DISUSUN OLEH
21SPIA
2023
PENDAHULUAN
Dinasti Safawiyyah (bahasa Persia: ;سلسله صفويانbahasa Azeri: )صفويلرadalah salah satu dinasti
terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini merupakan salah satu negeri Persia terbesar semenjak
penaklukan Muslim di Persia. Negeri ini juga menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi,
sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sejarah Muslim.
Safawiyyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722 (mengalami restorasi singkat dari tahun 1729
hingga 1736). Pada puncak kejayaannya, wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Azerbaijan,
Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan,
Turkmenistan dan Turki. Safawiyyah merupakan salah satu negeri mesiu Islam selain
Utsmaniyah dan Mughal.
Meskipun jatuh pada tahun 1736, salah satu warisan terbesarnya adalah kebangkitan Persia
sebagai benteng ekonomi antara timur dan barat, pendirian negara yang efisien dan birokrasi
yang didasarkan pada “check and balance”, dan inovasi arsitektur dan seni. Selain itu, karena
Safawiyyah pula Syiah menyebar ke seluruh Iran dan daerah sekitarnya.
1
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah
Sebelum berdirinya Dinasti Safawiyah, Islam telah ada di Persia pada zaman khalifah Abu Bakar.
Pada zaman itu, Islam berhasil menaklukan Qadisiah, ibu kota Dinasti Sasan di Persia (637 M). Melalui
Persia, Islam melanjutkan penaklukan ke Dinasti Sind (India). Dinasi Umayyah kemudian melanjutkan
perluasan ke wilayah-wilayah Persia sehingga luas wilayahnya hampir sama dengan kekuasaan Iskandar
Agung sebelumnya. Pada zaman Abbasiyah, unsur-unsur Persia mewarnai berbagai kegiatan ilmiah.
Selain itu, sebelum Dinasti Safawiyah terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan lokal (disrik) yang berada di
bawah dinasti-dinasti besar. Dinasti-dinasti tersebut diantaranya adalah: (a) Dinasti Bawandiah di
Tabaristan, (b) Dinasti Rawadiah di Tabarisatan, (c) Dinasti Thahiriah, sampai berakirnya Dinasti Saljuk
yang ditandai dengan berdirinya dinasti-dinasti kecil.
Salah satu dinasti kecil adalah Dinasti Il Khaniyah (1256-1353 M) dengan ibu kota Tabris dan Maragha.
Dinasti Saljuk telah mewariskan pola-pola yang khas, yaitu iqtha’ (penyebaran pasukan dengan memberi
hak pengelolaan tanah kepada panglima) kepada Il Khaniyah. Dinasti Il Khaniyah berakhir karena
terpecahnya menjadi dinasti-dinasi kecil lagi. Kemudian dinasti-dinasti tersebut ditundukkan oleh Timur
Lenk yang dikenal dengan Dinasti Timuriah (1370-1506 M). Dinasti ini berjalan tidak stabil karena orang
Mongol dan campur tangan Turki. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak puas melakukan gerakan-
gerakan. Salah satunya adalah gerakan tarekat Safawiyah yang dipimpin oleh Syakh Safi al-Din (1252-
1334 M).[1] Setelah itu muncullah Dinasti Safawiyah.
Dinasti Safawiyah merupakan salah satu dari tiga kerajaan Islam yang besar di abad keenam belas.
Dinasti Safawiyah berkuasa pada tahun 1501-1722 M.. Kerajaan Safawiyah ini merupakan salah satu
kerajaan yang berlandaskan keadaan syi’ah Dua Belas Imam. Wilayah kerajaannya meliputi Iran,
Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Iraq, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, serta
Turmenistan dan Turki.[2]
___________________
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Diva Press,2015), hlm. 325
2
Mulanya Dinasti Safawiyah merupakan sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Azerbaijan. Selama
beberapa waktu, sufi Safawi Azerbaijan telah melakukan serangan terhadap orang-orang kristen Georgia
dan Kaukasus. Tetapi gerakan tersebut mengakibatkan murka dari para amir Mesopotamia dan Iran barat.
Pada tahun 1500 M, Ismail yang berusia 16 tahun meneruskan kedudukan sebagai guru ordo dan bersiap
untuk membalas dendam ayahnya, yang tewas di tangan para amir. Pada tahun 1501 M, Ismail
menaklukkan Tabriz dalam perjalanan kampanyenya, kemudian menundukkan seluruh Iran dalam dekade
berikutnya. Dia menyatakan bahwa Syi’ah Dua Belas Imam menjadi agama resmi kekaisaran baru[3].
Nama Safawiyah itu sendiri diambil dari nama pendiri tarekat tersebut, yakni Safi al-Din (1252-1334
M).[4] Safi al-Din merupakan keturunan yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia adalah
keturunan imam Syi’ah keenam, Musa al-Khazim. Gurunya bernama Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidin
(1216-1301M) atau yang dikenal dengan Zahid al-Gilani. Beliau merupakan murid yang berprestasi dan
tekun dalam bidang tasawuf, lalu beliau pun dijadikan menantu oleh gurunya. Setelah wafatnya Zahid al-
Ghilani pada tahun 1301 M, beliau pun menggantikannya. [5]
Ismail adalah penguasa pertama Dinasti Safawiyah yang telah memerintah selama (1501–1524 M).
Sepuluh tahun pertama dalam kepemimpinannya, ia telah berhasil menguasai hingga ke seluruh Persia
dan wilayah subur “bulan sabit”. Kemenangan tersebut membuat Ismail berambisi untuk menguasai
daerah-daerah lain, sehingga terdorong untuk terus menambah kekuasaan sampai berhadapan dengan
kekuatan Dinasti Turki Usmani di daerah Chaldiran pada tahun 1514 M. Namun, kemenangan berada
dalam pihak Turki Usmani. Di wilayah sebelah barat dan timur memang menjadi musuh bebuyutan
kerajaan safawi. Perseteruan ini berlangsung selama pemerintahan Ismail, Tahmasp I, Ismail II, dan
Muhammad Khudabanda. Menyikapi hal tersebut, pada masa Abbas I (1528-1688 M), beliau berhasil
memulihkan Dinasti Safawi dengan mengambil langkah-langkah, sehingga menjadikan kekuatan Dinasti
Safawi kembali pulih. Beliau juga mengerahkan pasukannya untuk kembali merebut kekuasaan
wilayahnya.
__________________
ibid, hlm.326
3
Pada tahun 1598 M, ia berhasil menaklukan Heralt, Marw, dan Balkh. Pada tahun 1602 M, pasukan
Abbas I juga berhasil mengambil alih wilayah Tibriz, Sirwan, dan Baghdad. Ia juga berhasil mengusir
pasukan Portugis dari teluk Persi di Hurmuz dan membangun Bandar Abbas sebagai pelabuhan baru
dalam hal untuk perdagangan di jalur laut Persia-India. Dinasti Safawiyah menjadikan Syi’ah sebagai
madzhab resmi agama. Hal ini dikarenakan pendirinya menurut suatu riwayat adalah keturunan Musa al-
Khazim, imam ketujuh Syi’ah Itsna Asyariyah.
4. Ibrahim (1427-1447 M)
5. Juneid ( 1447-1460 M)
6. Haidar (1460-1494 M)
7. Ali (1494-1501 M)
8. Ismail (1501-1524 M)
9. Tahmasp I (1524-1576 M)
4
C. MASA KEEMASAN DINASTI SAFAWIYAH
2. Bidang Agama
Pada masa Abbas I, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah
sebelumnya, yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara,
melainkan ia menanamkan sikap toleransi.
Stabilitas politik kerajaan safawiyah pada masa Abbas I telah memacu perkembangan
perekonomiannya, terutama setelah pulau Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun
diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, maka salah satu jalur
dagang laut antara negara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda,
Inggris, dan Perancis, akhirnya menjadi milik kerajaan safawi.
5
3. Bidang Ekonomi
Dalam sejarah islam, Persia dikenal sebagai bangsa berperadaban tinggi dan
berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Maka dari itu, tidaklah
mengherankan jika pada masa kerajaan safawiyah, terutama pada masa Abbas I, tradisi
keilmuan terus berkembang.
5. Bidang Seni
Di bidang seni, kemajuan terlihat dari gaya arsitektur bangunan, seperti masjid Syah
yang dibangun pada tahun 1603 M. Adapun unsur seni lainnya dalam bentuk kerajinan
tangan, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar, dan lain-lain.
Pada hakikatnya, seni lukis mulai dirintis pada masa Tahmasp I. Sedangkan, pada tahun
1522 M. Ismail I menghadirkan seorang pelukis bernama Bizhard ke Tabriz. Pada masa
Abbas I, kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat,
syair, dan lain sebagainya semakin berkembang. Adapun salah satu pujangga yang
terkenal pada masa ini adalah muhammad bagir bin muhammad damad (ahli pasti dan
ilmu filsafat).
6
D. KEMUNDURAN DINASTI SAFAWIYAH
Terjadinya kemunduran pemerintahan pusat berlangsung sepeninggal Abbas I. Setelah
Abbas I meninggal dunia, tidak ada seorangpun yang mempunyai visi atau kecakapan
sepertinya, apalagi seusai perjanjian dengan kerajaan Turki Ustmanipada tahun 1639.
Saat itu, pasukan militer safawiyah terbengkalai dan terpecah menhjadi sejumlah
resimen kecil.
Selain itu, administrasi pusat juga mengalami perpecahan. Bahkan, beberapa prosedur
penertiban pajak dan distibusi pendapatan negara menjadi tidak terkendalikan.
7
5. Lemahnya para sultan. ini sebagai akibat dari tidak adanya
sistem pengkaderan yang terencana bagi calon penerus
kekuasaaan, lantaran dikhawatirkan menjadi bumerang
bagi raja yang mengkadernya, sekaligus mengambil alih
kepemimpinan sebelum waktunya. Adapun penyebab
lainya dari kelemahan mereka adalh disibukkan oleh
urusan kemewahan dan mabuk-mabukkan.
8
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA