu yang berhak menggantikannya adalah putranya Syeh Junaidi, yang di mana dinasti Shafawi 5

memiliki kecenderungan memasuki dunia politik pada masa pemerintahannya. Dinasti Shafawiyah memperluas geraknya dengan menambah gerakan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Junaidi dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. dalam konflik tersebut Junaidi kalah dan di asingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini dia mendapat perlindungan dari penguasa Diyark Bakr, Ak. Koyunlu (domba putih), juga suatu suku bangsa Turki. Selama dalam pengasingannya, Junaidi tidak tinggal diam, ia jurtu dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah satu saudara pemempuan Uzun Hasan. Anak Junaidi yaitu Haidar ketika itu masih kecil dalam asuhan Uzun Hasan. Oleh karena itu kepemimpinan kerajaan Shafawi baru dapat diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. hubungan Haidar dengan Uzun Hasan setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang dikemudian hari yang kemudian hari mejadi pemimpin kerajaan Shafawi di Persia. Haidar membuat perlambang baru dari pengikut tarekatnya, yaitu serban merah mempunyai 12 jambul, sebagai lambang dari 12 imam yang diagungkan dalam mazhab Syiah Itsna Asyriah. Kemenangan Ak Koyuku tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu membuat gerakan militer Safawi yang di pimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal Safawi adalah sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha untuk melenyapkan kekuasaan Dinasti Safawi, pasukan Haidar mengalami kesalahan dalam suatu peperangan di wilayah Sircassia, dan Haidar sendiri terbunuh. Kepemimpinan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail yang masih berusia 7 tahun, selama 5 tahun Ismail bersama pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan tersebut bernama Qizilbash (baret merah). Dibawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan. Pasukan ini 6

terus memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibukota Ak Koyunlu, dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ismail inilah yang dipandang sebagai pendiri pertama dari Kerajaan Safawi. Diwaktu naik tahta kerajaan, usianya baru 13 tahun dan pengikutnya yang setia hanyalah 7 orang saja. Tetapi kekerasan hatinya telah dapat mengatasi segala kesulitannya. Tarekat Safawi dan aliran Syiah menjadi spirit dan dasar Negara serta pemerintahan. Pada saat yang sama kesultanan Usmani sedang dalam kejayaan, ambisi memperluas wilayah telah berimplikasi pada pengembangan sayap hingga seluruh Persia ditundukkan. Bahkan Ismail berani menyerang Turki Usmani walaupun dapat dikalahkan walaupun Sultan Turki dapat menaklukkan Tabriz. Perseteruan dengan Turki Usmani berlanjut hingga para pemimpin Dinasti Safawi sesudahnya seperti Tahmasp sampai Muhammad Khudabanda. Dinasti Safawi ditopang oleh kelompok-kelompok suku (klan) dan kebaktian-baktian tarekat, disamping tentunya pasukan Qizilbash dan Uymak. Puncak kejayaan Dinasti Safawi pada era Sultan Abbas I (1588-1629 M). Prestasi Sultan Abbas I begitu gemilang diantaranya karena mampu mengambil daerah-daerah yang hilang, mampu mengatasi konflik intern dan mengkonsolidasikan kaum Syii dan menjadikan Syiah sebagai agama resmi Negara. Usaha yang dilakukan Abbas I dapat membuat Dinasti Safawi menjadi kuat. Setelah itu Abbas I mulai memusatkan perhatiannya keluar dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaan yang hilang. Pada tahun 1598 M ia menyerang dan menaklukkan Heart. Dari sana ia melanjutkan serangan merebut Marw dan Balk, setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha mendapatkan kembali wilayah kekuasaannya dan Turki Usmani. Rasa permusuhan antara dua kerajaan yang berbeda aliran agama ini memang tidak pernah padam, Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah kekuasaan kerajaan Turki Usmani. Pada tahun 1602 M, di saat Turki Usmani berada di bawah Sultan Muhammad III, pasukkan Abbas I menyerang dan berhasil merebut Tabriz, Sirwan, dan Bagdad. Sedangkan kota-kota Nakhchivian, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605 1606 M. 7

Setelah Sultan Abbas I meninggal, kerajaan dipegang oleh Safi Mirza. Lemahnya Safi Mirzah berujung dengan dikuasainya Qandahar oleh tentara Mughal dan direbutnya Baghdad oleh tentara Turki Usmani. Sedangkan penggantinya Abbas II dan kemudian Sulaiman sudah kehilangan wibawah di mata rakyat sampai kerajan dipimpin oleh Shah Husein, pimpinan yang alim dan kuat ideology Syiahnya. Hal ini mejadi konrta produktif karena masyarakat Sunni justru merongrong pemerintahan Husein. Pemberontakan rakyat Afghanistan terjadi, ketika itu Afganistan adalah salah satu wilayah dari Iran atau Persia. Penduduk Afganistan adalah penganut paham Sunnah, pemberontakanpun terjadi di bawah bendera Amir Kandahar Mir Mahmud (pimpinan gerakan suku Afghan). Kian lama mereka makin kuat dan dapat merebut negeri Afganistan dari kekuasaan Persia dan dapat mengambil tanah di wilayah Persia sampai masuk ke Isfahan dan Mir Mahmud akhirnya diangkat sebagai gubernur oleh Shah Husein untuk mengatasi kemelut. Pertempuran antara Shah Husein dengan Mir Mahmud terjadi hingga Shah Husein harus mengakui kekalahannya. Dinasti Safawi kembali berkuasa pada era Tahmasp II yang bersekutu dengan suku Afshar di bawah pimpinan Nadir Khan setelah mengalahkan Asyraf (pengganti Mir Mahmud). Perseteruan politik telah membuyarkan persekutuan antara Tahmasp II dengan Nadir Khan hingga Tahmasp II dipecat dan digantikan Abbas III. Hal ini sekaligus akhir dari Dinasti Safawi karena Nadir Khan kemudian memproklamirkan sebagai raja Persia. Dalam menjalankan pemerintahan Dinasti Safawi banyak berbenturan dengan masyarakat sunni. Hal ini sudah dimulai ketika Shah Ismail melakukan Syiahisasi masyarakat yang mengundang konrtoversi bagi masyarakat sunni. Ulamaulama sunni menjadi oposan dan sebagian terusir dari kampong halamannya. Kaum sunni mejadi kaum pinggiran yang tidak berpengaruh karena kebijakan pemerintahan Safawi sengaja mengangkat Syiah sebagai moralitas dalam berbagai dimensi kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Bahkan, karya-karya yang menonjol adalah karya-karya ulama Syiah, yang terkenal diantaranya adalah ensiklopedia hadis Bihar Al-Anwar dan karya-karya dibidang fiqih siasah yang ditulis oleh Syeikh Majlisi di

Isfahan. Karya sains dan tehnologi belum menggembirakan, sedangkan di Eropa Barat sudah muncul peradaban yang ditopang sains dan tekhnologi modern.

C. Kemajuan Peradaban Dinasti Safawiyah Sebagai salah satu dari kerajaan besar, Dinasti Safawiyah mencapai puncak kemajuan cukup berarti, tidak hanya terbatas dalam bidang politik tetapi kemajuan dalam berbagai bidang. Beberapa kemajuan tersebut antara lain : 1. Bidang ilmu pengetahuan Dalam sejarah islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban dan berjasa mengmbangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada masa Kerajaan Safawi teradisi keilmuan ini terus berlanjut. Beberapa tokoh ilmuan yang terkenal antara lain : Bahauddin Syaerazi seorang generasi ilmu pengetahuan, Muhammad Baqir bin Muhammad Damad seorang filsuf alhi sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains, Safawiyah lebih maju dari pada kerajaan lainnya pada masa yang sama. 2. Bidang ekonomi Keberadaan stabilitas polotik kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian. Terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini masa salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang bisa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Safawi. Disamping bidang perdagangan, Kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan dalam sector pertanian terutama di daerah Sabit Subur (Fortile Crescent). 3. Bidang arsitektur Penguasa Kerajaan Safawi telah berhasil menciptakan Isfahan, ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Dikota Isfahan ini berdiri 9

bangunan-bangunan besar dengan arsitektur bernilai tinggi dan indah seperti mesjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rudd an istana Chihil Sutun. 4. Bidang kesenian Kerajaan Safawi mengalami kejuan yang sangat pesat dalam bidang seni, antara lain dalam bidang kerajinan tangan, kramik, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar dan benda seni lainnya. seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis Timur bernama Bizhad ke Tabriz. 5. Bidang tarekat Sebagaimana diketahui bahwa cikal bakal Kerajaan Safawi adalah gerakan sufistik, yaitu gerakan tarekat. Oleh karena itu, kemajuan di bidang tarekatpun cukup maju. Bahkan gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berpikir pada bidang keagamaan, tetapi juga dalam bidang politik dan pemerintahan.

D. Kemunduran Peradaban Dinasti Safawiyah Kemunduran kerajaan Safawi adalah sepeninggal Abbas I, berturutturut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kindisi kerajaan tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Agi kerajaan Usmani, berdirinya kerjaan Safawi yang beraliran Syiah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsugn lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namu tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu.

10

Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga sultan Husein. Penyebab penting lainnnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan kerena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya. Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluaraga istana.

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kerajaan persia merupakan saingan dari kerajaan Romawi Timur, dimana diantara kedua kerajaan tersebut terus-menerus terjadi peperangan karena masing-masing ingin merebut daerah kekuasaan dan pengaruh. Dinasti Shafawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502 1722 M, Dinasti Shafawiyah merupakan kerajaan islam di Persia yang cukup besar. Pada awalnya Kerajaan Shafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azaerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Shafawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, yaitu Shafi Ad-Din (1252-1334 M), dan nama Shafawi sendiri itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, yakni kerajaan Shafawi. Sebagai salah satu dari kerajaan besar, Dinasti Safawiyah mencapai puncak kemajuan cukup berarti, tidak hanya terbatas dalam bidang politik tetapi kemajuan dalam berbagai bidang, seperti bidang pengetahuan, bidang ekonomi, bidang arsitektur, bidang kesenian, dan bidang tarekat. Kemunduran kerajaan Safawi adalah sepeninggal Abbas I, berturut-turut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kindisi kerajaan tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Penyebab penting lainnnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan kerena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya. 12

B. Saran

Bagi penulis lain yang ingin mengangkat judul sejenis agar melakukan pengkajian yang lebih detail dan komprehensif untuk menyelesaikan masalahmasalah krusial dan subtantif dari makalah ini sehingga melahirkan karya yang lebih baik.

13

DAFTAR PUSTAKA Anonym. Tanpa tahun. Kerajaan Shafawi Di Persia.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja &ved=0CFcQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fsababjalal.files.wordpress.com%2F2012 %2F02%2Fkerajaan-safawi-dipersia.doc&ei=LxxlUKG_I8btrQepsIDYDg&usg=AFQjCNFc4ALAtA0Q_VPlT6fvt rc5fcZLjg&sig2=OD9bKb-T6NCiJsHlu5ThJw (online). Diakses pada Rabu, 01 November 2012. Pukul 7 : 15 pm. Amir Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzan. Bakri Syamsul. 2011. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yokyakarta : Fajar Media Press Hamka. 1961. Sejarah Umat Islam jilid III. Jakarta : NV Nusanrata.

14

Anda mungkin juga menyukai