Anda di halaman 1dari 8

Asal Usul Berdirinya Kerajaan Syafawi

Oleh : Dani Maulana

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

2017

Abstrak

Kerajaan Safawiyah merupakan salah satu kerajaan Islam yang berada di Iran. Kerajaan ini
sangat memberikan pengaruh dalam sejarah Islam, Pada awalnya gerakan tarekat ini didirikan
untuk memerangi orang – orang yang megingkari agama Islam dan memerangi golongan yang
mereka sebut sebagai ahli- ahli bid’ah. Gerakan ini semakin menjadi signifikan setelah Safi Ad-
Din merubah gerakan ini yang sebelumnya hanya melakukan kegiatan pengajian tasawuf yang
murni yang bersifat lokal, menjadi gerakan agama yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria,
dan Anatolia, kerajaan ini awalnya adalah sebuah gerakan tarekat yang merupakan gerakan
keagamaan berorientasinya ukhrawi, kemudian gerakan para sufi ini berubah menjadi gerakan
politik yang orientasinya duniawi. Pada Selanjutnya gerakan ini kemudian berdiri sebuah
kerajaan Safawiyah ketika Ismail memproklamaskan berdirinya kerajaan Safawiyah di
kemenangannya pada perang Sharur pada tahun 1501 M.

Pendahuluan

Nama Safawiyah dalam lembaran sejarah Islam dikenal sebagai nama kerajaan yang
pernah ada di Iran, berawal dari sebuah gerakan tarekat yang bernama Safawiyah di kota
Ardabil, sebuah kota yang terletak di daerah Azerbaijan. Hal ini sangat menarik karena dalam
sejarah Islam ditemukan sebuah organisasi tarekat yang merubah sebuah institusi kerajaan.
Tampaknya adanya sebuah perubahan Safawiyah dari mulanya sebuah gerakan keagamaan yang
berorientasi ukhrawi kemudian menjadi gerakan politik yang berorientasi duniawi. Walaupun
telihat bgambaran tersebut dipandang sebagai hal yang sangat antagonistic, namun realitanya
memang benar – benar ada dan terjadi. Jika dikaji lebih mendalam pada sejarah Islam, kasus
yang terkait dengan Safawiyah sudah banyak terjadi. Pada abad modern ini misalnya, di Afrika
Utara pernah terjadi pada Tarekat Sanusiyah, di Sudan pada Tarekat Mahdiyah, dan di Rusia
terjadi pada Tarekat Muriyah dan Naqsabandiyah yang semuanya berubah menjadi gerakan
Politik.1

Etimologi Safawiyah dan Hubungannya dengan Kehidupan Figur Safi Ad – Din Ishak Al-
Ardabily

Ada dua pendapat yang berbeda tentang Etimologi dari asal – usul dari nama Safawi.
Menurut Amir Ali Safawi berasal dari kata Shafi, yaitu gelar yang diberikan kepada nenek
moyang raja – raja Safawiyah, yaitu Shafi Ad-Din Ishak Al-Ardabily (1252-1334 M), seorang
pendiri dan pemimpin tarekat Safawiyah. Ia menyatakan bahwa para musafir, pedagang, dan
penulis Eropa selalu menyebut raja – raja Safawiyah dengan gelar Shafi Agung. Adapun menurut
P.M. Holt berpendapat bahwa Safawiyah berasal dari kata Safi yaitu, bagian dari nama Safi Ad-
Din Al-Ardabily. Meskipun beliau tidak mengemukakan alas an, secara gramatika bahasa Arab,
namun pendapat inilah yang dibilang lebih tepat. Nama Safi Ad-Din dan nama Safawiyah ini
akhirnya terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama it uterus
dilestatikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.2

Biografi Safi Ad-Din Ishak Al-Ardabily

Safi Ad-Din Ishak Al-Ardabily lahir pada tahun 650 H/ 1252 M, enam tahun sebelum
Hulagu Khan menghabisi kota Baghdad, dan mengakhiri berdirinya dinasti Abbasiyah. Ia lahir di
kota Ardabil, sebuah kota yang terletak paling timur di daerah Ajerbaizan. Sejak kecil ia sudah
menggemari berbagai ritual dalam keagamaan, kemudian mencintai dunia sufi. Dalam usia 25
tahun, ia berguru dengan seorang sufi yang bernama Zahid Taj Ad-Din Ibrahim Zahidi (1216-
1301) atau yang lebih dikenal sebagai Zahid Al-Gilani di Jilan. Selama dua lima tahun ia telah
melakukan Mulazamah dengan pemimpin tareka yang terkenal ini, yang kemudian menjadi
mertuanya. Setelah Syekh Zahid meninggal dunia pada tahun 1301, ia tampil menjadi pemimpin
ribbath dan tarekat, yang kemudian terkenal tarekat yang bernama Safawiyah yang berpusat di
Ardabil. Ia terkenal sebagai seorang sufi dan dianggap keramat oleh pengikutnya. Menurut

1
Dr. Ading Kusdiana, M.Ag, Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung : CV PUSTAKA
SETIA, 2013, hlm 165 - 166
2
Ibid, hlm 168
Hamka tarekat ini dibilang sangat teguh dalam memegang ajaran agamaya. Pada awalnya
gerakan tarekat ini didirikan untuk memerangi orang – orang yang megingkari agama Islam dan
memerangi golongan yang mereka sebut sebagai ahli- ahli bid’ah. Gerakan ini semakin menjadi
signifikan setelah Safi Ad-Din merubah gerakan ini yang sebelumnya hanya melakukan kegiatan
pengajian tasawuf yang murni yang bersifat lokal, menjadi gerakan agama yang besar
pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia.3

Keturunan Safi Al-Din sampai saat ini masih menjadi misteri, menurut sebuah sumber
yang diperoleh dari keluarga Safawi, Safi Ad-Din Ishak adalah dari keturunan orang yang beada
dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia adalah keturunan dari Musa AL-Kazim imam ke-7
dari kelompok Syi’ah Itsna Asyariyah , sehingga ia termasuk keturunan Rasulallah Saw, melalui
putrinya Fatimah. Pelacakan ini dikaitkan dengan pengklaiman mereka tehadap Safi Ad-Di Ishak
Al-Ardabily sebagi seorang yang bermadzhab Syi’ah. Akan tetapi menurut pendapat P.M. Holt,
Husain Muknas dan Sayyed Ahmad Ibnu Zaini Dahlan, Safi Ad-Din adalah seorang keturunan
penduduk asli Iran dari Kurdistan yang berbahasa Azari, bahasa Turku yag dipakai di
Ajerbaizan. Safi Ad-Din Ishak Al-Ardabily bukan penganut aliran syi’ah, melainkan seorang
Sunni yang diduga bermadzhab Syafi’i.4

Safawiyah Sebagai Gerakan Agama dan Politik

Kerajaan Syafawi berdiri secara resmi di Iran pada tahun 907 H/ 1501 M, yaitu ketika
Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah di Tabrez. Sejak Safi Ad-Din mulai
memimpin ribath dan mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 sampai Syah Ismail
memproklamasikan berdirinya kerajaan Safawiyah pada tahun 1501 M. Selama dua Abad itu
paling tidak terdapat dua perjuangan yang dilalui mereka. Pertama, perjuangan menegakan cita –
citanya dalam orientasi sebagai sebuah gerakan keagamaan. Kedua, memperjuangkan gerakan
keagamaan ini menjadi sebuah gerakan politik.

Dalam periode tahun 1301-1447 M / 700-850 H, gerakan Safawiyah masih merupakan


sebuah gerakan murni keagamaan, dengan tarekat Safawiyah sebagai medianya. Selama
Safawiyah mempunyai jumlah pengikut yang sangat besar sekali, tidak hanya di daerah Persia,

3
Ibid, hlm 169
4
Ibid. hlm 169 - 170
tetapi juga sampai pada daerah Syiria dan Anatolia. Umumnya pengikut – pengikutnya adalah
dari suku Turki yang masih disebut dengan Turkman. Di antara suku – suku tersebut adalah
Ustajlu, Rumlu, Dulgadir, Takalu, Ashfar, dan Qajar.

Dalam periode pertama ini, gerakan Safawiyah tidak mencampuri masalah politik,
sehingga ia berjalan dengan aman, baik pada masa dinasti Ilkhan maupun pada masa Timur Lenk
dapat dikatakan sebagai masa yang paling suram dalam sejarah Islam sehingga dapat dimengerti
jika kehidupan tarekat Sufi bisa tumbuh dan mendapat simpati masyarakat banyak. Umat Islam
pada masa ini, umumnya hidup dalam keadaan apatis dan pasrah meihat anarki politik yang
berkecamuk. Hanya kehidupan keagamaan melalui sufisme, mereka bisa mendapatkan kekuatan
mental dalam menghadapi kehidupan. Hanya melalui persaudaraan tarekat mereka merasa aman
bisa menjalin persaudaraan diantara sesama muslim.

Menurut P.M. Holt selama periode pertama ini, gerakan syafawiyah mempunyai dua
corak. Tahap pertama bercorak Sunni, yaitu pada masa kepemimpinan Safi Ad-Din Ishak Al-
Ardabily (1301-1334 M) dan anaknya Sadr Ad-Din Musa (1334-1399 M). Selanjutnya pada
tahap kedua, pada masa pimpinan Khawaja Ali anak dari Sadr Ad-Din Musa (1399-1427 M)
gerakan yang semula Sunni berubah menjadi gerakan Syi’ah . ada kemungkinan terjadinya
perubahan tersebut dikarenakan bertambahnya pengikut Safawiyah dari kalangan Syi’ah
sehingga pemimpinnya mengadaptasikan diri dengan mayoritas pengikutnya.

Selanjutnya dalam periode 1447 sampai dengan 1501 M, gerakan Safawiyah ini
memasuki periode kedua dalam perjuangannya, yaitu berubah yang semula gerakan tarekat
menjadi gerakan politik. Pimpinannya pada saat itu adalah Al-Junaid Ibnu Ali melakukan
perubahan seuah gerakan politik yang revolusioner, dengan tarekat Safawiyah sebagai sarananya.
Akibatnya Safawi mulai terlihat dalam konflik politik dengan kekuatan politik yang ada di Persia
pada waktu itu.

Kecendrungan dalam dunia politik itu mendapat wujud konkretnya ketika pada masa
kepemimpinan Juneid (1447-1460 M0. Dinasti Safawiyah memperluas gerakannya dengan
menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaannya. Perluasan kegiatan ini mendapat
konflik antara Juneid dengan para penguasa Kara KOnyulu (domba hitam), salah satu bangsa
Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut Juneid kalah ddan mengasingkan diri
ke suatu tempat. Ditempat baru ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak-
Konyulu (domba putih) juga sau suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan yang ketika
itu menguasai sebagian besar Persia.

Selama dalam pengasingan ia tidak tinggal diam, ia malah dapat menghimpun kekuatan
yang untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil
mempersunting salah satu seorang saudara dari Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid
mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircasia. Ia
sendiri akhirnya terbunuh pada pertempuran tersebut.

Ketika itu anak Juneid, yaitu Haidar yang masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan.
Karena itu, kempemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada
tahun 1470 M. Hubungan dari Haidar dan Uzun Hasan, dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang
kemudian menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.5

Berdirinya Kerajaan Safawiyah

Dalam kemenangan yang diperoleh dari perang Sharur, pada tahun 1501 M, Ismail
kemudian mulai memproklamasikan berdirinya kerajaan Safawiyah. Dengan berdiinya kerajaan
Safawiyah, kekuasaan kerajaan Ak-Konyulu berakhir di Iran, yang kemudian Iran beralih yang
diperintah kerajaan Safawiyah.

Peran Ismail sebagai pendiri kerajaan Safawiyah sangat besar. Ia adalah raja pertama dari
kerajaan Safawiyah yang berperan sebagai perletak pondasi bagi tegak dan kemaajuan
Safawiyah. Selama memerintah, ia memberikan warna tersediri, yaitu menjadikan Syi’ah sebagai
agama negara. Syah Ismail ini juga memberikan dua karya besar bagi kerajaannya, yaitu
perluasan wilayah dan penyusunan pemerintahan yang unik pada masanya.6

Selama Ismail memimpin ia berhasil memperluas wilayah Safawiyah yang mencakup


daerah Persia dan sebelah Timur. Prestasi ini dapat diraihnya karena keberaniannya dimedan
perang melawan musuh – musuhnya yang kemudian berhasil ditaklukannya. Hal ini dapat dilihat
ketika Syah Ismail seperti pada tahun 1502 M, ia berhasil menduduki daerah Syariwan,

5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013-2014, hlm 139-140
6
Dr. Ading Kusdiana, M.Ag, Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung : CV PUSTAKA
SETIA, 2013, hlm 176
Azerbaijan dan Irak. Kemudian pada tahun 1503 M, ia berhasil menghancurkan sisa – sisa
kerajaan Ak-Konyulu di Hamadan. Pada tahun 1504 M, ia menduduki daerah Kasfia,
Mazandaan, dan Ghurghan. Daiyar Bakr dapat ditaklukannya dan jatuhnya kota Baghdad ke
tangan kekuasannya pada tahun 1508 M. pada tahun 1510 M, ia juga berhasil menguasai wilayah
Khurasan seluruhnya, setelah menghadapi pertempuran dengan seorang raja Uzbek yaitu
Muhammad Syaibani Khan. Dengan kemenangan ini ia berhasil memperluas wilayah dari kota
Herat di Timur, sampai daerah Diyar Bakar di Barat. Karena prestasinya ini yang sangat
menakjubkan tertama pada medan perang sebagai pahlawan yang tak terkalahkan, ia dianggap
oleh para pengikutnya terutama dikalangan Qizilbash sebagai raja yang memiliki unsur Ke
Ilahian bahkan dirinya sendiri pernah menganggap sebagai manifestasi Tuhan di muka bumi.7

Selanjutnya, setelah keberhasilannya dengan ekspansi wilayahnya, Ismail mulai


melakukan perombakan terhadap struktur pemerintahannya. Pada awalnya seluruh
pemerintahanya terpusat pada dirinya. Ia memegang kekuasaan bidang politik dan keagamaan.
Pemerintahan seperti teokrasi karena Ismail diaggap bayangan Tuhan di muka bumi. Kemudian
ia merubah pemerintahannya yang mulai memerintah secara tidak langsung. Ia mulai
menghidupkan jabatan wakil-1 nafs-1 hmayn (wakil Syah) dan amir al-umara (panglima perang).
Wakil Syah merupakan orang kepercayaannya untuk merencanaka urusan negara dan
keagamaan. Habatan ini dipegang oleh opsir – opsir dari suku Shamlu, suku pendukung
Qizilbash. Adapun kalangan tertinggi bangsa Persia di beri jabatan Wajir dan Sadr. Yang
pertama menangani masalah politik kenegaraan dan yang kedua menangani politik keagamaan.

Pada tahun 1524 M. Syah Ismail meninggal dunia. Dari periode tahun1524 M. sampai
tahun 1587 M kerajaan Safawi telah memrintah tiga orang Syah, yakni Syah Tahmasap (1524-
1576 M), Syah Ismail II (1576-1577 M), dan Muhammad Syah (1577-1587 M), dari ketiga
kepemimpinan tersebut mengalami kelemahan dan menjadi masa yang tidak menggembirakan
bagi pertumbuhan kerajaan Safawiyah. Demikianlah sebuah gambaran dari jejak perjuangan
yang dilakukan oleh para sufi mealalui sebuah gerakan tarekat yang bernama Safawiyah yang
kemudian merubahnya pada gerakan politik yang bernama kerajaan Safawiyah yang wilayah
kekuasaannya lebih besar dari pada negara Iran pada saat ini. sekali lagi memang secara pintas
mustahil gerakan tarekat yang orientasinya ukhrawi kemudian berubah menjadi gerakan politik

7
Ibid, hlm 176-178
yang sangat berorientasi pada duniawi, namun inilah realita yang terjadi pada perjalanan sejarah
masyarakat Muslim.

Raja – Raja yang Berkuasa Pada Masa Dinasti Syafawiyah

1. Safi Al-Din (1252-1334 M)


2. Sadar al-Din Musa (1334-1399 M)
3. Khawajah Ali (1399-1427 M)
4. Ibrahim (1427-1447 M)
5. Juneid (1447-1460 M)
6. Haidar (1460-1494 M)
7. Ali (1494-1501 M)
8. Ismail (1501-1524 M)
9. Tahmasp (1524-1576 M)
10. Ismail II (1576-1577 M)
11. Muhammad Khudabanda (1577-1588 M)
12. Abbas I (1588-1628 M)
13. Safi Mirza (1628-1642 M)
14. Abbas II (1642- 1667 M)
15. Sulaiman (1667-1694 M)
16. Husein (1649-1722 M)
17. Tahmasp II (1722-1732 M)
18. Abbas II (1732-1736 M)

Kesimpulan

Nama Safawiyah ini dalam perjalanannya dikenal sebagai kerajaan di Iran yang berawal
dari sebuah gerakan tarekat yang berorientasi pada ukhrawi yang pada saati itu dirintis oleh Safi
Al-Din Ishak kemudian berubah menjadi gerakan politik yang berorientasikan pada duniawi
yang kemudian di proklamasikan sebagai raja yaitu Syah Ismail Yang didirikan dikota Ardabil
sebuah kota yang terletak di daerah Azerabaijan.
Daftar Pustaka

Kusdiana Ading, 2013, Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV
PUSTAKA SETIA

Yatim Badri, 2013-2014, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai