Anda di halaman 1dari 5

KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

Ketika kerajaan usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan safawi di


persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya,
kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani.

Bendera Kerajaan Safawi

Pada tahun 1501 M muncullah kerajaan Safawi yang menganut Islam Syi’ah sebagai
agama resmi negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama
dasar terbentuknya negara iran masa kini (Fuadi, 2016).
Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang
berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini
diberi nama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang
hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani.
Anama Safawiyah, diambil dari nama pendirinya, Safi’ Al-
Din (1252-1334 M) dan nama Safawi itu terus dipertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Safi AL-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan
memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari imam
Syi’ah yang keenam, Musa Al-Kazhim. Safi Al-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan gurunya yang bernama Syaikh
Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani
yang wafat pada tahun 1301 M.
Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar,
kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bid’ah”. Tarekat ini
semakin penting, setelah Safi Al-Din mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian
tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar
pengaruhnya di Persia,Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri luar Ardabil, Safi Al-Din
menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar
“khalifah”.
Lama-kelamaan murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur,
fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermazhab selain
Syi’ah.
Pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas
geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan
kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu
(domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam
konflik tersebut Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia
mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK Koyunlu (domba putih), juga
satu suku bangsa turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan yang Ketika itu menguasai
sebagian besar Persia.
Di tempat inilah Juneid mulai menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi
secara politik dengan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebbut
Ardabil tetapi dia gagal. Pada tahun 1460 M ia kembali mencoba merebut Sircassia
tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadag oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh
dalam pertempuran tersebut.
Pada tahun 1470 M Haidar yang merupakan anak dari Juneid di angkat sebagai
pemimpin dari Safawi.
Pada tahun 1476 M AK Koyunlu menang terhadap Kara Koyunlu, hal ini membuat
gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar pada saat itu dipandang sebagai
rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal Safawi
adalah sekutu dari AK Koyunlu. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan
militer dan kekuasaan dari Dinasti Safawi. Ketika Safawi menyerang wilayah
Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada
Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah sekaligus Haidar juga terbunuh dalam
peperangan ini.
Ali, putra dari Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut balas atas kematian
ayahnya, terutama pada AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu dapat
menangkap dan memenjarakan Ali bersama 2 saudaranya yaitu Ibrahin dan Ismail
serta ibunya, Di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M). Mereka
dibebaskan oleh rustam, putra mahkota AK Koyunlu, dengan syarat mau
membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dapat
dikalahkan. Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi, tidak lama kemudian
Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh pada
saat itu (1494 M).
Kepemimpinan Safawi selanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu masih
berusia tujuh tahun dan merupakan saudara dari Ali sekaligus anak dari Haidar
pemimin Safawi sebelumnya. Selama lima tahun Ismail dan pasukannya bermarkas di
Gilan, untuk mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para
pengikutnya di Azerbaijan, Syria, Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu diberi
nama Qizilbash (baret merah).
Pada tahun 1501 M di bawah pimpinan Ismail pasukan Qizilbash menyerang dan
mengalahkan AK Koyunlu di Sharur. Pasukan ini berhasil menguasai Tabriz yang
merupakan ibu kota dari AK Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamasikan
bahwa dirinya merupakan raja pertama dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I.
Ismail I berkuasa selama lebih kurang 23 tahun yaitu antara 1501 – 1524 M. Pada
sepuluh taun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan dari AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), Kaspia
di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bark (1505-1507 M), Baghdad
dan daerah barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M).
Dalam sepuluh tahun wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian
timur Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
Namun karena ambisi politik yang begitu menguasainya, Ismail I berencana ingin
menguasai daerah lainnya seperti Turki Usmani. Turki Usmani dikenal kuat dan
sangat membenci golongan Syi’ah. Peperangan dengan Turki Usmani terjadi pada
tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz. Dalam peperangan tersebut Safawi
mengalami kekalahan oleh Turki Usmani yang berada dibawah pimpinan Sultan
Salim.
Kekalahan tersebut meruntuhkan kepercayaan diri dan kebanggan Ismail. Akibatnya
kehidupan Ismail I berubah. Ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-
hura dan berburu. Keadaan ini menimbulkan dampak negatif pada kerajaan Safawi.
Permusuhan masih berlangsung antar kedua kubu ini sepeninggal dari Ismail I,
peperangan terjadi beberapa kali pada zaman Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II
(1576-1577 M), Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M).pada masa itu kerajaan
Safawi dalam keadaan lemah.
Pada tahun 1588 M, Abbas I naik sebagai raja Safawi yang kelima dan merupakan
awal mula kejayaan dari Kerajaan Safawi.
Langkah – langkah yanng dilakukan Abbas I untuk membuat kerajaan Safawi kua
kembali yaitu :
1. Mnghilangkan dominasi Qizilbash atas Safawi dengan membuat pasukan
baru yang anggotanya merupakan budak-budak, berasal dari tahanan perang
bangsa Georgia,Armenia,Sircassia yang telah ada pada zaman raja Tahmasp
I.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Dimana Abbas I harus
menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah Luristan.
Serta Abbas berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam islam
(Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman). Dan sebagai jaminannya Abbas
menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sanderan di Istanbul.
Pada tahun 1598 M ia menyerang dan menaklukkan Herat, dilanjutkan dengan
merebut Marw dan Balkh. Permusuhan antara Safawi dan Turki Usmani tidak pernah
padam. Pada tahun1602 M disaat Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan
Muhammad III, pasukan Abbas menyerang kembali dan berhasil menguasai
Tabriz,Sirwan, dan Baghdad. Sedankan kota-kota Nakhchivan, Erivan, Ganja, dan
Tiflis dapat dikuasai pada tahun 1605-1606 M. Selanjutnya, pada tahun 1622 M
pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan
Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Kerajaan Safawi. Secara
politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu
stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut
oleh kerajaan lain pada masa raja raja sebelumnya.
Kemajuan kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik.di bidang lain,
kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan, antara lain :
 Bidang ekonomi : Dikuasainya Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas
maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik
kerajaan Safawi. Sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami
kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile
Crescent).
 Bidang ilmu pengetahuan : Bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang
berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan.
Beberapa ilmuwan yang berasal dari persia yaitu : Baha Al-Din Al-Syaerazi,
Sadar AL-Din Al-Syaerazi, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad.
 Bidang pembangunan fisik dan seni : salah satu peninggalan Safawi yang
paling terkenal yaitu Isfahan. Isfahan merupakan ibu kota kerajaan yang kini
menjadi kota yang sangat indah dengan taman-taman wisata yang ditata
secara apik. Di kota ini, berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti
mesjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan Istana
Chihil Sutun.
Puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi membuat kerajaan ini menjadi
salah satu dari tiga kerajaan besar islam yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama
dalam bidang politik dan militer, ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan
gedung-gedung bersejarah.
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu
Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M),
Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M).
Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik
dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran, yang akhirnya membawa
kepada kehancuran. Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab
kemunduran Safawi, karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap
pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya
mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh dalam
pemerintahan sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan
Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah
Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang
suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana
Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para
pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap
pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar
kepada para Ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan,
sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah
pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. (Zubaidah,2016)

Referensi
 Yatim badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada.
 Fuady M.Noor. 2016. Pendidikan Islam di Iran. Banjarmasin. Tarbiyah
Islamiyah.
 Zubaidah Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan. Perdana Mulya
Sarana.

Gambar :

Wilayah kekuasaan AK Koyunlu (hijau)


Qizilbash

Peta kerajaan Safawi

Kota isfahan peninggalan


kerajaan Safawi
Ismail I (1501-1524 M)

Abbas I (1588-1628 M)

Uzun Hasan

Anda mungkin juga menyukai