D. Sebagaimana diketahui bahwa kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah
melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-
Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750
M) s. d 656 H (1258). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Ketika dinasti Umayyah berkuasa Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan.
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi
kepada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani
abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang
semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang bersifat politik.
Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap, setelah menjalani
hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar. Barulah usaha perlawanan itu berhasil
ditangan Abu abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap seluruh Bani Umayyah,
termasuk khalifah Marwan II yang sedang berkuasa
E. Agama Islam hadir di tanah Spanyol modern pada saat yang hampir sama dengan Zaman
Kejayaan Islam. Kemunculan Islam di negeri tersebut tercatat dari tahun 709 hingga 1614,
dimulai dengan pemerintahan Arab dan berakhir dengan pengusiran Moriscos dari Andalusia.
Setelah jatuhnya peradaban Muslim di Spanyol, banyak orang Islam yang tetap bertahan di
sana karena dianggap masih aman untuk hidup bertoleransi. Namun, pada masa Inkuisisi,
semua hak kaum Muslimin dicabut, sehingga membuat hidup mereka menjadi sulit. Mereka
tak memiliki pilihan lain selain untuk pindah. Akhirnya, pada awal abad ke-17, sebagian
besar Muslim diusir secara paksa.
Dalam beberapa dekade terakhir, imigrasi telah menghasilkan kebangkitan kembali
keberadaan umat Islam di Spanyol. Pada zaman modern ini, setidaknya ada lebih dari satu
juta Muslim tinggal di Spanyol. Sebagian besar dari mereka berasal dari negara Afrika Utara
dan Asia, seperti Maroko, Suriah, Lebanon, Irak, Iran, hingga Bangladesh, India, dan
Pakistan.
Selain itu, tercatat sekitar 20.000 hingga 50.000 orang memutuskan untuk menjadi mualaf di
negara yang berbatasan dengan Portugis dan Prancis itu. Banyak dari mereka yang menetap
di wilayah selatan Andalusia dan membuka pusat pembelajaran Muslim yang menarik
pengunjung dari seluruh dunia.
F. Agama Islam tersebar secara berkelanjutan di Afrika pada masa Kekhalifahan Rasyidin,
dan masuk melalui wilayah-wilayah Mesir, Nubia, Ethiopia, serta Afrika Utara lainnya. Pada
awal masuknya Islam di Mesir, penduduk Koptik memberikan dukungan karena pasukan
Muslim membebaskan mereka dari tekanan Kekaisaran Romawi Timur. Pada masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, panglima Amr bin Ash dan Uqbah bin
Nafi' memimpin pasukan Muslim hingga Libya, yaitu pada sekitar tahun 21 H. Selanjutnya
pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin 'Affan, panglima Abdullah bin
Sa'ad dan Abdullah bin Zubair melanjutkan hingga ke Tunisia, dengan mengalahkan pasukan
Bizantium (25 H) dan Berber (33 H).
Pada masa Kekhalifahan Umayyah, terjadi beberapa kali pemberontakan Berber di wilayah
Afrika Utara, yang berhasil dipadamkan antara lain oleh panglima Muawiyah bin Hudaij,
Uqbah bin Nafi', Abu al-Muhajir Dinar, Zuhair bin Qais, Hassan bin Nu'man, Musa bin
Nushair, dan Thariq bin Ziyad.
Penyebaran Islam kemudian tersebar lebih jauh lagi dengan melintasi Gurun Sahara, terutama
oleh kaum Murabithun yang pada abad ke-11 menaklukkan Maroko, Ghana, dan daerah-
daerah lainnya.Selanjutnya kaum Muwahiddun melanjutkan ke Afrika Barat dan Afrika
Tengah sampai pada 541 H.Setelah itu timbullah kerajaan-kerajaan Islam yang didirikan oleh
suku-suku penduduk asli pedalaman Afrika di Mali, Chad, Sudan, Nubia, Somalia, Zanzibar,
Malawi, Kongo, dan Mozambik yang terus melanjutkan penyebaran agama Islam melalui
dakwah dan pedagangan pada abad-abad selanjutnya.
G.
A. Awal Peradaban Islam di Persia
Peradaban Islam yang berasal dari buah usaha ahli fikir dan ilmu pengetahuan dari zaman
kuno, ditambah dengan alam pikiran dan teori-teori pengetahuan orang-orang Islam di Persia
dan India, menjadi semarak berkembang.
Persia muncul sebagai sebuah Negara Syia'ah di bawah Dinasti Safawi, Wangsa Mughul
Akbar menegakkan pemerintahannya di India. Dengan ketiga dinasti ini masyarakan Islam
memasuki zaman baru dan sejarahnya.
Sejarah Persia abad kesepuluh Hijriah, kecuali mengalami masa-masa peluasan semantara
disekitar perbatasan-perbatasan Afghan dan asia Tengah, menjadi sejarah yang lama makin
merupakan sejarah sebuah Negara Nasional bukan sejarah Islam. Jadi telah memperlihatkan
tanda-tanda yang telah menjadi ciri negara-negara Islam sekarang.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa perkembangan peradaban Islam baru bekembang di
Persia sejak dinasti Abbasyiah di Baghdad mengalami kemunduran dan munculnya Dinasti-
dinasti baru. Namun demikian, perkembangan peradaban Islam kala itu masih sebatas
permulaan. Sejatinya, perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya
kerajaan Safawi yang dipelopori oleh Safi al-Din yang hidup sejak tahun 1252 hingga 1334
M. Kerajaan ini berdiri di saat kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan ini pertama kali dipimpin oleh Ismail. Ia berkuasa kurang lebih selama 23 tahun,
yakni antara tahun 1501 sampai 1524 M.
Kerajaan Safawi itu sendiri berasal dari sebuah gerakan tarekat bernama Safawiyah yang
berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan
dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki. Hingga di masa perkembangannya, nama
Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Sebagai pendiri kerajaan, Safi al-Din dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan
keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia
berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi dan menjadi menantunya, ia mendirikan
tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini
bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’aH Namun pada
perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan
keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri
yang berada di luar Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar
Khalifah untuk memimpin murid-murid di daerahnya masing-masing.
B. Proses Perkembangan Peradaban Islam di Persia
Peradaban Islam di Persia berkembang cukup cepat. Hal ini ditandai dengan mulai meluasnya
daerah kekuasaan pada masa kepemerintahan Abbas I yang menjadi raja kelima dari dinasti
Safawi. Meskipun pada masa pemerintahannya sering terjadi perebutan daerah kekuasaan
dengan kerajaan Turki Usmani yang notabenenya sebagai sesama kerajaan Islam, namun
pada masa pemerintahannya inilah, perkembangan peradaban Islam mulai berkembang pesat.
Ahmad al-Santanawi mengungkapkan bahwa perkembangan peradaban Islam di Persia
diawali dengan penunjukkan kota Isfahan sebagai Ibu kota kerajaan Safawi pada saat Abbas I
menjadi penguasa kerajaan Safawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya,
yakni Jayy dan Yahudiyyah yang didirikan oleh Buchtanashshar atau Yazdajir I atas anjuran
istrinya yang beragama Yahudi.
Terjadi perbedaan pendapat tentang kapan kota ini masuk dalam wilayah Islam. Pemdapat
pertama mengatakan bahwa penaklukkan kota ini terjadi pada tahun 19 H atas perintah
khalifah Umar Ibn Khattab. Sedangkan pendapat kedua yang beraliran Bashrah menyebutkan
bahwa kota ini ditaklukkan pada tahun 23 H di bawah pimpinan Abu Musa al-Asy’ari.
Namun terlepas dari kedua perbedaan di atas, al-Santanawi menyatakan bahwa Isfahan
menjadi kota penting sebagai pusat industri dan perdagangan setelah penaklukkan kedua
terjadi pada masa dinasti Abbasiyyah.
Dengan demikian, peradaban Islam di Persia mulai berkembang pesat setelah kota Isfahan
berhasil ditaklukkan oleh bala tentara Dinasti Abbasiyyah untuk yang kedua kalinya.
Berangkat dari fakta ini, dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan peradaban Islam di
Persia dilakukan dalam rangka perluasan daerah kekuasaan.