Anda di halaman 1dari 11

DINASTI SHAFAWIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah islam pertengahan

DISUSUN OLEH

Siti Ariqah Fadhillah : 2110402001

Syafira Azzahra : 2120402012

Dosen Pengampu : Padila, M.Hum

21SPIA

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
PENDAHULUAN

Dinasti Safawiyyah (bahasa Persia: ‫ ;سلسله صفويان‬bahasa Azeri: ‫ )صفويلر‬adalah salah satu dinasti
terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini merupakan salah satu negeri Persia terbesar semenjak
penaklukan Muslim di Persia. Negeri ini juga menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi,
sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sejarah Muslim.
Safawiyyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722 (mengalami restorasi singkat dari tahun 1729
hingga 1736). Pada puncak kejayaannya, wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Azerbaijan,
Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan,
Turkmenistan dan Turki. Safawiyyah merupakan salah satu negeri mesiu Islam selain
Utsmaniyah dan Mughal.
Meskipun jatuh pada tahun 1736, salah satu warisan terbesarnya adalah kebangkitan Persia
sebagai benteng ekonomi antara timur dan barat, pendirian negara yang efisien dan birokrasi
yang didasarkan pada “check and balance”, dan inovasi arsitektur dan seni. Selain itu, karena
Safawiyyah pula Syiah menyebar ke seluruh Iran dan daerah sekitarnya.

1
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah

Sebelum berdirinya Dinasti Safawiyah, Islam telah ada di Persia pada zaman khalifah Abu Bakar.
Pada zaman itu, Islam berhasil menaklukan Qadisiah, ibu kota Dinasti Sasan di Persia (637 M). Melalui
Persia, Islam melanjutkan penaklukan ke Dinasti Sind (India). Dinasi Umayyah kemudian melanjutkan
perluasan ke wilayah-wilayah Persia sehingga luas wilayahnya hampir sama dengan kekuasaan Iskandar
Agung sebelumnya. Pada zaman Abbasiyah, unsur-unsur Persia mewarnai berbagai kegiatan ilmiah.
Selain itu, sebelum Dinasti Safawiyah terdapat sejumlah kerajaan-kerajaan lokal (disrik) yang berada di
bawah dinasti-dinasti besar. Dinasti-dinasti tersebut diantaranya adalah: (a) Dinasti Bawandiah di
Tabaristan, (b) Dinasti Rawadiah di Tabarisatan, (c) Dinasti Thahiriah, sampai berakirnya Dinasti Saljuk
yang ditandai dengan berdirinya dinasti-dinasti kecil.

Salah satu dinasti kecil adalah Dinasti Il Khaniyah (1256-1353 M) dengan ibu kota Tabris dan Maragha.
Dinasti Saljuk telah mewariskan pola-pola yang khas, yaitu iqtha’ (penyebaran pasukan dengan memberi
hak pengelolaan tanah kepada panglima) kepada Il Khaniyah. Dinasti Il Khaniyah berakhir karena
terpecahnya menjadi dinasti-dinasi kecil lagi. Kemudian dinasti-dinasti tersebut ditundukkan oleh Timur
Lenk yang dikenal dengan Dinasti Timuriah (1370-1506 M). Dinasti ini berjalan tidak stabil karena orang
Mongol dan campur tangan Turki. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak puas melakukan gerakan-
gerakan. Salah satunya adalah gerakan tarekat Safawiyah yang dipimpin oleh Syakh Safi al-Din (1252-
1334 M).[1] Setelah itu muncullah Dinasti Safawiyah.

Dinasti Safawiyah merupakan salah satu dari tiga kerajaan Islam yang besar di abad keenam belas.
Dinasti Safawiyah berkuasa pada tahun 1501-1722 M.. Kerajaan Safawiyah ini merupakan salah satu
kerajaan yang berlandaskan keadaan syi’ah Dua Belas Imam. Wilayah kerajaannya meliputi Iran,
Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Iraq, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, serta
Turmenistan dan Turki.[2]

___________________

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004),hlm.131-132

Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Diva Press,2015), hlm. 325

2
Mulanya Dinasti Safawiyah merupakan sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Azerbaijan. Selama
beberapa waktu, sufi Safawi Azerbaijan telah melakukan serangan terhadap orang-orang kristen Georgia
dan Kaukasus. Tetapi gerakan tersebut mengakibatkan murka dari para amir Mesopotamia dan Iran barat.
Pada tahun 1500 M, Ismail yang berusia 16 tahun meneruskan kedudukan sebagai guru ordo dan bersiap
untuk membalas dendam ayahnya, yang tewas di tangan para amir. Pada tahun 1501 M, Ismail
menaklukkan Tabriz dalam perjalanan kampanyenya, kemudian menundukkan seluruh Iran dalam dekade
berikutnya. Dia menyatakan bahwa Syi’ah Dua Belas Imam menjadi agama resmi kekaisaran baru[3].

Nama Safawiyah itu sendiri diambil dari nama pendiri tarekat tersebut, yakni Safi al-Din (1252-1334
M).[4] Safi al-Din merupakan keturunan yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia adalah
keturunan imam Syi’ah keenam, Musa al-Khazim. Gurunya bernama Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidin
(1216-1301M) atau yang dikenal dengan Zahid al-Gilani. Beliau merupakan murid yang berprestasi dan
tekun dalam bidang tasawuf, lalu beliau pun dijadikan menantu oleh gurunya. Setelah wafatnya Zahid al-
Ghilani pada tahun 1301 M, beliau pun menggantikannya. [5]

B. Pemerintahan Dinasti Safawiyah

Ismail adalah penguasa pertama Dinasti Safawiyah yang telah memerintah selama (1501–1524 M).
Sepuluh tahun pertama dalam kepemimpinannya, ia telah berhasil menguasai hingga ke seluruh Persia
dan wilayah subur “bulan sabit”. Kemenangan tersebut membuat Ismail berambisi untuk menguasai
daerah-daerah lain, sehingga terdorong untuk terus menambah kekuasaan sampai berhadapan dengan
kekuatan Dinasti Turki Usmani di daerah Chaldiran pada tahun 1514 M. Namun, kemenangan berada
dalam pihak Turki Usmani. Di wilayah sebelah barat dan timur memang menjadi musuh bebuyutan
kerajaan safawi. Perseteruan ini berlangsung selama pemerintahan Ismail, Tahmasp I, Ismail II, dan
Muhammad Khudabanda. Menyikapi hal tersebut, pada masa Abbas I (1528-1688 M), beliau berhasil
memulihkan Dinasti Safawi dengan mengambil langkah-langkah, sehingga menjadikan kekuatan Dinasti
Safawi kembali pulih. Beliau juga mengerahkan pasukannya untuk kembali merebut kekuasaan
wilayahnya.

__________________

Karen Armstrong, Sejarah Islam, (Bandung : Mizan, 2014), hlm. 177-178

Rizem Aizid, Op.Cit, hlm. 325

ibid, hlm.326

3
Pada tahun 1598 M, ia berhasil menaklukan Heralt, Marw, dan Balkh. Pada tahun 1602 M, pasukan
Abbas I juga berhasil mengambil alih wilayah Tibriz, Sirwan, dan Baghdad. Ia juga berhasil mengusir
pasukan Portugis dari teluk Persi di Hurmuz dan membangun Bandar Abbas sebagai pelabuhan baru
dalam hal untuk perdagangan di jalur laut Persia-India. Dinasti Safawiyah menjadikan Syi’ah sebagai
madzhab resmi agama. Hal ini dikarenakan pendirinya menurut suatu riwayat adalah keturunan Musa al-
Khazim, imam ketujuh Syi’ah Itsna Asyariyah.

Adapun silsilah raja Dinasti Safawiyah ialah :

1. Safi al-Din (1252-1334 M)

2. Sadar al-Din Musa (1334-1339 M)

3. Khawajah ali (1399-1427 M)

4. Ibrahim (1427-1447 M)

5. Juneid ( 1447-1460 M)

6. Haidar (1460-1494 M)

7. Ali (1494-1501 M)

8. Ismail (1501-1524 M)

9. Tahmasp I (1524-1576 M)

10. Ismail II (1576-1577 M)

11. Muhammad Khudabanda (1577-1588 M)

12. Abbas I (1588-1628 M)

13. Safi Mirza (1628-1642 M)

14. Abbas II (1642-1667 M)

15. Sulaiman ( 1667-1694 M)

16. Husein (1694-1722 M)

17. Tahmasp II (1722-1732 M)

18. Abbas III (1732-1736 M)

4
C. MASA KEEMASAN DINASTI SAFAWIYAH

1. Bidang Politik dan Sosial


Keadaan politik pada masa Dinasti Safawiyah mulai bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta
pada tahun 1587-1629. Ia menata administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Langkah-
langkah yang ditempuh olehnya guna memulihkan politik Dinasti Safawiyah ialah sebagai
berikut:
a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat
b. Pemindahan ibu kota ke Isfahan
c. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas kerajaan safawiyah dengan cara
membentuk pasukan baru yang beranggotakan bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia
yang telah ada sejak Tahmasp I.
d. Mengadakan perjanjian damai dengan Kerajaan Turki Usmani
e. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah dalam khutbah jum’at.

2. Bidang Agama

Pada masa Abbas I, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah
sebelumnya, yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah menjadi agama negara,
melainkan ia menanamkan sikap toleransi.

Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan, Abbas I menerapkan paham toleransi


atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah tidak lagi menjadi paksaan. Bahkan,
orang sunni dapat bebas mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu, para pendeta
nasrani juga dipersilahkan mengembangkan ajaran agama secara leluasa. Sebab, telah
banyak bangsa Armenia yang menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

Stabilitas politik kerajaan safawiyah pada masa Abbas I telah memacu perkembangan
perekonomiannya, terutama setelah pulau Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun
diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, maka salah satu jalur
dagang laut antara negara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda,
Inggris, dan Perancis, akhirnya menjadi milik kerajaan safawi.

5
3. Bidang Ekonomi

Selain sektor perdagangan, kerajaan safawi juga mengalami kemajuan di sektor


pertanian, khususnya di daerah bulan sabit subur ( fertile crescent). Tetapi, setelah
Abbas I meninggal dunia, perekonomian safawi mengalami kemunduran secara
perlahan. Dan, puncak kemundurannya terjadi padamasa kekuasaan Syafi Mirza. Pada
masa ini, rakyat cenderung cuek, karena mereka mengalami penindasan dari Syafi
Mirza. Meskipun begitu, banyak saudagar bangsa asing berdiam di Iran sekaligus
mengendalikan ekonomi.

Dalam sejarah islam, Persia dikenal sebagai bangsa berperadaban tinggi dan
berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Maka dari itu, tidaklah
mengherankan jika pada masa kerajaan safawiyah, terutama pada masa Abbas I, tradisi
keilmuan terus berkembang.

Berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa kerajaan safawiyah terkait doktrin


mendasar bahwa kaum syi’ah tidak boleh taklid dan pintu ijtihad selamanya terbuka.
Mereka berbeda dengan kaum sunni yang meyakini bahwa ijtihad telah berhenti dan
orang-orang harus taklid. Sedangkan kaum syi’ah tetap berpendirian bahwa mujtahid
tidak terputus selamnya.

5. Bidang Seni

Di bidang seni, kemajuan terlihat dari gaya arsitektur bangunan, seperti masjid Syah
yang dibangun pada tahun 1603 M. Adapun unsur seni lainnya dalam bentuk kerajinan
tangan, karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, tembikar, dan lain-lain.

Pada hakikatnya, seni lukis mulai dirintis pada masa Tahmasp I. Sedangkan, pada tahun
1522 M. Ismail I menghadirkan seorang pelukis bernama Bizhard ke Tabriz. Pada masa
Abbas I, kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat,
syair, dan lain sebagainya semakin berkembang. Adapun salah satu pujangga yang
terkenal pada masa ini adalah muhammad bagir bin muhammad damad (ahli pasti dan
ilmu filsafat).

6
D. KEMUNDURAN DINASTI SAFAWIYAH
Terjadinya kemunduran pemerintahan pusat berlangsung sepeninggal Abbas I. Setelah
Abbas I meninggal dunia, tidak ada seorangpun yang mempunyai visi atau kecakapan
sepertinya, apalagi seusai perjanjian dengan kerajaan Turki Ustmanipada tahun 1639.
Saat itu, pasukan militer safawiyah terbengkalai dan terpecah menhjadi sejumlah
resimen kecil.

Selain itu, administrasi pusat juga mengalami perpecahan. Bahkan, beberapa prosedur
penertiban pajak dan distibusi pendapatan negara menjadi tidak terkendalikan.

Melemahnya pemerintahan pusat menyebabkan terjadinya berbagai pemberontakan


otoritas safawiyah. Pada abad ke 18, iran dilanda kondisi anarkis. Adapun diantara
pihak yang memperebutkan kekuasaan politik yang paling besar ialah rezim Afgan,
afshar, zand, dan qatar. Lantas pada tahun 1724, Ghalzai Afgan mengambil alih
kekuasaan atas isfahan. Kemudian iran diserangoleh kerajaan turki dan rusia yang
berbatasan dengannya.

Adapun penyebab kemunduran dan kehancuran dinasti safawiyah diantaranya adalah


sebagai berikut:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan turki


ustmani. Berdirinya kerajaan safawiyah bermadzhab
syi’ah menjadi ancaman bagi kerajaan turki ustmani

2. Terjadinya degradasi moral yang melanda sebagian


pemimpin kerajaan safawiyah. Ini turut mempervepat
proses kehancuran kerajaan itu

3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh


Abbas I tidak mempunyai semangat perjuangan yang
tinggi

4. Sering kali terjadi konflik internal dalam bentuk


perebutan kekuasaan di kalangan istana.

7
5. Lemahnya para sultan. ini sebagai akibat dari tidak adanya
sistem pengkaderan yang terencana bagi calon penerus
kekuasaaan, lantaran dikhawatirkan menjadi bumerang
bagi raja yang mengkadernya, sekaligus mengambil alih
kepemimpinan sebelum waktunya. Adapun penyebab
lainya dari kelemahan mereka adalh disibukkan oleh
urusan kemewahan dan mabuk-mabukkan.

6. Lemahnya ekonomi. Penyebab lainnya ialah ketamakan


sultan dalam mendapatkan meriam eropa, sehingga
mereka membebaskan niagawa eropadari bea masuk dan
keluar bagi komoditas eropa serta safawiyah. Akibatnya
pemasukkan negara berkurang. Selain itu, penggunaan
uang negara demi mendukung kehidupan mewah
keluarga raja juga mengurangi kas negara dalam jumlah
banyak, sehingga gaji tentara juga tidak terbayarkan.

7. Kehancuran safawiyah juga disebabkan oleh sebuah


perubahan yang luar biasa dalam hal hubungan negara
dengan agama. Semula, safawiyah merupakan sebuah
gerakan. Namun, setelah berkuasa, afawiyah justru
menekan bentuk millenarian islam sufi sembari
cenderung kepada pembentukan lembaga ulama negara.
Safawiyah menjadikan syiisme sebagai agama resmi iran,
sekaligus mengeliminir pengikut sufi mereka, sebagai
mana yang dilakukan terhadap ulama sunni.

8
KESIMPULAN

Dinasti Safawiyah berasal dari sebuah gerakan Tarekat yang


berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini
diberi nama Tarekat Safawiyah, yang diambil dari nama
pendirinya, yaitu Shafi Ad-din (1252-1334 M), dan nama
Safawi itu terus dipertahankan sampai Tarekat ini menjadi
gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah
gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, yakni kerajaan
Safawi.

Puncak kerajaan safawiyah adalah pada saat kepemimpinan


Abbas I, pda masa itu kerajaan ini mengalami banyak
kemajuan diantaranya kemajuan dalam bidang politik
dan sosial, bidang agama, ekonomi, ilmu pengetahuan
dan yang terakhir adalah bidang kesenian. Tapi pada
masa setelah kepemimpinan Abbas I justru mengalami
banyak kemunduran yang akhirnya mengakibatkan
hancurnya dinasti Safawiyah, hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya, konflik berkepanjangan
dengan kerajaan Turki Ustmani, terjadinya degradasi
moral pada sebagian petinggi negara,pasukan budak
yang di bentuk Abbas I tidak mempunyai semangat yang
tinggi, perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana,
lemahnya para sultan dan ekonomi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka


Bani Quraisy , 2004)

Rizem Azizid, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta : Diva


Press, 2015)

Karen Amstrong, Sejarah Islam (Bandung : Mizan 2014)

Anda mungkin juga menyukai