Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Hasil Peradaban Dinasti Turki Utsmani

Untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah Sejarah Islam Pertengahan

Disusun Oleh Kelompok 7 :

Yozha Mahendra (2110402005)

M Rifki Defliansyah (2120402022)

Dosen Pengampu: PADILA,M.Hum

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

UNIVERSITAS UIN RADEN FATAH PALEMBANG 2022


Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dinasti Turki Utsmani merupakan kekhalifahan islam yang mempunyai


pengaruh besar dalam peradaban didunia Islam. hal itu dikarenakan kerajaan
usmani pernah mengalahkan bangsa mongol dan Eropa dalam penaklukakkan
pusat peradaban dan pusat agama nasrani.setelah penaklukkan tersebut kerajaan
Utsmani memiliki kejayaan sehingga kerajaan tersebut mampu memperluas
daerah kekuasaanya ke Eropa. Selain itu Kemajuan dan perkembangan ekspensi
kerajaan telah diraih oleh kerajaan turki yang demikian luas dan dapat dikatakan
cepat serta diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang
kehidupan , termasuk dalam aspek peradabannya

Dari hasil sejarahnya yang panjang tentunya kerajaan Turki Utsmani memiliki
hasil-hasil peradaban yang ditinggalkannya yang akan dibahas di dalam makalah
ini.

2
Pembahasan

A. Hasil Peradaban Dinasti Turki Utsmani


1. Bidang Pemerintahan dan Militer

Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama adalah orang-


orang yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan
luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Utsmani sehingga mencapai masa
keemasannya bukan hanya karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih
banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu; yang terpenting di
antaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya
yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.1

a) Pengorganisasian Militer
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai
diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata
dengan Eropa. Sehubungan dengan itu, pasukan tempur yang besar
sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi
tempur militer Utsmani berlangsung tanpa halangan berarti. Akan
tetapi, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer ini
dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa
diri- nya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji.
Akan tetapi, keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan
jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam kemiliteran.2
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak
hanya dalam bentuk mutasi personel-personel pimpinan, tetapi juga
diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki
dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih
kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 133-134.
2
Ibid., hlm. 134.

3
prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok
militer baru yang disebut pasukan Jannisariy atau Inkisyariyah.
Pasukan inilah yang dapat mengubah dinasti Utsmani menjadi mesin
perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar
dalam penaklukan negeri-negeri nonmuslim.3
Di samping Jannisariy, ada lagi prajurit dari tentara feodal yang
dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau
kelompok militer thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi karena ia
memiliki peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki
Utsmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Utsmani yang tangguh
mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer Utsmani yang
tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang sangat luas,
baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan di lapangan militer ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri
yang bersifat militer, disiplin, dan patuh pada peraturan. Tabiat ini
merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyang
mereka di Asia Tengah.4
b) Persenjataan Perang
Dalam persenjataan perang, Sultan Muhammad II memiliki
meriam ber- ukuran raksasa yang belum ada sebelumnya. Berat meriam
mencapai 18 ton serta panjangnya sekitar 5,23 meter dan diameternya
mencapai 0,635 meter. Panjang larasnya 3,14 meter dan tempat mesiunya
berdiameter 0,248 meter. Meriam khusus itu dipesan pada 1464 M. Selain
itu, pasukan artileri (bagian meriam) diperkuat sederet desainer insinyur di
bidang teknologi persenjataan, yang terkenal Saruca Usta dan Muslihiddni
Usta. Dengan meriam yang ter- canggih di zamannya mampu mengepung
dan menjebol benteng pertahanan musuh sewaktu penaklukan

3
Ibid., hlm. 134.
4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 201.

4
Konstantinopel. Kini meriam Muhammad II itu berada di Fort Nelson
Heritage Museum.5
Bubuk mesiu untuk meriam di masa Sultan Muhammad II dibuat
dan ditemukan oleh insinyur Islam Hasan Al-Rahman Najm Al-Din Al-
Ahdab dalam kitabnya Al-Furusiya wal-Muhasab Al-Harbiya dan Nihayat
Al-Su'ul wal- Ummiya fi Ta'allum A'mal Al-Furusiya. Selain itu juga
Hasan mengungkapkan torpedo yang digerakkan sistem roket berisi bahan
peledak. Kitab-kitab tentang strategi perang dan persenjataan, di antaranya
Kitab Al-Hiyal fi'l Hurub Ve Fath Almada'in Hifz Al-Durub (roket, bom,
dan panah api) ditulis oleh Komandan Turki Alaadin Tayboga Al-Umari
Al-Saki Al-Meliki Al-Nasir. Kitab tentang roket berjudul Kitabul Anik fil
Manajik Kitabul Hiyal fil Hurub Ve Fath ditulis oleh Ibnu Arabbugha.6

Senada dengan itu, Lothrop Stoddard mengatakan tidak seperti saudara


sepupunya Mughal, Turki Utsmani membangun imperium yang lebih lama
usianya. Imperium itu merupakan kerajaan tanpa peradaban. Hal ini disebabkan
mereka hanya sedikit mengenal kebudayaan. Satu-satunya yang mereka hargai
hanyalah kemajuan militer. Dalam peperangan mereka diakui sebagai bangsa
yang kuat, berani, dan tabah. Pada permulaan kemegahannya, Turki memiliki
pasukan meriam yang terbaik dan infanteri yang terkuat di dunia. Mereka
merupakan ancaman yang mengejutkan Eropa.7

Pernyataan Lothrop Stoddard ini tampaknya sedikit keliru. Meskipun Turki


Utsmani lebih mementingkan persenjataan militer, tetapi terbukti bahwa
peradaban-peradaban masa Turki Utsmani sama sekali tidak terabaikan. Per-
adaban pada saat itu sangat berkembang dan maju dengan pesatnya. Pada masa ini
pula banyak lahir ilmuwan-ilmuwan ternama yang menghasilkan karya yang
sangat terkenal.

5
Lihat Yudhi Fachrudin, "Turki Utsmani". Makalah tugas individu dipresentasikan pada
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Program Magister Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hlm. 14.
6
Heri Ruslan, Khazanah: Menelisik Warisan Peradaban Islam dari Apotek hingga
Komputer Analog, Jakarta: Republika, 2010), hlm. 128-129.
7
Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam, (Jakarta: Panitia Penerbit, 1966), hlm. 25.

5
2. Bidang Maritim

Setelah Konstantinopel dijadikan ibukota kerajaan Turki Utsmani. Istanbul


menjadi pusat pelayaran. Sultan Muhammad II menetapkan lautan dalam golden
horn sebagai pusat industri dan gudang persenjataan maritim dengan
memerintahkan Komandan Angkatan Laut, Hamza Pasha. Di bawah komando
Gedik Ahmed Pasha (1480 M) berhasil membangun kapal di Gallipoli Maritime
Arsenal. Marinir Turki mendominasi Laut Hitam dan menguasai Otranto.

Pada era kekuasaan Sultan Salim I (1512-1520 M), pusat persenjataan maritim
dimodifikasi. Salim berambisi menciptakan daulah Utsmani tidak hanya tangguh
di darat, tetapi juga kuat di laut. Pembangunan dan perluasan pusar persenjataan
maritim akhirnya dilakukan dari Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah
pengawasan Laksamana Cafer yang tuntas pada 1515 M dan tersedia 150 unit
kapal. Dilengkapi dengan kapal laut terbesar di dunia abad ke-16 M. Turki
Utsmani telah menguasai Mediterania, Laut Hitam, dan Samudra Hindia Atas
penguasaan laut, kerap disebut kerajaan yang bermarkas di atas kapal laut. Pada
masa kejayaannya, Turki Utsmani sempat menjadi adikuasa yang disegani
bangsa-bangsa di dunia, baik di darat dan di laut.8

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan


pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-
sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan,
sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-Azham (perdana
menteri) yang membawahi Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat
I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Al-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati).9

Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Suleiman I


disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa
Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai

8
Heri Ruslan, Khazanah: Menelisik Warisan Peradaban Islam dari Apotek hingga
Komputer Analog, hlm. 131-132.
9
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 201.

6
datangnya reformasi pada abad ke-19 M. Karena jasa Sultan Suleiman I yang
amat berharga ini, di ujung namanya ditambah dengan gelar Al-Qanuni.10

3. Bidang Pendidikan serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemajuan bidang intelektual di abad ke-19 M pada masa pemerintahan Turki


Utsmani tampaknya tidak lebih menonjol dibandingakan bidang politik dan
kemiliteran. Dari aspek-aspek intelektual yang dicapai pada periode ini, di
antaranya terdapat tiga buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu a)
harian berita Takvini Veka (1831); b) Jurnal Tasviri Efkyar (1862); c) Jurnal
Terjumani Ahval (1860).

a) Transformasi pendidikan
Dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah (1861)
dan perguruan tinggi (1869), dan juga mendirikan fakultas kedokteran dan
fakultas hukum. Pada masa Sultan Suleiman, pembangunan fasilitas
pendidikan mencapai 106 madrasah. Hal ini menunjukkan adanya
perkembangan yang sangat pesat dan terbesar dari semua sultan yang
pernah berkuasa atas takhta Utsmani. Perkembangan pendidikan ini
membuktikan bahwa Suleiman lebih fokus terhadap pendidikan
dibandingkan dengan sultan-sultan lainnya. Pendidikan masa Sultan
Suleiman juga termasuk unik, di antaranya pendidikan berdasarkan bakat
bawaan dari murid sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
Kemudian, pendidikan lanjutan bagi murid tergantung atas minat yang
mereka miliki. Di sinilah pada masa Sultan Suleiman pembangunan
madrasah mencapai angka tertinggi.
Sementara itu, pada masa Mahmud II, ia mengirimkan para pelajar
yang berprestasi ke Prancis untuk melanjutkan studinya, dan hal ini
sebelumnya tidak pernah terjadi.11 Pembaruan yang dilakukan oleh
Mahmud II di bidang pendidikan dinasti Utsmani mengalami kemajuan

10
Ibid, hlm. 201-202 dan lihat juga Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 135.
11
Lihat Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 187-188.

7
yang lumayan signifikan di- banding masa-masa Sultan sebelumnya. Akan
tetapi, masih menekankan pada pendidikan militer. Mahmud II mendirikan
sekolah kedokteran (Thibane-I Amire) pada 1827 dan sekolah teknik
(Muhendisane) yang juga diperuntukkan untuk kepentingan militer. Ia
juga mendirikan sekolah musik kerajaan (Muzika-I Humayun Maktabi),
dan sekolah ilmu perang (Mektab-I Ulum Harbiye).
b) Pendidikan Masyarakat Umum
Untuk pendidikan masyarakat secara umum, madrasah yang hingga
pada masa itu mengajarkan ilmu-ilmu kegamaan, oleh Mahmud II
ditambah dengan kurikulum umum, di antaranya; bahasa Prancis, ilmu
alam, ilmu ukur, sejarah, ilmu politik. Sekolah kedokteran dan kebidanan
(Darul Ulum Hikemiye Ve Mekteb-I Tibbiye-I Sahane) didirikan.
Melengkapi upaya pembaruan pendidikan di dalam negeri, pelajar-pelajar
terbaik dikirim ke Eropa sehingga pada masa selanjutnya muncul tokoh-
tokoh reformis yang ide-ide pembaruannya berkiblat dan beralam pikir
pembaruan Eropa.
Sebagai halnya di dunia Islam lain di zaman itu, madrasah
merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di kerajaan
Utsmani. Di madrasah hanya diajarkan agama. Pengetahuan umum tidak
diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional
ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19 M. Mengadakan
perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan
pengetahuan-pengetahuan umum ke dalamnya, sebagai halnya di dunia
Islam lain pada waktu itu, memang sulit. Madrasah tradisional tetap
berjalan tetapi di sampingnya Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan
umum, dengan membentuk sekolah umum (Mekteb-I Ma'arif) dan sekolah
sastra (Mekteb-I Ulum-U Edebiye). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih
dari lulusan madrasah yang bemutu tinggi. Selain hal di atas, muncul juga
satrawan-sastrawan dengan hasil karyanya setelah menyelesaikan studi di
luar negeri. Di antaranya adalah Ibrahim Shinasi,pendiri surat kabat
Tasviri Efkyar. Di antara karya yang dihasilkannya adalah The Poets

8
Wedding (komedi). Salah seorang pengikutnya adalah Namik Kemal
dengan karyanya Fatherland atau Silistria. Di samping itu, ada juga
Ahmad Midhat dengan Entertaining Tales dan Mehmed Taufiq dengan
Year in Istanbul.12

Sepanjang sejarah kesultanan Utsmaniyah, masyarakatnya berusaha mem-


bangun perpustakaan besar yang dilengkapi buku terjemahan dari peradaban lain
dan manuskrip asli. Sebagian besar permintaan manuskrip lokal dan asing muncul
pada abad ke-15. Sultan Mahmud II memerintahkan Georgios Amirutzes, seorang
cendekiawan Yunani dari Trabzon, untuk menerjemahkan dan menyebarkan buku
geografi Ptolomeus ke lembaga-lembaga pendidikan Utsmaniyah. Contoh lainnya
adalah Ali Qushji, astronom, matematikawan, dan fisikawan dari Samarkand,
yang menjadi profesor di dua madrasah dan berhasil memengaruhi pemerintah
Utsmaniyah melalui tulisan-tulisannya dan aktivitas muridnya. Ia hanya
menghabiskan dua atau tiga tahun di kesultanan Utsmaniyah sebelum meninggal
dunia di Istanbul.13

Selain itu, Taqi Al-Din membangun Observatorium Taqi Al-Din Istanbul pada
tahun 1577. Ia melakukan pengamatan astronomi di sana sampai 1580. la
menghitung eksentrisitas orbit matahari dan pergerakan tahunan apoge.14
Observatoriumnya diruntuhkan tahun 1580 karena bangkitnya faksi ulama yang
menentang atau setidaknya tidak acuh terhadap sains. Pada tahun 1660,
cendekiawan Utsmaniyah, Ibrahim Efendi Al-Zigetvari Tezkireci, menerjemah
kan karya astronomi Noël Duret yang ditulis tahun 1637 ke bahasa Arab.15

Demikian pula Şerafeddin Sabuncuoğlu, penulis atlas bedah pertama dan


ensiklopedia kedokteran besar terakhir dari dunia Islam. Meskipun demikian,

12
Ibid., hlm. 188.
13
Lihat Ragep, F.J., "Ali Qushji and Regiomontanus: Eccentric Transformations and
Copernican Revolutions". Dalam Journal for the History of Astronomy (Science History
Publications Ltd., 36 [125], 2005), hlm. 359-371.
14
Lihat Sevim Tekeli, "Taqi Al-Din". Dalam Encyclopaedia of the History of Science:
Technology and Medicine in Non-Western Cultures, Edited by H. Selin, (Berlin: Springer, 2008).
15
Http//www.itilsurvival.com/Ottoman-empire-science-and-technology. html. Diakses
29 April 2023.

9
sebagian besar karyanya didasarkan pada Al-Tasrif karya Abu Al-Qasim Al-
Zahrawi, Sabuncuoğlu memperkenalkan banyak inovasinya sendiri. Dokter bedah
wanita diilustrasikan untuk pertama kalinya.16 Contoh jam yang meng ukur waktu
dalam hitungan menit dibuat oleh seorang perajin jam Utsmaniyah, Meshur Sheyh
Dede, pada tahun 1702.17

4. Bidang Seni dan Kebudayaan

Dinasti Utsmani di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban


yang cukup maju pada zamannya. Dalam bidang kebudayaan Turki Utsmani
banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17, dan
18 M.18 Pada abad ke-17 M, muncul penyair yang terkenal, yaitu Nafi 49 (1582-
1636 M). Nafi juga bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya
sastra Kaside yang mendapat tempat di hati para sultan.19

Di antara penulis yang membawa pengaruh Persia ke dalam istana adalah


Yusuf Nabi (1642-1712 M). Ia muncul sebagai juru tulis bagi Mushahif Mustafa,
salah seorang menteri Persia dan ilmu agama. Yusuf Nabi menunjukkan
pengetahuannya yang luar biasa dalam puisinya. Menyentuh hampir semua
persoalan (agama, filsafat, roman, cinta, anggur, dan mistisme), ia juga membahas
biografi, sejarah, bentuk prosa, geografi, dan rekaman perjalanan.20

a) Sastra Tulis
Dalam bidang sastra prosa, kerajaan Utsmani melahirkan dua
tokoh ter- kemuka, yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar
dari semua penulis adalah Mustafa bin Abdullah yang dikenal dengan
Katip Celebi atau Haji Halife (1609-1657 M), ia menulis buku bergambar
dalam karya terbesarnya Kasyf Al-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-
Funun, sebuah presentasi biografi penulis- penulis penting di dunia Timur

16
Wikipedia, Kesultanan Usmaniyah. http//id.wikipedia.org/wiki/. Diakses 29 April 2023.
17
Lihat Paul Horton, "Topkapi's Turkish Timepieces". Dalam Saudi Aramco World, July-
August 1977: 10-13. Diakses 29 April 2023.
18
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 202.
19
Ibid., hlm. 202.
20
Ibid., hlm. 203.

10
bersama daftar dan deskripsi lebih dari 1.500 buku yang berbahasa Turki,
Persia, dan Arab. Ia pun menulis buku-buku yang lain.21
Dua aliran utama sastra tulis Utsmaniyah adalah syair dan prosa.
Syair sejauh ini merupakan aliran dominan. Sampai abad ke-19 M, prosa
Utsmaniyah tidak mengandung fiksi. Tidak ada karya yang sebanding
dengan roman, cerita pendek, atau novel Eropa. Genre yang serupa
memang ada, namun dalam bentuk sastra rakyat Turki dan syair Divan.
Syair Divan adalah bentuk seni yang sangat diritualkan dan simbolis. Dari
syair Persia yang menginspirasinya, syair Divan mewarisi banyak simbol
yang makna dan keterkaitannya, baik persamaan ( mura'ât-i nazir/tenâsüb)
maupun perbedaannya (tezâd) dijelaskan secara gamblang atau sederhana.
Syair Divan disusun melalui pencampuran konstan beberapa gambar di
dalam kerangka kerja metrik yang ketat sehingga muncul banyak
kemungkinan makna. Kebanyakan syair Divan berbentuk lirik, baik gazel
(membentuk bagian terbesar dari repertoar tradisi ini) maupun kasides.
Ada pula genre-genre umum lainnya, salah satunya adalah mesnevi,
sejenis roman baris dan berbagai macam puisi narasi. Dua contoh mesnevi
yang terkenal adalah Leyli dan Majnun karya Fuzuli dan Hüsn ü Aşk
karya Syeikh Galib.
Sampai abad ke-19 M, prosa Utsmaniyah tidak berkembang
sampai sejauh syair Divan kontemporer. Salah satu alasan utamanya
adalah banyak prosa yang harus mematuhi aturan sec (juga
ditransliterasikan menjadi seci), atau prosa berima,22 jenis penulisan yang
diturunkan dari saj' Arab yang mensyaratkan adanya rima antara setiap
kata sifat dan kata benda dalam suatu rangkaian kata, seperti kalimat. Oleh
karena itu, muncullah sebuah tradisi prosa dalam sastra waktu itu meski
sifatnya nonfiksi. Contoh pengecualiannya adalah Muhayyelat karya
Giritli Ali Aziz Efendi, kumpulan cerita fantastis yang ditulis tahun 1796
dan baru diterbitkan tahun 1867.
21
Ibid.
22
Murat Belge, Osmanlı'da Kurumlar ve Kültür, (Istanbul Bilgi Üniversitesi Yayınları,
2005), hlm. 389.

11
Dikarenakan hubungan historis yang dekat dengan Prancis, sastra
Prancis menjadi bagian dari pengaruh besar Barat terhadap sastra
Utsmaniyah sepanjang paruh akhir abad ke-19 M. Akibatnya, banyak
aliran di Prancis waktu itu yang juga muncul di kesultanan Utsmaniyah.
Misalnya, dalam perkembangan tradisi prosa Utsmaniyah, pengaruh
Romantisme dapat dilihat saat periode Tanzimat, dan pengaruh aliran
Realisme dan Naturalisme muncul pada periode selanjutnya. Dalam tradisi
syair, pengaruh Simbolisme lebih mencolok.
Banyak penulis pada periode Tanzimat yang menulis dalam
beberapa genre secara bersamaan. Misalnya, penyair Namik Kemal
menulis novel penting İntibah (Kebangkitan) tahun 1876. Sementara itu,
jurnalis Ibrahim Şinasi dikenal karena menulis lakon Turki modern
pertama pada tahun 1860 M, yaitu komedi satu babak Şair Evlenmesi
(Pernikahan sang Penyair). Lakon sebelumnya, yaitu farse berjudul
Vakayi-1 Acibe ve Havadis-I Garibe-yi Kefsger Ahmed (Peristiwa Aneh
dan Kejadian Mengherankan Ahmed si Tukang Sepatu) yang dibuat pada
awal abad ke-19 M, tetapi autentisitasnya masih diragukan. Dengan
semangat yang sama, novelis Ahmed Midhat Efendi menulis novel-novel
penting untuk setiap aliran besar, seperti Romantisme (Hasan Mellah
yahud Sirr İçinde Estår, 1873; 'Hasan si Pelaut, atau Misteri di Dalam
Misteri'), Realisme (Henüz On Yedi Yaşında, 1881; Baru Tujuh Belas
Tahun), dan Naturalisme (Müşâhedât, 1891; 'Pengamatan'). Keragaman ini
separuhnya didorong keinginan para penulis Tanzimat yang ingin
menyertakan sastra baru sebanyak mungkin dengan harapan bisa
menyumbang revitalisasi struktur sosial Utsmaniyah.23
b) Seni Arsitektur
Selain itu, pada masa Turki Utsmani juga banyak berkiprah dalam
pengembangan seni arsitektur Islam, berupa bangunan-bangunan masjid
yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami Sultan
Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Suleiman dan Masjid Abu Ayyub Al-

23
Kesultanan Usmaniyah Lihat hlm. 2070.

12
Anshariy. Masjid- masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang
indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya
adalah masjid yang asalnya gereja Aya Sophia. Hiasan kaligrafi itu
dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.24
Di bidang arsitektur, daulah Utsmaniyah mempunyai madzhab
tersendiri yang disebut gaya/style Utsmaniyah. Gaya ini muncul ketika
Utsmaniyah dapat mengalahkan kerajaan Byzantium. Pertemuan arsitektur
Byzantium dan Turki Utsmaniyah itu telah melahirkan suatu gaya yang
baru. Perwujudannya dalam bentuk Qubah setengah lingkaran dengan
pilar-pilar yang besar sebagaimana terlihat pada bentuk Qubah masjid
Istiqlal di Indonesia. Sejak itu bermunculan- lah masjid baru dengan style
Utsmani, yang termegah adalah Masjid Aya Sophia dan Masjid Suleiman.
Selain itu, mendirikan 55 madrasah tempat mempelajari agama, 7 asrama
besar untuk mempelajari Alquran, 5 taqiyah tempat memberi makan fakir
miskin, 5 buah rumah sakit, 7 mushala, 33 istana, 18 rumah pesanggrahan,
dan 5 museum. Semuanya arsitektur bergaya Turki dengan tokohnya Sinan
Pasha.25
Arsitektur Utsmaniyah dipengaruhi arsitektur Persia, Yunani,
Byzantium, dan Islam. Pada masa kebangkitan, muncul periode arsitektur
Utsmaniyah awal atau pertama dan kesenian Utsmaniyah sedang dalam
tahap pencarian ide-ide baru. Pada masa perkembangan, muncul periode
arsitektur klasik dan kesenian Utsmaniyah sedang jayanya. Pada masa
kemandekan, arsitektur Utsmaniyah menjauh dari gaya klasik. Sepanjang
Era Tulip, arsitektur Utsmaniyah dipengaruhi oleh gaya ornamen tinggi
Eropa Barat; Barok, Rococo, Empire, dan gaya-gaya lain saling
bercampur. Konsep arsitektur Utsmaniyah lebih berpusat pada masjid.
Masjid adalah bagian tidak terpisahkan dari masyarakat, tata kota, dan
kehidupan komunal. Selain masjid, contoh sempurna arsitektur

24
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 136.
25
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
(Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 224-246.

13
Utsmaniyah dapat ditemukan di dapur sup, sekolah teologi, rumah sakit,
pemandian Turki, dan pemakaman.
Contoh arsitektur Utsmaniyah dari periode klasik selain Istanbul
dan Edirne juga dapat ditemukan di Mesir, Eritrea, Tunisia, Aljazair,
Balkan, dan Rumania. Di sana banyak masjid, jembatan, air mancur, dan
sekolah Utsmaniyah. Seni seni dekorasi Utsmaniyah berkembang seiring
banyaknya pengaruh dikarenakan ke ragaman etnik di kesultanan
Utsmaniyah. Para perajin memperkaya kesultanan Utsmaniyah dengan
pengaruh seni pluralistik, seperti mencampurkan Byzantium tradisional
dengan elemen-elemen seni Cina.26
c) Seni Dekorasi dan Lukis
Di masa kesultan Utsmaniyah juga berkembang pesat seni
dekorasi, Tradisi miniatur Utsmaniyah yang dilukis untuk
mengilustrasikan manuskrip atau dipakai pada album-album khusus sangat
dipengaruhi oleh kesenian Persia Meskipun begitu, miniatur Utsmaniyah
juga melibatkan sejumlah elemen tradisi penerangan dan lukisan
Byzantium. Akademi pelukis Yunani, Nakkashane-i- Rum, didirikan di
Istana Topkapi pada abad ke-15 M. Pada awal abad selanjutnya, juga
didirikan akademi Persia bernama Nakkashane-i-Irani.
Penerangan Utsmaniyah mencakup seni lukis nonfigur atau seni
dekorasi gambar di buku atau lembar muraqqa atau album, berbeda
dengan gambar figur miniatur Utsmaniyah. Penerangan, miniatur (taswir),
kaligrafi (hat), kaligrafi Islam, penjilidan buku (cilt), dan pemarbelan
kertas (ebru) adalah bagian dari seni buku Utsmaniyah. Di kesultanan
Utsmaniyah, manuskrip terang dan berilustrasi dibuat atas perintah sultan
atau pejabat pemerintahan. Di Istana Topkapi, manuskrip-manuskrip
tersebut dibuat oleh para seniman yang bekerja di Nakkashane, pusat
seniman miniatur dan lampu penerang. Buku-buku keagamaan dan
nonkeagamaan dapat diterangi. Lembaran album levha terdiri dari kaligrafi

26
Eli Shah, "The Ottoman Artistic Legacy". Dalam Israel Ministry of Foreign Affairs.
Diakses 10 Juni 2015.

14
terang (hat) tughra, teks keagamaan, petikan syair atau peribahasa, dan
gambar dekorasi.
d) Seni Pemintalan Karpet
Seni pemintalan karpet sangat berkembang di kesultanan
Utsmaniyah. Karpet memiliki nilai tinggi, baik sebagai perlengkapan
dekorasi yang kaya akan simbolisme agama dan lainnya maupun sebagai
pertimbangan praktis karena penduduk harus melepas sepatu sebelum
memasuki rumah.27 Pemintalan karpet berawal dari budaya nomaden Asia
Tengah (karpet adalah bentuk perlengkapan yang mudah dibawa), lalu
menyebar ke masyarakat Anatolia yang sudah menetap. Turki memakai
karpet, permadani, dan kilim tidak hanya untuk alas ruangan, tetapi juga
gantungan di dinding dan lorong agar berfungsi sebagai Bangsa penyekat
tambahan. Karpet juga sering disumbangkan ke masjid dan karena itu
masjid umumnya punya banyak koleksi karpet.28
e) Seni Musik dan Pertunjukan
Di kesultanan Utsmani juga berkembang seni musik dan
pertunjukan. Musik klasik Utsmaniyah adalah bagian penting dari
pendidikan kaum elite Utsmaniyah. Sejumlah Sultan Utsmaniyah adalah
musisi dan komponis besar, seperti Salim III yang komposisinya masih
dimainkan sampai sekarang. Musik klasik Utsmaniyah sebagian besar
berasal dari gabungan musik Byzantium, musik Armenia, musik Arab, dan
musik Persia. Dari komposisinya, musik Utsmaniyah memanfaatkan
satuan ritme bernama usul, agak mirip dengan meter di musik Barat, dan
satuan melodi bernama makam, mirip-mirip dengan mode musik Barat.
Instrumen yang dipakai adalah campuran instrumen Anatolia dan
Asia Tengah (saz, bağlama, kemence), instrumen Timur Tengah lainnya
(ud, tanbur, kanun, ney), dan instrumen Barat (biola dan piano). Instrumen
Barat baru disertakan terakhir. Karena perbedaan geografis dan budaya
antara ibukota dan daerah lainnya, dua gaya musik yang sangat berbeda
27
Suraiya Faroqhi, Subjects of the Sultan: Culture and Daily Life in the Ottoman Empire
(ed. New). (London: I.B. Tauris, 2005), hlm. 152.
28
Ibid., hlm. 153.

15
muncul di pun kesultanan Utsmaniyah, yaitu musik klasik Utsmaniyah dan
musik rakyat. Di provinsi-provinsinya, berbagai macam musik rakyat
terbentuk. Wilayah yang gaya musiknya paling dominan adalah Türküs
Balkan-Thracia, Türküs Timur Laut (Laz), Türküs Aegea, Türküs Anatolia
Tengah, Türküs Anatolia Timur, dan Türküs Kaukasus. Beberapa gaya
musiknya adalah musik Yanisari, musik Roma, tari perut, dan musik
rakyat Turki.
Lakon khayalan tradisional bernama Karagöz dan Hacivat tersebar
ke selu- ruh kesultanan Utsmaniyah dan menampilkan tokoh-tokoh yang
mewakili semua etnik dan kelompok sosial besar dalam budaya tersebut.
Lakon ini dipentaskan oleh seorang pewayang yang juga mengisi suara
semua tokoh dan diiringi tamborin (def). Asal usulnya tidak jelas,
mungkin dari tradisi Mesir atau Asia. Pada pusat pemerintahan Utsmani
terdapat sebuah istana pejabat yang sangat luas. Istana Istanbul, The
Topkapi Saray, dibagi menjadi bagian dalam dan bagian luar. Bagian
dalam merupakan jantung imperium. Bagian dalam ini terdiri tempat
tinggal sultan dan haremnya, kamar-kamar pribadi dan kekayaan sang
penguasa, dapur kerajaan, dan sekolahan untuk melatih pesuruh dan budak
untuk dipekerjakan di bagian dalam. Bagian luar digunakan untuk kantor
administrasi kemiliteran dan sipil, kantor bagi kalangan ulama istana, staf
dapur, perajin, dan tukang kebun yang menjaga keindahan halaman istana
dan juga melakukan tugas-tugas kemiliteran.29

Otoritas Sultan Utsmani juga didasarkan kepada sebuah kultur kosmopolitan


yang terdiri dari unsur-unsur kultur Arab, Persia, Byzantium, dan unsur kultur
bangsa Eropa. Mehmed II, seorang ahli kesenian yang liberal, mengembangkan
syair-syair Persia dan juga seni lukis Eropa. Sastrawan Arab dan Persia, pelukis
Italia, dan pujangga Yunani dan Serbia berdatangan di istananya.30

29
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm. 487.
30
Ibid., hlm. 492.

16
Pada masa Suleiman Al-Qanuni, di kota-kota besar dan kota lainnya banyak
dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air,
vila, dan permandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu
dibangun di bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.31

5. Bidang Keagamaan

Populasi kesultanan Utsmaniyah diperkirakan berjumlah 11.692.480 jiwa pada


1520-1535. Angka ini diperoleh dengan menghitung jumlah keluarga di catatan
sumbangan Utsmaniyah, lalu dikali 5. Atas alasan yang belum jelas, jumlah
penduduk abad ke-18 M lebih sedikit ketimbang abad ke-16.32 Perkiraan
7.230.660 jiwa untuk sensus pertama tahun 1831 dianggap terlalu sedikit karena
sensus ini bertujuan menghitung potensi wajib militer. Sensus di teritori
Utsmaniyah baru dimulai pada awal abad ke-19 M. Hasil dari tahun 1831 sampai
seterusnya tersedia resmi, tetapi sensusnya tidak mencakup seluruh penduduk.
Misalnya, sensus 1831 hanya menghitung pria sensus dan tidak meliputi seluruh
wilayah kesultanan.33 Untuk periode sebelumnya, perkiraan ukuran dan
persebaran penduduk didasarkan pada pola demografi yang teramati.34

Jumlah penduduknya mulai naik hingga 25-32 juta jiwa pada 1800. Dari 10
juta di antaranya di provinsi-provinsi Eropa (kebanyakan di Balkan), 11 juta di
provinsi Asiatik, dan 3 juta di provinsi Afrika. Kepadatan penduduk tertinggi ada
di provinsi Eropa, dua kali lipatnya Anatolia, tiga kali lipatnya Irak dan Suriah,
dan lima kali lipatnya Arabia.

Menjelang pembubaran kesultanan, angka harapan hidup mencapai 49 tahun,


lebih tinggi dibandingkan 20 tahunan di Serbia pada awal abad ke-19 M. Wabah
penyakit dan kelaparan mengakibatkan gangguan besar dan perubahan demografi.
Pada tahun 1785, sekitar seperenam penduduk Mesir meninggal akibat wabah dan

31
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 136.
32
Shaw, S.J., "The Ottoman Census System and Population, 1831-1914". Dalam
International Journal of Middle East Studies, (Cambridge University Press, 1978), hlm. 325.
33
Patrick Balfour Kinross, The Ottoman Centuries: The Rise and Fall of the Turkish
Empire, (William Morrow, 1979), hlm. 281.
34
Shaw, S.J., "The Ottoman Census System and Population, 1831-1914", hlm. 325.

17
penduduk Aleppo berkurang 20% pada abad ke-18 M. 6% kelaparan melanda
Mesir antara 1687 dan 1731 dan kelaparan terakhir melanda Anatolia empat
dasawarsa kemudian.

Kebangkitan kota-kota pelabuhan memunculkan pengelompokan penduduk


yang didorong oleh pengembangan kapal uap dan kereta api. Urbanisasi
meningkat dan kota-kota besar maupun kecil tumbuh pada 1700-1922. Perbaikan
kesehatan dan sanitasi membuat kota-kota tersebut menarik perhatian para
pendatang untuk menetap dan bekerja. Kota-kota pelabuhan seperti Salonica di
Yunani mengalami peningkatan populasi dari 55.000 jiwa tahun 1800 menjadi
160.000 pada tahun 1912. Populasi Izmir tumbuh dari 150.000 jiwa tahun 1800
menjadi 300.000 pada tahun 1914. Beberapa daerah mengalami penurunan
populasi, seperti Belgrade yang jumlah penduduknya turun dari 25.000 jiwa
menjadi 8.000 jiwa dikarenakan perselisihan politik. Migrasi ekonomi dan politik
memberi pengaruh besar bagi seluruh ke. sultanan. Contohnya, aneksasi Krimea
dan Balkan secara berturut-turut oleh Rusia dan Austria-Habsburg mengakibatkan
migrasi pengungsi muslim dalam jumlah besar. 200.000 penduduk Tatar Krimea
mengungsi ke Dobruja. Antara 1783 dan 1913, sekira 5-7 juta pengungsi
membanjiri kesultanan Utsmaniyah, 3,8 juta di antaranya berasal dari Rusia.
Beberapa migrasi meninggalkan tanda yang bertahan lama, seperti ketegangan
politik antara wilayah-wilayah kesultanan (seperti Turki dan Bulgaria). Dampak
memusat terlihat di daerah lain, seperti demografi sederhana yang muncul dari
keragaman penduduk. Ekonomi juga terpukul akibat berkurangnya perajin,
pedagang, produsen, dan petani. Sejak abad ke-19 M, penduduk muslim secara
besar-besaran eksodus ke Turki modern dari Balkan. Mereka disebut Muhacir
sesuai definisi umum. Ketika kesultanan Utsmaniyah berakhir tahun 1922,
separuh penduduk kota Turki adalah keturunan pengungsi muslim dari Rusia.

Dalam sistem kesultanan Utsmaniyah, tetapi ada kekuasaan hegemoni muslim


atas penduduk nonmuslim, komunitas nonmuslim mendapat pengakuan dan
perlindungan negara sesuai tradisi Islam. Sampai paruh kedua abad ke-15 M,
penduduk kesultanan ini didominasi penganut Kristen dan dipimpin minoritas

18
muslim. Pada akhir abad ke-19 M, populasi nonmuslim mulai berkurang drastis,
bukan karena kehilangan wilayah saja, tetapi juga perpindahan penduduk.
Persentase muslim naik menjadi 60% pada 1820-an, lalu perlahan naik ke 69%
pada 1870-an, dan 76% pada 1890-an. Per 1914, hanya 19,1% penduduk
kesultanan yang beragama non-Islam. Kebanyakan di antaranya adalah Kristen
Yunani, Assyria, Armenia, dan Yahudi.

Sebelum memeluk agama Islam, suku-suku Turk mempraktikkan macam-


macam bentuk syamanisme. Pengaruh Abbasiyah di Asia Tengah diperkuat oleh
suatu proses yang sangat dipengaruhi kemenangan Abbasiyah pada Pertempuran
Talas melawan Dinasti Tang Cina tahun 751 M. Setelah pertempuran ini, banyak
suku Turk termasuk Turk Oghuz, leluhur Saljuk dan Utsmani perlahan memeluk
Islam dan menyebarkannya ke Anatolia pada abad ke-11 M.

Sekte-sekte muslim yang dianggap sesat, seperti Druze, Ismaili, dan Alawi,
ditempatkan di bawah penganut Yahudi dan Kristen. Pada tahun 1514, Sultan
Salim I. yang dijuluki "Pencabut Nyawa" karena kekejamannya, memerintahkan
pembantaian 40.000 Alevi Anatolia (Qizilbash) yang ia anggap sesat. Ia kabarnya
berkata bahwa "membunuh seorang Alevi pahalanya setara dengan membunuh 70
orang Kristen."

Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki
Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan
masyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi Mufti,
keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan. Pada masa ini, kehidupan tarekat
berkembang pesat. Al-Bektasiy dan Al-Maulawiy merupakan dua ajaran tarekat
yang paling besar. Al-Bektasiy merupakan tarekat yang sangat berpengaruh
terhadap tentara Janissariy, sedangakan Al-Maulawiy berpengauh besar di
kalangan penguasa sebagai imbangan dari kelompok Janissariy Bekktasiy.35
Sementara itu, ilmu pengetahuan seperti fiqh, tafsir, kalam dan lain-lain, tidak
mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa Utsmani cenderung bersikap

35
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, hlm. 187.

19
taklid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab-mazhab
lainnya.36

Di kesultanan Utsmaniyah, sesuai sistem zimmi Islam, umat Kristen di- beri
kebebasan terbatas (seperti hak beribadah), namun diperlakukan seperti warga
kelas dua. Umat Kristen dan Yahudi tidak dianggap setara dengan muslim.
Kesaksian melawan terdakwa muslim oleh seorang Kristen dan Yahudi tidak
dianggap sah di pengadilan. Mereka dilarang membawa senjata atau menunggangi
kuda, rumah mereka tidak boleh menghadap rumah muslim, dan praktik
ibadahnya harus berbeda dengan praktik ibadah Islam. Selain itu, masih banyak
batasan-batasan legal lainnya.37

Dalam sistem yang umum dikenal dengan nama devşirme, sejumlah putra
Kristen, kebanyakan dari Balkan dan Anatolia, secara rutin diharuskan mengikuti
wajib militer sebelum dewasa, lalu dibesarkan sebagai seorang muslim.38 Di
bawah sistem millet, warga nonmuslim wajib mematuhi hukum kesultanan,
namun tidak wajib mematuhi hukum Islam. Millet ortodoks secara hukum masih
resmi patuh kepada Kode Justinian, hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi
Timur selama 900 tahun. Selain itu, sebagai kelompok nonmuslim terbesar atau
zimmi di negara Utsmaniyah Islam, millet ortodoks mendapatkan hak-hak
istimewa di bidang politik dan perdagangan serta diwajibkan membayar pajak
yang lebih tinggi daripada muslim.

Millet serupa ditetapkan untuk komunitas Yahudi Utsmaniyah yang berada di


bawah kewenangan Haham Başı atau kepala rabbi Utsmaniyah; komunitas
Ortodoks Armenia yang berada di bawah kewenangan kepala uskup; dan berbagai
komunitas agama lainnya. Sistem millet dalam hukum Islam diakui luas sebagai
contoh awal pluralisme agama pramodern.

36
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 137.
37
Taner Akcam, A Shameful Act: The Armenian Genocide and the Question of Turkish
Responsibility, (New York: Metropolitan Books, 2006), hlm. 24.
38
Stanford J. Shaw, History of the Ottoman Empire and Modern Turkey, Vol I; Empire of
Gazis: The Rise and Decline of the Ottoman Empire 1290-1808, (Cambridge University Press,
1976), hlm. 129.

20
B. Peninggalan Dinasti Turki Utsmani
1. Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed)

Masjid yang teletak di Istanbul ini dibangun dari tahun 1609 hingga 1616,
pada masa Sultan Ahmed I. Masjid ini terletak berdampingan dengan Aya Sofia,
bekas gereja terbesar masa Kekasiaran Romawi Timur.

Masjid ini memiliki 5 kubah utama dan 9 menara, dan dihiasi keramik
berwarna biru, yang memberikan masjid ini namanya.

2. Masjid Sulaiman

Masjid ini juga terletak di Istanbul. Masjid ini dibangun pada masa Sultan
Sulaiman pada tahun 1550 hingga 1557. Masjid ini pernah terbakar pada tahun
1660, namun diperbaiki oleh Sultan Mehmed IV.

Di kompleks masjid ini terdapat makam Sultan Sulaiman dan istrinya Hurrem
Sultan (Roxelana).

3. Istana Topkapi

Istana Topkapi adalah istana kediaman para sultan dan pusat pemerintahan
Turki Usmani. Istana ini dibangun pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed
II. Oleh bangsa Eropa, istana ini disebut sebagai “Seraglio” dari kata “Saray”
yang dalam bahasa Turki berarti “istana”.

Sebagai pusat pemerintahan Wazir atau perdana menteri Turki Usmani


menyelenggaakan pemerintahan di sini. Para duta besar negara asing juga ditemui
di istana ini.

4. Istana Dolmabahce

Istana Dolmabahce adalah istana dengan gaya Eropa yang dibangun di pesisir
Selat Bosporus. Istana Dolmabahçe diperintahkan oleh Sultan Abdülmecid I, dan

21
dibangun antara tahun 1843 dan 1856. Istana ini menggantikan Istana Topkapi
yang dianggap kuno dan kurang nyaman.

Pada tahun 1856, Sultan Abdulmejid I memutuskan untuk memindahkan


istana ke Istana Dolmabahçe dan menjadikan istana lama, Topkapi, sebagai
perpustakaan dan penyimpanan perbendaharaan.

5. Jembatan Stari Most di Mostar

Jembatan lengkung ini terletak di Mostar (sekarang di negara Bosnia).


Pembangunan dimulai pada tahun 1557 untuk menggantikan jembatan kayu tua,
dan jembatan ini selesai 19 Juli 1566.

Jembatan ini bila dilihat dari sungai Neretva, jembatan ini nampak seperti
sebuah lengkungan. Jembatan ini menjada simbol kota Mistar. Jembatan ini
sempat dihancurkan oleh tentara Kroasia pada tahun 1993 dalam Perang Balkan,
namun dibangun ulang pada tahun 2004.

6. Jembatan Mehmed Pasha Sokolovic di Visegrad

Jembatan yang melintasi sungai Drina ini dibangun pad atahun 1557, pada
masa jabatan Wazir atau Perdana Menteri Mehmed Pasha Sokolovic, seorang
keturunan Serbia yang lahir di wilayah sekitar kota Visegrad.

Jembatan ini terdiri atas 11 lengkungan, dan panjang total 179,5 meter.
Jembata ini dijadikan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2007,
serta menginspirasi novel “Jembatan di Sungai Drina”, karya Ivo Andric,
pemenang Nobel Sastra tahun 1961.39

7. Tekstil Sutra

Tekstil sutra Ottoman adalah salah satu tekstil paling elegan yang diproduksi
di dunia Islam . Mereka dicirikan oleh motif bergaya skala besar yang sering
disorot oleh benang metalik yang berkilauan. Dilakukan dalam berbagai teknik

39
https://brainly.co.id/tugas/4153389

22
tenun termasuk satin dan beludru, sutra ini diproduksi untuk digunakan baik di
dalam kekaisaran Ottoman dan untuk diekspor ke Eropa dan Timur Tengah, di
mana mereka dianggap sebagai benda mewah yang paling berharga. Bursa adalah
ibu kota pertama negara Utsmaniyah (1326–1365) dan telah menjadi pintu masuk
penting di jalur perdagangan Eurasia , memungkinkan Utsmaniyah berfungsi
sebagai perantara dalam perdagangan sutra mentah.

23
Penutup

A. Kesimpulan

Kerajaan Turki memiliki sejarah yang panjang dan tentunya memiliki hasil-
hasil peradaban yang meliputi dalam bidang pemerintahan dan militer, bidang
ilmu pengetahuan dan budaya, bidang keagamaan, bidang ekonomi, dan juga
bidang seni.

Tidak hanya itu kerajaan atau Turki Utsmani juga meninggalkan beberapa
peninggalan seperti Masjid Biru, masjid Sulaiman, Istana Topkopi, Istana
Dolmabahce, Jembatan Star Most di Mostar, dan Jemb-atan Mehmed Pasha
Sokolovic di Visegrad.

24
Daftar pustaka

Akcam, Taner. A Shameful act: The Armenian Genocide and the Custion of Turkish
Responcibiliti. New York: Metropolitan Books, 2006.

Amin, Samsul Munir. Sejara Peradanan Islam. Jakarta: Amzah, 2009.

Belge, Murad. Osmanli'da Kurumlar ve Kulture. Istanbul Bilge: Universites Yayinlari,


2005.

Fachrudin, Yudhi. Turki Utsmani. Makalah Tugas Individu di presentasikan pada mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Program Magister Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Faroqhi, Suraiyah. Subject Of The Sultan: Culture and Daily Life in the Ottoman. London:
I.B Tauris, 2005.

Hartono, Paul. “Topkapi's Turkish Timpieces .” Saudi Aramco Worlds, 1997: 10-13.

Kinross, Patrick Balfour. The Ottoman Centuries: The Rise and Fall of the Turkish Empire.
william morrow, 1997.

Lapidus, Ira.M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1999.

Regaf, F.J. Ali Qhusji and Regiomontanus: Eccentric Transformation and Copernican
Revulutions. Dalam Jurnal For the History of Astronomy. Science History
Publication Ltd. t.thn.

Ruslan, Heri. Khazanah: Menelisik Warisan Peradaban Islam Dari Apotek Hingga
Komputer Analog. Jakarta: Republik, 2010.

S.J, Shaw. The Ottoman Census System and Population 1831-1914.Dalam International
Journal Of Middle East Studies. Combridge: University Press, 1978.

Shah, Eli. “The Ottoman Artishtic Legaci.” Israel Mynistri Of Foreigen Affairs, 10 Juni
2015.
Shaw, Stanford J. History of the Ottoman Empire And Modern Turkey, vol I; Empire of
Ghazis: The Rise and Decline of the Ottoman Empire 1290-1808. Cambridge:
University Press, 1976.

Stoddard, Lothrop. Dunia Baru Islam. Jakarta: Panitia Penerbit, 1966.

Sunanto, Musyirifah. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.


Jakarta: Kencana, 2003.

Tekeli, Sevim. Taqi Al Din, Dalam Encyclopedia of the History of Science: Tecnology and
Medicine in Non-Westren Cultures, edition by H Selin . Berlin: Springer, 2008.

Thohir, Ajib. Perkembangan Peradaban DI Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2004.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam:Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

https://brainly.co.id/tugas/4153389

Anda mungkin juga menyukai